2 jenis 251 marga dari 77 suku diantaranya belum pernah diteliti dan belum
diketahui ciri anatomisnya. Kelompok kayu tersebut oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor disebut dengan istilah kelompok kayu sangat
kurang dikenal The Least Known Wood Species. Tiga diantaranya adalah Leucaena spp., Pithecellobium spp., dan Serianthes spp. dari famili Leguminosae.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk mempelajari ciri anatomi enam jenis kayu kelompok sangat kurang dikenal
khususnya dari famili Leguminosae untuk penggunaan yang paling optimal. Selain ciri anatomis, kualitas serat yang tercermin dari nilai turunan dimensi
seratnya juga diteliti untuk memprediksi kelayakannya sebagai bahan baku pulp dan kertas.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1.
Mempelajari struktur anatomi jenis-jenis kayu Leucaena spp., Pithecelobium spp., dan Serianthes spp. sebagai landasan pemanfaatan yang optimal
2. Mengetahui kualitas serat kayu-kayu tersebut untuk menilai kesesuaiannya
sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas.
C. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi pengguna terkait pemanfaatan optimal keenam jenis kayu yang diteliti, dan sekaligus
mendorong dilakukannya penelitian tentang sifat-sifat dan kegunaan jenis-jenis kayu sangat kurang dikenal lainnya dalam rangka mengatasi permasalahan yang
dihadapi oleh pihak industri perkayuan di tanah air.
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Leucaena spp.
Leucaena spp. yang lebih dikenal dengan nama lamtoro adalah sejenis perdu atau pohon berukuran kecil dari famili Leguminosae polong-polongan.
Tumbuhan yang berasal dari Amerika Latin ini sudah sejak ratusan tahun yang lalu dimasukkan ke pulau Jawa untuk kepentingan pertanian dan kehutanan
Ogata et al., 2008. Satu diantaranya adalah Leucaena leucocephala Lam. de Wit. mengacu pada bongkol bunganya yang berwarna keputihan atau L. glabrata
Rose yang dikenal sebagai lamtoro gung karena tumbuhan ini berukuran besar pohon, daun, bunga, dan buah dibandingkan jenis lamtoro yang lain.
Klasifikasi ilmiah tumbuhan ini adalah sebagai berikut: Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Leguminosae
Upfamili : Mimosoideae Genus
: Leucaena Spesies
: 1. L. leucocephala Lam. de Wit subspesies glabrata Rose Zárate
2. L . leucocephala Lam. de Wit subspesies pulverulenta Schltdl. Benth Menurut Heyne 1989 dan Ogata et al. 2008, lamtoro gung baru
menyebarluas di dunia dalam beberapa dekade terakhir. Tumbuhan ini dikenal pula dengan sebutan lain seperti
pĕlĕnding, peuteuy sélong Sunda; kemlandingan, mètir, lamtoro dan lamtoro gung untuk varietas yang bertubuh
lebih besar Jawa; serta kalandhingan Madura. Nama dalam berbagai bahasa asing di antaranya adalah petai belalang atau petai jawa Malaysia, lamandro
Papua, ipil-ipil, elena, atau kariskis Filipina., krathin Thailand, leucaena atau white leadtree Inggris, dan leucaene atau faux mimosa Perancis.
4 Lamtoro adalah salah satu jenis polong-polongan serbaguna yang paling
banyak ditanam dalam pola tanam campuran wanatani. Pohon ini sering ditanam dalam jalur-jalur berjarak 3-10 m, di antara larikan tanaman pokok, dan digunakan
dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Kegunaan lainnya adalah sebagai pagar hidup, sekat api, penahan angin, jalur hijau, rambatan hidup bagi tanaman-
tanaman yang melilit seperti lada, panili, markisa dan gadung, serta pohon penaung di perkebunan kopi dan kakao. Di hutan-hutan tanaman jati yang dikelola
Perum Perhutani di Jawa, lamtoro kerap ditanam sebagai tanaman sela untuk mengendalikan erosi dan meningkatkan kesuburan tanah. Perakaran lamtoro
memiliki nodul-nodul akar tempat mengikat nitrogen Heyne, 1989. Lamtoro terutama disukai sebagai penghasil kayu api. Kayu lamtoro
memiliki nilai kalori sebesar 19.250 kJkg, terbakar dengan lambat serta menghasilkan sedikit asap dan abu. Arang kayu lamtoro berkualitas sangat baik,
dengan nilai kalori 48.400 kJkg. Kayunya termasuk padat untuk ukuran pohon yang lekas tumbuh kerapatan 500-600 kgm³ dan kadar air kayu basah antara 30-
50 bergantung pada umurnya. Kayu lamtoro cukup mudah dikeringkan dengan hasil yang baik dan mudah pula dikerjakan. Sayangnya kayu ini jarang yang
memiliki ukuran besar. Batang bebas cabang umumnya pendek dan banyak mata kayu, karena pohon bercabang banyak. Kayu terasnya berwarna coklat kemerahan
atau keemasan, bertekstur sedang, cukup keras dan kuat sebagai kayu perkakas, mebel, tiang atau penutup lantai. Kayu lamtoro tidak tahan serangan rayap dan
agak lekas membusuk apabila digunakan di luar ruangan, akan tetapi mudah menyerap bahan pengawet Heyne, 1989.
Lamtoro juga merupakan kayu pulp yang baik, yang cocok untuk produksi pulp, kertas atau rayon. Kayunya menghasilkan 50-52 pulp, dengan
kadar lignin rendah dan panjang serat 1,1-1,3 mm. Dari 51 jenis yang tercatat di beberapa literatur, hanya 10 jenis yang benar-benar lamtoro yaitu L. leucocephala,
L. pulverulenta, L. diversifolia, L. lanceolata, L. collinsii, L. esculenta, L. macrophylla, L. retusa, L. shannoni dan L. trichodes sedangkan sisanya diragukan
Brewbaker et al., 1972.
5
B. Pithecellobium spp.