Kadar Carbon Monoksida CO dalam Gas Buang

Gambar 4.50 Grafik BTE vs Putaran Mesin untuk beban 2 kg Pada pembebanan 2 kg, BTE terendah terjadi pada campuran bahan bakar 0,85 L biosolar + 0,15 L minyak kelapa sawit pada putaran 1400-rpm yaitu sebesar 11,2 , Sedangkan BTE tertinggi terjadi pada campuran bahan bakar 0,90 L biosolar + 0,10 L minyak kelapa sawit pada putaran 2000-rpm yaitu sebesar 38,7 .

4.3 Pengujian Emisi Gas Buang

Pada pengujian ini, data yang diperoleh merupakan hasil perbandingan absorbance energy yang terserap masing – masing sample absorbent yang telah mengadsorpsi emisi dari gas buang terhadap kurva masing – masing emisi Carbon Monoksida CO, Sulfur dioxida SO x , CO 2 sehingga besarnya kadar emisi yang terkandung didalam absorbent dapat ditentukan.

4.3.1 Kadar Carbon Monoksida CO dalam Gas Buang

Data hasil pengukuran CO emisi gas buang pembakaran bahan bakar campuran solar dengan minyak kelapa sawit melalui pembacaan autologic gas analyzer dapat dilihat pada tabel berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.26 Kadar CO dalam gas buang Putaran Mesin rpm Beban kg Kadar CO 0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit 0,90 ltr solar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit 0,85 ltr solar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit 0,80 ltr solar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit 1400 0,5 2,5451 2,4857 2,3875 2,592 1,0 2,9627 2,7914 2,3722 2,4189 1,5 2,9901 2,2365 2,7629 2,2501 2,0 2,2824 3,2553 2,616 1,977 1600 0,5 2,319 2,3942 2,6478 2,4053 1,0 2,7088 2,4866 2,9421 2,1476 1,5 2,3861 2,3914 2,3421 2,2864 2,0 2,8345 2,6182 2,7046 2,2725 1800 0,5 2,3996 2,7938 2,559 2,656 1,0 2,1135 2,2352 2,857 2,5075 1,5 2,6046 2,5906 1,9151 1,9937 2,0 2,6896 2,055 2,7044 2,8857 2000 0,5 2,6773 2,7337 1,959 2,4793 1,0 2,6783 2,5895 2,741 2,4499 1,5 2,7008 2,4702 2,2447 3,1208 2,0 2,1708 2,6777 2,2096 1,9431 2200 0,5 2,216 2,4599 2,7265 2,8989 1,0 2,1859 2,8982 2,2158 2,5889 1,5 2,326 2,3177 2,4689 1,9639 2,0 2,5945 2,961 2,4428 2,5102 Universitas Sumatera Utara Pada pembebanan 0,5 kg, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,85 ltr solar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2000 rpm yaitu 1,959 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,80 ltr solar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2200 rpm yaitu 2,8989 . Gambar 4.51 Grafik Kadar CO vs Putaran Mesin untuk beban 0,5 kg Pada pembebanan 1 kg, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1800 rpm yaitu 2,1135 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr solar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1400 rpm yaitu 2,9627 . Gambar 4.52 Grafik Kadar CO vs Putaran Mesin untuk beban 1 kg Universitas Sumatera Utara Pada pembebanan 1,5 kg, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,85 ltr solar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1800 rpm yaitu 1,9151 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,80 ltr solar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2000 rpm yaitu 3,1208 . Gambar 4.53 Grafik Kadar CO vs Putaran Mesin untuk beban 1,5 kg Pada pembebanan 2 kg, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,80 ltr solar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2000 rpm yaitu 1,9431 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,90 ltr solar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1400 rpm yaitu 3,2553 . Gambar 4.54 Grafik Kadar CO vs Putaran Mesin untuk beban 2 kg Universitas Sumatera Utara Tabel 4.27 Kadar CO dalam gas buang Putaran Mesin rpm Beban kg Kadar CO 0,95 ltr biosolar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit 0,90 ltr biosolar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit 0,85 ltr biosolar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit 0,80 ltr biosolar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit 1400 0,5 2,4587 2,2723 2,4145 2,6599 1,0 2,6899 2,4615 2,4869 2,6959 1,5 2,2683 2,0303 2,4272 2,7536 2,0 2,1768 2,4958 2,4295 2,2615 1600 0,5 2,6327 2,078 2,7253 2,5061 1,0 2,9296 2,6334 2,4535 2,4546 1,5 2,4664 1,9861 2,3108 2,8649 2,0 1,8432 2,299 2,1334 2,5847 1800 0,5 2,735 2,9487 2,8771 2,972 1,0 2,6868 2,0226 1,93 2,1508 1,5 2,3245 2,8804 2,3648 2,0421 2,0 2,237 2,5479 1,9067 2,6648 2000 0,5 2,8364 2,4364 2,506 2,6072 1,0 2,4228 2,1943 2,5061 2,8969 1,5 2,6172 2,2006 2,5785 2,1989 2,0 2,6781 2,1425 2,4635 2,1372 2200 0,5 2,4537 2,4066 3,0803 2,0681 1,0 2,6974 2,9198 2,6384 2,4635 1,5 2,3728 2,4709 2,5342 2,3978 2,0 2,5291 2,5269 2,8973 2,5192 Universitas Sumatera Utara Pada pembebanan 0,5 kg, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,80 ltr biosolar + 0,20 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2200 rpm yaitu 2,0681 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,85 ltr biosolar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2200 rpm yaitu 3,0803 . Gambar 4.55 Grafik Kadar CO vs Putaran Mesin untuk beban 0,5 kg Pada pembebanan 1 kg, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,85 ltr biosolar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1800 rpm yaitu 1,93 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr biosolar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1600 rpm yaitu 2,9296 . Gambar 4.56 Grafik Kadar CO vs Putaran Mesin untuk beban 1 kg Universitas Sumatera Utara Pada pembebanan 1,5 kg, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,90 ltr biosolar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1600 rpm yaitu 1,9861 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,90 ltr biosolar + 0,10 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1800 rpm yaitu 2,8804 . Gambar 4.57 Grafik Kadar CO vs Putaran Mesin untuk beban 1,5 kg Pada pembebanan 2 kg, kadar CO terendah terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,95 ltr biosolar + 0,05 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 1600 rpm yaitu 1,8432 . Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi saat menggunakan bahan bakar 0,85 ltr biosolar + 0,15 ltr minyak kelapa sawit pada putaran 2200 rpm yaitu 2,8973 . Gambar 4.58 Grafik Kadar CO vs Putaran Mesin untuk beban 2 kg Universitas Sumatera Utara CO muncul akibat kurang optimalnya proses pembakaran sehingga bahan bakar tidak terbakar karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran bahan bakar lebih kaya dibandingkan campuran stoikiometris, dan terjadi pada saat beban rendah dan output maksimum saat akselerasi.

4.3.2 Kadar NO