usaha patungan joint venture agreement mengandung ketentuan yang membatasai pengalihan saham. Pendekatan yang dapat diambil dalam pembatasan
pengalihan saham diantaranya: 1. Pengalihan saham tidak diperbolehkan tanpa persetujuan para pihak.
2. Pengalihan saham tidak boleh dilakukan dalam periode tertentu, misalnya selama 3 tahun pertama.
3. Pengalihan saham kepada pihak lain diperbolehkan dengan persyaratan bahwa pemegang saham baru menyetujui ketentuan-ketentuan bisnis joint venture
company yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Dalam banyak ketentuan joint venture company yang terdiri banyak pihak, para pihak diberikan hak untuk dapat membeli kembali saham-saham yang ada
terutama saham yang akan dialihkan sebelum dijual kepada pihak lain, saham tersebut harus ditawarkan kepada pemegang saham lainnya terlebih dahulu
dengan harga yang telah ditetapkan dan disetujui.
70
Para pihak perlu menentukan dan mengenal cara-cara yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah utama yang timbul dan
mampu untuk mencari jalan keluarnya problem solving, termasuk pada saat
E. Penyelesaian Sengketa
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
tidak ada titik temu antara para pihak ketika pengambilan sebuah keputusan dalam sebuah Rapat Umum Pemegang Saham RUPS atau rapat-rapat Dewan Direksi.
Penyelesaian sengketa ini, setidaknya harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Suatu kewajiban bagi para pihak dalam joint venture company untuk mencari dan memecahkan masalah dengan mengerahkan orang-orang terbaik, paling
senior dan berpengalaman di perusahaan mereka, serta berwenang mengambil keputusan.
2. Salah satu pihak dapat meminta penyelesaian sengketa diajukan melalui mediasi, atau bentuk lain dari Alternative Dispute Resolution ADR, tetapi
bukan merupakan suatu kewajiban bagi para pihak untuk terlibat dalam prosedur ADR kecuali memang telah disepakati.
3. Penyelesaian melalui pengadilan umum atau pengadilan arbitrase yang telah disetujui terlebih dahulu di dalam joint venture agreement, penyelesaian
sengketa yang diambil pada jalur pengadilan ini bersifat final dan mengikat.
71
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase selalu menjadi pilihan utama dalam joint venture agreement international. Proses yang dilalui saat penyelesaian
masalah bersifat sangat private, lebih fleksibel dibandingkan badan peradilan lainnya. Jika para pihak berasal dari negara yang menandatangani konvensi New
York tahun 1958 dapat mengajukan proses sengketa melalui arbitrase
71
Ibid , hal.31.
Universitas Sumatera Utara
internasional. Sebagai penerapan prinsip kebebasan berkontrak, para pihak memiliki kebebasan dalam menentukan dan memilih forum penyelesaian
sengketa. Jika badan arbitrase telah dipilih, maka ketentuan dalam perjanjian harus dinyatakan secara tegas di peradilan arbitrase mana yang akan dipilih. Ada
banyak pilihan yang dapat menjadi alternatif, seperti UNCITRAL, International Chamber of Commerces ICC, Formely London Court of International
Arbitration LCIA, Hongkong International Arbitration Center, Singapore International Arbitration Centre, Vienna Arbitration Centre, Netherland
Arbitration Institute, Arbitration Institute of Stockholm Chamber of Commerce, atau lembaga arbitrase internasional lainnya.
Pada saat perjajanjian antara para pihak dibuat, penting sekali untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan:
1. Pilihan hukum choice of law, para pihak menentukan sendiri dalam kontrak tentang hukum mana yang berlaku terhadap interprestasi kontrak tersebut.
2. Pilihan forum choice of jurisdiction, yakni para pihak menentukan sendiri dalam kontrak tentang pengadilan atau forum yang berlaku jika terjadi
sengketa diantara para pihak. 3. Pilihan domisili choice of domicille, dalam hal ini para pihak melakukan
penunjukan dimanakah domisili hukum para pihak tersebut. Ketika para pihak melakukan pilihan hukum, pilihan forum, dan pilihan domisili,
maka pilihan tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek untung dan ruginya secara matang. Jika para pihak tidak memilih pilihan hukum, forum
Universitas Sumatera Utara
dan domisili maka akan menimbulkan persoalan yuridis yang serius. Apabila terjadi perselisihan atau sengketa diantara para pihak tersebut, akan menyebabkan
terjadinya benturan kepentingan dan benturan kekuasaan hukum.
72
Pemilihan tempat arbitrase sangat penting, karena berkaitan dengan penerapan prosedur dan aturan lembaga arbitrase yang dipilih. Pihak internasional
lebih memilih tempat arbitrase yang dirasakan lebih netral. Jarang sekali pihak asing mau memilih Badan Arbitrase Nasional Indonesia BANI untuk
menyelesaikan sengketa. Hal tersebut berangkat dari kekhawatiran tidak adanya netralitas dalam proses pengambilan keputusan.
72
Ibid, hal. 32.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan