Topografi dan Kemiringan Kesesuaian untuk Pengembangan Wisata

Ga mbar 19 P eta topo g ra fi 17 Ga mbar 20 P eta kla sifik asi kemi ring an lah an Ga mbar 21 P eta k ese sua ia n ler en g untuk wis at a Area di lereng terutama dengan kemiringan curam seharusnya dikonservasi dan tidak dikonversi menjadi lahan perkebunan. Pembukaan lahan alami akan meningkatkan kemungkinan terjadinya longsor yang membawa partikel tanah ke arah waduk dan menjadi endapan di dasar waduk. Analisis kerawanan longsor dilakukan dengan menggunakan metode pembobotan berdasarkan kriteria Subagio 2008 yang membagi kawasan waduk kedalam tiga kelas area, yaitu area tidak rawan dengan skor 3 dengan kriteria jarang atau tidak pernah terjadi longsor kecuali di daerah tebing, topografi datar hingga landai kemiringan lereng 20, dan vegetasi agak rapat; area rawan dengan skor 2 dengan kriteria jarang terjadi longsor kecuali jika lereng terganggu, topografi landai hingga curam kemiringan lereng 20-40, dan vegetasi agak rapat hingga rapat; sangat rawan dengan skor 1 dengan kriteria sering terjadi longsor, topografi sangat curam kemiringan lereng 40, dan vegetasi agak rapat hingga sangat rapat. Peta analisis kerawanan longsor dapat dilihat pada Gambar 20. Masalah longsor diperparah dengan kebiasan warga sekitar untuk melakukan penggalian batu gunung secara ilegal. Penggalian ini dilakukan di tebing-tebing yang langsung bersebelahan dengan jalan utama kendaraan. Kondisi tebing penggalian sangat rawan terjadi longsor.

3. Jenis dan Karakteristik Tanah

Kawasan Waduk Koto Panjang memiliki dua jenis kompleks tanah, yaitu tanah organosol dan podsolik. Luas area dengan jenis tanah organosol adalah 256,57 km 2 . Sedangkan luas area dengan jenis tanah podsolik adalah 67,35 km 2 . Tabel 14 Jenis tanah dan luasan pada Waduk Koto Panjang No. Jenis Tanah Luas km 2 Persentase 1 Organosol glei humus 256,57 79,20 2 Podsolik merah kuning alluvium 67,35 20,80 Sumber: Bappeda Kabupaten Kampar 2014 dari sistem PPT 1981 Tanah organosol adalah tanah yang tersusun dari bahan organik atau campuran bahan mineral dengan ketebalan bahan organik minimal 50 cm. Kondisi tanah di sekitar kawasan waduk bertekstur pasir. Jika tanah bertekstur pasir maka tanah organosol mengandung minimal 20 persen bahan organik Rachim dan Arifin, 2011. Jenis tanah organosol peka erosi dan mudah terbakar. Tanah organosol biasa ditanami dengan karet, kelapa, nenas dan palawija. Jenis tanah podsolik kaya akan Al dan Fe akibat pencucian tanah yan terus menerus sehingga berwarna cokelat hingga merah kekuningan. Oleh karena itu tanah podsolik peka terhadap erosi dan rentan terjadi longsor. Tingkat kesuburan tanah ini rendah sehingga produktifitas pertanian diatasnya berada pada rentang rendah hingga sedang. Jenis tanah ini biasa dimanfaatkan sebagai perkebunan karet , perkebunan kelapa sawit, perkebunan kelapa dan jambu. Di kawasan Waduk Koto Panjang sendiri didominasi oleh perkebunan karet dan kelapa sawit. Peta jenis tanah Waduk Koto Panjang dapat dilihat pada Gambar 23. Ga mbar 22 P eta ana li sis ke ra w ana n lon g sor