Hasil regresi faktor tingkat upah tenaga kerja menunjukan bahwa besarnya upah tenaga kerja di Indonesia dapat menyebabkan peningkatan produktivitas
tanaman tebu. Peningkatan upah buruh menjadikan buruh bekerja lebih keras dalam memproduksi tebu dengan harapan insentif yang tinggi, hasilnya
produktivitas tanaman yang garap meningkat. Rata-rata curah hujan yang terjadi di Indonesia terlalu besar untuk
kebutuhan tingkat curah hujan tanaman tebu, sehingga dengan curah hujan yang ada, maka produktivitas tanaman tebu akan berkurang. Rata-rata curah hujan yang
dibutuhkan oleh tanaman tebu di Indonesia adalah sebesar 1.100 – 1.300 mmtahun, sedangkan rata-rata curah hujan yang terjadi di Indonesia adalah
sebesar 1.500 – 2.300 mmtahun. Produktivitas periode sebelumnya, signifikan pada taraf nyata 5 persen.
variabel bebas tersebut mempunyai koefisien yang positif. Artinya produktivitas tanaman tebu saat ini merupakan keberlanjutan dan mungkin peningkatan dari
tahun sebelumnya yang terjadi karena adanya kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal menjaga dan meningkatkan produktivitas tebu nasional, misalnya
program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional yang telah berhasil meningkatkan produksi dan produktivitas tebu nasioanl Deptan, 2006
4.3. Respon Penawaran Tebu Indonesia
Respon penawaran tebu di Indonesia dapat diketahui dengan pendekatan nilai elastisitas penawaran tebu Indonesia baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Untuk mempemudah kita dalam mengetahui nilai respon penawaran tebu
Indonesia, akan diperlihatkan Tabel 4.3. dimana secara ringkas menyajikan nilai elastisitas penawaran tebu di Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Tabel 4.3. Elastisitas Penawaran Tebu Indonesia
Keterangan E
A,P
E
Y,P
E
Q,P
Koefisien Penyesuaian 1
0,73 Elastisitas Jangka Pendek
0,27 0,27
Elastisitas Jangka Panjang 0,38
0,38
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2009. Catatan :
E
A,P
= Respon areal terhadap harga E
Y,P
= Respon produktivitas terhadap harga E
Q,P
= Respon penawaran terhadap harga
Berdasarkan Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa respon penawaran tebu di Indonesia pada jangka pendek bernilai 0,27 dan pada jangka panjang bernilai 0,38
terlihat bahwa nilai elastisitas penawaran tebu Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjangnya berada diantara nilai nol dan satu, hal ini
membuktikan bahwa tanaman tebu di Indonesia mempunyai karakteristik sesuai dengan teori barang pertanian.
Nilai elastisitas penawaran tebu Indonesia jangka pendek adalah sebesar 0,27 persen dan sebesar 0,38 persen pada jangka panjang. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Santika 2004 yang membuktikan bahwa nilai elastisitas penawaran tebu Indonesia berada pada range tidak elastis.
Berdasarkan hasil regresi, peningkatan jumlah penawaran tebu lebih responsif jika didekati dengan menggunakan pendekatan produktivitas, artinya
dengan adanya perubahan harga gula nasional akan direspon oleh petani dengan cara meningkatkan produktivitas intensifikasi bukan dengan cara ekstensifikasi.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan petani dalam menambah jumlah areal jika
ada peningkatan harga output adalah tidak mungkin karena rata-rata kepemilikan lahan dikuasai oleh perusahaan, bukan oleh petani.
4.4. Proyeksi Kebutuhan Tebu Tahun 2025
Untuk melihat seberapa banyak kebutuhan tebu yang akan terjadi pada tahun 2025 sangat tergantung pada jumlah penduduk yang mengkonsumsi output
dari tanaman tebu. Jika diasumsikan bahwa dengan besar rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 0,2 persen tiap tahun, maka pada tahun 2025 diproyeksikan
akan terjadi peningkatan jumlah penduduk kurang lebih mencapai sebesar 273,2 juta jiwa dari yang sebelumnya sebesar 228 juta jiwa pada tahun 2006 BPS,
2008. Tabel 4.4. Proyeksi Jumlah Kebutuhan Tebu Indonesia
Kondisi tahun 2006
Proyeksi tahun 2025
Penduduk 228.864.000 273.000.000
Jumlah Konsumsi Gula Total 3.978.861
4.746.177 Produksi Gula yang dibutuhkan
2.265.692 4.746.177
Produksi Tebu yang dibutuhkan 30.150.000
63.158.292
Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2009.
Dengan besarnya jumlah penduduk pada tahun 2025 tersebut, maka dapat diproyeksikan bahwa konsumsi gula total yang dibutuhkan oleh seluruh
masyarakat, baik dalam konsumsi rumah tangga maupun konsumsi industri adalah sebesar 4.746.177 ton gula Tabel 4.4., meningkat sebanyak 767.316 ton dari
tahun 2006. Sehingga untuk memenuhi konsumsi atau permintaan gula nasional, Indonesia perlu menyediakan 4.746.177 ton gula, karena untuk mencapai
swasembada nasional maka besar produksi minimal harus sama dengan jumlah
yang dikonsumsi. Untuk menghasilkan 4.746.177 ton gula, maka akan dibutuhkan sebanyak 63.158.292 ton tebu dengan asumsi tingkat rendemen sebesar 8 persen
yang diperoleh dari rata-rata tingkat rendemen tahunan periode 1969-2006.
4.5. Proyeksi Penawaran Tanaman Tebu Indonesia Tahun 2025