Pembiayaan Perbankan Syariah Analisis Bauran Pemasaran Pembiayaan KPR IB pada BPRS Al Salam

37 tersebut dapat diartikan sebagai keuntungan “keutungan, laba, faedah”. 66 Sedangkan menurut istilah murabahah adalah salah satu bentuk jua beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam pengertian lain murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan margin yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Pembayaran atas akad jual beli murabahah dapat dilakukan secara tunai maupun kredit. Hal inilah yang membedakan murabahah dengan jual beli lainnya adalah penjual harus memberitahukan kepada pembeli harga barang pokok yang dijualnya serta jumlah keuntungan yang diperoleh. Bai’ al-Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dalam bai’ al-murabahah penjual harus member tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Murabahah adalah perjanjian jualbeli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. 67 b. Landasan Syariah Murabahah 1 Al-Qur’an 66 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustala Progressif, 1997, h. 463 67 Muhammad Syafi ’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik. Jakarta:Gema Insani Press, 2001, h. 101 38                                                    “ Orang-orang yang Makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. orang yang kembali mengambil riba, Maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” Q.S. Al-Baqoroh 275 2 Hadist Hadist Nabi riwayat Ibnu Majah Shuhaib: “ Nabi bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli secara tunai, muqaradhah mudharabah. Dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.” H.R. Ibnu Majah dari Suhaib. 68 68 Fatwa DSN-MUI No. 04DSN-MUIIV2000 39 3 Fatwa DSN MUI Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No.04DSNMUIIV2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan umum mengenai murabahah, yaitu sebagai berikut: a Bank dan Nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. c Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. f Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah pemesan dengan harga jual senilai harga plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. g Nasa bah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 40 i Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang kepada pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank. 69 Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini dalam fatwa adalah sebagai berikut: a Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank. b Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. c Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima membeli-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinnya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. d Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. e Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. f Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. g Jika uang muka memakai kontrak, urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka: 69 Wirdianingsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta:Kencana, 2005, h. 106-107 41 i. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga, atau ii. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. 70 4 Syarat dan Rukun Murabahah a. Syarat 1 Syarat ijab qabul a Orang yang mengucapkan Balig dan berakal. b Qabul sesuai ijab. Maksudnya harga yang diucakan sesuai yang disetujui dan diinginkan pembeli, apabila ijab dan qabul tidak sesuai maka jual beli tidak sah. c Ijab qabul dilakukan dalam satu majelis 2 Syarat orang berakad a Berakal 3 Syarat barang yang diperjual belikan Ma’qud „alaih a Barangnya tidak gharar. b Ada nilai manfaat. c Ada hak kepemilikan. d Diserahkan saat akad berlangsung atau waktu yang disepakati. b. Rukun 70 Ibid., h. 107-108 42 1 Ijab kabul shighat 2 Penjual dan pembeli al-muta’aqidain 3 Objek akad11 71 5 Skema Pembiayaan Murabahah Akad murabahah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi nasabah melakukan pembelian dalam rangka memenuhi kebutuhan akan barang konsumsi seperti rumah, kendaraan alat transportasi, alat-alat rumah tangga dan sejenisnya tidak termasuk renovasi atau proses membangun, pengadaan barang dagangan, bahan baku atau bahan pembantu produksi, serta barang modal seperti pabrik, mesin dan sejenisnya serta barang lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan disetujui bank. Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya. Gambar 2.1 Skema Murabahah 72 2. Akad Jual Beli 6. Bayar 3. Beli Barang 4. Kirim 71 Ibid., h. 95 72 Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: UII Press, 2005, h. 37 BANK SUPLIER PENJUAL NASABAH 1. Negosiasi Persyaratan 5. Terima Barang Dokumen dari bank 43 1 Bank dan nasabah melakukan negosiasi dan persyaratan tentang pembiayaan murabahah yang akan dilakukan. 2 Bank dan nasabah melakukan akad pembiayaan jual beli atas suatu barang, dalam akad ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah berlaku sebagai pembeli. 3 Bank melakukan pembelian barang yang diinginkan nasabah dari suplier atau penjual dan dibayar secara tunai. 4 Barang yang telah dibeli bank dikirim oleh suplier kepada nasabah. 5 Nasabah menerima barang yang dibeli. 6 Atas barang yang dibelinya, nasabah membayar kewajiban kepada bank secara angsuran selama jangka waktu tertentu. 3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Syariah Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa- jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negri maupun ekspor. 73 Sedangkan 73 Ayus Ahmad Yusuf dan Abdul Aziz, Manajemen Operasional Bank Syariah, Cirebon: STAIN Press, 2009 h. 68 44 menurut Kasmir 2014 tujuan dari fasilitas kredit atau pembiayaan adalah sebagai berikut 74 : a. Mencari keuntungan yaitu untuk memperoleh dari pemberian kredit tersebut, hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. b. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun untuk modal kerja. c. Membantu pemerintah bagi pemerintah semakin banyak pembiayaan yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Disamping memiliki tujuan diatas, pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut: a. Untuk meningkatkan daya guna uang para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam presentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitas. b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan 74 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014 h. 88-90 45 berusaha sehingga pengunaan uang akan bertambah baik kualitatif apalagi secara kuantitatif. c. Untuk meningkatkan daya guna barang Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat. d. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dalam ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha yang produktif. e. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Produsen yang membutuhkan pembiayaan akan diatasi melalui bank sehingga setiap usaha untuk peningkatan produktivitas masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan modal. f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Pembiayaan yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa negara.

D. Pembiayaan KPR Syariah

1. Pengertian Pembiayaan KPR Syariah Salah satu produk pembiayaan yang telah dikembangkan oleh bank syariah adalah pembiayaan rumah, atau yang sering dikenal dengan istilah KPR syariah. Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada perorangan untuk memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan rumah tempat tinggal dengan mengunakan prinsip jual beli Murabahah dimana pembayarannya secara 46 angsuran dengan jumlah angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan. Harga jualnya biasanya sudah ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan pembeli. 75 Menurut Hardjono, KPR atau Kredit Pemilikan Rumah merupakan salah satu jenis pelayanan kredit yang diberikan oleh bank kepada para nasabah yang menginginkan pinjaman khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam pembangunan rumah atau renovasi rumah. 76 Produk pembiayaan KPR yang digunakan dalam perbankan syariah memiliki berbagai macam perbedaan dengan KPR Kredit Kepemilikan Rumah di perbankan konvensional. Hal ini merupakan implikasi dari perbedaan prinsipal yang diterapkan perbankan syariah dan perbankan konvensonal, yaitu konsep bagi hasil dan kerugian profit and loss sharing sebagai pengganti sistem bunga perbankan konvensional. Dalam produk pembiayaan kepemilikan rumah ini, terdapat perbedaan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional, diantaranya adalah : pemberlakuan sistem kredit dan sistem mark up, kebolehan dan ketidakbolehan tawar menawar bergaining position antara nasabah dengan bank, prosedur pembiayaan dan lain sebagainya. 77 Dari segi pengistilahan, untuk produk pembiayaan pemilikan rumah, perlu dipikirkan suatu bentuk pengistilahan yang relevan. Karena itu istilah KPR 75 https:affgani.wordpress.comekonomi-islampembiayaan-bank-syariah-kpr- syariah diakses tgl 28-7-2016 pkl 12.28 76 Suzana Hardjono, Mudah Memiliki Rumah Idaman Lewat KPR, PT. Galangpress Media Utama, Yogyakarta 2008 h.25 77 Helmi Haris, Jurnal Pembiayaan Kepemilikan Rumah sebuah Inovasi Pembiayaan Perbankan Syariah 2007 47 cenderung memunculkan asumsi terjadinya kredit, padahal dalam perbankan syariah tidak menggunakan sistem kredit. Untuk menghindari hal itu tetap menggunakan istilah KPR. 78 2. Dasar Hukum Kredit Kepemilikan Rumah a. Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN Nomor 04DSN-MUIVI2000, tanggal 1 April 2000, tentang Murabahah. b. Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN Nomor 13DSN-MUIIX2000, tanggal 16 September 2000, tentang Uang Muka dalam Murabahah. c. Fatwa Dewan Syariah Nasional DSN Nomor 21DSN-MUIX2001, tanggal 17 Oktober 2000, tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah. d. Peraturan Direksi Nomor 17PDDPKK2001, tanggal 19 Desember 2000, perihal Pedoman Kebijakan Perkreditan Bank. e. Peraturan Direksi Nomor 17PDDSYA2005, tanggal 14 Februari 2005, tentang Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. f. Surat Edaran Direksi Nomor 34DIRDPKK2004, tanggal 28 Oktober 2004, perihal Petunjuk Pelaksanaan Administrasi Dokumen Kredit dan.

E. Studi Terdahulu

1. Analisis Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah BNI IB GRIYA Studi Pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Syariah Jakarta Selatan, Skripsi Ahmad Syukri, FSH, UIN Jakarta, 2010. Penelitian ini adalah penelitian empiris yang berttujuan untuk mengetahui praktik mekanisme pembiayan 78 Ibid. 48 KPR IB GRIYA pada Bank BNI Syariah dan mengetahui hasil analisa kekuatan strength, kelemahan weakness, peluang opportunity dan tantangan threat serta ancangan strateginya sehingga dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembiayaan produk KPR BNI iB Griya. Pada penelitian yang menggunakan analisis SWOT ini pada Produk KPR BNI iB Griya membandingkan antara faktor eksternal peluang opportunities yaitu fatwa MUI bahwa “Bunga Bank Haram”, bisnis properti yang diprediksi akan terus membaik, dan promosi melalui media elektronik, Ancaman Threat seperti banyaknya pesaing, dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan produk KPR yang berbasis Syariah, kekuatan strengths dengan memiliki brand yang cukup familiar, pembiayaan yang terhindar dari sifat ribawi, serta proses persetujuan yang mudah dan cepat, uang muka ringan, Kelemahan weaknesses seperti kurangnya promosi kepada masyarakat, jaringan kantor yang terbatas, kurangnya pemahaman SDM yang profesional dalam bidangnya. 2. Skripsi Strategi Pemasaran Pembiayaan KPR Syariah Bersubsidi Bagi