Ga mbar
50 P eta
re nc
ana sirkulasi
3. Vegetasi Pengarah
Vegetasi pengarah digunakan sebagai pergerakan pergerakan kendaraan dan pejalan kaki. Vegetasi ini ditanam sepanjang jalur sirkulasi. Selain untuk
mengarahkan pergerakan pengunjung, vegetasi ini juga dapat digunakan sebagai peneduh di jalur sirkulasi. Karakteristik vegetasi yang digunakan adalah tidak
memiliki perakaran besar yang menembus permukaan tanah dan percabangan tidak menjuntai kebawah.
Beberapa vegetasi yang dapat digunakan pada tapak antara lain ketapang Terminalia cattapa, Pinang Areca catechu, asoka Ixora japonica, hanjuang
cordyline sp., pucuk merah Syzygium oleina dan bunga merak Caesalpinia pulcherrima
.
4. Vegetasi Estetika
Vegetasi ini ditujukan untuk meningkatkan nilai visual tapak. Kombinasi antara bentuk, warna, tekstur tanaman akan menambah keindahan sebuah ruang.
Vegetasi estetika akan ditanam pada ruang penerimaan dan ruang pelayanan. Penanaman vegetasi estetika menggunakan pola informal sehingga menimbulkan
kesan menyambut pengunjung. Perpaduan ragam bentuk dan warna vegetasi dapat menarik perhatian pengunjung untuk berkunjung.
Beberapa vegetasi yang dapat digunakan pada tapak antara lain kamboja Plumeria rubra, bunga kertas Bougenvillea sp., bunga pagoda Clerodendrum
sp., soka Ixora salicifolia, palem ekor tupai Caryota mitis, sawo kecik Manilkara kauki, dan akasia Acacia auriculiforms.
5. Vegetasi Budidaya
Penanaman vegetasi budi daya merupakan salah satu bentuk akomodasi kebutuhan mata pencaharian masyarakat setempat. Hal ini diintegrasikan kedalam
program wisata waduk untuk menjadi objek wisata edukasi budi daya. Jenis vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi perkebunan dan kehutanan yang
memang sudah ada di kawasan Waduk Koto Panjang.
Beberapa contoh vegetasi yang digunakan antara lain karet Havea brasilliensis
, mangga Mangifera indica, jahe merah Zingiber officinale, jengkol Pithecellebium jiringa, petai hutan Parkia speciosa, durian Durio
zibethinus , rambutan Nephelium lappaceum, nangka Artocarpus heterophyllus,
kelapa Cocos nucifera, kayu ubi Ptenandra galeata, kedondong hutan Canarium sp., cabe Capsium sp., ubi jalar Ipomea sp., ubi kayu Manihot
esculenta , kacang tanah Arachis hypogaea, pepaya Carica papaya, dan pisang
Musa sp.. 6.
Vegetasi Screen dan Pembatas
Vegetasi screen dan pembatas ditanam pada ruang pelayanan, ruang penerimaan, dan ruang pemanfaatan. Vegetasi yang dipilih merupakan vegetasi
merambat dan semak agar dapat menutupi dan membatasi area yang boleh dan tidak boleh dikunjungi oleh pengunjung.
Beberapa vegetasi yang dapat digunakan pada tapak antara lain palem wregu Rhapis excelsa, kumis kucing Orthosiphon aristatus, fatsia Fatsia japonica,
dan bunga pagoda Clerodendrum sp..
Rencana Daya Dukung
Perencanaan daya dukung kawasan merupakan aspek yang penting dalam konsep ekowisata. Perhitungan daya dukung dilakukan untuk mengetahui ambang
batas jumlah pengunjung yang dapat ditampung dalam suatu kawasan tanpa mengurangi kenyamanan pengunjung dalam melakukan aktivitas wisata.
Perhitungan ini juga dilakukan agar meminimalisir dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas yang dilakukan terhadap kondisi ekologi kawasan.
Perhitungan daya dukung kawasan diperoleh dari hasil pembagian jumlah luasan ruang fasilitas dengan standar kebutuhan ruang per orang. Sesuai dengan
konsep perencanaan sebagai kawasan ekowisata, jumlah pengunjung kawasan dibatasi dengan meningkatkan luas kebutuhan ruang tiap orang pada tiap ruang
pengembangan. Nilai daya dukung tiap ruang pada kawasan wisata waduk disajikan pada Tabel 35.
Tabel 35 Nilai daya dukung
Ruang Fasilitas
Satuan Σ Luas
m
2
Standar Kebutuhan
Ruang m
2
org Daya
Dukung org
Koefisien Rotasi
Σ Daya Dukung
orghari Σ
Luas m
2
Wisata utama
Jalur pedestrian
1 22004m
22004m 10m
2200 -
- Perahu
25 7,5
187,5 0,7
267 3
801 Dermaga
perahu 6
30,0 180,0
2,0 90
3 270
Tambak keramba
jaring apung 182
119,0 21.658,0
65 333
3 999
Dek 3
300,0 900,0
10,0 90
4 360
Vegetasi peneduh Vegetasi pengarah
Vegetasi estetika Vegetasi screen
Gambar 51 Ilustrasi jenis vegetasi yang digunakan
Tabel 35 Nilai daya dukung lanjutan
Ruang Fasilitas
Satuan Σ Luas
m
2
Standar Kebutuhan
Ruang m
2
org Daya
Dukung org
Koefisien Rotasi
Σ Daya Dukung
orghari Σ
Luas m
2
Restoran apung
1 800,0
800,0 2,0
400 3
1200 Restoran
1 400,0
400,0 2,0
200 5
1000 Area outbound
1 67191,0
67191,0 30,0
2239 1
2239 Area
berkemah 1
10247,0 10247,0
90,0 113
1 113
Area piknik 1
13232,0 13232,0
20,0 661
1 661
Gd. pusat penelitian budi
daya karet 1
450,0 450,0
4,0 112
6 672
Lahan pembibitan
1 5000,0
5000,0 8,0
625 4
2500 Gd. Pusat budi
daya ikan 1
450,0 450,0
4,0 112
5 560
Menara pandang
3 25,0
75,0 4,0
18 10
180 Area
pertunjukan 1
600,0 600,0
4,0 150
4 600
Ruang mulitimedia
1 200,0
200,0 4,0
50 4
200 Halte mobil
wisata 4
100,0 400,0
1,0 400
6 2400
Pusat informasi
1 12,0
12,0 1,0
12 32
384 Musholla
1 150,0
150,0 1,0
150 5
750
Total 7485
Penyangga dan wisata
pendukung Jalur
interpretasi 1
1500,0m 1500,0m
10,0 150
- -
Shelter 45
9,0 405,0
2,0 202
20 4040
Bangku 55
2,0 110,0
0,7 157
24 3768
Menara pandang dan
pengawas 2
25,0 50,0
4,0 12
10 120
Papan informasi dan
interpretasi 50
0,75 37,5
1,0 37
30 1110
Dek pemancingan
1 200,0
200,0 10,0
20 1
20 Ruang
mulitimedia 1
200,0 200,0
4,0 50
4 200
Musholla 1
150,0 150,0
1,0 150
6 900
Total 778
Pendukung wisata
Pusat informasi
2 12,0
24,0 1,0
24 32
768 Kantor
pengelola 1
300,0 300,0
4,0 75
- -
Guest house I
4 300,0
1200,0 5 orgunit
20 1
20 Guest house
II 6
150,0 900,0
3 orgunit 18
1 18
Kios souvenir 20
25,0 500,0
2 250
5 1250
Restoran 2
400,0 800,0
2 400
3 1200
Musholla 2
150,0 300,0
1 300
5 1500
Halte mobil wisata
2 100,0
200,0 1
200 6
1200
Total 1287
Sumber: Ardana 2013, Sukendi et al 2013 dengan penyesuaian, Harris and Dines 1998
Berdasarkan perhitungan pendugaan nilai daya dukung kawasan wisata Waduk Koto Panjang, daya dukung kawasan perencanaan adalah 9.550 orang.
Perhitungan daya dukung kawasan dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir kerusakan ekologis pada kawasan sebagai dampak dari kegiatan wisata yang
dilakukan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Kawasan Waduk Koto Panjang memiliki potensi lanskap yang dapat dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Pengembangan kawasan direncanakan
dengan mempertimbangkan potensi alam dan kebiasaan masyarakat setempat yang diarahkan pada empat fungsi kawasan, yaitu fungsi konservasi, fungsi wisata,
fungsi edukasi, dan fungsi ekonomi. Pengembangan kawasan waduk dibagi menjadi ruang konservasi seluas 267,38 km
2
, ruang penyangga seluas 6.41 km
2
, dan
ruang pemanfaatan 95,13 km
2
dengan ruang pemanfaatan dibagi menjadi subruang wisata utama dan sub ruang pendukung wisata. Ruang konservasi ditujukan untuk
mempertahankan kualitas tanah dan air waduk. Ruang penyangga ditujukan sebagai buffer
untuk mengurangi dampak negatif terhadap ruang konservasi. Ruang pemanfaatan ditujukan sebagai ruang wisata utama kawasan waduk.
Program aktivitas yang dikembangkan di kawasan waduk dibedakan menjadi aktivitas wisata rekreasi dan aktivitas wisata edukasi. Aktivitas wisata rekreasi
dibagi menjadi aktivitas wisata darat berkemah, outbound, piknik, bersepeda, kuliner dsb dan aktivitas wisata air memancing, berperahu, restoran apung dsb.
Aktivitas wisata edukasi meliputi aktivitas edukasi konservasi dan edukasi budi daya. Aktivitas konservasi mengarah kepada pemberian informasi kepada
pengunjung tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan melalui media audio visual dan interpretasi alam. Aktivitas edukasi budi daya diarahkan kepada
proses pembudidayaan karet dan ikan air tawar.
Saran
Perencanaan lanskap kawasan Waduk Koto Panjang merupakan salah satu bentuk pengembangan kawasan yang memperhatikan aspek ekologi, wisata, dan
ekonomi. Oleh karena itu, pengembangan kawasan ini memerlukan kerja sama antarpihak yang terkait seperti pihak pengelola, masyarakat setempat, dan
pemerintah daerah selaku pembuat kebijakan. Komunikasi dua arah perlu dilakukan agar tidak terjadi selisih kepentingan masing-masing pihak. Bentuk upaya yang
dapat dilakukan, antara lain, diskusi dengan perwakilan masyarakat yang dapat diinisiasi oleh POKDARWIS terkait pengelolaan dan pengembangan kegiatan di
kawasan Waduk Koto Panjang. Selain itu, masyarakat setempat dapat diberi tanggung jawab dalam mengoperasikan dan mengelola fasilitas yang ada untuk
meningkatkan kesejahteraan dan peran masyarakat setempat dalam pengembangan kawasan waduk.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani SN, Krismono S,Nurdawati W, Tjahjo H, Nurfiarini A. 2006. Status terkini sumber daya ikan di waduk jati luhur. Prosiding Seminar Nasional
Nasional Ikan IV ; 2006 Agustus 29-30; Jatiluhur, Indonesia. Jatiluhur
ID. Ardana A. 2013. Perencanaan Lanskap Tirta Waduk Cacaban sebagai Kawasan
Ekowisata di Kabupaten Tegal [skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Rachim AD, Arifin M. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Bandung ID: Pustaka Reka Cipta.
Asiyanto. 2011. Metode Konstruksi Bendungan. Jakarta ID: UI Press.
Avenzora R. 2008. Penilaian Potensi Obyek dan Atraksi Wisata. Aspek dan Indikator penilaian
. Di dalam: Avenzora, R, Editor. Ekoturisme Teori dan Praktek. BRR NAD
– NIAS.
[BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal. ID. 2014. Potensi Wisata Alam di Riau [internet]. [diunduh 2014 November 14]. Tersedia pada: http:
regionalinvestment.bkpm.go.id. [BPP-PSPL] Badan Penelitian dan Pengembangan Pengelolaan Sumberdaya
Perairan dan Lingkungan Universitas Riau. 2013. Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan RKL dan Rencana
Pemantauan Lingkungan RPL PLTA Koto Panjang. Pekanbaru ID:
PLN Pekanbaru. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kampar. 2009. Kabupaten Kampar Dalam
Angka . Kampar ID: Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kampar. 2010. Kabupaten Kampar Dalam Angka
. Kampar ID: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kampar. 2014. Kabupaten Kampar Dalam
Angka . Kampar ID: Badan Pusat Statistik.
BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Kampar. 2014. Kecamatan XIII Koto Kampar Dalam Angka
. Kampar ID: Badan Pusat Statistik. Budiman, AFS, E. Penot, H de Foresta and T. Tomich. 1994. Integrated Rubber
Agroforestry for the Future of Smallholder Rubber in Indonesia. Paper presented to the Rubber National Conference, IRRI, Medan, Indonesia.
[Depdagri] Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2000. Pedoman Umum Pengembangan Ekowisata Daerah
. Direktorat Jendral Pembangunan Daerah. Jakarta ID: Direktorat Sumber Daya Daerah.
Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Kamus Istilah Bidang Pekerjaan Umum. Jakarta Selatan ID: Departemen Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
Dinata, YM. 2009. Perancangan Lanskap Arboretum Bambu sebagai Obyek Agroedutourism di Kampus Institut Pertanian Bogor [Skripsi]. Bogor
ID: Institut Pertanian Bogor. Gold, SM. 1980. Recreation Planning and Design. New York US: Mc Grawl Hill
Book. Gunn, CA. 1994. Tourism Planning Basics, Concept, and Cases. Washington DC
US: Taylor Francis. Hardiyatmo, HC. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogyakarta ID:
UGM Press.
Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan
. Bogor ID: IPB Press. Harris CW, Dines NT. 1998. Time Saver Standards for Lanscape Architecture:
Design and Construction Data. New York US: McGraw-Hill.
Laurie M. 1986. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung ID: Intermatra.
Laurie M. 1990. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Bandung ID: Intermatra.
Lindberg K, Furze B, Staff M, Black R. 1997. Ecotourism and Other Service Derived From Forest In The Asia-Pasific Region: Outlook to 2010.
Washington DC US: Forest Service United State Department of Agriculture.
Lynch K. 1971. Site Planning. Cambridge UK: MIT Press. Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1995. Perencanaan Lanskap Penuntun Praktikum.
Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, IPB Tidak Dipublikasikan. Bogor.
PLN Sektor Pembangkitan. 2013. Pemantauan Rencana Pengelolaan Lingkungan RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan RPL PLTA Koto Panjang.
Pekanbaru ID: PT. PLN. Pramukanto Q. 2001. Kajian Kapasitas Rancangan dan Tingkat Pemanfaatan
Ekowisata pada DTA Cisampay, Sub DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat [Tesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Pratiwi PI. 2010. Perencanaan Penataan Lanskap Kawasan Wisata dan Penyusunan Alternatif Program Wisata di Grama Tirta Jatiluhur, Kabupaten
Purwakarta, Provinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
[Puslitbang SDA] Pusat Penelititan dan Pengembangan Sumber Daya Air. 2004. Pengelolaan Danau dan Waduk di Indonesia.
Bandung ID: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air
Puspita LE, Ratnawati INN, Suryadiputra, Meutia AA. 2005. Lahan Basah Buatan di Indonesia
. Bogor ID: Wetlands International.
Rachim DA. dan Arifin M. 2011. Klasifikasi Tanah di Indonesia. Bandung ID: Pustaka Reka Cipta.
Republik Indonesia. 1960. Undang-Undang No. 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian. Jakarta ID: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2010. Undang-Undang No. 10 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan. Jakarta ID: Sekretariat Negara.
Rosalina H, Sujianto, Siregar SH. 2014. Strategi Pengembangan Ekowisata di Kawasan Waduk Pembangkit Listrik Tenaga Air PLTA Koto Panjang
Kabupaten Kampar. Dinamika Lingkungan Indonesia, vol. 1, no. 2, p. 97- 108.
Simonds, J.O. 1983. Landscape Architecture. New York US: Mc Graw Hill Book Company.
Simonds, J.O. dan B.W. Starke. 2006. Landscape Architecture: A Manual of Environtmental Planning and Design
. New York US: McGrawHill- Book Company.
Sitorus S. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung ID: Tarsito.