Mencuci Tangan Sarana Cuci Tangan

sabun biasa atau antiseptik atau penggunaan penggosok tangan berbasis alkohol bergantung pada besarnya resiko konta dengan pasien misalnya tindakan medis rutin versus pembedahan atau tersedianya bahan.

2.1.11.1. Mencuci Tangan

Mikroorganisme pada kulit manusia dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu flora residen dan flora transien. Flora adalah mikroorganisme yang secara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia, tidak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanisme, yang telah beradaptasi pada kehidupan ttangan manusia. Flora transier yang juga disebut flora kontaminasi, jenisnya tergantung dari jenis tempat bekerja. Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilangkan dari permukaan dengan gesekan mekanisme dan pencucian sabun dan detergen. Oleh karena itu cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang paling penting. Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat pelindung lain untuk menghilangkanmengurangi mikroorganisme yang ada ditangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi. Tangan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan. Cuci tangan tidakdapat digantikan dengan memakai sarung tangan. Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu: 1. Cuci tangan higynik atau rutin, mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan dengan menggunakan sabun atau detergen. 2. Cuci tangan aseptik, sebelum tindakan aseptik pafa pasien dengan menggunakan antiseptik. 3. Cuci tangan bedah surgical Universitas Sumatera Utara hand scrub, sebelum melakukan tindakan bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.

2.1.11.2. Sarana Cuci Tangan

Air mengalir adalah sarana utama untuk cuci tangan dengan saluran pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir tersebut atau bak penampung yang memadai, maka mikroorganisme yang terlepas karena gesekan mekanisme atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi dipermukaan kulit. Sabun dan detergen bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat atau mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan permukaan sehingga mikroorganisme terlepas dari permukaan kulit dan mudah terbawa oleh air. Jumlah mikroorganisme semakin berkurang dengan meningkatnya frekuensi cuci tangan, namun dilain pihak dengan seringnya menggunakan sabun atau detergen maka lapisan lemak kulit akan hilang dan membuat kulit menjadi kering dan pecah-pecah. Hilangnya lapisan lemak akan memberi peluang untuk timbulnya kembali mikroorganisme. Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai kulit atau jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh mikroorganisme pada kulit. Antiseptik memiliki bahan kimia yang memungkinkan untuk digunakan pada kulit dan selaput mukosa antiseptik memiliki keragaman dalam hal efektivitas Prawiroharjo, 2004. Universitas Sumatera Utara

2.2. Perilaku

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manuasia dengan lingkungannya yang terbentuk dalam wujud pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain perilaku manusia merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif dan aktif tindakan: berfikir, berpendapat, bersikap sesuai batasan, perilaku kesehatan dapat dirumuskan ssegala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya Sarwono, 1997. Menurut Bloom dalam Notoadmojo 1993 perilaku dibagi 3 tiga domain yang terdiri dari : domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Ketiga domain ini diukur dalam pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Menurut Notoadmodjo 1993, unsur-unsur dalam pengetahuan pada diri manusia terdiri dari : 1. Pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan. 2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat kebenaran dari apa yang dilakukannya. 3. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya. 4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya. Universitas Sumatera Utara