dibandingkan di lahan sawah, yaitu sebesar 1,794032. Artinya usahatani tebu di tegalan lebih menguntungkan dibandingkan di lahan sawah.
Gaol dalam Halsafah 2002 meneliti tentang kekompetitifan usahatani tebu dengan usaha alternatif. Tanaman alternatif di lahan sawah yang digunakan
sebagai kompetitor adalah padi, jagung, dan kacang tanah. Sedangkan di lahan kering yaitu padi, jagung, lombok, sawi, dan ubi kayu. Adapun jenis tebunya
mencakup tebu tanam dan tebu kepras. Di lahan sawah, pendapatan usahatani dari tanaman alternatif bukan saja
lebih unggul dalam nilai absolut pendapatannya dibandingkan dengan usaha tani tebu, tetapi juga dalam efisiensi biaya net BC sehingga peluang tanaman
alternatif untuk ditanam di lahan sawah lebih besar daripada tanaman tebu. Hal tersebut disebabkan berkembangnya teknologi tumpangsari serta semakin pastinya
dan meningkatnya harga jual hasil panen tanaman alternatif. Untuk tebu di lahan kering, pendapatan usahatani alternatif lebih kecil daripada pendapatan usahatani
tanaman tebu. Sesungguhnya hal ini berlaku secara umum karena produktivitas dan intensitas tanaman dari tanaman alternatif cukup rendah di lahan kering.
2.2. Tinjauan Kebijakan Pergulaan Nasional
Pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan dalam rangka menyejahterakan petani tebu dan memperkuat daya saing industri gula. Salah satu
kebijakan yang sangat mendasar dan mempunyai dampak terhadap industri gula nasional adalah diberlakukannya program Tebu Rakyat Intensifikasi TRI
melalui Inpres No. 9 Tahun 1975 yang mempunyai sasaran merubah sistem sewa
lahan menjadi sistem Tebu Rakyat Intensifikasi, menjadikan petani sebagai tuan diatas lahannya sendiri, dan meningkatkan kesejahteraan petani tebu dengan
dukungan pendanaan, bimbingan teknis dan pengaturan distribusi dan perdagangan gula.
2.3. Teori Penawaran
Kurva penawaran adalah penyajian penawaran dalam bentuk grafik skedul penawaran supply schedule yang menggambarkan jumlah yang akan dijual para
produsen pada harga-harga alternatif komoditi tersebut. Kurva penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah atau kuantitas yang ditawarkan dan harga,
jika faktor lainnya tetap sama. Kemiringan positif menunjukkan bahwa kuantitas atau jumlah yang ditawarkan bervariasi dalam arah yang sama dengan harga.
Gambar 2.1 menunjukan kurva penawaran yang menggambarkan hubungan antara kuantitas per periode dengan harga. Pergeseran kurva penawaran terjadi ketika
faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah yang ditawarkan suatu perusahaan selain harga komoditi itu sendiri berubah, misalnya harga input, perubahan
teknologi, harga komoditi lain, dan tujuan perusahaan Lipsey et al, 1995.
Sumber : Lipsey et al, 1995.
Gambar 2.1. Kurva Penawaran Sd
Jumlah Harga
Sd
1
Sd
2
Menurut Lipsey et al. 1995, jumlah yang akan dijual oleh perusahaan disebut kuantitas yang ditawarkan untuk komoditi itu. Kuantitas atau jumlah yang
ditawarkan merupakan arus, yaitu banyaknya per satuan waktu. Satu hipotesis ekonomi yang mendasar adalah bahwa untuk kebanyakan komoditi, harga
komoditi dan kuantitas atau jumlah yang akan ditawarkan berhubungan secara positif, dengan faktor yang lain tetap sama. Dengan kata lain, makin tinggi harga
suatu komoditi, makin besar jumlah komoditi yang akan ditawarkan, semakin rendah harga, semakin kecil jumlah komoditi yang ditawarkan.
2.4. Teori Respon Penawaran