Tempat dan Waktu Penelitian Perumusan Rekomendasi

III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di jalur pedestrian kawasan Jalan M.H. Thamrin – Jend. Sudirman, Jakarta Gambar 4. Jalur pedestrian pada Jalan M.H. Thamrin yang diamati adalah sisi Timur T dan Barat B dari Air Mancur Bank Indonesia sampai dengan Jembatan Dukuh Atas, sedangkan pada Jalan Jenderal Sudirman yang diamati adalah sisi Timur T dan Barat B dari Jembatan Dukuh Atas sampai Tugu Api Nan Tak Kunjung Padam, dengan total panjang ± 6200 meter. Pengamatan dan pengukuran dilaksanakan mulai bulan Mei 2007 sampai dengan Oktober 2007. Analisis dan penyelesaian studi dilakukan hingga Juli 2009. Gambar 4 Peta lokasi penelitian. 100 300 500 900 PETA DKI JAKARTA A B C D E F KETERA NG A N : A : A ir Ma nc ur BI B : Bund e ra n HI C : Je m b a ta n Dukuh A ta s D : Fly - Ove r Se m a ng g i E : Ko m p le ks G e lo ra Bung Ka rno F : Tug u Ap i Na n Ta k Kunjung Pa d a m : Lo ka si Stud i A – C : Jl. M.H. Tha m rin C – F : Jl. Je nd . Sud irm a n m e te r 30

3.2. Metode Penelitian

3.2.1. Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara survey lapang, studi dokumentasipustaka dan wawancara. Data yang dikumpulkan meliputi data mengenai aspek fisik ruang, aspek kepuasan pengguna dan aspek kebijakan dan pengelolaan, baik berupa data primer yang diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara ataupun data sekunder yang diperoleh melalui studi pustaka. Gambar 5 Proses studi. Data mengenai aspek fisik ruang terdiri atas data iklim umum dan mikro, elemen fisik aksessibilitas, lebar pedestrian, disain paving, bahan perkerasan, street furniture , vegetasi dan elemen fisik lainnya, serta data mengenai visual, Pendalaman teori sesuai tujuan dan ruang lingkup studi. Penetapan lokasi studi: - Jalur pedestrian Jalan M.H. Thamrin – Jend. Sudirman, Jakarta Pusat. - Panjang area studi ± 6200 meter, melintang Selatan- Utara, dengan area studi di sisi Barat-Timur. Pengambilan data primer dan sekunder mengenai kondisi tapak. Aspek Kebijakan dan Pengelolaan Aspek Kepuasan Pengguna Aspek Fisik Ruang Elemen Fisik : - Aksessibilitas; - Lebar pedestrian; - Disain paving; - Bahan perkerasan; - Street furniture; - Vegetasi; - Elemen lainnya. Kondisi FisikFungsi Iklim : - Umum; - Mikro: ƒ Suhu; ƒ Kelembaban. Kondisi Klimatik Kualitas Visual : View di dalam ruang pedestrian. Kualitas Visual SBE Data mengenai Persepsi dan Preferensi Chi Square : Persepsi dan Preferensi - Kebijakan-kebijakan terkait penyediaan dan pengelolaan ruang pedestrian. - Pengelola dan pengelolaan ruang pedestrian. Deskriptif : - Dukungan; - Kendala. Analisis keterkaitan antara aspek fisik dan aspek kenyamanan pengguna kenyamanan klimatik, fisik dan visual. Saran kebijakan dan pengelolaan Rekomendasi perencanaan dan pengelolaan ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin – Jend. Sudirman, Jakarta Pusat. Tahap Pra-Survey Tahap Survey Pengumpulan Data Analisis dan Sintesis 31 yaitu pemandangan view dalam ruang pedestrian. Aspek kepuasan pengguna diperoleh melalui data persepsi dan preferensi pengguna ruang dengan cara membagikan kuisioner mengenai faktor-faktor kenyamanan dalam ruang pedestrian. Sedangkan aspek kebijakan dan pengelolaan terdiri atas kebijakan- kebijakan yang terkait dengan penyediaan dan pengelolaan ruang pedestrian, serta hal-hal yang terkait dengan pengelola dan usaha-usaha pengelolaannya. Untuk lebih jelasnya, proses dan langkah-langkap metode yang dipergunakan pada studi ini dapat dilihat pada Gambar 5 di atas. Adapun jenis data, bentuk data dan sumber pengambilan data pada masing- masing aspek dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Aspek, jenis, bentuk dan sumber pengambilan data Aspek Jenis Data Bentuk Data Sumber Pengambilan Data Kondisi Umum Lokasi tapak Aksessibilitas Letak, luas dan batas- batas Bappeda dan lapang Bappeda dan lapang Fisik Ruang Iklim ƒ Umum ƒ Mikro Elemen Fisik ƒ Aksessibiltas ƒ Lebar pedestrian ƒ Disain paving ƒ Bahan perkerasan ƒ Street furniture ƒ Vegetasi ƒ Elemen lainnya Visual View dalam ruang Data iklim Data suhu dan kelembaban bulanan, tahun 2007-2008 Akses dan jaringan jalan Lebar pedestrian Detail disainsite plan Bahan perkerasan Inventarisasi perlengkapan dan kelengkapan jalan lampu penerangan jalan, tempat sampah, pagar, jembatan penyeberangan, sarana komunikasi, kios, shelter, bangku, dan lainnya Jenis dan pola penanaman Inventarisasi lapang dan data sekunder Dokumentasi foto BMKG, Bappedalda dan lapang BMKG, Bappedalda dan lapang Bappeda dan lapang Bappeda, Dinas Pertamanan dan Lapang Bappeda, Dinas Pertamanan dan Lapang Bappeda, Dinas Pertamanan dan Lapang Lapang Bappeda, Dinas Pertamanan dan Lapang Bappeda, BMKG, Dinas Pertamanan dan Lapang Lapang Kepuasan Pengguna Karakteristik, persepsi dan preferensi Karakteristik, persepsi dan preferensi terhadap kenyamanan ruang Lapang kuisioner dan wawancara Kebijakan dan Pengelolaan Peraturan yang berlaku Keputusan, aturan dan RUTR Jakarta Pusat Bappeda dan instansidinas terkait 32

3.2.2. Tahap Analisis

3.2.2.1. Analisis Klimatik

Menurut Brown and Gillespie 1995, iklim mikro berkaitan erat dengan rasa nyaman, suhu yang nyaman. Suhu yang nyaman dapat diwujudkan dengan memahami 1 unsur-unsur iklim mikro angin, temperatur udara yang dapat mempengaruhi kenyamanan suhu pada manusia; 2 unsur-unsur lanskap tanaman, air yang mempengaruhi iklim mikro. Kelembaban udara adalah ba- nyaknya kandungan air di udara. Pada kelembaban udara yang cukup tinggi, NO 2 di udara dapat bereaksi dengan massa air membentuk HNO 3 , dan unsur S bereaksi dengan O 2 membentuk SO 4 , yang akhirnya SO 3 bereaksi dengan massa air membentuk H 2 SO 4 Purnomohadi, 1995. Temperature Humidity Index THI merupakan suatu indeks untuk menetapkan kenyamanan secara kuantitatif dengan mengkombinasikan suhu dan kelembaban relatif udara Nieuwolt, 1977, dengan rumus: THI = 0,8 Ta + RH x Ta 500 Keterangan: THI = indeks kenyamanan Ta = suhu udara O C RH = kelembaban relatif udara

3.2.2.2. Analisis Kondisi Fisik

Kondisi fisik area studi yang terdiri atas aksessibilitas, lebar pedestrian, disain paving, bahan perkerasan, street furniture, vegetasi dan elemen fisik lainnya dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan secara faktual kondisi- kondisi yang ada pada saat ini. Kondisi faktual yang ditemukan di lapang akan dibandingkan kesesuaiannya dengan standar-standar dimensi ruang dan ilmu Arsitektur Lanskap. Hal ini sangat penting, untuk melihat sejauh mana kondisi fisik yang telah terbangun saat ini memberikan dampak dan kesan yang nyaman bagi penggunanya. Fasilitas atau struktur bangunan yang dibuat tersebut harus mengikuti standar-standar dimensi manusia penggunanya. Kenyamanan fisik ini sering dikaitkan dengan konsep “ergonomis”, yaitu objek atau stuktur yang dibangun secara dimensional dan strukturalnya mengikuti lekuk tubuh manusia 33 penggunanya. Hal ini dimaksudkan agar objek atau struktur yang dibangun dapat optimal dan nyaman untuk digunakan oleh penggunanya.

3.2.2.3. Analisis Visual Scenic Beauty Estimation SBE

Aspek bio-fisik yaitu visual, dianalisis dengan SBE. Metode SBE terdiri dari tiga langkah utama, yaitu penentuan titik pemotretan, presentasi foto dan analisis data hasil survey Daniel dan Booster, 1976. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Penentuan Titik dan Pemotretan Proses menentukan titik dan pemotretan dimulai dengan survey lapang terlebih dahulu. Penentuan titik ini dilakukan di sepanjang jalur pedestrian pada Jalan M. H. Thamrin sisi timur dan barat sejak Air Mancur Bank Indonesia hingga Jembatan Dukuh Atas dan Jalan Jenderal Sudirman sisi timur dan barat sejak Jembatan Dukuh Atas hingga Tugu Api Tak Kunjung Padam. Jarak antara titik satu dengan yang lain adalah 200 meter. Menurut Dharmawadhani 1997, titik pandang 200 meter merupakan jangkauan relatif mata normal untuk melihat pemandangan hingga batas titik maksimum tidak terlihat terhadap objek dalam lanskap. Setelah penentuan titik pemotretan selesai baru dilakukan pemotretan. Tujuan pemotretan adalah untuk mendokumentasikan pemandangan lanskap pedestrian kawasan jalan M. H. Thamrin-Jend. Sudirman yang nantinya akan dinilai oleh publik. Pada tiap titik dilakukan pemotretan sebanyak dua kali, yaitu arah Utara dan Selatan dengan pengambilan foto dalam bentuk panorama. Tinggi pemotretan adalah setinggi mata manusia 150 cm dan sejajar dengan arah pandangan normal. Foto lanskap hasil dokumentasi lapang sebanyak 128 foto, yang kemudian dilakukan seleksi oleh pakar komisi pembimbing dihasilkan sebanyak 50 foto. Foto-foto ini yang kemudian dijadikan sebagai bahan presentasi kuesioner kualitas visual. Dalam tahap ini alat dan bahan yang digunakan adalah kamera digital, kompas dan tripod kamera. 2. Presentasi Foto Terhadap foto yang terseleksi terlebih dahulu dilakukan editing untuk mengurangi bias akibat pengaruh cuaca, sehingga diharapkan foto yang 34 dipresentasikan pada responden memiliki kualitas gambar yang sama. Selanjutnya foto dipresentasikan dengan menggunakan LCD Projector. Presentasi foto merupakan tahap penilaian lanskap oleh responden. Jumlah total responden adalah 59 orang, yang diambil dengan teknik purposive sampling, yaitu mahasiswa Arsitektur Lanskap dari Institut Pertanian Bogor 45 orang dan Universitas Trisakti 14 orang. Menurut Daniel dan Booster 1976, mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang dianggap peduli dan kritis terhadap lingkungan sekitarnya. Sebelum dilakukan presentasi foto, terlebih dahulu responden diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian, cara mengisi kuisioner, cara melihat dan menilai foto. Setiap foto disajikan dengan waktu ± 8 detik. Responden menilai setiap foto dengan cara memberi bobot dari skala 1 sampai 10 pada kuisioner Daniel dan Booster, 1976. Presentasi 2 foto pertama merupakan foto contoh, sebagai gambaran mengenai ruang pedestrian kawasan jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Sebelum memasuki pemutaran foto utama, responden diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti. Setelah seluruh foto dipresentasikan, tahap terakhir dari presentasi foto ini adalah pengisian biodata responden dan komentar bebas mengenai ruang pedestrian tersebut. 3. Analisis Data Data yang diperoleh diolah secara statistik untuk mendapatkan nilai SBE pada setiap titik pemotretan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan nilai z, dengan rumus sebagai berikut : Zij = Rij – RjSj Keterangan : Zij : standar nilai Z untuk penilaian ke-i dari pengamatan ke-j Rj : rata-rata dari seluruh penilaian pengamat ke-j Rij : nilai ke-i dari pengamat ke-j Sj : standar deviasi dari seluruh pengamat ke-j Perhitungan nilai Z pada kasus ini dilakukan secara tabulasi untuk setiap pemandangan lanskap. Nilai Z total untuk setiap titik pemotretan merupakan hasil rata-rata nilai Z dua pemandangan. Nilai Z yang dihasilkan digunakan sebagai standar penilaian untuk menduga keindahan pemandangan Nilai SBE. Nilai SBE diperoleh dengan rumus : 35 SBEx = Z LX – Z LS x 100 Keterangan : SBEx : nilai SBE pemandangan ke-x Z LX : nilai rata-rata Z pemandangan ke-x Z LS : nilai rata-rata Z pemandangan yang digunakan sebagai standar. Setelah diperoleh nilai SBE, dilakukan analisis secara deskriptif untuk mengevaluasi setiap pemandangan.

3.2.2.4. Analisis Chi-Square Persepsi dan Preferensi

Aspek sosial, yaitu persepsi dan preferensi pengguna user, dianalisis dengan Chi-Square dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu dengan memilih responden yang sering atau pernah berinteraksi dengan lokasi penelitian, sebagai pengguna user ruang pedestrian pada tapak. Jumlah kuisioner yang disebarkan sebanyak 250 eksemplar kepada responden yang dipilih secara acak pada titik-titik tempat pengambilan sampel yang telah ditentukan pusat- pusat aktivitas, halte dan kantor. Dari jumlah tersebut, sebanyak 215 kuisioner 86 yang dikembalikan. Sedangkan validitas data dari 215 kuisioner tersebut berkisar antara 76,7 - 100. Selain mengajukan kuisioner, juga dilakukan wawancara secara langsung indepedent interview dengan responden untuk memperoleh informasi yang lebih detil berkaitan dengan ruang pedestrian pada tapak misalnya kondisi, bentuk dan fasilitas-fasilitas penunjang kenyamanan yang diinginkan. Penyebaran kuisioner dilakukan pada hari kerja dan hari libur dengan waktu pada pagi, siang dan sore hari. 2. Analisa Data Data persepsi dan preferensi pengguna user terhadap kenyamanan ruang pedestrian pada tapak dipersentasekan terhadap jumlah masing-masing pilihan dalam kuisioner atau bersifat independen karena responden dapat menjawab dengan lebih dari satu pilihan jawaban. Kemudian data yang diperoleh dianalisa dengan uji Chi-Square. 36 Menurut Santoso 2002, uji Chi-Square dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan diantara dua variabel tertentu atau tidak. Uji ini dilakukan dengan Statistical Product and Service Solution SPSS dengan α = 0,05. Menurut Suharjo dan Siswadi 1999, dari uji ini diketahui nilai uji Pearson chi- square . Bila nilai uji Pearson chi-square 0,05 maka antar kategori yang diuji tidak saling terikat bebas, dapat diartikan bahwa besarnya frekuensi nilai profil pada satu kategori tidak dipengaruhi oleh profil pada kategori lainnya. Sedang bila nilai uji Pearson chi-square 0,05 maka antar kategori yang diuji saling terkait, dapat diartikan bahwa besarnya frekuensi nilai profil pada satu kategori dipengaruhi oleh profil pada kategori yang lainnya. Rumus analisis uji Chi-Square yang digunakan adalah sebagai berikut Johnson and D.W. Wichern, 1988: X 2 = ∑ − ij Eij Eij Oij 2 Keterangan : X 2 = Chi-Square O ij = jumlah pilihan jawaban pada kolom i sampai baris j E ij = nilai harapan pada kolom i dan baris j

3.2.2.5. Analisis Kebijakan dan Pengelolaan

Aspek legalkebijakan dan pengelolaan yaitu kebijakan pemerintah dianalisis secara deskriptif. Di dalam analisis ini mencakup kebijakan-kebijakan yang terkait dengan penyediaan dan pengelolaan ruang pedestrian, serta tanggung jawab pemerintah daerah di dalam usaha-usaha pengelolaannya. Berdasarkan analisa deskripsi tersebut, maka akan dapat dirumuskan hal-hal yang memungkinkan atau mendukung pengembangan ruang pedestrian Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman menuju ke arah perbaikan, sekaligus menganalisis kendala atau hambatan yang menyertainya.

3.3. Perumusan Rekomendasi

Berdasarkan hasil-hasil analisis, maka dapat diketahui potensi dan kendala pengembangan tapak yang bisa dijadikan sebagai bahan-bahan pertimbangan dalam menyusun konsep ruang pedestrian pada kawasan Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman. Sehingga diharapkan konsep ruang yang terbentuk, mampu 37 mengakomodasikan kepentingan pengguna ruang user dan membentuk sebuah ruang yang memiliki kenyamanan tinggi serta selaras dengan kondisi lingkungan perkotaan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Lanskap Pedestrian

Lanskap Jalan M.H. Thamrin dan Jend. Sudirman, Jakarta adalah salah satu contoh lanskap jalan yang sangat dinamis, baik elemen penyusun dan aktivitas yang terjadi di dalamnya. Jalan M.H. Thamrin–Jend. Sudirman merupakan salah satu jalan utama di ibukota yang dapat dijadikan sebagai path kota Jakarta. Berbagai golongan masyarakat sangat berkepentingan dengan lanskap ini, baik sebagai jalur mobilitasnya dan atau sebagai tempat aktivitasnya. a b c d Gambar 6 Elemen-elemen penyusun jalan street furniture: a halte; b telepon umum; c shelter; d jembatan penyeberangan. Pada tahun 2003, pemerintah Provinsi DKI Jakarta membangun fasilitas ruang publik berupa ruang pedestrian di Jalan M.H. Thamrin-Jend. Sudirman, Jakarta. Saat ini pembangunan jalur pedestrian di Jalan M.H. Thamrin- Jend. Sudirman, Jakarta telah selesai dengan panjang keseluruhan ± 6200 meter, lebar