Bahan Bakar Diesel TINJAUAN PUSTAKA

satuan bahan bakar 0,15 bagian merupakan hidrogen. Pada proses pembakaran sempurna, air yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar adalah setengah dari jumlah mol hidrogennya. Selain berasal dari pembakaran hidrogen, uap air yang terbentuk pada proses pembakaran dapat pula berasal dari kandungan air yang memang sudah ada didalam bahan bakar moisture. Panas laten pengkondensasian uap air pada tekanan parsial 20 kNm 2 tekanan yang umum timbul pada gas buang adalah sebesar 2400 kJkg, sehingga besarnya nilai kalor bawah LHV dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut : LHV = HHV – 2400 M + 9 H 2 .......... 2.15 Lit.2 hal 6 LHV = Nilai kalor bawah kJkg M = Persentase kandungan air dalam bahan bakar moisture Dalam perhitungan efisiensi panas dari motor bakar, dapat menggunakan nilai kalor bawah LHV dengan asumsi pada suhu tinggi saat gas buang meninggalkan mesin tidak terjadi pengembunan uap air. Namun dapat juga menggunakan nilai kalor atas HHV karena nilai tersebut umumnya lebih cepat tersedia. Peraturan pengujian berdasarkan ASME American of Mechanical Enggineers menentukan penggunaan nilai kalor atas HHV, sedangkan peraturan SAE Society of Automotive Engineers menentukan penggunaan nilai kalor bawah LHV.

2.5 Bahan Bakar Diesel

Penggolongan bahan bakar motor diesel berdasarkan jenis putaran mesinnya, dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Automotive Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin

dengan kecepatan putaran mesin diatas 1000 rpm rotation per minute. Bahan bakar jenis ini yang biasa disebut sebagai bahan bakar diesel yang biasanya digunakan untuk kendaraan bermotor. Universitas Sumatera Utara

2. Industrial Diesel Oil, yaitu bahan bakar yang digunakan untuk mesin –

mesin yang mempunyai putaran mesin kurang atau sama dengan 1000 rpm, biasanya digunakan untuk mesin – mesin industri. Bahan bakar jenis ini disebut minyak diesel. Di Indonesia, bahan bakar untuk kendaraan motor jenis diesel umumnya menggunakan solar yang diproduksi oleh PT. PERTAMINA dengan karakteristik seperti pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Karakteristik Solar NO PROPERTIES LIMITS TEST METHODS Min Max IP ASTM 1. Specific Grafity 6060 C 0.82 0.87 D-1298 2. Color astm - 3.0 D-1500 3. Centane Number or Alternatively calculated Centane Index 45 48 - - D-613 4. Viscosity Kinematic at 100 C cST or Viscosity SSU at 100 C secs 1.6 35 5.8 45 D-88 5. Pour Point C - 65 D-97 6. Sulphur strip wt - 0.5 D-15511552 7. Cooper strip 3hr100 C - No.1 D-130 8. Condradson Carbon Residu wt - 0.1 D-189 9. Water Content wt - 0.01 D-482 10. Sediment wt - No.0.01 D-473 11. Ash Content wt - 0.01 D-482 12. Neutralization Value : - Strong Acid Number mgKOHgr - Total Acid Number mgKOHgr - - Nil 0.6 13. Flash Point P.M.c.c F 150 - D-93 14. Distillation : - Recovery at 300 C vol 40 - D-86 Sumber : www.Pertamina.com Universitas Sumatera Utara Tabel. 2.2 Karakteristik Biosolar No Karakteristik Batasan Metode Min Max Astm 1 Bilangan cetana angka setana atau indeks setana 48 45 - - D 613 – 95 D 4737-96a 2 Specciic Grafity 6060 o C 0,82 0,88 D1298D4052- 96 3 Viscositas pada suhu 40 C 2.0 5,0 D 445-97 4 Kandungan sulur - 0,35 D 2622-98 5 Distilasi temp. 95 - 370 - 6 Titik Nyala 60 - D 93-99C 7 Titik tuang - 18 D 97 8 Residu karbon - 0,1 D 453D-93 9 Kandungan air - 500 D 1744-92 10 Biological grouth Nihil - 11 Kandungan FAME - 10 - 12 Kandongan methanol dan etanol Tidak terdeteksi D 4815 13 Korosi lempeng - Kelas - 14 Kandungan abu - 0,01 15 Kandungan sendimen - 0,01 D 473 16 Bilangan asam kuat - D 664 17 Bilangan asam total - 0,6 D 664 18 Partikulat - - D 2276-99 19 Penampilan visual Jernih terang - 20 Warna - 3.0 D 1500 Sumber : www.Pertamina.com Universitas Sumatera Utara

2.6 Biodiesel