pulverulenta Benth P. jiringa Prain S. minahassae Harms grandiflora Benth 1

42 Tabel 3. Rata-rata dimensi serat 6 jenis kayu Jenis kayu Panjang Diameter Lumen Tbl Dinding L;µm d;µm l;µm w;µm L. glabrata Rose 1306,52±84,78 21,81±1,13 10,75±1,43 5,53±0,50 L. pulverulenta Benth 1096,15±38,82 20,88±1,45 11,52±1,07 4,68±0,74 P. angulatum Benth 1125,76±35,02 29,72±1,71 23,08±1,49 3,32±0,33 P. jiringa Prain 1103,51±38,30 25,42±1,16 19,50±1,41 2,96±0,41 S. grandiflora Benth 1030,69±26,73 22,44±0,83 14,80±0,99 3,82±0,39 S. minahassae Harms 1287,25±48,46 22,46±1,03 14,79±1,11 3,84±0,26 Dari tabel di atas diketahui bahwa panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat pada semua jenis kayu yang diteliti tergolong bervariasi. Panjang serat berkisar 1030-1306 µm, diameter serat antara 20,88-29,72 µm, diameter lumen dari 10,75-23,08 µm, sedangkan tebal dindingnya antara 2,96-5,53 µm. Dari hasil uji beda nyata Tabel 4 diketahui bahwa panjang serat P. angulatum sama dengan panjang serat P. jiringa tetapi panjang serat antara L. glabrata dan L. pulverulenta maupun antara S. grandiflora dan S. minahassae berbeda nyata. Tabel 4. Hasil Uji beda nyata panjang serat berdasarkan sebaran t student pada selang kepercayaan 95

L. pulverulenta Benth P. jiringa Prain S. minahassae Harms

L. glabrata Rose 1 P. angulatum Benth

S. grandiflora Benth 1

Keterangan : 0 = sama atau tidak berbeda nyata 1 = tidak sama atau berbeda nyata b. Perbandingan Runkel atau Runkel Ratio RR Nilai RR dari keenam jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 12. Berdasarkan nilai RR tersebut, maka keenam jenis kayu tersebut masuk dalam kategori kualitas kelas II-III, kecuali pada L. glabrata Rose. yang tidak masuk dalam kriteria kelas karena RR nya 1. Hal ini menunjukkan bahwa serat kayu L. glabrata sulit untuk digiling dan memiliki daerah ikatan antar serat yang rendah sehingga akan menghasilkan lembaran pulp dengan kekuatan jebol, tarik dan lipat yang rendah. 43 Gambar 12. Nilai Runkel ratio keenam jenis kayu c. Daya Tenun atau Felting Power FP Nilai FP dari keenam jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 13. Berdasarkan nilai FP, maka kayu L. glabrata, L. pulverulenta, dan S. minahassae masuk dalam kategori kualitas kelas II, sedangkan P. angulatum, P. jiringa dan S. grandiflora masuk kelas III. Hal ini menunjukkan bahwa kayu-kayu L. glabrata, L. pulverulenta dan S. minahassae memiliki sifat serat yang cenderung lebih lentur sehingga menghasilkan lembaran kertas yang baik dalam hal kekuatan sobek dibandingkan ketiga jenis kayu lain yang diteliti. Gambar 13. Nilai felting power keenam jenis kayu d. Perbandingan Muhlsteph atau Muhlsteph Ratio MR Nilai MR dari keenam jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 14. Berdasarkan nilai MR tersebut, maka kayu Pithecellobium spp., dan 44 Serianthes spp. masuk dalam kategori kualitas kelas II, sedangkan kayu Leucaena spp. masuk dalam kualitas kelas III. Hal ini menunjukkan bahwa serat kayu Pithecellobium spp. dan Serianthes spp. memiliki luas permukaan yang lebih luas sehingga luas daerah ikatan dan kontak antar seratnya lebih besar. Hal ini menyebabkan lembaran kertas yang dihasilkan cenderung memiliki katahanan tarik dan ketahanan retak yang lebih baik dibandingkan kayu Leucaena spp. Gambar 14. Nilai Muhlsteph ratio keenam jenis kayu e. Perbandingan Fleksibilitas atau Flexibility Ratio FR Nilai FR dari keenam jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 15. Berdasarkan nilai FR tersebut, semua jenis kayu yang diteliti masuk kategori kualitas kelas II, kecuali pada kayu L. glabrata, dimana nilai FR nya masuk katefori kualitas kelas III. Hal ini menunjukkan kelima jenis kayu yang diteliti memiliki ikatan antar serat yang lebih sempurna sehingga menghasilkan lembaran pulp dengan sifat kekuatan yang lebih baik, porositas yang lebih rendah dan kerapatan kertas yang lebih tinggi dibandingkan kayu L. glabrata. 45 Gambar 15. Nilai flexibility ratio keenam jenis kayu f. Koefisien Kekakuan atau Coefficient of Rigidity CR Nilai CR dari keenam jenis kayu yang diteliti disajikan pada Gambar 16. Berdasarkan nilai Crnya, maka kayu Pithecellobium spp. masuk ke dalam kategori kualitas kelas II, sedangkan Leucaena spp. dan Serianthes spp. masuk kualitas kelas III. Dengan demikian maka, kayu Pithecellobium spp. memiliki kerapatan yang rendah sehingga lembaran kertas yang dihasilkan lebih lentur yang akan menghasilkan kertas yang memiliki ketahanan lipat yang lebih baik dan cenderung memiliki ketahanan tarik dan retak yang lebih baik pula dibandingkan kayu Leucaena spp. dan Serianthes spp. Gambar 16. Nilai coefficient of rigidity keenam jenis kayu Scoring kualitas serat dari enam jenis kayu yang diteliti berdasarkan kriteria kualitas serat menurut Rachman dan Siagian 1976 disajikan pada Tabel 5. 46 Tabel 5. Scoring kualitas serat keenam jenis kayu Kriteria Jenis Kayu L. glabrata L. pulverulenta