CO muncul akibat kurang optimalnya proses pembakaran sehingga bahan bakar tidak terbakar karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran
bahan bakar lebih kaya dibandingkan campuran stoikiometris, dan terjadi pada saat beban rendah dan output maksimum saat akselerasi.
4.3.2 Kadar NO
x
dalam Gas Buang
Data hasil pengukuran SO
x
emisi gas buang pembakaran bahan bakar campuran solar dengan minyak kelapa sawit melalui pembacaan auto logic gas
analyzer dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.28 Kadar NO
x
dalam gas buang
Putaran Mesin
rpm Beban
kg Kadar NO
x
0,95 ltr Solar + 0,05 ltr
minyak kelapa sawit
0,90 ltr Solar + 0,10 ltr
minyak kelapa sawit
0,85 ltr Solar + 0,15 ltr
minyak kelapa sawit
0,80 ltr Solar + 0,20 ltr
minyak kelapa sawit
1400 0,5
2,6 2,1
2,1 2,3
1,0 2,2
2,6 2,4
2,6 1,5
2,5 2,2
2,7 2,6
2,0 2,4
2,3 2,7
2,5
1600 0,5
2,4 2,0
2,1 2,3
1,0 2,5
3,0 2,5
2,8 1,5
2,4 2,4
2,6 2,2
2,0 2,4
2,4 2,5
1,9
1800 0,5
2,2 3,0
2,6 2,0
1,0 2,5
2,9 2,9
3,0 1,5
2,2 2,7
3,0 2,4
2,0 2,8
2,4 2,5
2,2 2000
0,5 1,9
2,9 2,7
2,4 1,0
2,7 2,5
2,3 2,3
Universitas Sumatera Utara
1,5 2,5
2,6 2,8
2,4 2,0
2,8 2,5
2,5 2,4
2200 0,5
2,9 2,1
2,9 2,4
1,0 2,3
2,4 2,9
2,5 1,5
2,0 2,3
2,2 2,5
2,0 2,4
2,7 2,4
2,8
Pada pembebanan 0,5 kg, kadar NO
x
terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2000 rpm yaitu
1,9 ppm. Sedangkan kadar NO
x
tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,90 ltr solar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1800 rpm yaitu 3,0
ppm.
Gambar 4.59 Grafik Kadar NO
x
vs Putaran Mesin untuk beban 0,5 kg Pada pembebanan 1 kg, kadar NO
x
terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1400 rpm yaitu
2,2 ppm. Sedangkan kadar NO
x
tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,90 ltr solar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1600 rpm atau 0,80 ltr
solar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1800 rpm yaitu 3,0 ppm.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.60 Grafik Kadar NO
x
vs Putaran Mesin untuk beban 1 kg
Pada pembebanan 1,5 kg, kadar NO
x
terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2200 rpm yaitu
2,0 ppm. Sedangkan kadar NO
x
tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,85 ltr solar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1800 rpm yaitu 3,0 ppm.
Gambar 4.61 Grafik Kadar NO
x
vs Putaran Mesin untuk beban 1,5 kg Pada pembebanan 2 kg, kadar NO
x
terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,80 ltr solar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1600 rpm yaitu
1,9 ppm. Sedangkan kadar NO
x
tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar
Universitas Sumatera Utara
0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1800 rpm atau 0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2000 rpm atau 0,80 ltr solar +
0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2200 rpm yaitu 2,8 ppm.
Gambar 4.62 Grafik Kadar NO
x
vs Putaran Mesin untuk beban 2 kg
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.29 Kadar NO
x
dalam gas buang
Putaran Mesin
rpm Beban
kg Kadar NO
x
0,95 ltr biosolar +
0,05 ltr minyak
kelapa sawit 0,90 ltr
biosolar + 0,10 ltr
minyak kelapa sawit
0,85 ltr biosolar +
0,15 ltr minyak
kelapa sawit 0,80 ltr
biosolar + 0,20 ltr
minyak kelapa
sawit
1400 0,5
2,3 2,7
2,1 1,8
1,0 2,4
2,6 2,2
2,4 1,5
2,5 2,3
2,8 2,3
2,0 1,8
2,6 2,0
2,5
1600 0,5
2,6 2,7
2,8 2,2
1,0 2,4
2,4 2,6
2,4 1,5
2,5 3,1
2,8 2,8
2,0 2,2
2,9 2,2
3,3
1800 0,5
2,5 2,2
2,8 2,4
1,0 2,5
2,5 2,2
2,8 1,5
2,7 2,6
2,3 2,4
2,0 2,6
2,4 2,6
2,5
2000 0,5
2,6 3,1
2,1 2,4
1,0 2,2
2,1 2,2
2,4 1,5
2,4 2,7
2,0 2,0
2,0 3,2
3,2 2,9
2,7
2200 0,5
2,4 2,6
2,7 2,5
1,0 3,0
2,4 2,4
2,9 1,5
2,1 2,5
2,9 2,2
2,0 2,2
2,9 2,7
2,8
Universitas Sumatera Utara
Pada pembebanan 0,5 kg, kadar NO
x
terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,80 ltr biosolar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1400 rpm yaitu
1,8 ppm. Sedangkan kadar NO
x
tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,90 ltr biosolar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2000 rpm yaitu 3,1
ppm.
Gambar 4.63 Grafik Kadar NO
x
vs Putaran Mesin untuk beban 0,5 kg Pada pembebanan 1 kg, kadar NO
x
terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,90 ltr biosolar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2000 rpm yaitu
2,1 ppm. Sedangkan kadar NO
x
tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr biosolar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2200 rpm yaitu 3,0
ppm.
Gambar 4.64 Grafik Kadar NO
x
vs Putaran Mesin untuk beban 1 kg
Universitas Sumatera Utara
Pada pembebanan 1,5 kg, kadar NO
x
terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,85 ltr biosolar + 0,15 minyak kelapa sawit atau 0,80 ltr biosolar + 0,20 ltr
minyak kelapa sawit pada putaran 2000 rpm yaitu 2,0 ppm. Sedangkan kadar NO
x
tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,90 ltr biosolar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1600 rpm yaitu 3,1 ppm.
Gambar 4.65 Grafik Kadar NO
x
vs Putaran Mesin untuk beban 1,5 kg Pada pembebanan 2 kg, kadar NO
x
terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr biosolar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1400 rpm yaitu
1,8 ppm. Sedangkan kadar NO
x
tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,80 ltr biosolar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1600 rpm yaitu 3,3
ppm.
Gambar 4.66 Grafik Kadar NO
x
vs Putaran Mesin untuk beban 2 kg
Universitas Sumatera Utara
NO
x
terbentuk karena tingginya temperatur pembakaran bahan bakar udara didalam silinder. Semakin tinggi temperatur pembakaran, maka semakin
bertambah kadar NO
x
yang terbentuk.
4.3.3 Kadar CO