Analisis Potensi Wilayah dengan Analisis Skalogram

Pemilihan desa pesisir Kabupaten Batu Bara sebagai lokasi penelitian didasarkan pada alasan bahwa Kabupaten Batu Bara memiliki potensi besar di berbagai aspek namun masih memiliki permasalahan yang kompleks, diantaranya adalah tingginya kemiskinan dan rendahnya kualitas SDM dimana kedua permasalahan ini merupakan kontribusi dari desa pesisir.

3.2. Sumber dan Jenis Data

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder yang bersumber dari pengolahan Sensus Potensi Data PODES yang dilakukan oleh BPS. Dalam PODES dikumpulkan informasi keberadaan, ketersediaan dan perkembangan potensi yang dimiliki setiap wilayah administrasi pemerintahan yang meliputi: sarana dan prasarana wilayah serta potensi ekonomi, sosial, budaya dan aspek kehidupan masyarakat lainnya untuk berbagai keperluan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah di tingkat nasional dan daerah BPS, 2011. Selain itu penelitian ini juga menggunakan data sekunder lainnya yang diperoleh melalui data yang dihimpun oleh instansi terkait meliputi: BPS Provinsi Sumatera Utara, BPS Kabupaten Batu Bara, Bappeda Provinsi Sumatera Utara, Bappeda Kabupaten Batu Bara serta hasil-hasil penelitian dan literatur yang dianggap relevan dengan studi ini. Jumlah desa yang dianalisis pada penelitian masih menggunakan kondisi 2011 yaitu 100 desa.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Analisis Potensi Wilayah dengan Analisis Skalogram

Sesuai dengan tujuan pertama penelitian ini yaitu untuk mengetahui keragaan relatif tingkat perkembangan desa-desa pesisir dibandingkan dengan desa lainnya di Kabupaten Batu Bara, maka digunakan metode skalogram. Universitas Sumatera Utara Metode skalogram ini dapat digunakan untuk menentukan peringkat pemukiman atau wilayah dan kelembagaan atau fasilitas pelayanan. Asumsi yang digunakan adalah bahwa wilayah yang memiliki ranking tertinggi adalah lokasi yang dapat menjadi pusat pelayanan. Berdasarkan analisis ini dapat ditentukan prioritas pengadaan sarana dan prasarana di setiap unit wilayah yang dianalisis. Indikator yang digunakan dalam analisis skalogram adalah jumlah penduduk, jenis, jumlah unit serta kualitas fasilitas pelayanan yang dimiliki masing-masing desa pantai. Menurut Budiharsono 2001 metode ini mempunyai beberapa keunggulan, antara lain : 1 Memperlihatkan kaitan dasar antara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas pelayanan; 2 Secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah; 3 Membandingkan pemukiman-pemukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan ketersediaan fasilitas pelayanan; 4 Memperlihatkan hierarki pemukiman atau wilayah; 5 Secara potensial digunakan untuk perancangan dan pemantauan fasilitas baru Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis pusat pelayanan dengan metode skalogram adalah: 1 Desa-desa pesisir disusun urutannya berdasarkan peringkat jumlah penduduk; 2 Desa-desa tersebut disusun urutannya berdasar pemilikan jumlah jenis fasilitas yang dimiliki; 3 Fasilitas-fasilitas disusun urutannya berdasarkan jumlah wilayah yang memiliki jenis fasilitas tersebut; 4 Peringkat jenis fasilitas disusun urutannya berdasar jumlah total unit fasilitas. Universitas Sumatera Utara Menurut Priyanto 2010 disamping metode skalogram seperti demikian, terdapat juga metode lain yang merupakan modifikasi metode skalogram yang dikenal dengan penentuan Indeks Perkembangan Desa IPD yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam menghitung IPD, dilakukan dengan melakukan faktor koreksi untuk setiap data yang digunakan. Faktor koreksi antara lain luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumahtangga atau dilakukan invers pada variabel tertentu. Analisis skalogram ini didasarkan pada fasilitas yang dimiliki desa. Selanjutnya dilakukan standarisasi dengan nilai minimum dan nilai standar deviasinya. Model untuk menentukan nilai Indeks Perkembangan Desa IPD suatu wilayah atau pusat pelayanan adalah sebagai berikut: IPD j = ∑ ′ Dimana: I ′ ij = Keterangan: IPD j = Indeks Perkembangan Desa ke-j I ′ ij = Nilai indikator perkembangan ke-i terkoreksiterstandarisasi desa ke-j I ij = Nilai indikator perkembangan ke-i desa ke-j I i min = Nilai indikator perkembangan ke-i terkecil SD i = Standar Deviasi indikator perkembangan ke-i Selanjutnya pengurutan tingkat hierarki berdasarkan pengkumulatifan dari nilai indeks masing-masing desa. Urutan teratas merupakan tingkat hierarki terbesar, demikian seterusnya hingga urutan hierarki terkecil. Urutan hierarki yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan lagi berdasarkan selang hierarki dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan rataan Indeks Perkembangan Desa IPD dan standar deviasi Stdev. Adapun selang dari hierarki ini adalah sebagai berikut : a. Hierarki I Tingkat Hierarki Tinggi : nilai indeks 2 x Stdev + nilai rataan b. Hierarki II Tingkat Hierarki Sedang : nilai indeks antara nilai rataan dengan 2 x Stdev + nilai rataan c. Hierarki III Tingkat Hierarki Rendah : nilai indeks nilai rataan Adapun variabel yang digunakan dalam metode skalogram ini bersumber dari data PODES 2011 yang dilaksanakan oleh BPS. Variabel-variabel tersebut secara garis besar terdiri dari variabel: kependudukan dan ketenagakerjaan, perumahan dan lingkungan hidup, jumlah dan akses terhadap sarana pendidikan dan keterampilan, jumlah dan akses terhadap sarana dan tenaga kesehatan, sosial budaya jumlah tempat ibadah, jumlah dan akses terhadap sarana hiburanolah raga angkutan, komunikasi dan Informasi, penggunaan lahan, dan potensi perekonomian jumlah industri, pertokoan, pasar, warung, koperasi, bank. Secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 3.1. Variabel yang digunakan dalam analisis skalogram No. Variabel Satuan [1] [2] [3] 1 Tingkat kepadatan penduduk Jiwakm 2 2 Persentase keluarga pertanian 3 Persentase keluarga pengguna listrik PLN 4 Invers persentase rumahtangga yang tinggal di kawasan kumuh 5 Jumlah TK per 1.000 penduduk Unitjiwa 6 Jumlah SDSederajat per 1.000 penduduk Unitjiwa 7 Jumlah SMPSederajat per 1.000 penduduk Unitjiwa 8 Jumlah SMUSMKSederajat per 1.000 penduduk Unitjiwa 9 Invers jarak SMPSederajat ke desa km 10 Invers jarak SMUSMKSederajat ke desa km 11 Jumlah lembaga pendidikan keterampilan per 100 penduduk Unitjiwa 12 Invers jarak rumah sakit ke desa km 13 Jumlah puskesmas per 1.000 penduduk Unitjiwa 14 Invers jarak puskesmas ke desa km 15 Jumlah puskesmas pembantu per 1.000 penduduk Unitjiwa 16 Invers jarak puskesmas pembantu ke desa km 17 Jumlah praktek dokterbidan per 1.000 penduduk Unitjiwa 18 Invers jarak praktek dokterbidan ke desa km 19 Jumlah apotik per 1.000 penduduk Unitjiwa 20 Invers jarak apotik ke desa km 21 Jumlah tenaga kesehatan yang menetap per 1.000 penduduk Orangjiwa 22 Invers jumlah penerima BLT Jiwa 23 Invers jumlah penderita gizi buruk Jiwa 24 Invers jumlah surat miskin yang dikeluarkan desa Buah 25 Jumlah tempat ibadah per 1.000 penduduk Unitjiwa 26 Jumlah lembaga non profit per 1.000 penduduk Unitjiwa 27 Invers jarak kantor camat ke desa km 28 Persentase keluarga yang berlangganan telepon kabel 29 Invers jarak kantor pos ke desa km 30 Jumlah industri kecil dan makro Unit 31 Invers jarak pasar permanen ke desa km 32 Jumlah minimarket Unit 33 Jumlah tokowarung Unit 34 Jumlah warung makanrestoran Unit 35 Jumlah koperasi Unit 36 Invers jarak bank ke desa km 37 Rasio tenaga keamanan Linmas per 1.000 penduduk orangjiwa

3.3.2. Analisis Potensi Wilayah dengan Analisis Multivariate