Penilaian Ekonomi Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang Di Kabupaten Kampar Riau

(1)

PENILAIAN EKONOMI JASA EKOSISTEM

WADUK KOTO PANJANG DI KABUPATEN KAMPAR RIAU

TRISLA WARNINGSIH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Penilaian Ekonomi Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang di Kabupaten Kampar Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Trisla Warningsih


(4)

RINGKASAN

TRISLA WARNINGSIH. Penilaian Ekonomi Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang di Kabupaten Kampar Riau. Dibimbing oleh D.DJOKOSETIYANTO, ACHMAD FAHRUDIN dan LUKY ADRIANTO.

Ekosistem Waduk Koto Panjang merupakan salah satu ekosistem yang banyak memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Penilaian ekonomi Waduk Koto Panjang hanya dibatasi untuk ekosistem aquatik (perairan) Waduk Koto Panjang. Nilai jasa ekosistem yang dihitung di Waduk Koto Panjang adalah jasa penyediaan (budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) dan perikanan tangkap) serta jasa kultural (wisata). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan nilai ekonomi jasa ekosistem Waduk Koto Panjang berdasarkan daya dukung dengan melakukan: identifikasi jasa ekosistem Waduk Koto Panjang, menghitung daya dukung ekologi dan ekonomi ekosistem Waduk Koto Panjang, menghitung nilai ekonomi total ekosistem Waduk Koto Panjang dan menyusun model pengelolaan ekosistem Waduk Koto Panjang.

Penelitian ini dilaksanakan selama mulai Bulan Desember 2012 - Desember 2014. Jenis dan sumber data yang digunakan yakni data primer bersumber dari pengukuran langsung (insitu) dan laboratorium (data fisika, kimia dan biologi), observasi dan wawancara langsung dengan responden (petani ikan, nelayan, wisatawan serta para pakar yang terdiri dari akademisi dan birokrat). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka serta dari instansi terkait. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi jasa ekosistem Waduk Koto Panjang adalah secara deskriptif berdasarkan tipologi jasa ekositem untuk perairan tawar. Metode yang digunakan untuk menghitung daya dukung ekologi dan ekonomi ekosistem Waduk Koto Panjang adalah kualitas air, produktivitas primer, daya dukung kawasan dan analisis kelayakan. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai ekonomi total ekosistem Waduk Koto Panjang menggunakan kerangka total

economic value dan kerangka millenium ecosystem assessment. Metode yang

digunakan untuk menyusun model pengelolaan ekosistem Waduk Koto Panjang dengan pendekatan sistem dinamis dengan bantuan software (powersim)

Hasil penelitian menunjukkan kualitas perairan di Waduk Koto Panjang tergolong baik untuk pengembangan perikanan, karena berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologinya masih berada di bawah baku mutu air PP No. 82 tahun 2001 Kelas III untuk perikanan. Kegiatan budidaya perikanan KJA di Waduk Koto Panjang berada pada kondisi undershoot karena daya dukung ekologi (Kb) perikanan budidaya KJA lebih besar dari daya dukung ekonominya

(Ks). Kegiatan Perikanan tangkap nelayan perahu mesin dan nelayan perahu

dayung di Waduk Koto Panjang berada pada kondisi overshoot karena daya dukung ekologi perikanan tangkap nelayan perahu mesin dan nelayan perahu dayung (Kb) lebih kecil dari daya dukung ekonominya (Ks). Kegiatan wisata di

Waduk Koto Panjang berada pada kondisi undershoot karena daya dukung ekologi wisata (Kb) lebih besar dari daya dukung ekonominya (Ks). Nilai jasa

ekosistem yang dihitung di Waduk Koto Panjang adalah jasa penyediaan (budidaya ikan KJA dan perikanan tangkap) serta jasa kultural (wisata). Nilai ekonomi total jasa ekosistem Waduk Koto Panjang berupa jasa penyediaan dan


(5)

jasa kultural, memiliki nilai estimasi sebesar Rp. 2.090.331.515. berdasarkan hasil skenario model yang dikembangkan dengan meningkatkan pertumbuhan KJA sebesar 30% dan wisatawan penangkap ikan sebesar 100%, berhasil meningkatkan nilai ekonomi total sebesar Rp.5,08 milyar dari sebelumnya yang hanya sekitar Rp.3,3 milyar atau meningkat sekitar 53,95%. Kenaikan nilai ekonomi tersebut diperoleh dari peningkatan nilai ekonomi kegiatan KJA sebesar Rp.1,56 milyar dan peningkatan nilai ekonomi kegiatan wisata sebesar Rp.2,9 milyar.

Kata kunci: Jasa penyediaan, jasa kultural, daya dukung, nilai ekonomi total dan model dinamik


(6)

SUMMARY

TRISLA WARNINGSIH. Economic Valuation of Ecosystem Services Koto Panjang Reservoir in Kampar regency of Riau. Supervised by D.DJOKOSETIYANTO, ACHMAD FAHRUDIN and LUKY ADRIANTO.

Ecosystem Koto Panjang reservoir is one of the many ecosystems that benefit either directly or indirectly to human life. Koto Panjang reservoir economic assessment is limited only restricted to aquatic ecosystems (water) reservoir. The value of ecosystem services is calculated in Koto Panjang reservoir is the provision of services (KJA aquaculture and capture fisheries) and cultural services (travel). This study aims to generate economic value of ecosystem services Reservoir Koto Panjang based on carrying capacity to perform: the identification of ecosystem services Reservoir Koto Panjang, calculates the ecological carrying capacity and the economics of ecosystems Reservoir Koto Panjang, calculate the total economic value of ecosystems Reservoir Koto Panjang and create a model for ecosystem management Reservoir Koto Panjang.

This research was conducted during began in December 2012 - December 2014, and the type of data source used the primary data sourced from direct measurements (insitu) and laboratories (data of physics, chemistry and biology), direct observation and interviews with respondents (fish farmers, fishermen , tourists and experts consisting of academics and bureaucrats). Secondary data were obtained from the literature and from the relevant authorities. The method used to identify the ecosystem services Koto Panjang reservoir is a descriptive typology for freshwater ecosystem services. The method used to calculate the carrying capacity of ecosystems ecology and economy Koto Panjang reservoir is a water quality, primary productivity, the carrying capacity of the region and feasibility analysis. The method used to calculate the total economic value of ecosystems Koto Panjang reservoir using total economic value framework and the framework of the millennium ecosystem assessment. The method used to create a model for ecosystem management Koto Panjang reservoir with dynamic systems approach with the help of software (powersim)

The results showed the water quality in the reservoir Koto Panjang quite good for the development of fisheries, because based on the parameters of physics, chemistry and biology is still under water quality standard PP 82 2001 Class III for fisheries. Floating Net Cage (FNC) aquaculture activities in Koto Panjang reservoir in condition undershoot due to ecological carrying capacity (Kb)

aquaculture FNC is greater than the carrying capacity of the economy (Ks).

Capture fisheries activities of fishing boats and fishing boats rowing machine in Koto Panjang reservoir in a state of ecological overshoot because the capacity of fisheries fishing boats and fishing boats rowing machine (Kb) is less than the

carrying capacity of the economy (Ks). Tourism activities in Koto Panjang

reservoir in a state of ecological carrying capacity undershoot due to travel (Kb) is

greater than the carrying capacity of the economy (Ks). The value of ecosystem

services were counted in Koto Panjang reservoir is the provision of services (FNC aquaculture and capture fisheries) and cultural services (travel). The total economic value of ecosystem services Koto Panjang reservoir in the form of the provision of services and cultural services, has a value estimate of Rp.


(7)

2.090.331.515. scenario based on those results the model developed by increasing the FNC growth of 30% and tourist fishing by 100%, managed to increase the total economic value of Rp.5.08 billion from previously around Rp.3.3 billion or an increase of approximately 53.95 %. The increase in the economic value derived from an increase in the economic value of Rp.1.56 billion FNC activities and improvement of the economic value of tourism activities Rp.2.9 billion.

Keywords: provisioning services, cultural services, carrying capacity, total economic value adn dinamic modelling


(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini


(9)

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

PENILAIAN EKONOMI JASA EKOSISTEM

WADUK KOTO PANJANG Di KABUPATEN KAMPAR RIAU

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016


(10)

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Sigit Hariyadi M.Sc

Prof (Ris) Dr Ir Sonny Koeshendrajana

Penguji pada Ujian Terbuka: Dr Ir Sigit Hariyadi M.Sc


(11)

Judul Disertasi : Penilaian Ekonomi Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang di Kabupaten Kampar Riau

Nama : Trisla Warningsih

NIM : P062100031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir D. Djokosetiyanto DEA Ketua

Dr Ir Achmad Fahrudin MS Anggota

Dr Ir Luky Adrianto M.Sc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof Dr Ir Cecep Kusmana MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah MScAgr Tanggal Ujian Tertutup: 23 Juni 2016 Tanggal Lulus:


(12)

(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga disertasi ini berhasil diselesaikan. Disertasi ini berjudul Penilaian Ekonomi Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang di Kabupaten Kampar Riau. Penulisan disertasi ini merupakan sebagian persyaratan guna memperoleh gelar doktor pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Untuk semua proses dan tahapan penyusunan disertasi ini, terima kasih tidak terhingga penulis ucapkan kepada:

1. Prof Dr Ir D. Djokosetiyanto DEA sekalu Ketua Komisi Pembimbing, Dr Ir Achmad Fahrudin MS dan Dr Ir Luky Adrianto M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan banyak motivasi, arahan, dan bimbingan dalam seluruh tahapan dan proses penyusunan disertasi.

2. Dr Ir Sigit Hariyadi dan Prof (Ris) Dr Ir Sonny Koeshendrajana selaku Penguji Luar Komisi yang sudah memberikan masukan untuk penyempurnaan disertasi.

3. Dr Ir Dahrul Syah MscAgr selaku Dekan Sekolah Pascasarjana IPB dan Prof Dr Marimin selaku Sekretaris Program Doktor Sekolah Pascasarjana IPB. 4. Prof Dr Ir Cecep Kusmana, selaku Ketua Program Studi PSL IPB dan Dr Ir

Widiatmaka selaku Sekretaris Program Studi PS PSL serta seluruh staf Dosen PSL IPB yang telah memberikan bekal ilmu.

5. Rektor Universitas Riau yang telah memberikan ijin tugas belajar dengan beasiswa BPPS DIKTI, Dekan FPIK Universitas Riau dan Ketua Jurusan SEP Universitas Riau serta teman-teman dosen SEP Universitas Riau

6. Kemenristek DIKTI untuk beasiswa BPPS

7. PLN Pikitring Sumatera Barat dan Riau, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kampar, Dinas Pariwisata dan Olahraga Kabupaten Kampar dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kampar.

8. Teman-teman PSL 2010 IPB yang telah berjuang bersama.

9. Keluarga tercinta, Ayahanda H Anas Husin, Ibunda (almh) Syamsidar, Umi Midarwati, Ayahanda (Alm) H Bahari Yunus, Ibunda Rahimah, Ibunda Zulhelma M.Pd, Kakanda Dr Aswandi S.Hut M.Si dan Kakanda Cut Rizlani Kholibrina S.Hut M.Si. Teristimewa suami tercinta M Yusri Rahmalis ST dan anak-anak Andini Muthmainnah, Muhammad Fahim Arsyadi dan Muhammad Fatih Abqari atas segala doa, pengorbanan yang luar biasa dan yang telah menjadi inspirasi dan semangat hidup serta atas waktu yang banyak tersita dalam melakukan studi.

Penulis menyadari disertasi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu segala saran dan kritik masih diperlukan untuk penyempurnaan. Akhirnya semoga disertasi ini bermanfaat

Bogor, Agustus 2016


(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

1.5 Kebaruan (Novelty) 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1 Ekosistem Waduk 7

2.2 Kerusakan Ekosistem Waduk 8

2.3 Penilaian Jasa Ekosistem Waduk 8

2.4 Daya Dukung Ekologi dan Ekonomi 10

2.5 Kerangka Total Economic Value (TEV) 12

2.6 Sistem, Pendekatan Sistem dan Model 16

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu 19

3 METODOLOGI 29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 29

3.2 Kerangka Pendekatan Studi 29

3.3 Jenis dan Metode Pengumpulan Data 31

3.4 Tahapan Penelitian 38

3.5 Analisis Data 40

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 55

4.1 Identifikasi Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang 55

4.2 Daya Dukung Ekosistem Waduk Koto Panjang 62

4.3 Nilai Ekonomi Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang 80 4.4 Model Dinamik Pengelolaan Jasa Ekosistem Waduk Koto Panjang 85

5 SIMPULAN DAN SARAN 93

5.1 Simpulan 93

5.2 Saran 93

DAFTAR PUSTAKA 95

LAMPIRAN 105


(15)

DAFTAR TABEL

1. Tipologi jasa ekosistem perairan tawar 10

2. Kerangka total economic value jasa ekosistem perairan 12 3. Ikhtisar penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang

dilaksanakan 20

4. Jenis data biofisik yang diamati dalam penelitian 31

5. Koordinat titik sampling biofisik 32

6. Rincian data primer dan sekunder sosial ekonomi 33 7. Jenis, sumber data dan metode analisis data penilaian ekonomi jasa

ekosistem waduk Koto Panjang Kabupaten Kampar 39 8. Konversi produksi ikan dari PP per tahun (Beverage, 1984) 43

9. Potensi ekologis 46

10. Kerangka Total Ekonomic Value dan kerangka Millenium Ecosystem

Assesment Waduk Koto Panjang 46

11. Metode pengumpulan data model dinamik 49

12. Jumlah penduduk, nelayan, KJA, produksi penangkapan dan produksi

KJA di Waduk Koto Panjang 56

13. Jenis alat tangkap di Waduk Koto Panjang 59

14. Jenis jasa pada ekosistem Waduk Koto Panjang 61

15. Jenis ikan di Waduk Koto Panjang 73

16. Daya tampung beban P untuk budidaya perikanan di Waduk Koto

Panjang 74

17. Daya dukung penangkapan ikan 76

18. Daya dukung kawasan 78

19. Kelayakan usaha budidaya KJA dan penangkapan di Waduk Koto

Panjang 79

20. Nilai ekonomi total jasa ekosistem Waduk Koto Panjang 85 21. Data validasi sub model pertumbuhan penduduk 86

22. Data validasi sub model perkembangan KJA 86

23. Data validasi sub model produksi tangkapan ikan 87

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian 3

2. Kerangka permasalahan di Waduk Koto Panjang dengan pendekatan

DPSIR 5

3. Fungsi lingkungan alamiah (de Groot et al., 2002) 9

4. Peta lokasi penelitian 29

5. Kerangka pendekatan studi 30

6. Peta lokasi pengambil sampel kualitas air 34

7. Peta lokasi pengambilan sampel Fitoplankton dan Zooplankton 35 8. Peta lokasi pengambilan sampel sosial ekonomi 36

9. Kerangka pengambilan sampel 37

10. Tahapan penelitian 38

11. Kurva permintaan sumberdaya 47


(16)

13. Konsepsi makro model dinamik pengelolaan jasa ekosistem Waduk

Koto Panjang 50

14. Konsepsi mikro model dinamik pengelolaan jasa ekosistem Waduk

Koto Panjang 50

15. Diagram simpal kausal (causal loop) pertumbuhan penduduk 51 16. Diagram simpal kausal (causal loop) potensi ikan (stok) 51 17. Diagram simpal kausal (causal loop) limbah waduk 52 18. Diagram simpal kausal (causal loop) penangkapan ikan 52 19. Diagram simpal kausal (causal loop) produksi budidaya KJA 53

20. Hasil tangkapan di Waduk Koto Panjang 60

21. Sebaran nilai suhu di perairan Waduk Koto Panjang 63 22. Sebaran nilai TDS di perairan Waduk Koto Panjang 64 23. Sebaran nilai TSS di perairan Waduk Koto Panjang 64 24. Sebaran nilai pH di perairan Waduk Koto Panjang 65 25. Sebaran nilai DO di perairan Waduk Koto Panjang 66 26. Sebaran nilai BOD di perairan Waduk Koto Panjang 66 27. Sebaran nilai COD di perairan Waduk Koto Panjang 67 28. Sebaran nilai Nitrat di perairan Waduk Koto Panjang 68 29. Sebaran nilai Nitrit di perairan Waduk Koto Panjang 68 30. Sebaran nilai Amoniak di perairan Waduk Koto Panjang 69 31. Sebaran nilai Total Fosfat di perairan Waduk Koto Panjang 70 32. Kelimpahan dan keragaman Fitoplankton pada musim yang berbeda 71 33. Indek dominansi Fitoplankton pada musim yang berbeda 71 34. Kelimpahan dan keragaman Zooplankton pada musim yang berbeda 72 35. Indeks dominansi Zooplankton pada musim yang berbeda 72

36. Perbandingan Kb dan Ks budidaya KJA 75

37. Perbandingan Kb dan KS perikanan tangkap nelayan perahu mesin 76

38. Perbandingan Kb dan Ks perikanan tangkap nelayan perahu dayung 77

39. Perbandingan Kb dan Ks wisatawan 78

40. Kurva Permintaan Budidaya KJA di Waduk Koto Panjang 81 41. Kurva permintaan perikanan tangkap nelayan perahu mesin di Waduk

Koto Panjang 82

42. Kurva permintaan perikanan tangkap nelayan perahu dayung di

Waduk Koto Panjang 83

43. Kurva permintaan wisata di Waduk Koto Panjang 84 44. Grafik validasi sub model pertumbuhan penduduk 86

45. Grafik validasi sub model perkembangan KJA 87

46. Grafik validasi sub model produksi tangkapan ikan 88 47. Grafik simulasi model produksi ikan (hasil tangkapan dan budidaya

KJA) 88

48. Grafik simulasi model pendapatan 89

49. Grafik simulasi model surplus konsumen 89

50. Grafik simulasi model nilai ekonomi 90

51. Grafik simulasi skenario model perkembangan KJA (peningkatan unit

KJA) 91

52. Grafik simulasi skenario model perkembangan KJA (peningkatan nilai


(17)

53. Grafik simulasi skenario model perkembangan KJA (peningkatan nilai

ekonomi) 92

54. Grafik simulasi skenario model peningkatan wisatawan (peningkatan

nilai ekonomi) 92

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta zonasi ekosistem Waduk Koto Panjang 105

2. Cashflow budidaya KJA 106

3. Cashflow nelayan perahu mesin 107

4. Cashflow nelayan perahu dayung 108

5. Nilai ekonomi jasa penyediaan budidaya KJA 109

6. Nilai ekonomi jasa penyediaan perikanan tangkap nelayan perahu

mesin 110

7. Nilai ekonomi jasa penyediaan perikanan tangkap nelayan perahu

dayung 111

8. Nilai ekonomi jasa kultural wisata 112

9. Diagram alir (flow diagram) model dinamik pengelolaan jasa


(18)

(19)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem Waduk Koto Panjang dibangun dengan membendung sungai Kampar Kanan dan Batang Mahat. Pembangunan ekosistem Waduk Koto Panjang memberikan pengaruh terhadap pemanfaatan lahan atau ruang di sekitar Waduk Koto Panjang. Untuk menghindari konflik pemanfaatan ruang tersebut pada tahun 1986 telah disusun zonasi daerah genangan proyek PLTA Koto Panjang sebagai pedoman dalam pemanfaatan lahan disekitarnya serta telah direview kembali pada tahun 2005. Adanya zonasi diharapkan keberadaan kegiatan lain disekitar waduk tidak akan menggganggu aktivitas PLTA Koto Panjang sehingga suplai tenaga listrik tidak tetap berkelanjutan. Berdasarkan zonasi PLN (2005) ekosistem Waduk Koto Panjang terdiri dari zona perikanan tangkap, zona budidaya perikanan, zona rekreasi/wisata air, zona konservasi sumberdaya perikanan, zona pasang surut waduk, zona lindung sempadan pantai, zona pulau timbul dan zona keamanan. Untuk peta zonasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

Ekosistem Waduk Koto Panjang merupakan salah satu ekosistem yang banyak memberikan jasa baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia. Jasa ekosistem didefinisikan sebagai manfaat langsung dan tidak langsung yang diperoleh manusia dari ekosistem dan diklasifikasikan sebagai jasa penyediaan (provisioning services) yaitu produk yang diperoleh dari ekosistem; jasa cultural (cultural services) yaitu manfaat nonmaterial yang diperoleh manusia dari ekosistem; jasa regulating (regulating services) yaitu manfaat yang diperoleh dari regulasi proses ekosistem; dan jasa supporting

(supporting services) yaitu manfaat yang diperlukan untuk produksi semua jasa ekosistem lainnya (de Groot et al. 2002, MEA 2003, TEBB 2010, Costanza et al.

2011).

Ekosistem Waduk Koto Panjang memiliki fungsi utama sebagai pembangkit listrik tenaga air, disamping itu ekosistem Waduk Koto Panjang juga dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya Keramba Jaring Apung (KJA), perikanan tangkap dan wisata. Pengembangan pengelolaan ekosistem Waduk Koto Panjang selain dari fungsi utama waduk juga memiliki fungsi pemanfaatan di berbagai bidang, salah satunya adalah perikanan budidaya KJA dan perikanan tangkap serta wisata. Laetje (2012) pengembangan usaha perikanan yang optimal dan berkelanjutan dapat tercapai jika memperhatikan beberapa aspek, yaitu (1) mempertahankan ketersediaan stok perikanan di perairan, (2) mempertahankan kelestarian dan kualitas lingkungan, (3) meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan tersebut, (4) meningkatkan keterpaduan dan pembangunan masyarakat di sekitar kawasan dan menetapkan zona pengembangan. Berkembangnya kegiatan perikanan budidaya, perikanan tangkap dan wisata pada saat ini tidak memperhatikan zonasi yang telah ditetapkan sehingga menjadi ancaman bagi kelangsungan beroperasinya PLTA Koto Panjang.

Kegiatan budidaya KJA di ekosistem Waduk Koto Panjang terus mengalami peningkatan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah petak KJA yang cukup signifikan sebesar 56,7 % dari tahun 2008 ke tahun 2014. Jumlah petak KJA di


(20)

ekosistem Waduk Koto Panjang adalah sebesar 1.228 petak. Lokasi budidaya KJA di ekosistem Waduk Koto Panjang terkonsentrasi di sekitar dam site sebesar 77 % dari total petak KJA yang ada. Hal ini sangat membahayakan bagi turbin disebabkan oleh limbah dari kegiatan tersebut yang akan mempercepat penurunan kualitas air pada damsite maupun hilir damsite. Kegiatan budidaya KJA menghasilkan sampah plastik, limbah organik berupa bangkai ikan, sisa pakan yang tidak termanfaatkan, feses ikan yang dampaknya mulai mengkhawatirkan dan akan menggangu operasional turbin. Akumulasi limbah organik yang menumpuk di dasar waduk akan mengalami proses dekomposisi menghasilkan amoniak yang tinggi. Kadar oksigen terlarut akan menurun akibat dari meningkatnya amoniak apabila terjadi pengadukan massa air waduk (up welling). Hal ini akan menyebabkan kematian massal ikan yang dipelihara. Kematian massal ikan juga terjadi di waduk Cirata, Saguling, Jatiluhur, danau Toba dan danau Singkarak, karena terlampauinya daya dukung waduk (Kartamiharja 1995, Nastiti et al. 2001 ), akibat adanya penurunan kualitas air yang serius dan timbulnya ledakan populasi algae atau sebagai akibat berjangkitnya penyakit tertentu (Hartoto dan Riduansyah 2002).

Kegiatan perikanan tangkap dilakukan oleh masyarakat di sekitar ekosistem Waduk Koto Panjang akibat adanya perubahan lahan yang menyebabkan perubahan mata pencaharian. Kegiatan perikanan tangkap dilakukan oleh nelayan seluruh area waduk dengan menggunakan armada penangkapan berupa perahu dayung dan perahu mesin. Alat tangkap digunakan masih sederhana yang dibuat sendiri oleh nelayan yaitu berupa jaring, pancing, jala dan kandang. Kegiatan wisata di ekosistem Waduk Koto Panjang mulai dikembangkan oleh Dinas Pariwisata dan Olah Raga Kabupaten Kampar pada tahun 2015 yaitu berupa wisata perahu, memancing, duduk santai dan berkemah.

Adanya kegiatan perikanan budidaya KJA, perikanan tangkap dan wisata diharapkan tidak mengganggu fungsi utama ekosistem Waduk Koto Panjang sebagai pembangkit tenaga listrik. Permintaan atas jasa ekosistem Waduk Koto Panjang terus meningkat sehingga trade off antar jasa tersebut akan menjadi faktor penting. Adanya peningkatan jumlah permintaan terhadap produksi perikanan budidaya, perikanan tangkap dan wisata akan menyebabkan penurunan kemampuan ekosistem Waduk Koto Panjang dalam menyediakan jasa ekosistem akibat degradasi lingkungan. Agar tidak terjadi penurunan kemampuan ekosistem Waduk Koto Panjang dalam menyediakan jasa maka harus memperhatikan aspek daya dukung ekosistem Waduk Koto Panjang. Daya dukung ekosistem Waduk Koto Panjang adalah ekosistem Waduk Koto Panjang dalam mendukung kegiatan yang ada di Waduk Koto Panjang. Daya dukung ekosistem Waduk Koto Panjang terdiri dari daya dukung ekologi yang merupakan tingkat maksimum penggunaan sebelum terjadinya penurunan kualitas ekologi dari ekosistem Waduk Koto Panjang dan daya dukung ekonomi yang melihat tingkat produksi yang memberikan keuntungan secara maksimum.

Penilaian ekonomi ekosistem Waduk Koto Panjang dilakukan pendekatan nilai ekonomi total dari jasa ekosistem yang berdasarkan daya dukung. Nilai ini merupakan nilai manfaat dari ekosistem Waduk Koto Panjang. Adanya kegiatan perikanan budidaya KJA, perikanan tangkap dan wisata tidak boleh tumpang tindih antar pemangku kepentingan sehingga diperlukan alternatif pengelolaan ekosistem Waduk Koto Panjang berdasarkan nilai ekonomi menggunakan analisis


(21)

sistem. Kerangka pemikiran penilaian ekonomi jasa ekosistem Waduk Koto Panjang dijelaskan pada Gambar 1.1.

Ekosistem waduk Koto Panjang Struktur dan fungsi

ekosistem waduk Koto Panjang

Jasa ekosistem waduk Koto Panjang

Jasa penyediaan ikan tangkap ikan

budidaya Jasa kultural wisata

Daya dukung ekologi waduk Koto Panjang

Daya dukung ekonomi waduk Koto

Panjang

Nilai ekonomi waduk Koto Panjang

Permasalahan Pemanfaatan ruang

tidak sesuai zonasi

Penuruan kualitas air waduk

Daya dukung ekologi dan ekonomi

menurun

Hipotesa Daya dukung ekologi

dan ekonomi lingkungan waduk dapat meningkatkan

nilai guna berbasis ekosistem waduk

Model dinamis

Formulasi alternatif pengelolaan ekosistem

waduk Koto Panjang


(22)

1.2 Perumusan Masalah

Ekosistem Waduk Koto Panjang memiliki luas 12400 ha yang dibangun pada tahun 1986 dengan fungsi utama sebagai pembangkit tenaga listrik dan mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 114 MW. Akibat dari pembangunan Waduk Koto Panjang 8.989 ha sawah dan kebun terpaksa ditenggelamkan sehingga timbul dampak sosial ekonomi akibat terjadinya perubahan lahan serta hilangnya mata pencaharian. Hal ini sebagai akibat perubahan lingkungan dari lahan pertanian menjadi area genangan waduk. Aktivitas perekonomian setelah pembangunan waduk tersebut diharapkan dapat memberikan pendapatan yang sama atau bahkan lebih besar dibandingkan sebelum adanya waduk. Seiring berjalannya waktu ekosistem Waduk Koto Panjang bukan hanya dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik, melainkan juga dimanfaatkan sebagai areal perikanan budidaya KJA, perikanan tangkap dan wisata.

Beberapa kegiatan mempunyai potensi untuk mempengaruhi kualitas lingkungan dari ekosistem Waduk Koto Panjang. Kegiatan yang dilakukan adalah perubahan penggunaan lahan dengan mengkonversi hutan menjadi lahan perkebunan. Sebagian besar dari luas buffer zone (daerah pelindung) Waduk Koto Panjang telah mengalami perubahan, yaitu sekitar 320,6 ha untuk perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit 287,36 ha dan 33,26 ha tanaman padi dengan luas total buffer zone waduk sebesar 674,3 ha. Perubahan penggunaan lahan tersebut akan menyebabkan terjadinya pengkayaan nutrien yang berlebih khususnya N dan P yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk yang digunakan di daerah pertanian dan perkebunan serta buangan limbah rumah tangga yang terbawa aliran sungai Kampar Kanan atau aliran permukaan (run-off) ke dalam waduk. Dampak lain yang ditimbulkan adalah terjadinya erosi dan sedimentasi yang akan mengakibatkan pendangkalan ekosistem Waduk Koto Panjang yang akan mempengaruhi umur teknis ekosistem Waduk Koto Panjang (Nur 2006).

Peningkatan jumlah petak KJA di ekosistem Waduk Koto Panjang diharapkan tidak akan meningkatkan status kesuburan ekosistem Waduk Koto Panjang. Jika kegiatan budidaya KJA secara intensif, jika tidak dilakukan secara benar akan menyebabkan meningkatnya beban masukan total fosfor (Mhlanga et al. 2013). Efluen dari aktivitas ini dapat memperkaya perairan dengan nutrien dan bahan organik yang menyebabkan pembentukan sedimen anoksik, perubahan komunitas benthos dan eutrofikasi (Demir et al. 2001; Guo dan Li 2003 dalam

Warsa 2016). Beban masukkan fosfor total yang berlebihan dapat menyebabkan eutrofikasi atau penyuburan suatu badan air. Berdasarkan hasil penelitian Hatta (2007) status ekosistem Waduk Koto Panjang berdasarkan kandungan klorofil-a telah mencapai eutrof, hal tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan kesuburan perairan dari tahun ke tahun.

Secara umum permasalahan di Waduk Koto Panjang dapat dirangkum dalam bentuk diagram dengan menggunakan model DPSIR (Driving-


(23)

Faktor Penggerak (Driver/D)

Tekanan Lingkungan (Environmental

Pressure /P)

Perubahan Kondisi Lingkungan (Environmental State

Change/S)

Dampak (Impact/I) Respon

(Responses/R) Populasi Penduduk

Ekonomi Energi Kegiatan Perikanan

Permintaan Wisata

Konversi Lahan (Penebangan Hutan untuk lahan pertanian

dan perkebunan) Peningkatan KJA Kebutuhan untuk Energi

Erosi Sedimentasi

Eutrofikasi Penurunan Debit Air

Peningkatan masalah ekologi, ekonomi dan

sosial Kebijakan Ekonomi

Kelembagaan

Dengan latar belakang permasalahan tersebut maka secara spesifik pertanyaan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut

1. Apa saja dan bagaimana kondisi jasa ekosistem Waduk Koto Panjang saat ini?

2. Berapa besar daya dukung ekologi dan ekonomi ekosistem Waduk Koto Panjang?

3. Berapa nilai ekonomi total ekosistem Waduk Koto Panjang? 4. Bagaimanakah model pengelolaan Waduk Koto Panjang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan nilai ekonomi jasa ekosistem Waduk Koto Panjang berdasarkan daya dukung. Adapun secara rinci tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi jasa ekosistem Waduk Koto Panjang.

2. Mengestimasi daya dukung ekologi dan ekonomi ekosistem Waduk Koto Panjang.

3. Mengestimasi nilai ekonomi total ekosistem Waduk Koto Panjang. 4. Menyusun model pengelolaan ekosistem Waduk Koto Panjang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Pemerintah: dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan kebijakan dan strategi pengelolaan waduk secara berkelanjutan.

Gambar 1.2 Kerangka permasalahan di Waduk Koto Panjang dengan pendekatan DPSIR


(24)

2. Masyarakat: memberikan kontribusi hasil pemikiran secara ilmiah bagi masyarakat bahwa masih ada peluang untuk mengembangkan budidaya perikanan KJA dan Wisata di Waduk Koto Panjang.

3. Perkembangan ilmu pengetahuan: sebagai bahan rujukan lebih lanjut terhadap pengelolaan waduk secara berkelanjutan.

1.5 Kebaruan (Novelty)

Kebaruan dalam penelitian ini terletak pada kebaruan konsep kerangka pikir dan analisis tentang:

1. Eksplorasi jasa ekosistem perairan umum daratan dalam formasi waduk yang dianalisis dengan menggunakan nilai ekonomi total berbasiskan daya dukung.

2. Sistem pengelolaan ekosistem perairan umum daratan dalam formasi waduk dengan menggunakan analisis komprehensif sistem dinamis.


(25)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Waduk

Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen -komponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Ekosistem perairan umum mencakup habitat seperti danau dan sungai, rawa, rawa, dan dataran banjir, sungai kecil, kolam dan gua perairan (MEA 2003).

Menurut KLH (2010) danau atau waduk adalah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya bersumber dari air permukaan dan/atau air tanah. Pada hakekatnya, ekosistem danau/waduk adalah ekosistem akuatik perairan danau/waduk dan ekosistem terestrial daerah tangkapan air danau/waduk. Perairan waduk merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang ada di permukaan bumi. Didalam ekosistem perairan waduk terdapat faktor-faktor abiotik dan biotik (produsen, konsumen dan pengurai) yang membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Waduk adalah genangan air dalam suatu cekungan permukaan tanah yang terbentuk secara buatan yang airnya bersumber dari air permukaan dan atau air tanah.

Menurut KNLH (2009) waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan dan berbentuk pelebaran alur atau badan atau palung sungai. Waduk terbentuk sebagai akibat adanya massa air yang mengisi lembah sungai. Ekosistem waduk termasuk habitat air tawar yang memiliki perairan tenang yang dicirikan oleh adanya arus yang sangat lambat sekitar 0,1–1 cm/detik atau tidak ada arus sama sekali. Oleh karena itu residence time (waktu tinggal) air bisa berlangsung lebih lama.

Berdasarkan pembentukannya, danau/waduk dapat dikelompokkan menjadi danau/waduk yang terbentuk secara alami (natural lake) dan yang terbentuk secara buatan (man made lake/artificial lake). Danau/waduk buatan dikenal dengan sebutan waduk (reservoir) atau bendungan, dan danau/waduk kecil disebut situ. Situ umumnya berperan sebagai fungsi pengaturan air untuk irigasi, pengendali banjir, perikanan, wisata alam dan lain-lain (KLH 2010).

Kuantitas dan kualitas air waduk berhubungan dengan tata air dan drainase wilayah serta dipengaruhi oleh tipe pemanfaatan badan air waduk dan pemanfaatan lahan di dalam wilayah tangkapannya. Fungsi ekosistem waduk akan mengalami penurunan apabila terjadi kerusakan di wilayah perairan maupun di daerah tangkapan airnya (DTA). Ekosistem waduk memiliki peranan penting dalam menjamin kualitas dan kuantitas ketersediaan air tawar, serta fungsi waduk lainnya diantaranya sebagai habitat kehidupan liar, peluang pengembangan ekonomi lokal, nilai estetika, religi dan tradisi. Secara ekologis waduk mempunyai fungsi dan manfaat sebagai tempat penampungan air, daerah resapan, dan habitat kehidupan liar, penahan instrusi air laut, sedangkan secara ekonomis berfungsi atau bermanfaat sebagai sumber air irigasi, perikanan dan wisata alam, transportasi dan sebagainya. Secara umum fungsi dan manfaat ekosistem waduk adalah sebagai berikut: sumber air baku (PDAM, industri), sumber air irigasi, sumber air kebutuhan rumah tangga, tempat perikanan tangkap dan perikanan


(26)

budidaya, sumber energi air untuk PLTA yang dibangun pada outlet

danau/waduk, pengendali banjir, karena menyimpan air di waktu musim hujan, objek pariwisata, sumber plasma nutfah (flora dan fauna endemik), pengendali iklim mikro, prasarana transportasi, sarana pendidikan dan penelitian (KLH 2010).

2.2 Kerusakan Ekosistem Waduk

Kerusakan ekosistem waduk adalah tidak atau berkurangnya fungsi ekosistem waduk dalam memberikan manfaat sebagai dampak dari adanya perubahan, baik secara fisik maupun non fisik terhadap ekosistem yang ada. Perubahan fisik yang dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem waduk seperti adanya pembangunan rumah hunian di bagian tanggul waduk, terjadinya sedimentasi yang berdampak terhadap semakin menyusutnya luasan waduk. Perubahan non fisik yang dapat berdampak terhadap kerusakan ekosistem waduk seperti pembuangan limbah yang dapat mengakibatkan pencemaran perairan dan berkurangnya populasi endemik (KLH 2010).

Ada dua faktor penyebab terjadinya kerusakan ekosistem waduk, yaitu: karena faktor alam dan faktor manusia. Kerusakan ekosistem karena faktor alam adalah kerusakan ekosistem waduk yang disebabkan oleh adanya bencana alam yang berdampak terhadap terjadinya kerusakan ekosistem. Sedangkan kerusakan ekosistem karena faktor manusia adalah kerusakan ekosistem waduk yang diakibatkan oleh dampak negatif yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia (KLH 2010).

2.3 Penilaian Jasa Ekosistem Waduk

Penilaian jasa ekosistem menggunakan istilah struktur dan fungsi untuk mendeskripsikan sistem alam. Struktur ekosistem mengacu pada komposisi ekosistem (berbagai bagian) dan organisasi fisik serta biologi yang mendefinisikan bagaimana bagian-bagian ini disusun. Fungsi ekosistem menjelaskan proses yang terjadi dalam suatu ekosistem sebagai akibat dari interaksi tanaman, hewan dan organisme lain (mikro) dalam ekosistem dengan satu sama lain atau lingkungan mereka dan yang melayani beberapa tujuan. Ekosistem struktur dan fungsi memberikan berbagai barang dan jasa kepada manusia yang memiliki nilai: misalnya, spesies langka tanaman atau hewan, ikan untuk penggunaan rekreasi atau komersial, air bersih untuk berenang atau diminum (NAP 2004).

Setidaknya ada tiga elemen kunci dalam deskripsi yang efektif dari ekosistem perairan: (1) geomorfologi, (2) hidrologi, dan (3) biologi. Secara kolektif, faktor-faktor ini membatasi stok bahan organik dan anorganik dalam sistem dan fluks internal dan eksternal dari materi dan energi. Untuk alasan ini, banyak upaya klasifikasi fokus pada tiga unsur dalam mengembangkan taksonomi dari ekosistem perairan. De Groot et al. (2002) telah mengembangkan taksonomi untuk fungsi-fungsi ekosistem, barang, dan jasa. Fungsi ekosistem dapat dikelompokkan menjadi empat kategori utama: (1) regulasi, (2) habitat, (3) produksi, dan (4) informasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2.1.


(27)

Fungsi Lingkungan Alamiah

Fungsi Informasi

 Informasi estetika

 Informasi spriritual dan keagamaan

 Informasi artistik dan budaya

 Informasi sain dan pendidikan

Fungsi Produksi

 Oksigen

 Air (minum, irigasi, dll)

 Makanan dan minuman bergizi

 Sumberdaya genetik

 Sumberdaya obat-obatan

 Bahan baku untuk pabrik

 Bahan bakar untuk energi

 Bahan baku untuk kontruksi

 Biokimia

 Pakan ternak dan pupuk

 Sumberdaya ornamental Fungsi Regulasi

 Perlindungan terhadap pengaruh-pengaruh bahaya alam

 Kesetimbangan energi global dan lokal

 Komposisi kimiawi atmosfer

 Iklim global dan lokal

 Pencegahan run-off dan banjir

 Daerah tangkapan air dan aliran bawah tanah

 Pencegahan erosi lahan, pengendalian sedimen

 Formasi tanah atas, pemeliharaan kesuburan

 Fiksasi energi matahari, produksi biomas

 Simpanan/daur bahan organik

 Daur nutrisi

 Daur limbah dan surplus

 Mekanisme pengendalian biologi

 Habitat migrasi dan nursery

 Keanekaragaman biologi dan genetik

Fungsi Carrier (Menyediakan ruang dan substrak untuk):

 Habitat manusia (pribumi) perkampungan

 Pengolahan (misal hasil panen, ternak, ikan)

 Konversi energi

 Wisata dan rekreasi

 Proteksi alam

Gambar 2.1 Fungsi lingkungan alamiah (de Groot et al., 2002)

Jasa ekosistem adalah manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem (Costanza et al. 1997; de Groot et al. 2002; MEA 2003). Tipologi jasa ekosistem dapat di lihat pada Tabel 2.1.


(28)

Tabel 2.1 Tipologi jasa ekosistem perairan tawar Jasa Penyediaan (Provisioning Services) Jasa Pengaturan (Regulating Services) Jasa Kultural (Cultural Services) Jasa Pendukung ( Supporting

Services) Air konsumsi (air

minum,

pertanian,industri)

Pengaturan kualitas air (pengolahan air)

Wisata Siklus nutrien dan produktivitas primer Air non konsumsi

(energi listrik dan transportasi)

Pengaturan banjir dan erosi

Organisme perairan untuk makanan dan obat-obatan

Sumber: MEA (2003)

Jasa-jasa tersebut berperan dalam pelestarian kondisi yang diperlukan kehidupan dan bermanfaat dalam penciptaan jasa ekosistem lainnya. Jenis jasa yang diperlukan serta besarnya ketergantungan setiap kelompok masyarakat terhadap jasa tersebut ternyata berbeda. Jasa ekosistem tertentu seperti berbagai jenis kacang-kacangan atau umbi-umbian yang dapat dimakan, produksi kayu, dan penyeimbang iklim ekstrim merupakan jasa yang sangat penting bagi kehidupan dan ketahanan pangan masyarakat miskin. Sementara itu, bagi kelompok masyarakat lain, jasa kultural dan religius dapat saja lebih bernilai dibandingkan dengan jasa lainnya (Rosa et al. 2008).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masyarakat memaknai suatu kondisi atau keadaan yang disediakan oleh ekosistem tergantung pada kemampuan ekosistem tersebut dalam menyediakan jasa yang diinginkan. Walaupun kadang kedekatan sebagian masyarakat dengan lingkungannya terhalang oleh berbagai faktor seperti kelembagaan sosial, budaya, dan teknologi. Tidak dapat dipungkiri bahwa semua individu pada umumnya sangat tergantung pada keberadaan jasa ekosistem (Rosa et al. 2008).

Dari sudut pandang ekonomi, secara tradisional beberapa jasa ekosistem dianggap sebagai positive externalities atau keuntungan ekternal dari keputusan -keputusan produksi dan manajemen. Berdasarkan perspektif tersebut, pengembangan pasar jasa ekosistem, atau secara lebih umum disebut pemanfaatan instrumen berbasis pasar, merupakan usaha untuk menginternalisasi atau memberi nilai ekonomi atas keuntungan yang dimaksud. Dengan demikian diharapkan ekosistem akan tetap terpelihara dan dapat diperbaiki untuk meningkatkan ketersediaan jasa ekosistem (Rosa et al. 2008). Pendekatan jasa ekosistem secara eksplisit mengintegrasikan kebutuhan manusia dan harapan dalam penilaian ekosistem. Jasa ekosistem yang diteliti di Waduk Koto Panjang adalah jasa penyediaan dan jasa cultural.

2.4 Daya Dukung Ekologi dan Ekonomi

Menurut Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup daya dukung lingkungan adalah kemampuan


(29)

lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya.

Menurut Pearce dan Kirk (1986) daya dukung (carrying capacity) adalah intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus menerus tanpa merusak alam, sedangkan menurut Bengen (2002), konsep daya dukung didasarkan pada pemikiran bahwa lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung pertumbuhan suatu organism. Daya dukung lingkungan sangat erat hubungannya dengan kapasitas asimilasi dari lingkungan yang menggambarkan jumlah limbah yang dapat dibuang kedalam lingkungan tanpa menyebabkan polusi. Daya dukung lingkungan dapat dibedakan menjadi (Bengen 2002):

1. Daya dukung ekologis, merupakan tingkat maksimum penggunaan suatu kawasan atau ekosistem, baik berupa jumlah maupun kegiatan yang diakomodasikan didalamnya, sebelum terjadi suatu penurunan kualitas ekologis kawasan atau ekosistem

2. Daya dukung fisik, merupakan tingkat maksimum penggunaan atau kegiatan yang dapat diakomodasikan dalam kawasan tanpa menyebabkan kerusakan atau penurunan kualitas kawasan tersebut secara fisik.

3. Daya dukung ekonomi, merupakan tingkat produksi (skala usaha) yang memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara ekonomi.

4. Daya dukung sosial, merupakan gambaran persepsi seseorang dalam menggunakan ruang pada waktu yang bersamaan, atau persepsi terhadap kehadiran orang lain secara bersama dalam memanfaatkan suatu area tertentu.

Menurut Caughley (1979) ada dua tipe daya dukung, yaitu:

1. Daya dukung ekologi menjelaskan ukuran herbivora dan populasi tanaman yang dapat dicapai secara alami apabila keduanya dibiarkan berinteraksi tanpa ada intervensi manusia.

2. Daya dukung ekonomi menjelaskan suatu kesetimbangan yang ditimbulkan oleh kelestarian pemanenan populasi herbivora.

Daya tampung danau dan/atau waduk yaitu kemampuan perairan danau dan/atau waduk menampung beban pencemaran air sehingga memenuhi baku mutu air dan status trofik. Daya tampung waduk sangat dipengaruhi oleh morfologi dan hidrologi waduk, khususnya karakteristik laju pembilasan air atau waktu tinggal air, yang tergantung pada volume waduk dan debit air keluar waduk. Danau atau waduk yang memiliki waktu tinggal air kurang dari 20 hari mempunyai kemampuan pencampuran air sehingga plankton tidak dapat tumbuh. Sedangkan danau maupun waduk yang memiliki waktu tinggal air antara 20 sampai 300 hari menyebabkan terjadinya proses stratifikasi. Apabila waktu tinggalnya lebih dari 300 hari akan terjadi stratifikasi yang stabil, serta dapat terjadi akumulasi unsur nutrien dan pertumbuhan plankton yang mengakibatkan eutrofikasi (KLH 2008).

Dalam Permen LH No. 28 Tahun 2009 dijelaskan bahwa daya tampung beban pencemaran air danau dan/atau waduk tergantung kepada karakteristik dan kondisi lingkungan disekitarnya, yaitu: (a). morfologi dan hidrologi danau dan/atau waduk; (b). kualitas air dan status trofik danau dan/atau waduk; (c). persyaratan atau baku mutu air untuk pemanfaatan sumber daya air danau


(30)

dan/atau waduk; dan (d). alokasi beban pencemaran air dari berbagai sumber dan jenis air limbah yang masuk danau dan/atau waduk

2.5 Kerangka Total Economic Value (TEV)

Kerangka nilai ekonomi yang sering digunakan dalam evaluasi ekonomi sumberdaya adalah konsep Total Economic Value (TEV) yang terdiri atas tiga tipe nilai, yaitu nilai pakai langsung (direct use value), nilai pakai tak langsung (indirect use value) dan nilai non pakai (non use value). Nilai pakai langsung diturunkan dari pemanfaatan langsung (interaksi) antara masyarakat dengan ekosistem. Nilai-nilai ini terdiri dari pemanfaatan konsumtif dan pemanfaatan non konsumtif. Nilai pakai tak langsung didefinisikan sebagai nilai fungsi ekosistem dalam mendukung dan melindungi aktifitas ekonomi atau sering disebut jasa ekosistem. Nilai pilihan (option value) terkait dengan nilai pakai (use value) yang merupakan pemanfaatan ekosistem dimasa datang. Nilai non pakai merupakan representasi dari individu yang tidak dalam posisi memanfaatkan ekosistem, tetapi memandang bahwa kelestarian ekosistem tetap perlu sebagai sebuah intrinsic value. Salah satu representasi dari nilai intrinsik adalah nilai keberadaan (existence value) (Adrianto 2006).

Sedangkan menurut Fauzi (2000) konsep penilaian ekonomi konvensional mendefiniskan nilai ekonomi sebagai nilai ekonomi total (net) yang merupakan penjumlahan dari nilai-nilai pemanfaatan (use values) dan nilai-nilai non-pemanfaatan (non-use values). Secara umum, memang sulit mengukur dengan pasti konsep use value dan non-use value di atas, sehingga penilaian ekonomi dengan menggunakan pendekatan di atas sering menjadi perdebatan menyangkut akurasi atau ketepatan dari pengukuran nilai ekonomi sumberdaya alam.

Salah satu kesulitan dalam mengukur nilai dari barang atau jasa yang dihasilkan sumberdaya alam adalah terdapat barang atau jasa dari sumberdaya alam yang tidak memiliki harga pasar dan tidak dapat diobservasi, sehingga nilai realnya tidak dapat diukur dengan baik. Menyikapi permasalahan tersebut, Krutila (1967) memperkenalkan konsep penilaian ekonomi total, yaitu sebuah usaha untuk memasukkan seluruh nilai dari kedua komponen nilai ekonomi sumberdaya alam, yaitu use value dan non-use value.

Dalam kerangka TEV individu bisa memegang use value dan non use value

jasa ekosistem perairan. Kerangka TEV terhadap jasa ekosistem perairan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kerangka total economic value jasa ekosistem perairan

Use Value Nonuse Value

Direct Indirect Existence dan Bequest Value

Perikanan tangkap dan rekreasi

Siklus nutrien Sumberdaya untuk generasi mendatang

Budidaya perikanan Pengendali banjir Keberadaan spesies karismatik Transportasi Fungsi habitat Keberadaan alam liar

Rekreasi Pendidikan


(31)

Estimasi nilai guna dan non guna sering dikaitkan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini dapat mempengaruhi estimasi use value dan nonuse value dari perspektif ex ante. konsep ekonomi untuk TEV untuk penilaian ex ante dengan ketidakpastian, baik dari pasokan atau sisi permintaan, adalah option price (Uskup 1983; Freeman 1985; Larson dan Flacco 1992; Smith 1983; Weisbrod 1964 dalam

Fauzi 2000). Option price adalah jumlah uang yang akan membayar seorang individu atau harus dikompensasikan untuk kondisi status quo ekosistem dan kondisi, baru yang diusulkan. Option price dapat diperkirakan untuk menghilangkan ketidakpastian atau untuk hanya mengubah probabilitas; mengurangi kemungkinan suatu peristiwa yang tidak pasti atau meningkatkan kemungkinan kejadian yang diinginkan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan atau mengukur manfaat dari ekosistem. Penilaian dapat dinyatakan dalam beberapa cara, termasuk uang, fisik unit atau indeks. Para ekonom telah mengembangkan sejumlah metode penilaian yang biasanya menggunakan unit moneter sementara para ekologis dan yang lainnya mengembangkan penilaian dengan unit non moneter seperti trade-off biofisik dan analisis kualitatif (Contanza et al. 2011). Sedangkan Turner (1993) dalam Fauzi (2000) yang mengklasifikasikan penilaian ke dalam dua kategori, yaitu nilai barang atau jasa melalui sebuah kurva permintaan dan tanpa melalui kurva permintaan.

Menurut Nunes (2001) dalam Adrianto (2004) menyebutkan ada dua kategori penilaian ekonomi yaitu: (1) mengeksplorasi data pasar yang ada dikaitkan dengan komoditas lingkungan, teknik penilaian dalam kategori ini adalah travel cost (TC) melalui pendekatan generalisasi biaya kunjungan (generalized travel cost), hedonic price (HP) menggunakan pendekatan hedonik untuk mengestimasi averting behavior (AB) menggunakan pendekatan generalisasi biaya pengeluaran untuk menilai jasa-jasa lingkungan termasuk biaya pencegahan kerusakan (avoided damage costs), biaya pengganti (replacement cost), biaya kompensasi (compensation cost) dan production function (PF) yang mengestimasi nilai ekonomi sebuah komoditas lingkungan melalui hubungan input-output produksi (2) state preferences method yang berdasarkan preferensi melalui teknik Contingent Valuation (CV).

Ada dua metode utama untuk memperkirakan nilai moneter nilai: expressed

atau state preference. Keduanya biasanya melibatkan penggunaan metode statistik yang canggih dalam menghasilkan nilai (Haab dan McConnell 2002). Sedangkan Metode Revealed preference melibatkan analisis pilihan individu secara nyata yang disimpulkan dari pilihan yang diamati. Contohnya termasuk penilaian berorientasi produksi yang terlihat pada perubahan nilai penggunaan langsung dari produk benar-benar diambil dari lingkungan (misalnya, ikan didapat dari laut). Metode ini mungkin juga berlaku untuk nilai penggunaan tidak langsung, misalnya manfaat hutan yang diberikan kepada produksi pertanian dengan mengendalikan erosi tanah. Metode revealed preference lain menyimpulkan nilai jasa ekosistem dari perubahan pasar perumahan. Misalnya, ekosistem hutan kota dan lahan basah dapat meningkatkan kualitas air dan yang mungkin bisa (sebagian) ditangkap dalam nilai properti (Phaneuf et al. 2008). Travel Cost

Method digunakan untuk nilai rekreasi jasa ekosistem berbasis sumber daya, uang,


(32)

Menurut Garrod dan Willis (1999) Revealed preference adalah teknik valuasi yang mengandalkan harga implisit dimana willingness to pay (WTP) terungkap melalui model yang dikembangkan. Beberapa teknik valuasi yang termasuk dalam revealed preference ini adalah : (i) travel cost method yang diperkenalkan oleh Hotelling (1941) yang selanjutnya dikembangkan oleh Wood dan Trice (1958); dan (ii) hedonic price method yang didasarkan pada teori atribut yang dikembangkan oleh Lancaster (1966) dalam (Fauzi 2000).

Stated preference bergantung pada respon individu untuk skenario hipotetis

yang melibatkan jasa ekosistem dan termasuk contingent valuation and structured

choice Experiments. Contingent valuation menggunakan metodologi survey

terstuktur yang meminta responden untuk menilai perbaikan ekosistem (misalnya, kualitas udara lebih baik) dan jasa ekosistem yang akan dihasilkan (misalnya, peningkatan stok salmo) (Boardman 2006). Choice experiments menyajikan responden dengan skenario yang mewujudkan kombinasi dari jasa ekosistem dan biaya moneter dan meminta skenario yang paling disukai untuk menyimpulkan nilai-nilai jasa ekosistem.

Menurut Garrod dan Willis (1999), expressed atau state preference adalah teknik penilaian yang didasarkan pada survai dimana keinginan membayar atau WTP diperoleh langsung dari responden, yang langsung diungkapkan secara lisan maupun tertulis. Salah satu teknik yang cukup popular dalam kelompok ini adalah

Contingent Valuation Method (CVM) atau Metode Valuasi Kontingensi. CVM

adalah motede teknik survey untuk menanyakan tentang nilai atau harga yang diberikan terhadap komoditas yang tidak memiliki nilai pasar (non-market). Dari uraian kedua teknik penilaian ekonomi sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan (non-market valuation) tersebut di atas, terdapat perbedaan paling mendasar antara keduanya. Revealed preference bekerja secara tidak langsung dalam pengukuran nilai ekonomi yang tidak dipasarkan. Adapun expressed/state preference merupakan teknik pengukuran langsung. Untuk kategori kedua, yaitu teknik penilaian tanpa melalui kurva permintaan, salah satu teknik yang terkenal adalah effect on production (EOP) atau pendekatan opportunity cost. Teknik ini menguji efek produktivitas sumberdaya terhadap intervensi atau campur tangan manusia. Dengan demikian, teknik ini memandang kualitas sumberdaya alam sebagai salah satu faktor produksi, sehingga perubahan kualitas lingkungan akan mempengaruhi produktivitas sumberdaya dan biaya produksi yang pada akhirnya turut menentukan perubahan harga dan produk. Sebagai contoh, polusi yang dilepaskan ke sungai akan mempengaruhi kualitas lingkungan sungai tersebut menjadi buruk, sehingga akan menurunkan produksi perikanan (Turner et al. 1993

dalam Fauzi 2000).

Pendekatan EOP dalam penggunaannya dapat mengukur nilai pemanfaatan langsung (direct use value). Banyak aplikasi dari teknik ini telah digunakan dalam studi atau kajian sumberdaya pesisir di negara berkembang. Ruitenbeek (1991) diacu dalam Fauzi (2000) telah menggunakan pendekatan ini untuk menduga nilai mangrove dan hubungannya dengan perikanan di Irian Jaya (Papua), Indonesia.

Menurut Fauzi (2000), metode lainnya yang termasuk dalam pendekatan

non-marked based adalah preventinve expenditure dan replacement cost.

Preventinve expenditure menempatkan nilai sumberdaya alam dan lingkungan


(33)

degradasi lingkungan atau untuk mengurangi pengaruh buruk terhadap sumberdaya alam dan lingkungan.

Adapun dalam teknik replacement cost, nilai sumberdaya alam didekati dari biaya atau pengeluaran untuk restorasi sumberdaya alam. Sebagai contoh, berkurangnya produktivitas sumberdaya perikanan dapat ditunjukkan dari hilangnya hutan mangrove, sehingga dalam teknik ini, biaya yang dibutuhkan untuk menanam kembali hutan mangrove yang hilang dapat dikonversikan sebagai sebuah pendugaan minimum dari manfaat yang dihasilkan sumberdaya (Fauzi 2000).

Travel Cost Method (TCM) dapat dikatakan sebagai metode yang tertua

untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung terhadap sumberdaya alam. Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaaan terhadap rekreasi di alam terbuka, seperti memancing, berburu dan hiking (Fauzi 2010). Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat rekreasi, misalnya untuk menyalurkan hobi memancing atau berekreasi di pantai, seseorang akan mengorbankan biaya dalam bentuk waktu dan uang untuk mendatangi tempat tersebut. Dengan mengetahui pola ekspenditure

dari konsumen ini, maka akan dapat dikaji barapa nilai (value) yang diberikan konsumen kepada sumberdaya alam dan lingkungan.

Dengan demikian, menurut Fauzi (2010) metode ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat dari : (i) perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi; (ii) penambahan tempat rekreasi baru; (iii) perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi; dan (iv) penutupan tempat rekreasi yang ada. Tujuan dasar TCM adalah ingin mengatahui nilai kegunaan dari sumberdaya alam melalui pendekatan proxy. Dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya alam tersebut.

Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya bersifat dapat dipisahkan (separable). Artinya, fungsi permintaan dari kegiatan-kegiatan yang berlangsung di lokasi yang menjadi obyek penelitian tidak dipengaruhi

(independent) oleh permintaan kegiatan rileks lainnya, seperti menonton televisi,

dan belanja atau shopping (Fauzi 2010).

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM, yaitu : (i) pendekatan sederhana melalui zonasi; dan (ii) pendekatan individual. Pendekatan TCM melalui zonasi adalah pendekatan yang relatif simpel dan murah karena data yang diperlukan relatif lebih banyak mengandalkan data sekunder dan beberapa data sederhana dari responden pada saat survai. Dalam teknik ini, tempat rekreasi pantai dibagi dalam beberapa zona kunjungan dan diperlukan data jumlah pengunjung per tahun untuk memperoleh data kunjungan per seribu penduduk. Dengan memperoleh data ini dan data jarak, waktu perjalanan, serta biaya setiap perjalanan per satuan jarak (per km), maka akan diperoleh biaya perjalanan secara keseluruhan dan kurva permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata (Fauzi 2010).

TCM berdasarkan pendekatan individual menggunakan data yang sebagian besarnya berasal dari kegiatan survai di lapangan. Metodologi pendekatan individual TCM secara prinsip sama dengan sistem zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui


(34)

survey dan teknik statistika yang relatif kompleks. Kelebihan dari metode TCM dengan pendekatan individu adalah hasil yang diperoleh relatif akurat daripada metode zonasi (Fauzi 2010).

Beberapa asumsi dasar yang harus dibangun agar penilaian terhadap sumberdaya alam tidak bias melalui TCM sebagaimana dikemukakan oleh Haab dan McConnel (2002) diacu dalam Fauzi (2010), antara lain : (i) biaya perjalanan dan biaya waktu digunakan sebagai proxy atas harga rekreasi; (ii) waktu perjalanan bersifat netral, artinya tidak menghasilkan utilitas maupun disutilitas; dan (iv) biaya perjalanan merupakan perjalanan tunggal (bukan multiple travel). Selain itu, menurut Fauzi (2010), TCM harus dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju sehingga tidak menganalisis aspek kunjungan ganda (multipurpose visit). Selanjutnya, para pengunjung atau individu juga harus dibedakan tempat mereka berasal untuk memilah pengunjung yang datang dari wilayah setempat (penduduk di sekitar lokasi wisata).

Tantangan utama dalam penilaian adalah informasi tidak sempurna. Bagi individu misalnya, tempat tidak memiliki nilai pada jasa ekosistem jika mereka tidak tahu peran peranan jasa bagi kehidupan mereka (Norton 1998) Berikut adalah analogi. Jika pohon jatuh di hutan dan tidak ada satu sekitar mendengarnya, apakah itu masih membuat suara? Jawabannya ini pertanyaan lama jelas tergantung pada bagaimana seseorang mendefinisikan "suara". Jika "suara" didefinisikan sebagai persepsi gelombang suara oleh orang-orang, maka jawabannya adalah tidak. Jika "Suara" didefinisikan sebagai pola energi fisik dalam udara, maka jawabannya adalah ya. Dalam kasus kedua, expressed atau

state preference menyatakan tidak akan mencerminkan manfaat sebenarnya dari jasa ekosistem. Kunci lainnya tantangan secara akurat mengukur fungsi sistem untuk benar menghitung jumlah jasa yang diberikan berasal dari bahwa sistem (Barbier et al. 2008; Koch 2009).

2.6 Sistem, Pendekatan Sistem dan Model

Secara leksikal, sistem berarti susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas dan sebagainya. Dengan kata lain, sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu lingkungan kompleks (Marimin 2004). Hartrisari (2007), mendefinisikan sistem sebagai kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan terorganisasi untuk mencapai tujuan. Menurut Muhammadi (2001), sistem adalah keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan. Pengertian keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan atau susunan (aggregate), yaitu terletak pada kekuatan (power) yang dihasilkan oleh keseluruhan itu jauh lebih besar dari suatu penjumlahan atau susunan.

Pengertian interaksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur, yang memberi bentuk/struktur kepada obyek, membedakan dengan obyek lain dan mempengaruhi perilaku dari objek. Pengertian unsur adalah benda, baik konkret atau abstrak yang menyusun objek sistem. Kinerja sistem ditentukan oleh fungsi unsur. Gangguan salah satu fungsi unsur mempengaruhi unsur lain sehingga


(35)

mempengaruhi kinerja sistem secara keseluruhan. Unsur yang menyusun sistem disebut bagian sistem atau sub-sistem (Muhammadi 2001).

Sistem terdiri atas komponen, atribut dan hubungan yang dapat didefinisikan sebagai berikut: (1) komponen adalah bagian-bagian dari sistem yang terdiri atas input, proses dan output. Setiap komponen sistem mengansumsikan berbagai nilai untuk menggambarkan pernyataan sistem sebagai seperangkat aksi pengendalian atau lebih sebagai pembatasan. Sistem terbangun atas komponen-komponen, komponen tersebut dapat dipecah menjadi komponen yang lebih kecil. Bagian komponen yang lebih kecil disebut dengan sub-sistem, (2) atribut adalah sifat-sifat atau manifestasi yang dapat dilihat pada komponen sebuah sistem. Atribut mengkarakteristikkan parameter sebuah sistem, (3) hubungan merupakan keterkaitan di antara komponen dan atribut (Muhammadi 2001).

Menurut Chechland (1981), ada beberapa persyaratan dalam berfikir sistem (system thinking), di antaranya adalah: (1) holistik tidak parsial; system thinkers harus berfikir holistik tidak reduksionis; (2) sibernitik (goal oriented); system thinkers harus mulai dengan berorientasi tujuan (goal oriented) tidak mulai dengan orientasi masalah (problem oriented); (3) efektif; dalam ilmu sistem erat kaitannya dengan prinsip dasar manajemen, dimana suatu aktivitas mentransformasikan input menjadi output yang dikehendaki secara sistematis dan terorganisasi guna mencapai tingkat yang efektif dan efisien. Jadi dalam ilmu sistem, hasil harus efektif dibanding efisien; ukurannya adalah cost effective

bukan cost efficient, akan lebih baik apabila hasilnya efektif dan sekaligus efisien. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis (Marimin 2004). Menurut Eriyatno (1999) karena pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir baru yang dikenal sebagai pendekatan sistem (system approach). Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem.

Keunggulan pendekatan sistem antara lain: (1) pendekatan sistem diperlukan karena makin lama makin dirasakan interdependensinya dari berbagai bagian dalam mencapai tujuan sistem, (2) sangat penting untuk menonjolkan tujuan yang hendak dicapai, dan tidak terikat pada prosedur koordinasi atau pengawasan dan pengendalian itu sendiri, (3) dalam banyak hal pendekatan manajemen tradisional seringkali mengarahkan pandangan pada cara-cara koordinasi dan kontrol yang tepat, seolah-olah inilah yang menjadi tujuan manajemen, padahal tindakan-tindakan koordinasi dan kontrol ini hanyalah suatu cara untuk mencapai tujuan, dan harus disesuaikan dengan lingkungan yang dihadapi, (4) konsep sistem terutama berguna sebagai cara berfikir dalam suatu kerangka analisa, yang dapat memberi pengertian yang lebih mendasar mengenai perilaku dari suatu sistem dalam mencapai tujuan.

Model adalah suatu penggambaran abstrak dari sistem dunia real atau nyata yang akan bertindak seperti sistem dunia nyata untuk aspek-aspek tertentu.


(36)

Menurut Eriyatno (1999), model merupakan suatu abstraksi dari realitas yang akan memperlihatkan hubungan langsung maupun tidak langsung serta timbal balik atau hubungan sebab akibat. Suatu model dapat dikatakan lengkap apabila dapat mewakili berbagai aspek dari realitas yang dikaji. Biasanya model dibangun untuk tujuan peramalan (forecasting) dan evaluasi kebijakan, yaitu menyusun strategi perencanaan kebijakan dan memformulasikan kebijakan (Tasrif 2004).

Menurut Muhammadi (2001), berdasarkan adanya pemahaman tentang kejadian sistemik, ada lima langkah yang dapat ditempuh untuk menghasilkan bangunan pemikiran (model) yang bersifat sistemik, yaitu:

a) Identifikasi proses, yaitu mengungkapkan pemikiran tentang proses nyata (actual transformation) yang menimbulkan kejadian nyata (actual state). Proses nyata tersebut merujuk kepada objektivitas dan bukan proses yang dirasakan atau subjektivitas.

b) Identifikasi kejadian yang diinginkan adalah memikirkan kejadian yang seharusnya, yang diinginkan, yang dituju, yang ditargetkan ataupun yang direncanakan (desired state). Keharusan, keinginan, target dan rencana merujuk kepada waktu yang akan datang, sehingga disebut pandangan ke depan atau visi. Visi yang baik perlu dirumuskan dengan kriteria layak (feasible) dan dapat diterima (aceptable).

c) Memikirkan tingkat kesenjangan antara kondisi faktual dengan yang diinginkan. Kesenjangan adalah masalah yang harus dipecahkan atau merupakan tugas (misi) yang harus diselesaikan. Perumusan masalah secara konkrit bisa dinyatakan dalam ukuran kuantitatif atau kualitatif. d) Identifikasi mekanisme tentang variabel-variabel untuk menutup

kesenjangan antara faktual dengan kejadian yang diinginkan. Dinamika tersebut adalah aliran informasi tentang keputusan-keputusan yang telah bekerja dalam sistem, yang merupakan hasil pemikiran dari proses pembelajaran yang dapat bersifat reaktif ataupun kreatif. Pemikiran reaktif ditunjukkan oleh aksi yang bentuk atau polanya sama dengan tindakan masa lampau dan kurang antisipatif terhadap kejadian yang akan datang. Sedangkan pemikiran kreatif ditunjukkan oleh aksi yang bentuk atau polanya berbeda dengan masa lampau yang dapat bersifat penyesuaian tindakan masa lampau (adjustment) atau berorientasi masa depan (visionary).

e) Analisis kebijakan, yaitu menyusun alternatif tindakan atau keputusan

(policy) yang akan diambil untuk mempengaruhi proses nyata sebuah

sistem dalam menciptakan kejadian nyata. Keputusan tersebut dimaksudkan untuk mencapai kejadian yang diinginkan. Alternatif tersebut dapat satu atau kombinasi bentuk-bentuk intervensi, baik yang bersifat struktural atau fungsional. Intervensi struktural artinya mempengaruhi mekanisme interaksi pada sistem, sedangkan intervensi fungsional artinya mempengaruhi fungsi unsur dalam sistem. Pengembangan dan penetapan alternatif intervensi tersebut dipilih setelah dilakukan pengujian (simulasi komputer atau simulasi pendapat pakar).

Perilaku dinamis dalam model dapat dikenali dari hasil simulasi model. Simulasi model terdiri atas beberapa tahap, yaitu penyusunan konsep, pembuatan model, simulasi dan validasi hasil simulasi. Model dapat dinyatakan baik bila kesalahan atau simpangan hasil simulasi terhadap gejala atau proses yang terjadi


(37)

di dunia nyata relatif kecil. Hasil simulasi yang sudah divalidasi digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

2.7 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dan telah dilakukan disampaikan pada Tabel 2.3.


(38)

Tabel 2.3 Ikhtisar penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang dilaksanakan

No Penulis Judul Tahun Sumber Metodologi Hasil

1 Hariyadi Pengaruh pencemaran dan sedimentasi dari penggunaan lahan terhadap daya dukung waduk (studi kasus waduk duriangkang di pulau batam)

2001 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB

Kualitas air Beban pencemar sedimentasi

Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh pencemaran dan sedimentasi akibat penggunaan lahan dalam sistem DAS Duriangkang terhadap daya dukung Waduk Duriangkang 2 Hasibuan Pengembangan kebijakan

pengelolaan daerah aliran sungai bagian hulu untuk efektifitas waduk: studi kasus das citarum hulu terhadap efektifitas waduk saguling di provinsi jawa barat

2005 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB

Statitik deskriptif SWOT

AHP

Penelitian ini memfokuskan pada formulasi pengembangan kebijakan pengelolaan Das Citarum Hulu agar tercapai efektifitas Waduk Saguling 3 Prihadi Pengelolaan Budidaya Ikan

Secara Lestari Di Waduk (Studi Kasusu Di Perairan Waduk Cirata, Jawa Barat)

2005 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB

Kualitas air Baku mutu air Analisis

komponen utama Indeks STORET Indeks similaritas canberra

Komposisi jenis kelimpahan

Penelitian ini memfokuskan pada kondisi kegiatan budidaya dalam keramba jaring apung kaitannya dengan daya dukung dan zonasi, dampak kegiatan budidaya ikan dalam keramba jaring apung terhadap kualitas air, kebijakan pengelolaan waduk berbasisi budidaya ikan secara lestari


(39)

21

No Penulis Judul Tahun Sumber Metodologi Hasil

4 Dwiastuti Pengelolaan sumberdaya lahan dan air di daerah tangkapan air bendungan sutami dan sengguruh: suatu pendekatan optimasi ekonomi

2006 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB

Linear programing Optimasi dinamik

Penelitian ini memfokuskan pada model sistem DTA dengan menyatukan sub-sistem waduk dan sub-sistem ekologi bendungan-waduk sebagai satu unit pengambil keputusan, nilai eksternalitas erosi yang berasal dari pengelolaan pola tanam dengan memperhatikan beberapa periode

5 Ismail Penilaian ekonomi dan kebijakan pengelolaan lingkungan waduk dalam pembangunan(studi kasus waduk ir. H juanda)

2007 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB

TEV

Daya dukung SWOT

Penelitian ini memfokuskan pada nilai ekonomi pemanfaatan waduk, persepsi masyarakat disekitar waduk terhadap pemanfaatan dan eksistensi suberdaya waduk, dampak penurunan kualitas air terhadap operasional PLTA, dampak alih fungsi lahan yang terjadi di bagian hulu DAS citarum terhadap keberadaan sumberdaya alam waduk

Tabel 2.3 Ikhtisar penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang dilaksanakan (lanjutan)


(40)

22

No Penulis Judul Tahun Sumber Metodologi Hasil

6 Simarmata Kajian keterkaitan antara kemantapan cadangan oksigen dengan beban masukan bahan organik di waduk Ir. H Juanda Purwakarta Jawa Barat

2007 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB MPN Anova Analisis Keseimbangan dinamik Analisis hubungan

Penelitian ini memfokuskan pada kemampuan perairan menerima beban bahan organik

7 Walukow Rekayasa Model Pengelolaan Danau Terpadu Berwawasan Lingkungan Studi Kasus di Danau Sentani

2009 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB Kualitas air Beban pencemar Kapasitas asimilasi USLE ISM Model Dinamik

Penelitian ini memfokuskan pada kapasitas asimilasi parameter kualitas air di Danau Sentani, model kelembagaan pengelolaan danau dan model sistem dinamik pengelolaan danau lestari

8 Widiyati Rancang Bangun Model

Pengelolaan Waduk

Berkelanjutan berbasis Perikanan Budidaya Keramba Jaring Apung (kasus Waduk Cirata Jawa Barat)

2011 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB Kualitas air Beban pencemar Kapasitas asimilasi ISM Model Dinamik

Penelitian ini memfokuskan pada daya dukung lingkungan perairan Waduk Cirata, model kelembagaan untuk pengelolaan waduk, model sistem dinamik pengelolaan waduk dan keberlanjutan pengelolaan Waduk Cirata berbasisi perikanan budidaya keramba jaring apung Tabel 2.3 Ikhtisar penelitian terdahulu Terkait dengan penelitian yang dilaksanakan (lanjutan)


(41)

23

No Penulis Judul Tahun Sumber Metodologi Hasil

9 Sutrisno Valuasi Ekonomi Konversi Lahan Pertanian ke Non Pertanian di Daerah aliran Sungai (DAS) Waduk wonogiri.Studi Kasus di wilayah sub-Das Keduang Kabupaten Wonogiri

2011 Disertasi pada Sekolah Pascasarjana IPB Analisis spasial Analisis produktifitas usaha tani Analisis

kesempatan kerja yang hilang Metode USLE Sediment delivery ratio

Perbandingan Qmax/Qmin Koefisien Aliran Permukaan

Baku mutu air

Penelitian ini memfokuskan pada pola,laju dan neraca konversi lahan pertanian ke non pertanian, dampak konversi lahan pertanian ke non pertanian, nilai manfaat multifungsi lahan pertanian yang hilang akibat konversi lahan pertanian ke non pertanian, kebijakan pemerintah tentang konversi lahan pertanian ke non pertanian, arahan kebijakan dan strategi pengelolaan DAS

10 Pahlefi Dampak pembangunan waduk terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat : Suatu kajian terhadap kasus perubahan mata pencaharian masyarakat di sekitar waduk PLTA Kota Panjang Kabupaten Lima Puluh Kota Propinsi Sumatera Barat

Tesis master pada

Program Pascasarjana UI

Penelitian ini memfokuskan pada dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan waduk PLTA Koto Panjang terhadap kehidupan masyarakat di sekitar waduk khususnya dilihat dari perubahan mata pencaharian

Tabel 2.3 Ikhtisar penelitian terdahulu Terkait dengan penelitian yang dilaksanakan (lanjutan)


(42)

No Penulis Judul Tahun Sumber Metodologi Hasil

11 Simoen Dampak Hidrologis

Pembangunan Waduk Koto Panjang Terhadap Kompleks Candi Muara Takus di Riau

2000 Majalah Geografi Indonesia

Pendugaan geolistrik

Schlumberger dan wenner

Penelitian ini memfokuskan pada dampak adanya genangan terhadap bangunan candi dan alternatif untuk menanggulangi dampak yang terjadi

12 Akbar Dampak Pembangunan PLTA Koto Panjang Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan XIII Koto Kampar Riau

2004 Tesis master pada

Program Pascasarjana USU

Uji rangking bertanda

Wilcoxon

Penelitian ini memfokuskan pada Dampak Pembangunan PLTA Koto Panjang Terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan XIII Koto Kampar Riau

13 Aliar Perkembangan Pembinaan

Lingkungan Hidup

Kemasyarakat Pasca Pembangunan PLTA Koto Panjang dan Dampaknya di Kabupaten Kampar dalam

Perspektif Hukum

Lingkungan

2004 Jurnal Hukum Respublica

deskriptif penelitian ini memfokuskan pada pembinaan lingkungan hidup

kemasyarakat pasca

pembangunan PLTA Koto Panjang dan dampaknya

14 Warsa Hubungan Nutrien (N Dan P) Terhadap Kelimpahan

Fitoplankton Dl Waduk Koto Panjang, Rlau

2006 Prosiding Seminar Nasioml Ikan IV

Kualitas air Regresi berganda

Penelitian ini memfokuskan pada nutrient (N dan P) terhadap kelimpahan fitoplankton dl Waduk Koto Panjang.


(1)

Lampiran 6 Nilai ekonomi jasa penyediaan perikanan tangkap nelayan perahu mesin

1 Nilai statistik yang diperlukan

No Uraian Keterangan

1 Total Jumlah nelayan mesin Tahun 2013 419

2 Q rata-rata(RQ) 3.935

3 Multiple R 0,990428

4 R Square 0,980948

5 F hitung dan F significance 586,9617 1,12921E-47

6 Intercept (bo) 3,66675

7 Koefisisen regresi harga (b1) (P value) -0,98669 1,15314E-43 8 Koefisisen regresi umur (b2) (P value) 0,070067 0,061305261 9 Koefisisen regresi pendidikan (b3) (P value) -0,00699 0,850950418 10 Koefisisen regresi jumlah tanggungan (b4) (P value) -0,00375 0,907209004 11 Koefisisen regresi pendapatan (b5) (P value) 0,78545 7,42057E-49

11 Variabel Y

Jumlah hasil

tangkapan

12 total luas lahan penangkapan (L) 2715

13 jumlah sampel (n) 60

2 Kostanta (a) = bo+(b2*X2)+(b3*X3)+(b4*X4)+(b5*X5) 18,05102174

3 Harga maksimum (Pmax) = (RQ/a)^(1/b1) 20.036

4 Surplus konsumen = 0.5*Qrata-rata *(Pmax – Prata-rat) 8.193.399.511,26

5 Nilai Ekonomi (NE) nelayan perahu mesin = CS x N / L 1.264.469.391


(2)

Lampiran 7 Nilai ekonomi jasa penyediaan perikanan tangkap nelayan perahu dayung

1 Nilai statistik yang diperlukan

No Uraian Keterangan

1 Total Jumlah nelayan dayung Tahun 2013 180

2 Q rata-rata 2.621

3 Multiple R 0,993119

4 R Square 0,986285

5 F hitung dan F significance 345,1721 1,57648E-21

6 Intercept (bo) 4,362564

7 Koefisisen regresi harga (b1) (P value) -1,01562 3,91394E-22 8 Koefisisen regresi umur (b2) (P value) -0,11086 0,052517836 9 Koefisisen regresi pendidikan (b3) (P value) -0,09759 0,157139049 10 Koefisisen regresi jumlah tanggungan (b4) (P

value)

0,068501 0,101891576 11 Koefisisen regresi pendapatan (b5) (P value) 0,793158 1,08727E-22 11 Variabel Y

Jumlah hasil tangkapan 12 total luas lahan penangkapan (L) 1170,24

13 jumlah sampel (n) 28

2 Kostanta (a) = bo+(b2*X2)+(b3*X3)+(b4*X4)+(b5*X5) 17,355156

3 Harga maksimum (Pmax) = (RQ/a)^(1/b1) 11.363

4 Surplus konsumen = 0.5*Qrata-rata *(Pmax – Prata-rat)

1.514.317.825,94

5 Nilai Ekonomi (NE) nelayan dayung = CS x N / L 232.924.194


(3)

Lampiran 8 Nilai ekonomi jasa kultural wisata

1 Nilai statistik yang diperlukan

No Uraian Keterangan

1 Total Jumlah Pengunjung Tahun 2013 13.140

2 Q rata-rata 4,9

3 Multiple R 0,90051

4 R Square 0,810918

5 F hitung dan F significance 37,16893 1,5002E-09

6 Intercept (bo) 7,53963

7 Koefisisen regresi travel cost (b1) (P value) -0,80782 8,3698E-11 8 Koefisisen regresi pendapatan (b2) (P value) 0,224866 0,04218452 9 Koefisisen regresi jarak (b3) (P value) -0,10454 0,46111199 11 Variabel Y

Jumlah

Kunjungan

12 total luas lahan wisata(L) 200

13 jumlah sampel (n) 30

2 Kostanta (a) = bo+(b2*X2)+(b3*X3) 11,24855453

3 Harga maksimum (Pmax) = (RQ/a)^(1/b1) 155.955

4 Surplus konsumen = 0.5*Qrata-rata *(Pmax – Prata-rat) 3.937.666,73

5 Nilai Ekonomi (NE) wisata = CS x N / L 258.704.704


(4)

 

L j_Tangkapan

Nelayan_Dayung Tangkapan Nelayan_Dayung

L j_Tangkapan_W isa tw an

Tangkapan W isataw an F r_Tangkapan

Nelayan_Dayung

F r_Tangkapan W isatw an

Tangkapa n Total F r_Tangkapan I kan_Tangkapan L j_Tangkapan_NM Tangkapan Nelayan Mesin F r_Tangkapan_Nela yan Mesin F r_Tangkapan

Harga Ikan Lj_Pendapatan ND

Pendapatan Nelayan Dayung

Lj_Pendapatan W isataw an

Pendapatan W isataw an F r_Biaya Tangkapan

W isatw an

F r_Biaya Tangkapan ND Lj_Pendapatan NM Pendapatan Nelayan Mesin Biaya Tangkapan NM Tangkapan Nelayan_Dayung Surplus Konsumen ND Surplus Konsumen

W isataw an

Surplus Konsumen NM

Jumlah_Ikan_KJA

Fr_Harga Ikan_KJA

SR_Ikan P adat_Tebar Ikan

Berat Rata2 Ikan Jml_Panen_KJA

Total Produksi KJA

Lj_Pendapatan_KJA Pendapatan_KJA Fr_Biaya KJA Lj_Biaya_KJA Jumlah KJA Fr_Prtambahan KJA Jumlah KJA Surplus Konsumen KJA Lj_Biaya ND

Biaya per Trip ND Jml Trip Tangkapan Lj Biaya NM

Biaya per trip NM

Biaya per Trip W S Jml Trip W S

Lj_Biaya W S

Lj_Prtambahan NE_KJA NE_KJA AK Jml_Pembudidaya Lj_NE_NM NE_NM AK Jml_Nelayan Mesin Surplus Konsumen NM

Lj_NE W isata NE_W ista AK

NE-ND AK

Jml_Nelayan Dayung

N Ilai Ekonomi Total

Total_Limbah_Wad uk Jumlah Penduduk

Lj Kelahiran Pddk Fr Kelahiran_Pddk

Lj Kematian Pddk Fr_Kematian_Pddk Total Limbah_KJA Lj_Limbah KJA Berat_Ikan_rata2 Lj_Limbah_W isataw an Total_Limbah W isataw an Total_Hari

Jml_W isataw an Lj_Limbah_Pddk Total Limbah Penduduk Total_Hari Daya_Tampung Limbah Konv_Limbah_Oran g_perhari Konv_Limbah_Oran g_perhari Fr_Konv_Pakan Keb_Pakan Ikan Jumlah_Ikan_per KJA Total_Panen_Ikan_r

ata2 Lj_Limbah Nelayan

Total_Limbah Nelayan Jumlah Nelayan Konv_Limbah_Oran g_perhari Total_Hari Lj_Pertambahan_Ik an Stok_Ikan Lj_Pengurangan_Ik an Fr_Pertambahan_St ok

Kelimpahan Ikan L s_Waduk Pengaruh

Kelimpahan thd Pertumbuhan Ikan

Fr_Penurunan Stok F r _Tangkapan

Stok_Ikan

Lj_Prtmbahan_KJA

Lj_NE_ND Koef_Prtmabahan

Copy of Copy 2 of Lj_Prtmbahan KJA

Copy of Jml KJA Skenario

Copy of Copy 2 of Fr_Prtmbahan KJA Copy of Copy of Koef_Prtmabahn

L uas Tangkapan W isataw an

Fr_Mortalitas Alami

Total_Limbah_Wad uk

Copy of Jumlah_Ikan_KJA

Copy of Fr_Harga Ikan_KJA

Copy of SR_Ikan Copy of P adat_Tebar Ikan

Copy of Berat Rata2 Ikan Copy of

Jml_Panen_KJA C opy of Total

Produksi KJA

Copy of Lj_Pendapatan_KJA

Copy of Pendapatan_KJA

Copy of Fr_Biaya KJA Copy of

Lj_Biaya_KJA Copy of Jumlah KJA

Copy of Fr_Prtambahan KJA

Copy of Jumlah KJA

Copy of Surplus Konsumen KJA

Copy of Lj_Prtambahan

NE_KJA

Nilai Ekonomi KJA Skenario AK Copy of Jml_Pembudidaya

Copy of Lj_NE W isata

Nilai Ekonomi W isata Skenario AK Copy of

Lj_Prtmbahan_KJA Copy of

Koef_Prtmabahan

Copy of Luas Tangkapan W isataw an

Copy of Harga Ikan

Copy of Lj_Pendapatan

W isataw an

Copy of Pendapatan W isataw an Copy of Fr_Biaya

Tangkapan W isatw an

Tangkapan Nelayan_Dayung

Copy 3 of Surplus Konsumen W isataw an

Copy of Biaya per Trip W S C opy of Jml Trip W S

Copy of Lj_Biaya W S Tangkapan

W isataw an N ilai Ekonomi Total

Skenario Daya Dukung

Nilai Ekonomi W isata Jml_W isataw an

Tangkap Luas KJA

Nilai Ekonomi KJA

Luas Penangkapan

NIlai Ekonomi_ND Luas Penangkapan

Nilai Ekonomi_NM

Luas KJA Skenario

Nilai Ekonomi KJA Skenario Daya dukung Ikan

Daya dukung Ikan

Copy 2 of Jml_W isataw an

Tangkap

Nilai Ekonomi W isata skenario Nilai Ekonomi

W isata skenario

Nilai Ekonomi KJA Skenario

NIlai Ekonomi_ND Nilai Ekonomi_NM


(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuok Kampar pada tanggal 09 Januari 1979 sebagai anak kedua dari 2 bersaudara pasangan Bpk Anas Husin dengan Ibu Syamsidar (Almh). Menikah pada tahun 2004 dengan M.Yusri Rahmalis ST dikaruniai tiga putra yaitu Andini Muthmainnah, Muhammad Fahim Arsyadi dan Muhammad Fatih Abqari.

Penulis menempuh pendidikan SD, SLTP Dan SLTA di Bangkinang Kabupaten Kampar. Penulis menempuh pendidikan S1 di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 1997-2001. Pendidikan S2 ditempuh di Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2002-2006. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan S3 di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan beasiswa dari Kementerian Pendidikan Nasional. Bekerja di jurusan Sosial Ekonomi Perikanan fakultas Perikanan Universitas Riau (UR) sejak tahun 2008.

Artikel berjudul “Carrying Capacity Of Koto Panjang Reservoir’s

Ecosystem Provisioning Services For Floating Net Cage Culture (FNC)” telah diterbitkan oleh International Journal of Research in Earth and Environmental Science Vol. 4, No. 2 (2016), ISSN 2311-2484 (Paper).