3
ditangkap oleh mata pengamat dengan lingkungannya melalui persepsi dan preferensi.
Faktor lain yang sering ditambahkan sebagai penunjang kenyamanan yaitu kenyamanan fisik. Kenyamanan fisik berkaitan erat dengan aspek kesesuaian
bentuk dan disain objek atau elemen-elemen yang dibangun terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya kesesuaian bangku taman, lampu-lampu taman, pedestrian,
papan reklame dan infrastruktur lainnya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan dengan konsep “ergonomis”, yaitu objek atau stuktur yang dibangun secara
dimensional dan strukturalnya mengikuti kebutuhan gerak tubuh manusia penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat
optimal dan nyaman untuk digunakan oleh penggunanya. Oleh karena itu, untuk membentuk sebuah ruang pedestrian Jalan M.H.
Thamrin-Jend. Sudirman sebagai ruang publik yang nyaman, maka diperlukan studi mengenai faktor-faktor yang meliputi kenyamanan klimatik, kenyamanan
visual dan kenyamanan fisik. Hasil ini memberikan rekomendasi bentuk-bentuk perbaikan pada tapak sebagai bahan pertimbangan perencanaan lebih lanjut ruang
pedestrian yang selain mendukung keindahan kota, juga memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
1.2. Rumusan Permasalahan
Ruang pedestrian yang telah dibangun di sepanjang Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman saat ini, kurang berfungsi efektif. Hal ini dapat terlihat dari
pengguna ruang masih memilih menggunakan kendaraan untuk berpindah tempat ke tempat lainnya, daripada menggunakan ruang pedestrian. Faktor kenyamanan
diduga menjadi penyebab masih rendahnya apresiasi pengguna ruang. Kondisi iklim mikro yang tidak nyaman dan kualitas visual tapak yang rendah diduga
merupakan faktor-faktor ketidak-nyamanan yang dominan ditemui di sepanjang Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Oleh karena itu, diperlukan analisis
mengenai kondisi-kondisi yang terkait dengan aspek kenyamanan untuk membangun sebuah perencanaan ruang pedestrian yang efektif, fungsional dan
nyaman bagi pengguna dan masyarakat di sekitarnya.
4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kondisi faktual ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin –
Jend. Sudirman, Jakarta kaitannya dengan faktor klimatik dan fisik. 2. Menganalisis persepsi dan preferensi pengguna ruang terhadap kenyamanan
ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin – Jend. Sudirman, Jakarta. 3. Menganalisis kualitas visualkeindahan sebagai faktor pendukung kenyamanan
pada ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin – Jend. Sudirman, Jakarta. 4. Menganalisis hubungan persepsi dan preferensi dengan faktor-faktor
kenyamanan klimatik, fisik dan visualkeindahan. 5. Menyusun rekomendasi terkait dengan kebijakan, pengelolaan dan perbaikan
fisik untuk meningkatkan kenyamanan, sehingga dapat meningkatkan efektivitas penggunaan ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin –Jend.
Sudirman, Jakarta dan juga diharapkan dapat diterapkan pada lanskap pedestrian lainnya.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam perencanaan ruang pedestrian secara umum dan perencanaan atau
pengembangan ruang pedestrian jalan M.H. Thamrin –Jend. Sudirman, Jakarta Pusat yang berfungsi secara efektif karena memenuhi kebutuhan pengguna, baik
dari faktor kenyamanan klimatik, fisikfungsi maupun visualkeindahan.
1.4. Batasan Penelitian
Aspek kenyamanan lanskap dianalisis berdasarkan faktor-faktor klimatik, fisikfungsi dan visualkeindahan pada ruang pedestrian kawasan jalan M.H.
Thamrin –Jend. Sudirman, Jakarta Pusat sepanjang ± 6200 meter tahun 2008.
1.5. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut diketahui bahwa kawasan jalan M.H. Thamrin –
Jend. Sudirman, Jakarta khususnya pada ruang pedestrian dapat berfungsi secara
5
efektif jika dirancang, dibangun serta dikelola dengan tujuan memenuhi kebutuhan kenyamanan penggunanya. Faktor kenyamanan mencakup faktor
klimatik iklim mikro, faktor fisik dan fungsinya serta faktor keindahan visual. Evaluasi terhadap kondisi faktual faktor-faktor tersebut dan melihat hubungannya
dengan persepsi dan preferensi pengguna serta dengan menganalisis kebijakan Pemerintah ProvinsiPemerintah Kota ataupun sistem pengelolaannya, akan dapat
disusun suatu usulanrekomendasi perbaikan, baik secara fisik maupun dari aspek kebijakan atau pengelolaan. Perbaikan tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kenyamanan sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh pengguna ruang.
6
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian.
RUANG PEDESTRIAN YANG DIRANCANG DAN DIKELOLA UNTUK
MEMENUHI KEBUTUHAN KENYAMANAN PENGGUNA
ASPEK PENGELOLAAN
KEBIJAKAN
KAWASAN JALAN M.H. THAMRIN - JEND. SUDIRMAN, JAKARTA
RUANG PEDESTRIAN
ANALISIS SECARA KOMPREHENSIF
ASPEK PENGGUNA
PERSEPSI DAN PREFERENSI
ANALISIS CHI-SQUARE
KEBIJAKAN PENGELOLAAN
YANG DIPERLUKAN
ASPEK LANSKAPRUANG
IKLIM MIKRO : - SUHU
- KELEMBABAN - CURAH HUJAN
- INTENSITAS CAHAYA - ANGIN
VIEW LANSKAP
ELEMEN FISIK RUANG : - LOKASI
- AKSESSIBILITAS - FASILITAS
INFRASTRUKTUR - POHONTANAMAN
- KELENGKAPAN KUALITAS DISAIN
ANALISIS VISUAL SBE
ANALISIS KENYAMANAN FISIK
ANALISIS KENYAMANAN IKLIM
RUANG PEDESTRIAN SEBAGAI FASILITAS PUBLIK KOTA YANG
DIMANFAATKAN SECARA LEBIH EFEKTIF
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkotaan dan Ruang Terbuka
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 tahun 1987, kota adalah pusat pemukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batas wilayah
administrasi yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan. Menurut
Simonds 1983, kawasan perkotaan adalah suatu bentuk lanskap buatan manusia yang yang terbentuk akibat aktivitas manusia dalam mengelola kepentingan
hidupnya, sedang kota adalah sebuah pusat populasi yang besar dan padat dengan aktivitas ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan.
Pertambahan penduduk, perkembangan kawasan permukiman dan industri serta pembangunan sarana dan prasarana transportasi menyebabkan terjadinya
penurunan luas lahan pertanian dan vegetasi lain sebagai suatu konsekuensi yang logis, karena tuntutan kebutuhan masyarakat. Walaupun demikian, keputusan
mengenai perubahan penggunaan lahan atau konversi lahan areal bervegetasi menjadi lahan terbangun memerlukan perencanaan yang logis pula, agar tidak
terjadi dampak negatif, misalnya berkurangnya lahan pertanian produktif, erosi, kenaikan suhu permukaan dan udara, penurunan kualitas lingkungan dan
degradrasi lahan, ketidaknyamanan hunian dan polusi akibat kegiatan industri. Berdasarkan masalah-masalah tersebut maka berkembang kepedulian
masyarakat di daerah perkotaan untuk menciptakan lingkungan yang lebih nyaman, terutama dalam hal keleluasaan berinteraksi, baik sesama individu,
kelompok maupun antar keduanya. Kemudian disusun perencanaan-perencanaan mengenai tata guna ruang dan pemanfaatannya yang disesuaikan dengan
kebutuhan dan kelangsungan lingkungan di sekitarnya. Melalui pengembangan ruang-ruang binaan di lingkungan perkotaan tersebut, maka muncul konsep-
konsep perencanaan ruang terbuka danruang terbuka hijau yang ditujukan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat perkotaan dalam hal interaksi dan sebagai
penunjang kenyamanan di dalam ruang perkotaan. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 tahun 1988, ruang
terbuka adalah ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk