1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang dihadapi oleh industri perkayuan di Indonesia saat ini adalah kurangnya pasokan bahan baku kayu. Berdasarkan data bersama antara
Departemen Kehutanan dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan, jumlah industri primer hasil hutan kayu IPHHK tercatat sebanyak 1540 unit dengan
kebutuhan kayu sekitar 63,48 juta m
3
per tahun Laban, 2005. Dari jumlah tersebut, pasokan kayu dari hutan alam yang legal hanya berkisar 3 juta m
3
. Dengan demikian, fungsi hutan tanaman sebagai pemasok kayu bahan baku
industri dan atau pemanfaatan jenis-jenis kayu yang sangat kurang dikenal The Least Known Wood Species menjadi alternatif yang sangat disarankan apalagi
mengingat ketersediaan jenis-jenis kayu yang selama ini digunakan cenderung terus berkurang.
Untuk memanfaatkan jenis-jenis yang sangat kurang dikenal tersebut diperlukan informasi tentang sifat-sifat dasar kayu yang meliputi sifat anatomi
termasuk turunan dimensi seratnya, sifat fisis, mekanis dan kimia. Keseluruhan sifat tersebut akan menggambarkan karakteristik dan kualitas masing-masing jenis
kayu sehingga pemanfaatannya pun dapat lebih optimal. Ciri anatomi dapat diketahui melalui serangkaian uji laboratorium yang
biasa dikenal dengan pengamatan makro-, mikro- dan sub-mikroskopisnya.
Pengamatan makroskopis hanya menggunakan kaca pembesar sebagai alat bantu, sedangkan pengamatan mikro- dan submikroskopis membutuhkan mikroskop baik
mikroskop cahaya maupun mikroskop elektron. Rowel 2005 menyebutkan bahwa mengenal jenis kayu merupakan hal
penting dan perlu diketahui oleh pihak-pihak terkait tidak hanya oleh praktisi dibidang industri dan teknologi perkayuan, namun juga oleh pemerintah, museum,
dan para peneliti khususnya yang berkecimpung dibidang botani, ekologi, antropologi, apalagi kehutanan secara umum.
Sampai saat ini dari 3233 jenis contoh kayu yang tersimpan di Xylarium Bogoriensis 1915 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor, 800
2 jenis 251 marga dari 77 suku diantaranya belum pernah diteliti dan belum
diketahui ciri anatomisnya. Kelompok kayu tersebut oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor disebut dengan istilah kelompok kayu sangat
kurang dikenal The Least Known Wood Species. Tiga diantaranya adalah Leucaena spp., Pithecellobium spp., dan Serianthes spp. dari famili Leguminosae.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk mempelajari ciri anatomi enam jenis kayu kelompok sangat kurang dikenal
khususnya dari famili Leguminosae untuk penggunaan yang paling optimal. Selain ciri anatomis, kualitas serat yang tercermin dari nilai turunan dimensi
seratnya juga diteliti untuk memprediksi kelayakannya sebagai bahan baku pulp dan kertas.
B. Tujuan