9
atau kehutanan dan kegiatan jasa yang berkaitan dengan aktivitas rekreasi dan wisata.
4. Kelestarian Fungsi kelestarian ruang terbuka hijau mencakup dua aspek, yaitu i nilai-nilai
alam dan sosial-budaya seperti lingkungan bersejarah, cagar budaya dan sumberdaya langka, dan ii lingkungan yang dilestarikan dan dipertahankan
sebagai areal terbuka dengan kehidupan asli.
2.2. Lanskap Pedestrian 2.2.1. Pengertian
Lanskap merupakan ruang di sekeliling manusia, mencakup segala hal yang dapat dilihat dan dirasakan Eckbo, 1964. Simonds 1983 menyatakan bahwa
lanskap apabila dipandang dari setiap tempat ternyata mempunyai karakter- karakter lanskap tertentu yang terbentuk secara alami. Karakter ini terbentuk
karena adanya kesan harmoni dan kesatuan dari elemen yang ada di alam, seperti bentuk suatu lahan, formasi batuan, vegetasi dan binatang. Derajat harmoni atau
kesatuan dari elemen-elemen lanskap tidak hanya diukur dari kesan yang menyenangkan yang ditimbulkan, tetapi juga dari segi keindahan.
Menurut Simonds 1983, pedestrian adalah yang diibaratkan sebagai anak sungai, mengalir mengikuti alur dengan mempunyai sedikit hambatan. Dalam
kaitannya dengan pedestrian, yang perlu diperhatikan adalah jalur pedestrian. Menurut Nurisjah dan Qodarian 1995, pada umumnya jalur pedestrian
direncanakan hanya sebagai jalur pejalan kaki, dan jalur ini dapat dikembangkan menjadi suatu sistem sirkulasi pedestrian yang indah, menyenangkan, nyaman dan
tak terasa panjangnya bila berjalan diatasnya. Caranya yaitu dengan meman- faatkan topografi dan pemandangan alami serta pemandangan yang menarik
lainnya sehingga membentuk suatu visualisasi bentuk perjalanan yang menarik.
2.2.2. Kriteria Teknis Ruang Pedestrian
Terkait dengan ruang pedestrian, Harris dan Dines 1988 menjelaskan tentang kriteria fisik dalam pembuatan sirkulasi pedestrian, diantaranya adalah :
1. Kriteria dimensional Kriteria dimensional ruang pedestrian dapat dilihat pada Gambar 2.
10
1,8 m A Tempat umum
2,8 – 3,6 m B Tempat belanja
4,6 – 5,5 m C Berjalan Normal 10,6 m D Jalan santai
Gambar 2 Jarak ruang yang dibutuhkan antar pejalan kaki di depannya sesuai lokasi Harris dan Dines, 1988.
2. Kriteria pergerakan Faktor kecepatan pergerakan akan menurun bila jumlah pejalan kaki
meningkat, ada persimpangan dan naik atau turun tangga. 3. Kriteria visual
Kriteria atau persyaratan visual pemandangan disesuaikan dengan tinggi mata dan sudut pandang pejalan kaki dan nyaman untuk melihat pada pandangan
normal setinggi mata misalnya untuk penempatan rambu-rambu lalu-lintas. Harris dan Dines 1988 juga menjelaskan tentang standar ruang untuk
pedestrian, yaitu : 1. Lebar
a. Lebar jalur pedestrian tergantung pada tujuan dan intensitas pemakaian b. 1 orang = 24 inchi 60 cm dengan lebar minimum jalan setapak = 4 ft 120
cm. c. Memperhatikan kelengkapan dan perlengkapan jalan street furniture.
2. Kemiringan a.
Longitudinal, dengan dasar pertimbangan kebiasaan atau kemudahan bergerak dan tujuan desain.
1 Ideal : 0-3
2 Maksimum : 5
3 Tergantung iklim : 5-10
11
4 Untuk ramp : 1,5-8
b. Transversal 1 Minimum tergantung material
: 1 2 Ideal rata-rata
: 3 3 Maksimum untuk drainase baik
: 3 3. Perhitungan dimensi untuk lebar pedestrian
Lebar jalan W = S
VxM Keterangan : V = Volume orangmenit
M = Modul ruang ft
2
orang S = Kecepatan berjalan ftmenit
2.2.3. Vegetasi pada Jalur Pedestrian
Carpenter et. al. 1975, mengemukakan bahwa kehadiran tanaman di lingkungan perkotaan memberikan suasana alami. Tanaman mempengaruhi
penampakan visual yang kita lihat. Secara umum di dalam lanskap, pohon merupakan sebuah elemen utama. Secara individual maupun berkelompok,
pohon-pohon dapat memberikan kesan yang berbeda-beda jika dilihat dari jarak yang berbeda-beda pula. Pada jarak dekat, daun, batang pohon dan cabang-cabang
dapat dilihat secara jelas. Jika dilihat dari jarak menengah puncak-puncak pohon terlihat membentuk seperti garis. Jarak ini merupakan bagian yang penting dalam
lanskap karena memberkan kesan kedalaman yang kuat, perubahan secara halus dalam pencahayaan dan perspektif. Bila dilihat dari jarak jauh, perbedaan
ketinggian dari puncak-puncak pohon tidak dapat dinikmati, biasanya dari jarak ini pohon digunakan sebagai latar belakang.
Tujuan dari penanaman vegetasi tepi jalan adalah untuk memisahkan pejalan kaki dari jalan raya dengan alasan keselamatan dan kenyamanan Lynch,
1981. Dalam usaha mencapai kesatuan atau unity didalam pengaturan penanamannya perlu diperhatikan pemilihan jenis tanamannya terutama untuk
jalur pedestrian. Menurut Department of Transport of British 1986, vegetasi tidak seharusnya menghalangi jalan dan harus dipangkas secara teratur.
Ditegaskan menurut Chaniago 1980 dalam Widjayanti 1993 pemilihan pohon harus memperhatikan karakteristiknya seperti :
12
1. Akar, harus cukup kuat untuk menahan vibrasi yang disebabkan oleh kendaraan yang lewat. Jenis yang digunakan sebaiknya tidak mempunyai akar
yang menembus aspal dan beton sehingga kerusakan utilitas dapat dihindari. 2. Batang dan cabang, cukup elastis dan kuat untuk mencegah roboh dan
rusaknya pohon akibat tiupan yang kencang. 3. Naungan, yang sangat berhubungan dengan penetrasi radiasi matahari
sehingga temperatur udara di sekitar jalur pedestrian menurun. Dalam pemilihan jenis pohon menurut Arnold 1980, tinggi dan diameter
tajuk merupakan hal yang paling penting diperhatikan oleh arsitek lanskap. Pada beberapa tempat, ketinggian percabangan pohon yang nyaman berjalan di
bawahnya berkisar dari 2,4 – 4,5 meter. Pergerakan kendaraan membutuhkan kejelasan pandangan sehingga diperlukan pohon peneduh jalan dengan ketinggian
percabangan minimum 4,5 meter. Pohon berukuran kecil 5,5 – 10,5 meter dapat digunakan sebagai tirai screening dan seringkali tepat digunakan sebagai pohon
tingkat bawah untuk menambah tekstur dan warna.
2.2.4. Kelengkapan dan Perlengkapan Jalan Street Furniture