Hidrologi Perencanaan Lanskap Waduk Koto Panjang Sebagai Kawasan Ekowisata Di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

dibandingkan dengan ambang batas kenyamanan untuk daerah tropis yang bernilai kurang dari 27 ˚C, maka tingkat kenyamanan di kawasan Waduk Koto Panjang dapat dikategorikan nyaman untuk melakukan aktivitas luar ruangan. Menurut Brooks 1988, vegetasi berkanopi memiliki fungsi untuk memodifikasi kondisi iklik mikro sebuah kawasan melalui penyerapan radiasi matahari. Vegetasi dengan kanopi padat berfungsi sebagai penghalang radiasi matahari, sedangkan vegetasi dengan kanopi terbuka berfungsi sebagai penyaring radiasi matahari. Selain itu, rumput dan penutup tanah berfungsi untuk mengurangi radiasi matahari pada permukaan tanah. Sumber: Brooks 1988 diacu dalam Dinata 2009 Gambar 29 Ilustrasi penyerapan radiasi matahari oleh vegetasi Seperti yang terlihat pada Gambar 27, penyerapan radiasi matahari tinggi terjadi pada penggunaan vegetasi dengan karakteristik kerapatan daun tinggi dengan bentuk tajuk bulat dan percabangan pendek. Sebaliknya, vegetasi dengan karakteristik kerapatan daun jarang akan lebih banyak meloloskan radiasi matahari. Teknik analisis aspek fisik dilakukan menggunakan metode overlay. Hasil analisis keseluruhan pada aspek fisik akan disajikan dalam bentuk peta spasial seperti pada Gambar 31. Biofisik 1. Vegetasi Kawasan Waduk Koto Panjang didominasi oleh tanaman perkebunan. Hal ini tidak terlepas dari warga di sekitar waduk yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Selain itu, tanaman hutan tropis basah juga terdapat di sekitar kawasan waduk berupa lahan yang memang diperuntukan sebagai lahan konservasi dan lahan milik warga yang belum diolah. Beberapa jenis tanaman yang terdapat di kawasan waduk dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Daftar nama vegetasi di lokasi penelitian Nama Latin Nama Lokal Keterangan Elaeis oleifera Kelapa sawit Tanaman produksi Havea brasiliensis Karet Tanaman produksi Uncaria gambir Gambir Tanaman produksi Agathis dammara Damar Tanaman produksi Mangifera indica Mangga Tanaman produksi Spathodea campanulata Kecrutan Tanaman konservasi Alamanda cathartica Terompet emas Tanaman konservasi Shorea spp. Meranti merah Tanaman produksi Koompassia malaccensis Kempas Tanaman produksi Dipterocarpus coriaceus Keruing Tanaman produksi Cinnamomum spp. Madang Tanaman produksi Kawasan Waduk Koto Panjang memiliki beberapa masalah utama terkait dengan kondisi fisik lingkungan yang terus menurun. Pembukaan lahan untuk menjadi lahan produksi oleh masyarakat menjadi penyebab utama penurunan kondisi fisik ini. Berkurangnya jumlah vegetasi hutan di sekitar waduk akan berdampak pada berkurangnya jumlah air yang dapat diresap oleh tanah. Tanpa adanya tajuk pohon yang melindungi permukaan tanah, air hujan akan langsung jatuh dan mengalir di permukaan tanah sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya erosi terutama di daerah dengan kelerengan curam. Erosi yang mengalir ke area genangan akan mempercepat terjadinya sedimentasi di dasar waduk dan berakibat pada berkurangnya volume air yang dapat ditampung waduk. Pembukaan lahan bukan hanya terjadi di sekitar waduk namun juga di daerah hulu sungai yang mengalir menuju waduk. Menurut PLN sektor pembangkitan Kota Pekanbaru, debit air yang masuk ke area waduk mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Gambar 30 Penjarahan dan pembukaan lahan oleh warga Metode pembukaan lahan yang sangat konvensional, yaitu dengan metode slash and burn menimbulkan dampak negatif lain berupa kabut asap. Warga sekitar waduk sering melakukan pembukaan lahan pada musim kemarau yang kering. Kondisi lingkungan kering akan mempermudah api untuk menjalar. Proses ini sebagian besar dilakukan tanpa pengawasan yang baik sehingga sering berakibat pada kebakaran hutan. Vegetasi sangat berperan dalam memperbaiki ketahanan lereng terhadap erosi melalui perlindungan permukaan tanah dari tekanan air hujan secara langsung dan mengurangi kelembaban tanah ketika hujan. Selain itu, vegetasi juga berperan dalam mengikat partikel tanah sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya erosi. Fungsi vegetasi dalam mencegah erosi akan berlangsung efektif jika perakaran vegetasi menembus hingga batuan dasar semakin dalam, semakin kuat. Di samping memiliki dampak positif dalam mencegah erosi, vegetasi juga memiliki dampak negatif seperti menambah beban berat di permukaan tanah dan menambah beban dinamis ketika tertiup angin Hardiyamo, 2006. Hal ini dapat dihindari melalui pemilihan jenis tanaman, penempatan dan prosedur penanaman yang akan digunakan. Vegetasi yang baik adalah vegetasi yang tidak terlalu besar agar tidak goyang ketika tertiup angin dan memiliki akar dalam. Vegetasi mempengaruhi kondisi tanah dalam dua proses, yaitu secara hidrologis dan mekanik. Secara hidrologis, vegetasi berpengaruh sebagai berikut: a. sebagai interseptor, daun tanaman memotong jatuh air hujan sehingga mengurangi jumlah air langsung jatuh ke tanah, b. akar tanaman menyerap air dalam tanah sehingga tekanan dalam tanah berkurang dan menurunkan potensi terjadinya longsor, c. vegetasi turut berperan dalam memelihara porositas dan permeabilitas tanah sehingga menurunkan dampak negatif dari aliran permukaan. Secara mekanik, vegetasi berpengaruh sebagai berikut: a. akar tanaman berfungsi sebagai pengikat partikel tanah, b. akar tanaman berfungsi sebagai penyangga tanah terutama jika perakaran menembus lapisan dalam batuan. Kombinasi antara semak dan pohon adalah kombinasi paling baik dalam mengendalikan longsor untuk kawasan berlereng. Beberapa jenis vegetasi yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk mengurangi resiko terjadinya longsor di Waduk Koto Panjang dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18 Vegetasi untuk pengendalian erosi Nama Latin Nama Lokal Kerapatan Tajuk Habitat mdpl Jenis akar dalam dengan cabang akar banyak Vitex pubecens Laban Sedang 300 Lagerstomia speciousa Bungur Sedang 300 Homalium tomentosum Dlingsen Sedang 300 Acacia villosa Lamtoro merah Ringan 300 Launcaena glauca Lamtoro sebrang Ringan 300 Aleurites moluccana Kemiri Berat 1000 Melia azdarach Mindi Ringan 1000 Cassia seamea Johar Sedang 700 Leucaena leucocepala Lamtoro Ringan 500 Jenis akar dalam dengan cabang akar sedikit Gluta renghas Renghas Berat 300 Cassia fistula Trengguli Sedang 400 Dalbergia latifolia Sono keling Sedang 200 sampai 700 Dalbergia sisoides Sono brits Sedang 200 sampai 700 Swietenia macrophylla Mahoni Ringan 700 Schleichera oleosa Kesambi Berat 700 Pterocarpus indicus Angsana Sedang 700 Tamarindu indica Asam Ringan 1000 Acacia leucophloea Pilang Ringan 700 Sumber: Soedjoko 2003 dalam Hardiyatmo 2006 dan Suryatmojo 2009 dalam Ardana 2013