Hubungan antara Multipartner Seksual dengan Kanker Serviks

metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat Rasjidi, 2008 Usia merupakan faktor yang penting dalam terjadinya kanker. Sebagian besar kanker banyak terjadi pada usia lanjut. Risiko terjadinya kanker meningkat 2 kali lipat setelah usia 35 hingga 60 tahun. Meningkatnya risiko kanker pada usia lanjut merupakan gabungan dari meningkatnya dan bertambah lamanya waktu pemaparan terhadap karsinogen serta makin melemahnya sistem kekebalan tubuh akibat usia. Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun sering dihubungkan dengan masa subur. Kehamilan sehat paling mungkin terjadi dan merupakan usia produktif dalam menapak karir. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kegemukan, kanker, depresi, dan penyakit serius tertentu mulai menggerogoti di usia ini Darwinian, edisi 3, 2006.

4. Hubungan antara Penyakit Menular Seksual dengan Kanker Serviks

Variabel penyakit menular seksual diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang sedang antara penyakit menular seksual dengan risiko terjadinya kanker serviks, dimana didapatkan nilai korelasi r 0,465 dengan nilai p value 0,05, yaitu p value 0,002. Ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan dengan garis positif antara penyakit menular seksual dengan kanker serviks. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di RS. Adam Malik Medan proporsi terbesar kasus kanker leher rahim terjadi pada kelompok responden yang pernah menderita infeksi kelamin 66,7 . Dari hasil uji chi square diperoleh nilai 0,000 p = 0,05 artinya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara responden yang pernah mengalami infeksi kelamin dengan kejadian kanker leher rahim. Nilai risiko pervalen 2,528 95 CI.1,698 – 3,764 berarti bahwa infeksi kelamin 2 kali lebih besar bila dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami infeksi, berarti bahwa kemungkinan orang yang pernah terkena infeksi kelamin akan mendapat resiko kanker leher rahim 2 kali lebih besar bila dibandingkan orang yang tidak pernah mengalami infeksi kelamin. Pendapat ahli, dari beberapa pemeriksaan laboratorium terbukti 90 penyebab kanker leher rahim adalah human papiloma virus HPV dimana HPV terdapat pada wanita yang secara aktif melakukan hubungan seksual atau melalui penyakit menular seksual juga hubungan seksual multi pasangan. HPV menyebabkan peradangan pada genetalia wanita. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa faktor resiko epidemiologi penyumbang terjadinya dan berkembangnya kanker leher rahim adalah infeksi yaitu infeksi HPV. Kurangnya pengetahuan deteksi dini dan hygene serta ganti pasangan dan pada umumnya gejala kanker leher rahim tidak tampak hanya ada keluhan seperti keputihan yang lama dan menahun sehingga infeksi merupakan faktor resiko untuk terjadinya kanker leher rahim serta proses yang lama 3 – 20 tahun untuk menjadi kanker invasive. Penelitian terkini juga mencatat hubungan yang kuat antara kanker leher rahim dengan virus papiloma squamosa. Menurut Elisabeth perilaku seksual dimana resiko meningkat lebih dari 10 kali bila berhubungan seks dengan pria beresiko tinggi yang mengidap kandiloma akuminatum, kebersihan diri yang kurang baik sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual tidak membersihkan alat kelamin sehingga diperkirakan akan memudahkan terjadinya infeksi disamping kehidupan seks yang kurang sehat atau melakukan hubungan seks sewaktu menstruasi dimana infeksi terjadi akibat parasit sejenis tricomonan vaginalis memudahkan timbulnya kanker leher rahim.