BAB II
ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA
A. Perkembangan Hukum Penanaman Modal di Indonesia
Tahun 1996 kiranya dapat dijadikan tahun yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia, karena dalam kurun waktu sejak
kemerdekaan Republik Indonesia hingga memasuki tahun 1966, terjadi berbagai gejolak sehingga pembangunan nasional agak terabaikan. Untuk mewujudkan
tujuan nasional sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa founding fathers dirasakan perlu pembangunan secara menyeluruh. Namun,
untuk melaksanakan pembangunan tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jika hanya mengandalkan modal dalam negeri, tentu tidak memadai. Oleh
karena itu, timbul pemikiran untuk mencari modal dari luar negeri sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kebutuhan dana dalam melaksanakan
pembangunan yang dimaksud, yakni dengan mengundang investor asing. Hanya saja, jika pilihannya mengundang investor asing, maka diperlukan landasan
hukum formal yang mengatur masalah investasi asing.
27
Erman Radjagukguk, mengemukakan bahwa pemerintah orde baru dibawah pimpinan presiden Soeharto menyadari sejak semula bahwa bantuan
asing baik berupa bantuan teknik maupun modal bukan merupakan faktor yang
27
Sentosa Sembiring, op cit, hal 74-75.
Universitas Sumatera Utara
menentukan berhasilnya pembangunan ekonomi Indonesia. Namun peranan bantuan tersebut dalam masa transisi untuk memulihkan lagi ekonomi Indonesia
telah diakui sebagai hal yang sangat penting. Di bawah pemerintahan presiden Soekarno, ekonomi Indonesia seakan-akan hendak mengalami keruntuhan.
Indonesia tidak mampu membayar hutang luar negerinya yang pada waktu berjumlah lebih dari 2 bilyon dollar. Laju inflasi sekitar 20-30 perbulan. Pada
tahun 1966, pemerintah Indonesia mengadakan pendekatan baru dalam kebijaksanaan ekonomi, antara lain mengundang kembali masuknya modal asing.
Undang-undang yang baru tentang penanaman modal asing diundangkan pada tahun 1967, yaitu UU No.1 tahun 1967, Lembaran Negara Republik Indonesia
nomor 2818. Dalam rangka pengaturan hal-hal tersebut, dikeluarkanlah UU No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing yang sekaligus mengatur hak dan
kewajiban para investor asing, memberikan jaminan kepastian hukum dan jaminan kepastian berusaha, sehingga dapat meyakinkan para investor asing
tentang nasib modal yang akan ditanamkannya di Indonesia.
28
Perkembangan selanjutnya, lahirlah UU No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Modal dalam negeri diartikan sebagai sumber
produktif dari Masyarakat Indonesia yang dapat digunakan bagi pembangunan ekonomi pada umumnya. Modal dalam negeri adalah modal yang merupakan
bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia, termasuk hak-hak dan benda-benda Lalu mengalami
perubahan dan penambahan yang diatur dalam UU No.11 Tahun 1970.
28
Hulman Pandjaitan Anner Mangatur Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing. Jakarta: IHC, 2008, hal.7.
Universitas Sumatera Utara
bergerak dan tidak bergerak, yang dapat disisihkan disediakan untuk menjalankan suatu usaha perusahaan. Yang dimaksud dengan penanaman modal
dalam negeri adalah penggunaan modal tersebut bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya. Penanaman tersebut dapat
dilakukan secara langsung, yakni melalui pembelian obligasi-obligasi, surat-surat kertas pembendaharaan negara, emisi-emisi lainnya saham-saham yang
dikeluarkan oleh perusahaan, serta deposito dan tabungan yang berjangka sekurang-kurangnya 1 satutahun.
29
Perkembangan selanjutnya dapat dilihat dengan dikeluarkannya PP Nomor 17 Tahun 1992 yang antara lain mengatur mengenai penanaman modal asing di
kawasan Bagian Timur. Dalam usaha untuk lebih menarik minat dan meningkatkan peran penanaman modal asing dalam pembangunan di bidang
ekonomi, semakin dirasakan perlu adanya berbagai kebijakan dan langkah- langkah untuk mewujudkan iklim yang memadai bagi usaha penanaman modal
asing di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah pengaturan yang jelas dan mampu memberi kepastian hukum mengenai pemilikan saham dalam perusahaan
yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi pembentukan Peraturan Pemerintahan ini.
Lalu, UU ini mengalami perubahan dan perubahan yang diatur oleh UU No. 12 Tahun 1970.
30
29
Undang-Undang No.6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, Penjelesan Umum alinea pertama.
30
Undang-Undang No.17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Modal Asing, alinea pertama.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan selanjutnya setelah PP No 17 Tahun 1992 adalah dengan dikeluarkannya PP Nomor 24 Tahun 1994. PP ini memberikan kemungkinan bagi
investor asing untuk memiliki 100 saham dari perusahaan asing serta membuka peluang untuk berusaha pada bidang-bidang sebelumnya tertutup sebagaimana
diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 1967.
31
Setelah menanti cukup lama, akhirnya ketentuan investasi yang selama empat puluh tahun diatur dalam dua undang-undang, yakni: Pertama, Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1976 tentang Penanaman Modal Asing PMA dan yang Kedua
, Undang-Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN, dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun
2007 tentang Penanaman Modal UUPM, Undang-undang penanaman modal dinyatakan berlaku sejak diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia LNRI Tahun 2007 Nomor 67 pada tanggal 26 April 2007. Tampak PP ini dikeluarkan dengan tujuan untuk
memberi rangsangan yang lebih menarik terhadap penanaman modal. Rangsangan ini sangat diperlukan untuk mendorong partisipasi masyarakat dan dunia usaha
dalam meningkatkan daya saing dalam investasi dan perdagangan serta alih teknologi, kemampuan managerial dan modal agar semakin mampu meningkatkan
investasi, pertumbuhan dan perluasan kegiatan ekonomi di berbagai daerah. Peraturan ini kemudian diubah dengan PP No. 83 Tahun 2001 Tentang Perubahan
Atas PP No. 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing.
31
Http: www.scribd.com doc 2516759 makalah, op.cit, hlm : 13.
Universitas Sumatera Utara
bahwa pembahasan terhadap pembaharuan ketentuan investasi memakan waktu relatif cukup lama. Hal ini dapat dimaklumi, sebab ruh yang terkandung dalam
undang-undang penanaman modal menganut paham liberal tampaknya belum sepenuhnya dapat diterima oleh berbagai pihak yang mempunyai perhatian
terhadap pengaturan hukum investasi dirangkum dalam semangat yang ada dalam UUPM yang ada saat ini. Adanya paham liberal dalam undang-undang
penanaman modal ini dapat disimpulkan, dari perlakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada penanam modal. Dalam undang-undang ini tidak dibedakan
perlakuan terhadap penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri.
32
32
Sentosa Sembiring, op cit, hal. 126
Lahirnya UUPM tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat khususnya komunitas pebisnis yang demikian dinamis, baik dalam negeri maupun
di dunia internasional, terlebih lagi era masa kini yang lebih dikenal sebagai era globalisasi, arus perputaran modal pun demikian cepat dari satu tempat ke tempat
lain. Sebagaimana dikemukakan dalam penjelasan umum UUPM, tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang
yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan
birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usha yang kondusif di bidang
ketengakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan adanya perbaikan berbagai faktor
Universitas Sumatera Utara
penunjang tersebut, diharapkan penanam modal akan tertarik untuk menanamkan modalnya.
33
c. Asas akuntabilitas. Adapun maksud asas ini adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman
modal harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat
B. Asas, Tujuan dan Kebijakan Dasar Penanaman Modal di Indonesia