Penilaian terhadap potensi objek dan atraksi yang terdapat di kawasan Waduk Koto Panjang dilakukan melalui pengamatan langsung di tapak menggunakan
kriteria oleh Avenzora 2008. Objek atraksi yang memiliki skor sedang dan tinggi ditetapkan sebagai objek wisata utama, sedangkan objek atraksi yang memperoleh
nilai rendah dijadikan sebagai objek wisata pendukung .
Tabel 24 Analisis penilaian potensi objekatraksi di kawasan Waduk Koto Panjang
No. Objekatraksi
Aspek Indikator
Nilai a
b c
d e
f
1 Perkebunan rakyat
I v
v v
3 II
v 1
III v
v v
3 IV
v
1
V v
v v
v v
5 VI
v v
v v
4
VII v
v 2
2 Area perkemahan
I v
v
2
II v
1 III
v v
v v
v 5
IV v
1 V
v v
v 3
VI v
v v
3
VII v
1 3
Berperahu I
v v
v 3
II v
1 III
v v
v 3
IV V
v v
v v
v v
6 VI
v v
v
3
VII v
v 2
4 Pulau Tonga
I v
v v
v v
5 II
v v
v 3
III v
v v
v v
5 IV
v 1
V v
v v
v v
5 VI
v v
v
3
VII v
v v
3 5
Candi Muara Takus I
v v
v
3
II v
v v
v 4
III v
v v
v v
5 IV
V v
v v
v v
5 VI
v v
v v
v 5
VII v
v v
v 4
Tabel 24 Analisis penilaian potensi objekatraksi di kawasan Waduk Koto Panjang lanjutan
No. Objekatraksi
Aspek Indikator
Nilai a
b c
d e
f
6 Lintas alammenyusuri
sungai I
v v
v v
4
II v
v 2
III v
v v
v v
5 IV
v v
2 V
v v
v
3
VI v
v
2
VII v
v 2
7 Lubang kalam
I v
v
2
II v
v 2
III v
1
IV V
v v
v v
v v
6 VI
v v
v v
v 5
VII v
v 2
8 Kampung patin
I v
v
2
II v
v 2
III v
1
IV v
v v
3 V
v v
v v
v 5
VI v
v v
v v
5 VII
v v
2 9
Air terjun I
v v
v v
v v
6 II
v 1
III v
v v
v v
v 6
IV v
1
V v
v v
v v
5 VI
v v
v
3
VII v
v 2
10 Konstruksi bendungan
I v
v v
v v
5 II
v v
2 III
v v
v v
4 IV
V v
v v
v v
5 VI
v v
v
3
VII v
v 2
11 Konstruksi jalan lama
I v
v v
3 II
v 1
III v
v
2
IV V
v v
v v
v v
6
Tabel 24 Analisis penilaian potensi objekatraksi di kawasan Waduk Koto Panjang lanjutan
No. Objekatraksi
Aspek Indikator
Nilai a
b c
d e
f
VI v
v v
3
VII v
v
2
12 Formasi tonggak kayu mati
I v
v v
v v
v 6
II v
v 2
III v
v v
v v
5 IV
v 1
V v
v v
v v
v 6
VI v
v v
3
VII 13
Upacara Balimau Kasai I
v v
v v
v v
6 II
v v
v v
4 III
v v
v 3
IV v
v
2
V v
v v
v v
v 6
VI v
v v
v
4
VII v
v v
v v
v 6
Tabel 25 Hasil penilaian potensi objekatraksi wisata di kawasan Waduk Koto Panjang
No. Objekatraksi
Aspek Skor
Kategori Pemanfaatan
I II
III IV
V VI
VII
1. Perkebunan rakyat
3 1
3 1
5 4
2 19
Sedang Objek utama
2. Area perkemahan
2 1
5 1
3 3
1 16
Rendah Objek
pendukung 3.
Berperahu 3
1 3
6 3
2 18
Rendah Objek
pendukung 4.
Pulau Tonga 5
3 5
1 5
3 3
25 Sedang
Objek utama 5.
Candi Muara Takus 3
4 5
5 5
4 26
Sedang Objek utama
6. Lintas Alam
menyusuri sungai 4
2 5
2 3
2 2
21 Sedang
Objek utama 7.
Lubang Kalam 2
2 1
6 5
2 18
Rendah Objek
pendukung 8.
Kampung Patin 2
2 1
3 5
5 2
18 Rendah
Objek pendukung
9. Air terjun
6 1
6 1
5 3
2 24
Sedang Objek utama
10. Konstruksi
bendungan 5
2 4
5 5
2 23
Sedang Objek utama
11. Konstruksi jalan
lama 3
1 2
6 3
2 17
Rendah Objek
pendukung 12.
Formasi tonggak kayu mati
6 2
5 1
6 3
23 Sedang
Objek utama 13.
Upacara Balimau Kasai
6 4
3 2
6 4
6 31
Tinggi Objek utama
Keterangan : I: keunikan, II: kelangkaan, III: keindahan, IV:seasonality, V: sensitifitas, VI: aksesibilitas, VII: fungsi sosial
Rendah: 7-18 Sedang: 19-30
Tinggi: 31-42
Aksesibilitas
Kawasan Waduk Koto Panjang dapat dicapai melalui dua rute perjalanan. Rute pertama adalah dari Kota Payakumbuh melalui Kecamatan Pangkalan Koto
Baru kearah utara. Rute ini menempuh jarak 87 km dari Kota Payakumbuh dan 35 km dari Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Rute kedua adalah dari Kota Pekanbaru
kearah barat melalui Kecamatan Bangkinang. Jarak yang ditempuh adalah 87 km dari Kota Pekanbaru dan 20 km dari Kecamatan Bangkinang.
Prasarana menuju kawasan waduk berupa jalan yang terdiri dari dua lajur dengan lebar masing-masing lajur tiga meter. Kondisi ini belum memenuhi syarat
jalan antar provinsi pada PP nomor 34 tahun 2006 yang menyatakan bahwa jalan lintas provinsi yang tergolong pada kolektor primer yang menghubungkan ibukota
antarprovinsi memiliki lebar badan jalan paling sedikit sembilan meter. Pelebaran jalan perlu dilakukan untuk menanggulangi hal ini. Kondisi jalan berkelok
memerlukan fasilitas penunjang keamanan jalan seperti guard rail dan safety mirror.
Fasilitas Pendukung
Kawasan Waduk Koto Panjang hanya ditunjang oleh fasilitas pendukung kegiatan wisata seadanya. Fasilitas wisata disediakan secara perseorangan oleh
warga yang menyediakan jasa wisata dan penjual makanan. Kondisi fasilitas yang tersedia sebagian besar berada dalam kondsi tidak terawat karena tidak adanya
standar fasilitas yang disediakan. Fasilitas yang ada di kawasan waduk antar lain loket penerimaan, jalan konektor, jalan lokal, toilet umum, sarana parkir, kantin,
dermaga perahu dan sebagainya.
Tabel 26 Potensi dan kendala fasilitas
No. Fasilitas
Potensi Kendala
Foto
1. Loket
penerimaan a.
Sebagai pusat informasi awal bagi
wisatawan b.
Sebagai tempat penjualan tiket dan
penarikan retribusi c.
Sebagai salah satu area penerimaan
kawasan wisata a.
Tidak memiliki ciri khas lokal
b. Kondisi tidak terawat
c. Lokasi dekat dengan
jembatan d.
Luas area terbatas e.
Hanya satu area penerimaan
2. Tempat
makan a.
Salah satu area untuk bersosialisasi
b. Tempat untuk
beristirahat c.
Salah satu viewing spot
kearah waduk d.
Sebagai area penjualan
makananminu man dan souvenir khas
lokal a.
Kebersihan kurang diperhatikan
b. Tidak memiliki ciri
khas lokal c.
Bangunan bersifat semi permanen
3. Dermaga
perahu a.
Titik perpindahan wisata darat ke
wisata air dan sebaliknya
b. Sebagai fasilitas
untuk perahu wisata bersandar
a. Tidak ada fasilitas
pengamanan dermaga b.
Tidak ada fasilitas keluar-masuk
wisatawan c.
Tidak ada penataan slot perahu yang jelas
Tabel 26 Potensi dan kendala fasilitas
No. Fasilitas
Potensi Kendala
Foto
d. Dermaga wisata
menyatu dengan dermaga untuk
bongkar muat hasil pertanian warga
4. Parkir
mobilmotor a.
Sebagai fasilitas parkir kendaraan
pribadi dan umum wisatawan
b. Sebagai rest area
supir kendaraan a.
Tidak ada pembagian yang jelas parkir
mobil dan motor b.
Luas area sangat terbatas
c. Kurang vegetasi
penaung 5.
Signage lokasi
Petunjuk orientasi lokasi wisata
Kondisi tidak terawat
6. Jalan lokal
a. Akses menuju
objek pendukung wisata
b. Kondisi jalan relatif
baik c.
Melintasi perkampungan
warga a.
Tidak ada papan petunjuk jalan
b. Tidak ada fasilitas
penerangan c.
Jarak perkam-pungan warga relatif jauh
7. Keramba
jaring apung a.
Fasilitas budi daya ikan air tawar
b. Sarana edukasi
budi daya ikan air tawar
a. Lokasi tidak sesuai
dengan rekomendasi yang telah dibuat
b. Sedimentasi sisa
pakan ikan c.
Pertumbuhan jumlah tidak terkendali
Potensi Pengunjung
Wisatawan yang datang ke Kabupaten Kampar didominasi oleh wisatawan domestik terutama yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau,
khususnya Kota Pekanbaru dan Kota Bangkinang. Menurut hasil wawancara pengunjung Waduk Koto Panjang, kawasan waduk menjadi tujuan wisata alternatif
akhir pekan karena lokasi yang tidak begitu jauh dari tempat mereka tinggal. Umumnya mereka menghabiskan waktu untuk melihat pemandangan waduk. Pada
akhir pekan dan hari libur nasional, tingkat keramaian di kawasan waduk cukup tinggi karena selain pengunjung yang datang untuk menikmati pemandangan
waduk, banyak juga wisatawan yang datang untuk melakukan kegiatan memancing.
Kawasan Waduk Koto Panjang belum memiliki data jumlah pengunjung tahunan yang didata oleh pengelola dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar. Data
jumlah wisatawan yang dimiliki oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar hanya pada objek wisata Candi Muara Takus.
G amba
r 38
Peta a
na lis
is a kse
s da n f
asil itas
Tabel 27 Jumlah pengunjung Candi Muara Takus tahun 2014
No. Bulan
Wisatawan Jumlah
Pelajar Mahasiswa
Domestik Mancanegara Kedinasan 1.
Januari 430
608 7
71 1.116
2. Februari
430 608
7 71
1.116 3.
Maret 300
625 6
45 976
4. April
350 630
7 50
1.037 5.
Mei 825
1.003 17
83 1.928
6. Juni 1.086
1.929 -
3 3.018
7. Juli
2.118 2.927
- 108
5.153 8.
Agustus 250
2.700 50
5 3.005
9. September
1.556 1.271
- 3
2.830 10. Oktober
1.970 1.408
- 6
3.384 11. November
326 678
- 20
1.024 12. Desember
950 1.860
7 60
2.877
Jumlah 10.591
16.247 101
525 27.464
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Kampar, 2014
Dari hasil analisis komponen-komponen yang telah dijelaskan sebelumnya, diperoleh gambaran spasial kesesuaian pada aspek wisata di kawasan Waduk Koto
Panjang. Hasil analisis kesesuaian wisata dapat dilihat pada Gambar 37. Zona yang dikategorikan sesuai adalah area yang memiliki objek dan atraksi
wisata dengan nilai sedang dan tinggi. Zona ini memiliki akses jalan yang baik dengan beberapa fasilitas pendukung seperti penunjuk jalan menuju waduk. Zona
yang dikategorikan cukup sesuai memiliki objek atraksi dengan nilai rendah dengan aksesibilitas kurang baik. Zona yang dikategorikan tidak sesuai tidak memiliki
objek dan atraksi wisata serta sulit untuk diakses oleh orang.
Aspek Legal
Kawasan Waduk Koto Panjang merupakan salah satu tujuan wisata yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata utama di Kabupaten
Kampar. Dalam Rencana Jangka Menengah Daerah RPJMD Kabupaten Kampar tahun 2011-2016, kawasan Waduk Koto Panjang termasuk dalam objek wisata
buatan di Kabupaten Kampar. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 2014, kawasan Waduk Koto Panjang menjadi salah satu potensi wisata alam
yang perlu dikembangkan di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar. Kawasan Waduk Koto Panjang yang meliputi Kelurahan Batu Bersurat, Binamang,
Koto Tuo, Koto Tuo Barat, Muara Takus, Ranah Sungai, Tanjung Alai, Pongkai Istiqamah dan Gunung Bungsu dalam RTRW Kabupaten Kampar 2013-2033
diproyeksikan menjadi kawasan dengan potensi utama pertanian dan perkebunan. Selain itu, potensi yang dapat dikembangkan adalah perikanan darat dan kawasan
konservasi air.
Arahan wisata yang sesuai untuk dikembangkan pada kawasan Waduk Koto Panjang adalah wisata yang memadukan sektor perairan dan kegiatan pertanian
melalui keterlibatan masyarakat sekitar. Hal ini didasari oleh ketersediaan sumber-
77
Tidak sesuai
Gambar 39 Peta hasil analisis kesesuaian wisata
daya air dan lahan pertanian yang dimiliki oleh warga yang melimpah. Sesuai dengan Keputusan Presiden nomor 33 tahun 2011 yang menyatakan bahwa pilar
penting dalam pengelolaan sumber daya meliputi peningkatan konservasi sumber daya air secara berkelanjutan, mendayagunakan sumber daya air untuk
kesejahteraan rakyat, dan meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya air.
Tata Guna Lahan
Secara administrasi kawasan Waduk Koto Panjang berada di Kecamatan XIII Koto Kampar, meliputi kelurahan Batu Bersurat, Binamang, Koto Tuo, Koto Tuo
Barat, Muara Takus, Ranah Sungai, Tanjung Alai, Pongkai Istiqamah, dan Gunung Bungsu. Potensi utama kawasan sekitar waduk adalah pertanian dan hutan
konservasi. Pertanian yang dominan adalah perkebunan karet dan sebagian perkebunan kelapa sawit. Selain sektor pertanian, sektor jasa terkait wisata menjadi
sektor yang perlu dikembangkan untuk mendukung pengembangan kawasan wisata Waduk Koto Panjang sesuai dengan RTRW di Kabupaten Kampar tahun 2013-
2033 yang dapat dlihat pada Gambar 40.
Tahun 2013, klasifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Kampar meliputi tanah sawah 10.679 km
2
, lahan terbangun 354.549 km
2
, tegal kebun 91.044 km
2
, ladang huma 92.251,5 km
2
, padang rumput 6.717 km
2
, kolam 7.135 km
2
, lahan tidak dimanfaatkan 37.722 km
2
, hutan negara dan hutan rakyat 65.927 km
2
, perkebunan 401.246 km
2
, dan lainnya 171.909 km
2
. Kendala-kendala yang sering muncul terkait dengan penataan ruang dan wilayah di daerah umumnya terjadi
karena pengembangan dan pembangunan yang dilakukan sering kali tidak mengikuti rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pemberian izin pembangunan
tetap diberikan meskipun pembangunan berada bukan di wilayah pengembangan yang seharusnya. Pertimbangan terhadap pembangunan yang berkelanjutan dengan
memperhatikan daya dukung kawasan sering diabaikan sehingga terjadi konflik antara fungsi ekonomi dan ekologi kawasan dalam hal pemanfaatan ruang oleh
pemegang kepentingan seperti pihak kehutanaan, pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Penyebab permasalahan ini berawal pada kurangnya
kompetensi sumber daya manusia dalam bidang perencanaan tata ruang dan lemahnya penegakan hukum bagi pelanggar pemanfaatan ruang.
Tipe penggunaan lahan di kawasan Waduk Koto Panjang menurut data yang diolah dari Bappeda 2014 adalah badan air 124 km
2
, kebun karet 95,96 km
2
, kebun kelapa sawit milik warga 2,30 km
2
, kebun kelapa sawit milik swasta 11,88 km
2
, Semak belukar 48,21 km
2
, kebun campuran 74,65 km
2
dan hutan 91,22 km
2
. Penggunaan lahan pada kawasan Waduk Koto Panjang dapat dilihat pada Gambar 41.
Berdasarkan rencana pola ruang Kabupaten Kampar, kawasan Waduk Koto Panjang yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar diproyeksikan terbagi
menjadi kawasan kawasan lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan lindung meliputi hutan lindung dan hutan konservasi. Kawasan budi daya
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber
daya buatan. Kawasan budi daya di kawasan Waduk Koto Panjang meliputi hutan produksi, perkebunan rakyat, permukiman dan perkebunan swasta besar.
Gambar 40 Peta RTRW Kabupaten Kampar Beberapa kriteria kawasan lindung yang sesuai dengan kawasan Waduk Koto
Panjang adalah: a kawasan yang memberikan dampak dan perlindungan ada kawasan di sekitarnya serta terletak pada kelerengan lebih dari 40. Area dengan
kriteria tersebut terletak di kelurahan Tanjung Alai, Koto Tuo Barat dan Muara Takus; b kawasan rawan bencana terutama longsor, terletak di kelurahan Tanjung
Alai; c perlindungan terhadap kawasan resapan air untuk memberikan ruang yang Cukup bagi peresapan air hujan untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah
baik untuk kawasan di bawahnya maupun kawasan yang bersangkutan. Kriteria kawasan resapan air adalah struktur tanah dan bentuk geomorfologi yang mampu
meresapkan air hujan secara baik; d kawasan perlindungan setempat, dalam hal ini merupakan kawasan yang melindungi danauwaduk. sempadan waduk ditetapkan
100 meter ke darat dari titik muka air tertinggi Keppres Nomor 32 Tahun 1990.
Ga mbar
41 P eta ide
nti fik
asi pengguna an lah
an
Hasil Analisis
Setelah dilakukan analisis terhadap aspek ekologi, wisata, sosial dan budaya, serta aspek legal diperoleh hasil analisis berupa tabel analisis berisi potensi, kendala,
pengembangan, dan pemecahan dari tiap-tiap aspek tersebut. Selain itu, diperoleh juga hasil spasial berupa peta komposit yang diperoleh dari overlay peta analisis
kesesuaian ekologi untuk wisata dan peta analisis kesesuaian wisata. Untuk menyesuaiakan dengan aspek legal kawasan, peta hasil overlay tersebut di-overlay
dengan pola ruang kawasan waduk yang diperoleh dari peta RTRW Kabupaten Kampar 2011-2033. Skema proses analisis dapat dilihat pada Gambar 42.
Gambar 42 Skema proses overlay Topografi kawasan waduk berbukit dengan kemiringan dari landai datar
hingga curam. Keragaman topgrafi menciptakan lanskap alami yang menjadi daya tarik tersendiri. Namun area dengan kemiringan diatas 20 persen rentan terjadi
longsor sehingga perlu dilakukan batas kawasan lindung untuk membatasi aktivitas yang diterapkan. Keberadaan waduk dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata air.
Keberlanjutan waduk sangat berpengaruh terhadap kehidupan warga. Di samping itu waduk juga sangat diperlukan sebagai sumber daya PLTA Koto Panjang.
Sosialisasi harus dilakukan kepada masyarakat agar turut aktif menjaga kondisi waduk. Area konservasi terutama di hulu ditujukan agar suplai air dapat terjaga
debit dan kualitasnya. Hasil analisis secara spasial dan tabulasi dapat dilihat pada Gambar 43 dan Tabel 28.
Ga mbar
43 P eta komposi
t hasil a
na li
sis
Tabel 28 Hasil analisis potensi dan kendala beserta solusinya
No. Komponen
Analisis Solusi
Potensi Kendala
Pengembangan Pemecahan
A. Aspek Ekologi
1. Topografi dan kemiringan
lahan Topografi
kawasan yang
didominasi perbukitan berpo- tensi untuk kegiatan wisata
Kawasan dengan kemiringan curam dapat menimbulkan
erosi dan longsor sehingga membahayakan kegiatan wi-
sata
Erosi dan longsor me- ningkatkan sedimentasi pada
waduk Pengembangan beberapa jenis
kegiatan wisata seperti fasilitas camping
ground ,
kegiatan berfoto dengan pemandang perb-
ukitan sebagai latar belakang, menentukan viewing spot di
kawasan waduk,
eksplorasi alam, dan sebagainya
Penentuan kawasan lindung dan
konservasi untuk
membatasi aktivitas wisata di area dengan kemiringan cu-
ram untuk
mengurangi kemungkinan terjadi erosi dan
longsor Penenaman berbagai jenis
vegetasi seperti
penutup tanah, semak dan perdu di
kawasan rawan longsor Melakukan pengelolaan tanah
secara mekanik melalui pola penanaman sejajar dengan
kontur
2. Jenis dan karakteristik
tanah Jenis tanah podsolik sesuai
untuk perkebunan karet Jenis tanah podsolik peka
terhadap erosi dan longsor akibat dari kadar Al dan Fe
yang tinggi Tingkat kesuburan tanah
organosol dan
podsolik tergolong rendah
Pengembangan wisata dikaitkan dengan kegiatan pertanian warga
Penerapan teknologi pertanian organik melalui pengaplikasian
pupuk organik untuk mening- katkan daya ikat tanah
3. Hidrologi
Daerah tangkapan air dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
wisata air Area
genangan dapat
dimanfaatkan oleh
warga sebagai wadah kegiatan usaha
Daerah resapan air berfungsi untuk menjamin ketersedian
air waduk dan masyarakat di sekitar waduk
Alih fungsi hutan dibagian hulu menyebabkan partikel
tanah ikut terbawa air ke waduk sehingga berdampak
pada pendangkalan waduk
Kurangnya penegakan aturan terkait kawasan lindung yang
dialihfungsikan Pengembangan wisata keliling
danau menggunakan perahu warga dan pengembangan bu-
didaya ikan air tawar dengan metode keramba jaring apung
disesuaikan dengan area yang telah ditetapkan oleh pihak
PLN
Melakukan pembatasan
aktivitas pada kawasan resapan air terutama di area dengan
kemiringan 15 Pihak
yang berkepentingan
seperti pemeritah, pihak PLN dan kelompok sadar wisata Koto
Panjang saling bekerja sama untuk memeberikan pengeta-
huan kepada masyarakat sekitar waduk
akan pentingnya
melestarikan area sempa-dan waduk sebagai kawasan resapan
air
Tabel 28 Hasil analisis potensi dan kendala beserta solusi lanjutan
No. Komponen
Analisis Solusi
Potensi Kendala
Pengembangan Pemecahan
4. Iklim
Kawasan waduk memiliki 5 sampai
6 bulan
basah menyediakan sumber daya air
yang cukup tinggi Dengan suhu rata-rata 26,97
˚C dan kelembaban relatif rata-rata 80,25 menjadikan
kawasan waduk
nyaman untuk kegiatan wisata dengan
derajat kenyamanan 25,9 ˚C Kondisi iklim kawasan waduk
memenuhi syarat tumbuh tanaman karet dan kelapa
sawit Curah hujan yang cukup
tinggi berpengaruh kepada run
off yang
membawa partikel tanah dan menye-
babkan erosi dan longsor Meningkatnya potensi longsor
berdampak pada aktivitas dan kenyaman wisata
Ketersediaan sumber daya air dimanfaatkan untuk kebutuhan
dan kegiatan masyarakat yang mendukung aktivitas wisata
Penambahan vegetasi bertajuk lebat di area ramai pengunjung
Pertanian masyarakat dia- rahkan
kepada memperta-
hankan perkebunan karet dan kelapa sawit oleh warga diluar
kawasan lindung Menanam jenis vegetasi
beragam ditujukan
untuk konservasi
Melakukan perbaikan sistem penanaman
melalui pola
tanam sejajar kontur
5. Vegetasi
Tanaman dari
perkebunan warga
dapat diintegrasikan
dengan program wisata yang akan dikembangkan
Pertanian masih berupa pertanian tradisional tanpa
memperhatikan aspek
keberlanjutan Terdapat tanaman konservasi
namun dalam jumlah sedikit sehingga belum memberikan
dampak yang optimal Tanaman perkebunan diarahkan
pada kegiatan wisata edukasi pertanian
Pengenalan tekonologi
pertanian organik Penanaman tanaman kon-
servasi di area curam
6. Satwa
Kawasan waduk memiliki beragam spesies ikan air tawar
yang dapat menjadi daya tarik untuk
menambah atraksi
wisata Ikan air tawar dapat dijadikan
komoditas budi daya oleh warga
Kawasan waduk memiliki satwa
darat yang
dapat dijadikan
sebagai objek
pengamatan wisata Satwa lokal belum mendapat
perhatian pihak
yang berkepentingan
Sistem budi daya KJA belum sepenuhnya memperhatikan
dampak lingkungan
yang ditimbulkan
Banyak terjadi pelanggaran terkait
lokasi KJA
berdasarkan zona
yang diperbolehkan untuk budi-
daya perikanan Pengadaan program wisata
memancing di lokasi yang telah ditentukan
Komplek KJA dijadikan salah satu atraksi wisata yang dapat
diselaraskan dengan restoran terapung
Penambahan vegetasi yang disukai oleh satwa lokal untuk
menjaga keberadaanya Menjadikan satwa lokal
sebagai salah satu objek pengamatan wisata
Penyuluhan dan penga-wasan oleh pemerintah terkait dalam
pengaplikasian teknik KJA Menegakan aturan melalui
pemberian sanksi terhadap pihak yang membuat KJA di
luar zona
yang telah
ditetapkan
Tabel 28 Hasil analisis potensi dan kendala berserta solusi lanjutan
No. Komponen
Analisis Solusi
Potensi Kendala
Pengembangan Pemecaha
B. Aspek Sosial Budaya
1. Preferensi masyarakat dan
pengunjung Mayoritas responden pengun-
jung kawasan waduk 73,3 memahami pengertian lans-
kap dan seluruh responden berpendapat perlu adanya
penataan
lanskap untuk
kawasan Waduk
Koto Panjang
Responden pengunjung
kawasan telah merasa nyaman berwisata di kawasan Waduk
Koto Panjang Responden dari wisata-wan
potensial di
Pekanbaru sebagian besar 76,6 telah
mengetahui keberadaan
kawasan Waduk
Koto Panjang
Keterlibatan warga dalam pemanfaatan kawasan waduk
belum dilakukan
secara optimal
belum ada program yang ditujukan untuk mempro-
mosikan kawasan Waduk Koto Panjang
Merencanakan kawasan Waduk Koto Panjang sebagai kawasan
ekowisata dengan mempertim- bangkan aspek ekologi, sosial
budaya dan kebutuhan dan bentuk partisipasi masyarakat
Perencanaan kawasan Waduk Koto Panjang dilakukan dengan
melibatkan juga pendekatan kepada masyarakat baik dalam
pengembangan kegiatan wisata hingga menyerap sumber daya
manusia lokal
2. Preferensi pemegang
kepentingan Terdapat zonasi pengem-
bangan area genangan yang telah dibuat oleh pihak PLN
sektor pembangkitan Kota Pe- kanbaru
Terdapat kelompok sadar wisata yang berperan dalam
pengembangan kawasan
waduk melalui pembinaan kepada
masyarakat yang
menyewakan dan memberi- kan fasilitas wisata
kurangnya perhatian
pe- merintah
daerah terkait
pengembangan kawasan Waduk Koto Panjang
Perencanaan kawasan wisata diintegrasikan dengan zonasi
yang telah ditetapkan oleh pihak PLN sektor pembang-
kitan Kota Pekanbaru
Pemberdayaan kelompok sadar wisata
sebagai induk
pembinaan warga
terkait kegiatan pendukung wisata
Pengembangan kawasan wisata yang integratif dan kooperatif
antara pemerintah
dan pelaksana
wisata secara
langsung
C. Aspek Wisata
1. Kualitas visual
Kombinasi hamparan air waduk dengan beberapa pulau
Tonga dan latar berbukit menciptakan lanskap yang
menarik bagi wisatawan Bad view
dibeberapa spot akibat dari sampah di bagian bawah
kantin dan kumpulan KJA yang terpencar
Memasukan objek terse-but kedalam
pengembangan kawasan dan meningkatkan
fasilitas yang disediakan untuk mendukung kegiatan wisata
Melakukan penyuluhan penge- lolaan sampah terpadu dan
merelokasi kantin warga ke area makanan dan minuman serta
meningkatkan kualitas visual
Tabel 28 Hasil analisis potensi dan kendala berserta solusi lanjutan
No. Komponen
Analisis Solusi
Potensi Kendala
Pengembangan Pemecaha
Terdapat viewing spot untuk mengamati
keindahan kawasan waduk
Menyediakan fasilitas pendu- kung sight seeing seperti
menara pndang,
gazebo, pelabuhan perahu, dek di
tengah waduk ataupun di tepian waduk
2. Potensi objek dan atraksi
Terdapat potensi alam, sejarah dan budaya, serta edukasi
yang dapat dikembangkan di kawasan
Waduk Koto
Panjang Terdapat potensi objek wisata
diluar kawasan waduk yang dapat menjadi daya tarik
tambahan bagi wisatawan Potensi objek dan atraksi belum
didukung oleh fasilitas wisata yang memadai
Pengembangan potensi yang ada kedalam program wisata
seperti kegiatan eksplorasi alam, memancing, edukasi me-
ngenai operasional
ben- dungan,
edukasi pertanian
karet dan sebagainya Memasukan objek wisata
diluar kawasan
sebagai alternatif tujuan wisata dalam
paket wisata yang disedikan Menyediakan
fasilitas pendukung wisata bertujuan
untuk meningkatkan
kenyamanan pengunjung
3. Aksesibilitas dan fasilitas
pendukung Kawasan Waduk Koto Panjang
dilalui jalan nasional yang menghubungkan Provinsi Riau
dan Sumatera Barat Fasilitas
keamanan dan
penerangan jalan
masih kurang
Belum ada moda transportasi umum yang khusus menuju ke
kawasan waduk Fasilitas pendukung wisata
sebagian besar dalam kondisi tidak terawat dan terbatas
Lokasi yang strategis menjadi salah satu alasan pengembangan
waduk sebagai
kawasan ekowisata, dengan potensi
wisatawan berasal
dari Pekanbaru dan Padang
Penyediaan fasilitas pene- rangan dan keamanan seperti
lampu jalan, guard rail dan safety mirror
di tikungan jalan Bekerjasama dengan penyedia
jasa transpor-tasi di Pekanbaru dan Padang sebagai salah satu
pasar wisatawan
untuk menyediakan moda trans-
portasi khusus
menuju kawasan waduk
Meningkatkan kualitas
fasilitas melalui penggunaan material yang tahan terhadap
kondisi kawasan yang lembab dan menambahkan jumlah
fasilitas
agar mampu
mengakomodasi pengunjung
Tabel 28 Hasil analisi potensi dan kendala beserta solusi lanjutan
No. Komponen
Analisis Solusi
Potensi Kendala
Pengembangan Pemecaha
D. Aspek Legal
1. Tata guna lahan
Sebagian besar penggu-naan lahan di kawasan waduk masih
sesuai dengan
RTRW Kabupaten Kampar 2013-2033
teru-tama di area bertopografi curam
Sebagian kecil kawasan lindung beralih
fungsi menjadi
perkebunan rakyat Pengembangan
disesuaikan dengan pola ruang RTRW yang
telah dibuat pemerintah Menegakan aturan yang ada
terkait pelanggaran pengalih- fungsian lahan
2. Kepemilikan lahan
Terdapat pembagian
zona pengembangan area genangan
yang dibuat oleh pihak PLN sektor pembangkitan
Pengembangan disesuaikan
dengan zonasi pengembangan area genangan yang ada
3. Kebijakan pemerintah
Kawasan Waduk Koto Panjang termasuk kedalam salah satu
objek wisata di Kabupaten Kampar di dalam RPJMD 2011-
2016 Pengembangan
disesuaikan dengan kebijakan yang telah
ditetapkan
Sintesis
Setelah melakukan analisis terhadap beberapa aspek, kawasan Waduk Koto Panjang diketahui memerlukan upaya meningkatkan pemanfaatan potensi wisata
kawasan Waduk
Koto Panjang.
Upaya tersebut
dilakukan dengan
mempertimbangkan peran serta masyarakat lokal untuk menambah nilai sumber daya manusia kawasan waduk sehingga kualitas dan taraf hidup masyarakat dapat
meningkat. Di samping itu, pertimbangan akan kelestarian lingkungan juga menjadi perhatian untuk meminimalisir dampak negatif yang timbul dari pemanfaatan
kawasan waduk. Perhatian utamanya ditujukan pada area perbukitan yang memiliki kemiringan curam sehingga beberapa bentuk pemanfaatan yang tidak sesuai akan
rentan terjadi erosi dan longsor.
Maka dari itu, perlu adanya pembagian zona pemanfaatan potensi yang ada di kawasan waduk sebagai kawasan ekowisata. Dilihat dari peta komposit,
diperoleh tiga kategori zona sebagai hasilnya yaitu zona yang sesuai untuk pengembangan wisata, zona yang cukup sesuai untuk pengembangan wisata dan
zona yang kurang sesuai untuk pengembangan wisata. Zona-zona tersebut menjadi dasar dalam pembuatan rencana blok block plan kawasan waduk. Rencana blok
ini kemudian menjadi acuan untuk merencanakan pengembangan wisata di kawasan Waduk Koto Panjang.
Perencanaan kawasan Waduk Koto Panjang dibagi menjadi tiga zona pengembangan yaitu zona konservasi, zona penyangga dan zona pemanfaatan.
Zona yang kurang sesuai untuk pengembangan wisata akan dijadikan sebagai zona konservasi. Zona yang cukup sesuai untuk pengembangan wisata akan dijadikan
sebagai kawasan penyangga. Zona yang sesuai untuk pengembangan wisata akan dijadikan sebagai kawasan pemanfaatan. Peta rencana blok dapat dilihat pada
Gambar 44 dan alokasi ruang pengembangan dapat dilihat pada Tabel 28.
a. Zona Konservasi
Zona konservasi merupakan zona yang diutamakan menjadi kawasan lindung karena sebagian besar kawasan ini memiliki topografi curam dengan
kemiringan hingga lebih dari 40. Didukung dengan jenis tanah podsolik, kawasan ini sangat rentan terjadi erosi dan longsor. Upaya konservasi
dilakukan melalui penanaman vegetasi yang memiliki karakter mampu mengikat tanah. Jenis vegetasi yang ditanam beragam, baik ground cover,
semak, perdu dan pohon, untuk menjaga bentuk ekosistem hutan yang ada. Zona konservasi juga meliputi area sempadan waduk dan sungai sejauh lima
puluh sampai seratus meter dari titik pasang tertinggi. Hal ini mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2011 tentang sungai. Upaya
konservasi area sempadan dilakukan untuk mengurangi kerusakan yang diakibatkan dari luar area genangan. Zona konservasi ini direncanakaan
terbebas dari segala bentuk pemanfaatan wisata.
b. Zona Penyangga
Zona penyangga merupakan kawasan yang berdekatan dengan kawasan yang dilindungi untuk memberi lapisan pelindung dari pengaruh luar. Zona
ini memiliki pemanfaatan yang terbatas. Bentuk gangguan manusia terhadap taman nasional berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan
persepsi, serta kesadaran mereka terhadap kelestarian lingkungan. Oleh sebab
Ga mbar
44 P eta
re nc
ana blok
itu pengembangan daerah penyangga harus digali dari kondisi kehidupan masyarakat di sekitarnya Suryana, 2007.
Zona penyangga dikembangkan menjadi kawasan dengan pemanfaatan non intensif pasif seperti jalan-jalan, duduk-duduk, pengamatan satwa
vegetasi, berfoto, mengamati panorama, eksplorasi alam, memancing dan sebagainya. Program wisata yang dikembangkan pada kawasan ini
diantaranya edukasi alam terkait dengan pendidikan konservasi, budi daya tanaman perkebunan lokal, pengetahuan mengenai operasional bendungan,
dan pengetahuan mengenai budi daya perikanan air tawar.
c. Zona Pemanfaatan
Zona ini merupakan kawasan yang tergolong sesuai secara fisik dan biofisik untuk pengembangan kegiatan wisata. Zona pemanfaatan memiliki
beberapa fasilitas dan sarana pendukung pengembangan wisata. Pada zona ini dapat dilakukan aktivitas wisata aktif maupun pasif. Zona pemanfaatan akan
dikembangkan aktivitas wisata seperti berkemah, berperahu keliling waduk, budi daya ikan dengan metode keramba jaring apung KJA, perdagangan,
memancing dan lain-lain. Zona pemanfaatan terbagi menjadi sub ruang yang terdiri dari sub ruang wisata, sub ruang penerimaan dan pelayanan serta sub
ruang budi daya. Sub ruang rekreasi merupakan ruang aktivitas wisata rekreasi darat dan air. Sub ruang penerimaan dan pelayanan merupakan area
yang difungsikan untuk menerima pengunjung dan menjadi pusat informasi wisata waduk bagi pengunjung. pada sub ruang ini dikembangkan fasilitas
pendukung seperti area area parkir, pusat informasi, restorankantin, kios souvenir kerajinan lokal dan guest house yang menghadap ke waduk. Sub
ruang budi daya dikembangkan untuk perkebunan dan perikanan yang dikelola oleh masyarakat dibawah bimbingan pemerintah maupun pengelola
sehingga dapat menjadi salah satu daya tarik edukasi pertanian. Dengan demikian masyarakat akan mendapat nilai ekonomi dari pengembangan
kawasan waduk secara langsung.
Pada bagian selatan zona pemanfaatan, kemiringan lahan sebagian besar berada pada kelas 15 sampai 40 agak curam sampai curam.
Berdasarkan kemiringan lahan, area ini kurang sesuai untuk dimanfaatkan secara intensif karena akan menyulitkan pengunjung untuk beraktivitas.
Maka dari itu area ini akan dikonservasi dalam bentuk kebun rakyat menggunakan sistem agroforestri.
Tabel 29 Alokasi pembagian ruang block plan
No. Zona Kesesuaian Zona Pengembangan Deskripsi
1. Tidak sesuai untuk
pengembangan wisata
Zona konservasi tidak ada kegiatan wisata
a. Kawasan diutamakan untuk area
konservasi dengan sebagian besar
lahan memiliki
kemiringan curam 40 dan termasuk ke dalam kawasan
lindung pada pola ruang RTRW Kabupaten Kampar 2011-2033
b. Tidak terdapat kegiatan wisata
dalam bentuk apapun c.
Penambahan tanaman konser- vasi
Tabel 29 Alokasi pembagian ruang block plan lanjutan No. Zona Kesesuaian Zona Pengembangan
Deskripsi
2. Cukup sesuai untuk
pengembangan wisata Zona penyangga
wisata pendukung Kawasan
ini dikembangkan
menjadi ruang aktivitas wisata pasif seperti jalan-jalan, berfoto,
eksplorasi alam, melihat peman- dangan dan edukasi
3. Sesuai untuk
pengembangan wisata
Zona pemanfaatan kawasan wisata utama
a. Kawasan ini dikembangkan
beragam aktivitas wisata utama seperti berkemah, berperahu
keliling waduk, perdagangan dan juga memancing
b. Kawasan ini dikembangkan
sebagai area penerimaan dan pelayanan bagi pengunjung
Konsep dan Pengembangan Konsep Konsep Dasar Perencanaan
Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah kawasan Waduk Koto Panjang sebagai kawasan ekowisata dengan menekankan pada daya tarik
keunikan alam, perkebunan, dan perikanan. Pengunjung dapat mengetahui tahapan yang dilakukan dalam budi daya karet dan perikanan air tawar dari pembibitan
sampai pasca panen. Selain itu, sejarah dan sosial budaya masyakat dijadikan sebagai atraksi wisata. Melalui pendekatan ekowisata, dampak negatif
pembangunan dapat diminimalisir sesuai perhitungan daya dukung tapak. Pengembangan kawasan diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat
untuk ikut menjaga kelestarian kawasan waduk dan turut serta dalam pengembangan potensi wisata yang ada sehingga berdampak pada peningkatan
kualitas perekonomian masyarakat setempat.
Kawasan Waduk Koto Panjang didominasi oleh perkebunan rakyat terutama perkebunan karet. Topografi kawasan yang berbukit menyebabkan beberapa
kawasan rentan erosi dan longsor. Namun, berdasarkan data tahun 2014 terus terjadi pengalihfungsian lahan dari yang seharusnya hutan konservasi menjadi area
perkebunan rakyat tidak terkecuali di kawasan yang curam. Penyebab kejadian ini karena kurangnya komunikasi dua arah antara masyarakat sekitar waduk dengan
pihak pengelola dan pemerintah terkait aturan yang ada sehingga kepentingan kedua pihak tidak terakomodasi dengan baik. Untuk itu diperlukan keterlibatan
aktif masyarakat setempat dalam pengembangan kawasan ini melalui empat fungsi utama yang harus dipenuhi antara lain:
a. Fungsi Konservasi
Fungsi konservasi utamanya ditujukan untuk kawasan curam yang tingkat kepekaan terhadap erosi dan longsor tinggi. Selain itu, fungsi ini juga
ditujukan pada sempadan sungai dan waduk. Upaya tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak negatif erosi dan longsor terhadap ekosistem
waduk yang akan berdampak kepada kualitas wisata pengunjung.
b. Fungsi Wisata
Fungsi wisata ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisata masyarakat yang cenderung meningkat baik masyarakat setempat maupun pendatang.
Fungsi wisata dikembangkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh kawasan Waduk Koto Panjang dengan ditunjang oleh fasilitas pendukung wisata.
c. Fungsi Edukasi
Merupakan fungsi pendukung kegiatan wisata dalam bentuk penyampaian informasi mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam,
pengetahuan tentang kegiatan operasional bendungan, sejarah waduk, kegiatan perkebunan dan kegiatan budi daya ikan air tawar.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi dipenuhi melalui pemberdayaan masyarakat setempat dalam perencanaan dan pengelolaan serta turut aktif dalam pelaksanaan
kegiatan wisata. Hal ini diharapkan mampu menjadi solusi dari konflik kepentingan yang sering terjadi antara masyarakat dengan pengelola dan
pemerintah. Dan fungsi ekonomi ditujukan agar kesejahteraan ekonomi masyarakat dapat meningkat.
Pengembangan Konsep
Konsep pengembangan kawasan Waduk Koto Panjang dikembangkan berdasar kesesuaian terhadap aspek ekologi, aspek wisata dan aspek sosial budaya.
Pengembangan konsep pada penelitian ini terbagi menjadi konsep ruang, konsep aktivitas dan fasilitas, konsep sirkulasi, dan konsep vegetasi
1. Konsep Ruang
Pengembangan konsep ruang diperoleh dari penguraian block plan. Berdasarkan block plan yang telah dibuat diperoleh tiga zona yang diklasifikasikan
menjadi zona konservasi, zona penyangga dan zona pemanfaatan. Zona konservasi merupakan zona yang bebas dari segala bentuk pemanfaatan
wisata dan khusus ditujukan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan sumber daya waduk. Zona konservasi diutamakan pada kawasan dengan kemiringan lebih
dari 40 untuk mengurangi potensi terjadinya erosi dan longsor. Zona penyangga dialokasikan sebagai area buffer dan pemanfaatan non intensif seperti aktivitas
wisata pasif. Kegiatan di zona ini berkaitan dengan edukasi mengenai konservasi kawasan waduk. Di samping itu, zona penyangga dijadikan sebagai transisi untuk
mengurangi pengaruh negatif yang timbul dari pemanfaatan yang intensif terhadap zona konservasi. Zona pemanfaatan dialokasikan sebagai ruang wisata intensif dan
pelayanan. Konsep diagram ruang yang akan dikembangkan dapat dilihat pada Gambar 45.
Gambar 45 Diagram konsep ruang
2. Konsep Aktivitas dan Fasilitas
Konsep aktivitas dan fasilitas yang akan dikembangkan di kawasan Waduk Koto Panjang dibagi berdasarkan jenis kegiatan pada masing-masing ruang.
Konsep aktivitas dibagi menjadi aktivitas wisata darat dan aktivitas wisata air. Aktivitas wisata darat terbagi lagi menjadi aktivitas wisata berbasis alam dan
berbasis sosial budaya. Aktivitas wisata berbasis alam dijadikan sebagai salah satu wisata penunjang di ruang penyangga. Beberapa jenis kegiatan wisata bersifat pasif
pada ruang ini adalah pengamatan vegetasi lokal terutama perkebunan, melihat pemandangan, kegiatan fotografi, bersantai, jalan-jalan, duduk dan menyusuri
sungai dangkal. Aktivitas wisata berbasis sosial budaya terletak pada ruang pemanfaatan sebagai wisata utama dan pendukung wisata. Aktivitas wisata ini
menjadi aktivitas yang melibatkan masyarakat setempat sebagai atraksi wisata di kawasan waduk. Jenis kegiatan yang dikembangkan adalah melihat atraksi budaya
masyarakat setempat yang menjadi acara tahunan Balimau Kasai, mengamati kegiatan perkebunan masyarakat setempat, mempelajari sejarah waduk,
mempelajari operasional bendungan, dan wisata kuliner. Jenis kegiatan wisata aktif yang dilakukan pada ruang ini adalah berkemah, kegiatan pengelolaan, dan
bersepeda. Selain kegiatan wisata, terdapat kegiatan pendukung wisata yang meliputi kegiatan pelayanan bagi pengunjung. Jenis kegiatan wisata air yang
dikembangkan antara lain mempelajari pembudidayaan ikan air tawar menggunakan keramba jaring apung, memancing dan berperahu.
Konsep fasilitas dibagi menjadi dua yaitu fasilitas wisata utama dan fasilitas pendukung wisata. Fasilitas wisata utama meliputi menara pandang, menara
pengawasan waduk, jalur kegiatan menyusuri sungai dan eksplorasi alam, lokasi untuk berfoto, lokasi untuk pengamatan satwa, dermaga, lahan perkemahan dan
papan interpretasi mengenai vegetasi dan satwa setempat. Fasilitas pendukung wisata meliputi ticketing dan pusat informasi dan area perdagangan. Aktivitas dan
fasilitas berdasarkan ruang dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 30 Pembagian aktivitas dan fasilitas
Ruang Sub Ruang
Aktivitas Fasilitas
Ruang konservasi Konservasi
- -
Ruang penyangga Penyangga dan
pemanfaatan non intensif
Jalan-jalan, pengamatan satwa
vegetasi lokal, sightseeing
, duduk, fotografi, menyusuri
sungai, berkunjung ke bendungan,
berkunjung ke air terjun
jalur pedestrian, bangku, gazebo,
menara pandang, dermaga, pos
keamanan, fasilitas keamanan pagar
pembatas
Ruang pemanfaatan Wisata darat Berkemah,
bersepeda, piknik, fotografi,
sightseeing , jalan-
jalan, bersantai, berkunjung ke candi
Muara Takus, outbound
Infrastruktur jalan dan jalur pedestrian,
penerangan, bangku, gazebo, lapangan,
playground
, mobil wisata, panggung
wisata
Tabel 29 Pembagian aktivitas dan fasilitas lanjutan
Ruang Sub Ruang
Aktivitas Fasilitas
Wisata air Berperahu keliling
danau, memancing, sightseeing
, kuliner di tengah waduk
Dermaga, perahu, dek pemancingan,
shelter peristirahatan,
restoran Wisata edukasi
Pameran budaya setempat,
pengamatan satwa, fotografi,
sightseeing
, jalan- jalan
Media interpretasi, struktur jalur
pedestrian, gazeboshelter,
menara pandang,
Wisata budi daya pusat
pembudidayaan karet,
pembudidayaan ikan air tawar,
pembibitan, pemanenan
kompleks budi daya karet, keramba,
komplek budi daya ikan, ruang
pengelola
Area penerimaan Akses keluar-masuk,
area parkir, pusat informasi
Gerbang, loket tiket dan retribusi,
lapangan parkir, konter informasi
Area pelayanan Makan dan minum,
membeli souvenir, ibadah, berkumpul
Restoran, pos keamanan, kios
souvenir, musholla, fasilitas umum
toilet, tempat sampah, klinik,
fasilitas keamanan pagar pembatas,
bangku, shelter, meeting point,
penginapan
3. Konsep Sirkulasi
a. Konsep Sirkulasi
Konsep sirkulasi kawasan Waduk Koto Panjang dibuat untuk menghubungkan tiap-tiap ruang yang ada dalam kawasan waduk dan juga
menghubungkan tiap-tiap ruang dengan sub ruang di dalamnya. Konsep sirkulasi juga menyajikan ruang yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan untuk diakses
oleh pengunjung. Secara garis besar jalur sirkulasi dibagi menjadi sirkulasi wisata dan sirkulasi non wisata.
Sirkulasi wisata dibagi menjadi sirkulasi wisata darat dan sirkulasi wisata air. Sirkulasi wisata darat dilengkapi dengan sarana jalur pedestrian dan jalan mobil
wisata menuju objek wisata penunjang. Sirkulasi wisata air dilengkapi dengan sarana perahu dan dermaga. Pola sirkulasi di kawasan waduk bersifat linier dan
tertutup. Sirkulasi berpola linier difungsikan untuk menghubungkan tiap-tiap ruang pada kawasan, sedangkan pola tertutup difungsikan sebagai pola sirkulasi di dalam
sub ruang. Di beberapa spot sirkulasi terdapat tempat perberhentian sementara
untuk beristirahat
dan memberikan
waktu bagi
pengunjung untuk
menginterpretasikan kawasan. Sirkulasi non wisata ditujukan untuk kebutuhan operasional, pengelolaan dan pelayanan seperti sirkulasi petugas kebersihan,
sirkulasi parkir dan sebagainya.
Gambar 46 Konsep sirkulasi b.
Konsep Jalur Wisata Konsep jalur wisata yang dikembangkan bersifat rekreatif dan edukatif.
Konsep ini bertujuan selain untuk memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat, juga memberikan pemahaman terkait kegiatan konservasi dan budi daya ikan air tawar.
Di samping itu, konsep ini diharapkan memberikan wawasan kepada pengunjung terkait kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, dirancang paket wisata serta alternatif sub tema jalur interpretasi pada kawasan. Paket-paket yang dibuat ini dapat disesuaikan dengan waktu yang dimiliki
pengunjung untuk melakukan wisata. Konsep jalur wisata ini didasarkan kepada potensi objek dan atraksi wisata yang telah didata sebelumnya. Paket wisata yang
direncanakan dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31 Tema jalur wisata
No. Tema Wisata
ObjekAtraksi Aktivitas
1. Agroforestri dan budi
daya ikan air tawar Komplek Keramba
Jaring Apung KJA, perkebunan karet,
kompleks pengolahan karet
Tracking , pengamatan
proses penyadapan, pengamatan proses
pengolahan hasil karet
2. Sejarah dan operasional
bendungan Kantor operasional
bendungan, Candi Muara Takus
Edukasi sejarah waduk, edukasi operasional
bendungan, fotografi, edukasi sejarah candi
3. Rekreasi alam
Panorama perbukitan, air terjun, area genangan,
area outbound Bersampan keliling
waduk, tracking, foto grafi, memancing,
kegiatan outdoor
Tabel 31 Tema jalur wisata lanjutan No.
Tema Wisata ObjekAtraksi
Aktivitas
4. Seni dan budaya, kuliner Kesenian dan budaya
setempat, kios kuliner dan souvenir
Wisata kuliner dan belanja, Upacara
Balimau Kasai , kesenian
Calempong Oguong 5.
Pusat penelitian Pusat penelitian
konservasi hutan, pusat penelitian produk olahan
ikan air tawar Edukasi area konservasi,
edukasi produk olahan ikan air tawar
4. Konsep Vegetasi
Konsep penataan vegetasi di kawasan Waduk Koto Panjang dibedakan berdasarkan fungsi penanamanya di tapak. Fungsi penanaman vegetasi tersebut
adalah fungsi konservasi, fungsi peneduh, fungsi, pengarah, fungsi ekstetika, dan fungsi budi daya.
a.
Fungsi Konservasi
Fungsi konservasi diperoleh melalui penanaman jenis vegetasi yang mampu mengkonservasi tanah dan air terutama di area sempadan waduk sejauh 100 meter
dan kawasan dengan kemiringan lebih dari 40. Pemilihan vegetasi konservasi diutamakan yang berasal dari daerah sekitar waduk karena telah terbukti sesuai
dengan habitatnya dan dapat dijadikan sebagai habitat satwa lokal yang ada di kawasan.
b.
Fungsi Peneduh
Vegetasi peneduh berfungsi sebagai penaung dan mengendalikan iklim mikro. Karakteristik vegetasi peneduh adalah berdaun lebat dengan tajuk lebar. Vegetasi
peneduh diutamakan di area bermain, camping ground, meeting point dan area terbuka yang berpontensi untuk tempat orang berkumpul.
c.
Fungsi Pengarah
Vegetasi pengarah ditujukan untuk mengarahkan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Fungsi pengarah akan lebih terasa jika tanaman ditanam dengan pola
linier mengikuti jalur sirkulasi. Karakteristik vegetasi disesuaikan dengan suasana yang ingin ditekankan pada suatu area.
d.
Fungsi Estetika
Vegetasi untuk fungsi estetika bertujuan untuk meningkatkan kualitas visual suatu area. Fungsi estetika diutamakan pada area penerimaan dan pelayanan sebagai
kesan pertama kawasan bagi pengunjung. Kombinasi warna, bentuk, tekstur tanaman dan jenis tanaman yang kaya mampu menambah nilai visual sebuah area.
e.
Fungsi Budidaya
Vegetasi berfungsi sebagai komoditas pertanian masyarakat setempat dan sebagai objek edukasi pertanian bagi pengunjung. Vegetasi utama yang digunakan
adalah karet, vegetasi yang memang telah banyak ditanam oleh masyarakat setempat.
f.
Fungsi Pembatas dan Screen
Vegetasi berfungsi sebagai pembatas area yang tidak boleh dilalui oleh pengunjung. Vegetasi juga difungsikan untuk menutupi bagian yang tidak
diharapkan dilihat pengunjung seperti ruang perkakas, tempat pengumpulan sampah dan lain-lain.
Gambar 47 Konsep vegetasi Perencanaan Lanskap
Penelitian ini menyajikan rencana lanskap sebagai hasil akhir perencanaan kawasan Waduk Koto Panjang. Rencana lanskap diperoleh dari penggabungan
rencana ruang, rencana aktivitas dan fasilitas, rencana sirkulasi dan rencana vegetasi. Rencana daya dukung kawasan dibuat agar kegiatan wisata di kawasan
waduk tidak menimbulkan kerusakan lingkungan yang permanen.
Rencana Ruang
Kawasan Waduk Koto Panjang akan dibagi menjadi tiga ruang sesuai dengan konsep ruang yang telah direncanakan, yaitu ruang konservasi, ruang penyangga
dan ruang pemanfaatan. Masing-masing ruang memiliki pembagian sub ruang untuk mengakomodasi kebutuhan ruang aktivitas yang berbeda-beda. Luas masing-
masing ruang di kawasan waduk dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32 Rencana alokasi pembagian ruang perencanaan
Ruang Sub Ruang
Luas
km
2
Konservasi -
267,38 82,55
Penyangga Area penyangga
4,66 1,44
Wisata pendukung 1,75
0,54 Pemanfaatan
Wisata darat 3,47
1,07 Wisata air
45,61 0,19
Wisata edukasi 1,28
0,39 Wisata budi daya
42,04 12,98
Area pendukung wisata 2,73
0,84
Total 368,92
100,00
Ruang konservasi dialokasikan lahan seluas 267,38 km
2
. Besar luas area tersebut meliputi 82,55 dari luas kawasan perencanaan. Perencanaan ruang
penyangga dibagi menjadi sub ruang penyangga dan sub ruang wisata pendukung. Sub ruang penyanga dialokasikan seluas 4,66 km
2
atau 1,44 dari luas kawasan perencanaan dan sub ruang wisata pendukung dialokasikan seluas 1,75 km
2
atau