Daerah Penelitian Monografi Penelitian Sistematis 2015

d. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1968 tanggal 10 April 1968, PPN Tembakau Deli berganti nama menjadi PNP-IX; e. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1973 tanggal 6 Desember 1973 berubah menjadi Perusahaan Perseroan Persero PT. Perkebunan –IX; f. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 terjadi peleburan PT Perkebunan-IX dan PT. Perkebunan-II menjadi PT. Perkebunan Nusantara-II Persero, dan sebagai perusahaan perseroan kemudian pendiriannya ditegaskan dengan Akta Pendirian No. 35 tanggal 11 Maret 1996 yang dibuat oleh dan di hadapan Harun Kamil, S.H., Notaris di Jakarta. Demikian juga terhadap tanah PTPN-II eks. PTP-II, semula terdaftar an. NV. Senembah Maatschappij dan NV. Deli Maatschappij, setelah nasionalisasi berubah menjadi PPN. Sumut-5 dan PPN Aneka Tanaman-II, selanjutnya berubah menjadi PTP-II, lalu direstrukturisasi dengan PTP-IX menjadi PTPN-II.

D. Sejarah Perkembangan dan Sumber Konlik di Sumatera Utara

a. Sejarah Perkembangan Konlik

1. Masa Kolonial Belanda

Sejarah perkembangan konlik di Sumatera Utara diawali sebelum Indonesia merdeka dimana pada masa kolonial Sultan memberikan hak konsesi tanpa mengabaikan hak ulayat masyarakat adat yang pada akhirnya menimbulkan Perang Sunggal 1873, Pemberian konsesi dengan luasan yang tidak jelas dan tidak diusahakan seluruhnya bebouwing clausul, sehingga bagian yang tidak diusahakan tersebut ‘digarap’ oleh masyarakat sekitar. Penggarapan dan okupasi areal perkebunan sudah ada sejak masa kolonial Belanda tanpa adanya penyelesaian yang jelas terhadap status atas tanah baik siapa pemilik atas tanah, penguasa maupun subyek yang memanfaatkan dan menggunakan tanah.

2. Masa Pendudukan Jepang

Politik pertanahan Jepang yang bertujuan untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya, sehingga tanah perkebunan ‘dianjurkan’ untuk diokupasi dan dikonversi menjadi tanaman pangan dan kebutuhan perang lainnya.

3. Pasca Kemerdekaan

Adanya UU Nasionalisasi dimana Perusahaan Perkebunan Nasional mempertahankan luasan areal kebun dari dokumen yang telah ada, sementara areal yang diusahakan lebih kecil. - Adanya SK redistribusi yang tidak dilanjuti dengan pendaftaran hak. - Eforia otonomi daerah yang berbarengan dengan berakhirnya sebagian areal perkebunan PTPN II. Pada tahun 1997 PTPN II mengajukan permohonan perpanjangan HGU sebanyak 66 kebun, dengan luas keseluruhan 62.214,79 ha, yang berasal dari ex PTP IX sebanyak 54 kebun dengan luas 43.241,34 Ha; dan berasal dari PTP II sebanyak 12 kebun dengan luas tanah 18.973,45 ha. Letak obyek 66 kebun tersebut terletak di 3 kabupatenkota yaitu di : a Kabupaten Deli serdang terdiri dari 48 kebun seluas 40.754,87 Ha; b Kabupaten Langkat terdiri dari 12 kebun dengan luas 21.221,40 ha; dan c Kota Binjai terdiri dari 6 kebun dengan luas 238,52 ha. - Pada saat bersamaan yaitu pada tahun 1997 bergulir reformasi yang menyebabkan banyak kelompok masyarakat mengajukan tuntutangarapanpermohonan atas areal PTPN II baik atas dasar hak ulayat, pengembalian tanah bekas garapan maupun permohonan pensiunan karyawan yang ditandai dengan mengajukan surat pengaduan dan disertai unjuk rasa ke kantor lembaga eksekutif Gubernur, BupatiWalikota, BPN dan ke kantor legislatif Kantor DPRPD-SU dan DPRD KabupatenKota. - Menaggapi permasalahan tuntutan dan garapan rakyatkelompok masyarakat, maka Pemerintah Daerah Sumatera Utara, dalam hal ini Gubernur Sumatera Utara mengambil kebijakan yang bertujuan ganda untuk menyelesaiakan perpanjangan HGU PTPN II dan menyelesaiakan permasalahan tuntutangarapan masyarakat dengan menerbitkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 593.4065K2000 tanggal 11 Februari 2000 jo. No. 593.42060K Tahun 2000 tanggal 17 Mei 2000 tentang Panitia Penyelesaian Perpanjangan HGU PTPN II dan Penyelesaian Masalah TuntutanGarapan Rakyat atas areal PTPN II yang disebut PANITIA B PLUS.