V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Secara umum, kondisi ruang pedestrian yang terbangun tersebut belum sepenuhnya mendukung kenyamanan klimatik, hal ini terlihat terutama pada
kondisi puncak panas harian antara pukul 11.00-14.00 WIB, nilai THI lebih dari 26. Kondisi klimatik tersebut menyebabkan pengguna ruang merasa tidak nyaman
dalam beraktivitas di sepanjang jalur pedestrian ini, lebih baik berkendara daripada berjalan kaki.
Berdasarkan persepsi responden, kategori uji jenis pekerjaan sangat mempengaruhi latar belakang responden dalam mengapresiasikan persepsinya
terhadap kondisi ruang pedestrian 41,18. Hal ini sangat lazim apabila melihat pentingnya pedestrian sebagai tempat mobilisasi pengguna tapak dalam rangka
mencapai titik-titik atau ruang-ruang di dalamnya. Sedangkan preferensi responden menunjukkan bahwa kategori uji tingkat pendidikan 40, jenis
pekerjaan 36,67 dan umur 33,33 mempengaruhi apresiasi keinginannya terhadap kondisi pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman.
Menurut persepsi dan preferensi responden tersebut, kondisi fisik ruang pedestrian merupakan faktor yang lebih dominan sebagai penunjang kenyamanan
beraktivitas pada ruang pedestrian. Sedangkan kenyamanan visual bukan merupakan faktor dominan sebagai penunjang kenyamanan. Meskipun demikian,
untuk membentuk sebuah fasilitas publik yang baik maka hendaknya selain kenyamanan fisik fasilitas itu sendiri, kenyamanan visual harus juga diperhatikan.
Kenyamanan visual pada tapak dapat dibentuk melalui kualitas visual yang tinggi. Kualitas visual tinggi, yang diinginkan oleh pengguna tapak adalah
pemandangan yang memiliki karakteristik tatanan yang rapi dari pohon serta konfigurasi tanaman pada ruang pedestrian dan di sekelilingnya, badan pedestrian
yang cukup lebar sehingga memberikan kesan luas terhadap ruang tersebut. Selain itu, kesan nyaman dan teduh yang ditimbulkan bayangan gedung-gedung
memberikan stimulus kepada pengguna ruang untuk bergerak leluasa dan pandangan yang luas serta menyeluruh.
79
Kombinasi kenyamanan fisikfungsi, klimatik dan visual tersebut merupakan unit yang menyatu di dalam sebuah lanskap pedestrian Jalan M.H.
Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Untuk ke depannya, kebijakan perencanaan mengenai penataan pedestrian Jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman seharusnya
mampu mengakomodasikan faktor-faktor kenyamanan tersebut. Melalui perenca- naan yang lebih baik, hendaknya lanskap yang terbangun tidak hanya memiliki
keberpihakan pada pemilik bangunan tetapi juga terhadap pengguna ruang pedestrian.
5.2. Saran