Rasio Perbandingan Udara Bahan Bakar

Pada pembebanan 2 kg, sfc terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,90 L biosolar + 0,10 L minyak kelapa sawit pada putaran 2000-rpm yaitu sebesar 190,111 gkWh. Sedangkan sfc tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,85 L biosolar + 0,15 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 789,773 gkWh.

4.2.4 Rasio Perbandingan Udara Bahan Bakar

Rasio perbandingan udara bahan bakar AirFuel Ratio, AFR dari masing – masing bahan bakar yang diuji dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : f a m m AFR • • = Dimana : AFR = AirFuel Ratio = Laju aliran massa udara kgjam Besarnya laju aliran massa udara • a m diperoleh dengan membandingkan besar tekanan udara masuk yang telah diperoleh melalui pembacaan manometer tabel 4.2 terhadap kurva “Viscous Flow Meter Calibration” berikut : Gambar 4.31 Kurva “Viscous Flow Meter Calibration” Lit. 4 hal 2-9 5 10 15 20 25 30 35 40 5 10 15 20 25 30 35 40 Manometer reading mmH2O A ir m ass l o w a1 1013 m b an d 20o C kg h 20 o C k g h r Universitas Sumatera Utara Pada pengujian ini, dianggap tekanan udara P a sebesar 100 kPa ≈ 1 bar dan temperatur T a 25 C. kurva kalibrasi diatas dikondisikan untuk pengujian pada tekanan udara 1013 mb dan temperatur 20 C, oleh karena itu besarnya laju aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor koreksi berikut : a a a a f P T T x P x C , 114 3564 5 . 2 + = dalam satuan Bar dan T a dalam satuan Kelvin K = 5 , 2 273 25 114 273 25 1 3564 + + + x x = 0,9579 Untuk bahan bakar Solar + minyak kelapa sawit, beban : 0,5 kg putaran 1400 rpm, tekanan udara masuk = 10 mmH 2 O Gambar 4.32 Kurva Viscous Flow Meter Calibration Lit. 4 hal 2-9 Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar 0,95 L solar + 0,05 L minyak kelapa sawit, beban 0,5 kg dan putaran 1400 rpm, tekanan udara masuk = 3,5 mm H 2 O Tabel 4.3. Dari kurva kalibrasi diperoleh laju aliran massa udara sebesar 11,5 kgjam untuk tekanan udara masuk = 10 mm H 2 O, sehingga untuk tekanan udara masuk = 2 mm H 2 O diperoleh laju aliran massa udara sebesar 2,3 kgjam Universitas Sumatera Utara dengan interpolasi, setelah dikalikan faktor koreksi , maka laju aliran massa udara yang sebenarnya : = 2,3 kgjam x 0,9578 = 2,20294 kgjam Dengan cara perhitungan yang sama, maka diperoleh harga laju aliran massa udara untuk masing – masing jenis bahan bakar pada tiap variasi beban dan putaran seperti pada tabel 4.3. dengan Diperolehnya harga laju aliran massa udara dan bahan bakar, maka dapat dihitung besarnya rasio perbandingan udara bahan bakar AFR. Untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar 0,95 L solar + 0,05 L minyak kelapa sawit pada beban 0,5 kg dan putaran 1400 rpm : AFR = = 10,960 Dengan perhitungan yang sama besarnya konsumsi bahan bakar spesifik untuk masing – masing bahan bakar pada tiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada tabel 4. 19 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.19 Rasio Perbandingan Udara Solar + Minyak Kelapa Sawit Putaran Mesin rpm Beban kg AFR 0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit 0,90 ltr solar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit 0,85 ltr solar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit 0,80 ltr solar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit 1400 0,5 10,960 9,550 15,298 19,669 1,0 13,191 9,282 15,489 19,906 1,5 12,171 9,128 15,686 19,438 2,0 10,152 9,606 15,393 20,524 1600 0,5 11,474 10,490 15,942 20,861 1,0 13,051 10,906 16,112 21,855 1,5 10,841 10,152 15,221 21,291 2,0 7,628 10,799 15,221 22,821 1800 0,5 13,009 12,414 17,728 22,029 1,0 12,709 13,462 18,440 24,262 1,5 10,978 12,835 19,392 24,697 2,0 8,742 13,644 18,606 26,735 2000 0,5 13,543 12,908 21,682 22,789 1,0 13,155 15,020 21,020 24,752 1,5 10,564 12,948 21,683 26,542 2,0 9,719 15,587 20,027 27,885 2200 0,5 14,458 13,736 22,380 23,134 1,0 12,700 15,020 23,285 24,390 1,5 11,786 10,290 21,397 26,676 2,0 9,709 17,058 19,309 30,164 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.20 Rasio Perbandingan Udara Biosolar + Minyak Kelapa Sawit Putaran Mesin rpm Beban kg AFR 0,95 ltr biosolar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit 0,90 ltr biosolar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit 0,85 ltr biosolar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit 0,80 ltr biosolar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit 1400 0,5 15,020 18,991 6,441 21,365 1,0 10,870 18,481 7,703 17,211 1,5 11,240 18,358 7,982 14,162 2,0 11,015 18,481 7,924 13,923 1600 0,5 15,112 19,787 8,742 24,040 1,0 13,768 18,775 9,606 15,859 1,5 13,768 20,027 9,441 14,424 2,0 13,692 19,553 9,776 14,023 1800 0,5 15,369 21,513 9,879 28,486 1,0 15,020 20,051 11,844 19,212 1,5 14,952 21,626 11,780 16,655 2,0 16,689 20,967 11,240 16,859 2000 0,5 16,456 24,920 10,841 32,019 1,0 14,493 21,768 12,517 24,050 1,5 12,479 38,784 13,367 19,811 2,0 18,523 24,697 12,928 19,257 2200 0,5 17,025 26,517 11,052 32,396 1,0 15,188 18,891 12,661 21,182 1,5 12,542 47,730 13,378 20,980 2,0 21,915 23,945 12,517 19,438 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.33 Grafik AFR vs Putaran Mesin untuk beban 0,5 kg Pada pembebanan 0,5 kg, AFR terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,90 L solar + 0,10 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 9,550. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,80 L solar + 0,20 L minyak kelapa sawit pada putaran 2200-rpm yaitu sebesar 23,134. Gambar 4.34 Grafik AFR vs Putaran Mesin untuk beban 1 kg Pada pembebanan 1 kg, AFR terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,90 L solar + 0,10 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 9,282. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,80 L solar + 0,20 L minyak kelapa sawit pada putaran 2000-rpm yaitu sebesar 24,752. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.35 Grafik AFR vs Putaran Mesin untuk beban 1,5 kg Pada pembebanan 1,5 kg, AFR terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,90 L solar + 0,10 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 9,128. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,80 L solar + 0,20 L minyak kelapa sawit pada putaran 2200-rpm yaitu sebesar 26,676. Gambar 4.36 Grafik AFR vs Putaran Mesin untuk beban 2 kg Pada pembebanan 2 kg, AFR terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,95 L solar + 0,05 L minyak kelapa sawit pada putaran 1600-rpm yaitu sebesar 7,628. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,80 L solar + 0,20 L minyak kelapa sawit pada putaran 2200-rpm yaitu sebesar 30,164. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.37 Grafik AFR vs Putaran Mesin untuk beban 0,5 kg Pada pembebanan 0,5 kg, AFR terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,85 L biosolar + 0,15 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 6,441. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,80 L biosolar + 0,20 L minyak kelapa sawit pada putaran 2200-rpm yaitu sebesar 32,396. Gambar 4.38 Grafik AFR vs Putaran Mesin untuk beban 1 kg Pada pembebanan 1 kg, AFR terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,85 L biosolar + 0,15 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 7,703. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,80 L Universitas Sumatera Utara biosolar + 0,20 L minyak kelapa sawit pada putaran 2000-rpm yaitu sebesar 24,050. Gambar 4.39 Grafik AFR vs Putaran Mesin untuk beban 1,5 kg Pada pembebanan 1,5 kg, AFR terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,85 L biosolar + 0,15 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 7,982. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,90 L biosolar + 0,10 L minyak kelapa sawit pada putaran 2200-rpm yaitu sebesar 47,730. Gambar 4.40 Grafik AFR vs Putaran Mesin untuk beban 2 kg Universitas Sumatera Utara Pada pembebanan 2 kg, AFR terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,85 L biosolar + 0,15 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 7,924. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,90 L biosolar + 0,10 L minyak kelapa sawit pada putaran 2000-rpm yaitu sebesar 24,697.

4.2.5 Efisiensi Volumetris