Analisis Refleksi Tindakan Siklus II

commit to user 60 mendengarkan dan sedikit bertanya maupun menjawab pertanyaan pada saat pembelajaran dengan model konvensional. 2 Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung sebesar 82,35, sedangkan 17,65 lainnya kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Hal ini disebabkan karena sebagian siswa masih merasa malu dan tidak percaya diri dalam mengajukan pendapatnya. Siswa juga masih takut mengajukan pendapatnya karena takut dinilai salah oleh guru. 3 Siswa yang aktif dalam mendemonstrasikan tugas dari guru ke depan kelas sebesar 73,53, sedangkan yang 26,47 hanya menunggu dan melihat temannya menyelesaikan tugas. Hal ini dikarenakan beberapa siswa masih merasa malu dan tidak percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari guru. 4 Berdasarkan hasil evaluasi tes akhir siklus II dapat diidentifikasi bahwa siswa yang sudah mampu mengerjakan soal jurnal umum untuk perusahaan dagang dan memenuhi SKM sebesar 100 atau sebanyak 34 siswa. Nilai rata-rata kelas naik dari 80 menjadi 86,62.

d. Analisis Refleksi Tindakan Siklus II

Pada tahap ini hasil observasi dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti, untuk kemudian dilakukan refleksi untuk melihat kekurangan dan kelemahan yang terjadi. Penerapan model pembelajaran direct instruction pada siklus II lebih baik daripada siklus I. Prestasi belajar yang dicapai siswa mengalami peningkatan yang cukup berarti. Sebelum penerapan model pembelajaran direct instruction, nilai rata-rata kelas naik menjadi 80 pada siklus I dan 85 pada siklus II. Pada siklus II 100 siswa nilainya sudah mencapai batas tuntas keberhasilan belajar. Dengan kata lain, salah satu indikator ketercapaian pada siklus II telah tercapai, yaitu 100 siswa telah memperoleh nilai diatas 68 dari 80 target yang direncanakan. Kondisi ini lebih baik dari siklus I yang hanya 86,3 siswa yang mencapai nilai di atas 68 yang merupakan Standar Ketuntasan Minimal SKM. commit to user 61 Keaktifan siswa juga meningkat di siklus II. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan atau ide meningkat dari 67,65 di siklus I menjadi 76,47 di siklus II. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan selam pembelajaran juga meningkat dari 70,59 di siklus I menjadi 82,35 di siklus II. Kekatifan siswa dalam mendemonstrasikan tugas ke depan kelas meningkat dari 67,65 di siklus I menjadi 73,53 di siklus II. Pada siklus II keaktifan siswa mengalami peningkatan dan telah mencapai target yang direncanakan yaitu 70. Dengan demikian, semua indikator ketercapaian pada siklus II telah tercapai. Kekurangan pelaksanakan tindakan siklus II, yaitu: 1 Masih banyak siswa yang kurang percaya diri untuk mendemonstrasikan hasil pekerjaannya ke depan kelas. 2 Guru masih belum memberikan perhatian menyeluruh kepada siswa yang masih pasif pada saat pembelajaran. Guru masih harus melakukan pendekatan untuk memberikan motivasi kepada siswa. Berdasarkan hasil observasi tindakan pada siklus II, peneliti melakukan analisis sebagai berikut: 1 Guru sudah lebih bisa menguasai kelas sehingga ketika mengajar perhatiannya bisa tersebar pada seluruh bagian kelas. 2 Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar mengalami peningkatan. Siswa tidak lagi melakukan hal-hal yang tidak perlu dan jauh lebih bersemangat saat mengerjakan tugas dan saat mendemonstrasikan tugas, meskipun ada beberapa siswa yang masih pasif saat pembelajaran berlangsung. Tindakan refleksi yang dapat diambil berdasarkan pengamatan dan analisis yang telah dilakukan adalah : 1 Guru lebih kreatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif sehingga siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi. 2 Guru harus meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan terhadap beberapa siswa yang masih pasif dalam proses pembelajaran. commit to user 62 3 Guru lebih inovatif dalam menggunakan berbagai model dan metode pembelajaran pada saat mengajar sehingga siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan tidak cepat bosan. D. PEMBAHASAN Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 4 pada mata pelajaran akuntansi. Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa, peneliti menganalisis hasil post-test siklus I dan post-test siklus II. Ketuntasan belajar dihitung dengan rumus: Jumlah siswa yang tuntas Ketuntasan = x 100 Jumlah seluruh siswa Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siswa Kriteria Jumlah Siswa Presentase Sebelum Penerapan Siklus I Siklus II Sebelum Penerapan Siklus I Siklus II Tuntas Tidak Tuntas 25 9 29 5 34 73,53 26,47 85,29 14,71 100 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2010 commit to user 63 Peningkatan prestasi belajar dapat dilihat dari grafik berikut ini : Gambar 4. Grafik Prestasi Belajar Siswa Grafik tersebut menunjukan bahwa setelah adanya penerapan model pembelajaran direct instruction nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan. Sebelum diterapkannya model pembelajaran direct instruction, nilai rata-rata kelas pada observasi awal adalah 72,06, tetapi setelah penerapan model pembelajaran direct insruction nilai rata-rata kelas menjadi 80 di siklus I dan 86,62 di siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 80, sebanyak 29 siswa 85,3 mendapat nilai di atas 68 dari 80 target yang direncanakan. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 86,62 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 34 siswa 100 sudah mencapai nilai di atas 68 dari 80 target yang direncanakan. Hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 4 pada mata pelajaran akuntansi. Selain itu dengan menerapkan model pembelajaran direct instruction, keaktifan siswa juga meningkat. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Kondisi Awal Siklus I Siklus II Grafik Prestasi Belajar Kondisi Awal Siklus I Siklus II commit to user 64 Tabel 6. Keaktifan Siswa Aspek Jumlah Siswa Persentase Kenaikan Siklus I Siklus II Siklus I Siklus II Keaktifan siswa dalam mengajukan idepertanyaan 23 26 67,65 73,53 5,88 Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan 24 28 70,59 82,35 11,76 Keaktifan siswa dalam mendemonstrasikan tugas 23 25 67,65 76,47 8,82 Sumber: Data primer yang diolah, 2010 Peningkatan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dilihat pada grafik sebagai berikut: Gambar 5. Grafik Keaktifan Siswa Grafik di atas memberikan informasi bahwa dengan adanya penerapan model pembelajaran direct instruction DI maka keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran akuntansi mengalami peningkatan antara lain: 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Siklus I Siklus II Grafik Keaktifan Siswa Keaktifan Bertanya Keaktifan Menjawab Keaktifan dalam demonstrasi tugas commit to user 65 1. Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama proses belajar mengajar yaitu sebanyak 23 siswa 67,65 pada siklus I menjadi 26 siswa 73,53 pada siklus II, dari 70 target yang direncanakan. Keaktifan mengajukan pertanyaan atau ide dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 5,88. 2. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu 24 siswa 70,59 pada siklus I menjadi 28 siswa 82,35 pada siklus II, dari 70 target yang direncanakan. Keaktifan menjawab pertanyaan dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 11,76. 3. Siswa yang aktif dalam mendemonstrasikan tugas ke depan kelas yaitu 23 siswa 67,65 pada siklus I menjadi 25 siswa 76,47 pada siklus II, dari 70 target yang direncanakan. Keaktifan mendemonstrasikan tugas ke depan kelas dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 8,82. Dalam penelitian ini prestasi siswa dapat mencapai 100 sedangkan keaktifan siswa belum mencapai 100. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan model pembelajaran konvensional, sehingga siswa lebih terlatih dalam kemampuan kognitif yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, penghafalan. Hal inilah yang menyebabkan presentase keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan lebih tinggi daripada presentase kaktifan siswa dalam megajukan pertanyaan atau ide maupun presentase keaktifan siswa dalam mendemonstrasikan tugas ke depan kelas. Walaupun siswa dapat menguasai materi yang disampaikan guru namun keaktifan siswa yang meliputi kemampuan berkomunikasi, bertanya, menjawab maupun berpendapat masih kurang terlatih, sehingga belum semua siswa dapat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penerapan model pembelajaran direct instruction dalam pembelajaran akuntansi dapat menarik perhatian siswa. Siswa menjadi lebih antusias mengikuti pembelajaran sehingga siswa mampu memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga prestasi belajar dan keaktifan siswa juga meningkat. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas PTK penerapan model pembelajaran direct instrustion DI Pada Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4 Surakarta commit to user 66 Tahun Ajaran 20092010 adalah berhasil dan dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Hal ini dikarenakan PTK telah dilaksanakan sesuai prosedur penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berdasarkan keempat tahap tersebut diperoleh hasil bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan pada pembelajaran mata pelajaran Akuntansi. Berdasarkan penelitian ini, guru dapat menerapkan model pembelajaran direct instruction ini untuk pembelajaran berikutnya dengan target pencapaian prestasi yang lebih tinggi sehingga prestasi belajar siswa juga mengalami peningkatan dibandingkan pembelajaran sebelumnya. commit to user 67 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan implementasi model pembelajaran direct instruction DI di kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 20092010 yang dilaksanakan dengan 2 siklus, dimana tiap siklus meliputi empat tahap, yaitu: 1 perencanaan tindakan, 2 pelaksanaan tindakan, 3 observasi dan interpretasi, 4 analisis dan refleksi tindakan, dapat disimpulkan, bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran direct instruction DI pada siswa kelas XI IPS 4 SMA Negeri 4 Surakarta semester genap tahun ajaran 20092010. Peningkatan prestasi belajar tersebut terefleksi dari beberapa indikator berikut ini: 1. Siswa yang aktif mengajukan pertanyaan atau ide selama proses belajar mengajar yaitu sebanyak 23 siswa 67,65 pada siklus I menjadi 26 siswa 73,53 pada siklus II dari 70 target yang direncanakan. 2. Siswa yang aktif menjawab pertanyaan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung yaitu 24 siswa 70,59 pada siklus I menjadi 28 siswa 82,35 pada siklus II dari 70 target yang direncanakan. 3. Siswa yang aktif dalam mendemonstrasikan tugas ke depan kelas yaitu 23 siswa 67,65 pada siklus I menjadi 25 siswa 76,47 pada siklus II dari 70 target yang direncanakan. 4. Nilai rata-rata kelas pada observasi awal adalah 72,06, tetapi setelah penerapan model pembelajaran direct insruction nilai rata-rata kelas menjadi 80 di siklus I dan 86,62 di siklus II. Pada siklus I nilai rata-rata kelas 80, sebanyak 29 siswa 85,3 mendapat nilai di atas 68 dari 80 target yang direncanakan. Pada siklus II nilai rata-rata kelas 86,62 sehingga terjadi peningkatan dibanding siklus I. Sebanyak 34 siswa 100 sudah mencapai nilai di atas 68 dari 80 target yang direncanakan. 67

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008 2009

0 7 172

Peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui penerapan model pembelajaran problem based learning pada siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6 Surakarta tahun ajaran 2009 2010

0 4 248

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTIONPADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS X AKUNTANSI 1 SMKNEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009 2010

0 4 128

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI AKUNTANSI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS PADA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009 2010

0 3 83

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MODEL ASSURE PADA SISWA KELAS XI ILMU PENGETAHUAN SOSIAL 4 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

1 8 198

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUANTUM TEKNIK MEMORI (BRAIN BASED TECHNIQUE QUANTUM LEARNING) BAGI SISWA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 3 68

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI MELALUI METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA SISWA KELAS XI IS 4 SMA N 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 2 100

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DI SEKOLAH DASAR NEGERI 02 PAPAHAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 0 10

PENDAHULUAN IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IPS 4 DI SMA NEGERI JUMAPOLO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 1 9

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PESERTA DIDIK KELAS XI IPS 4 SMA X MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DENGAN MEDIA PETA KONSEP | - | Jupe-Jurnal Pendidikan Ekonomi 4182 9340 1 SM

0 0 11