Dasar Hukum Perjanjian Usaha Patungan

BAB IV ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL PATUNGAN DI INDONESIA

A. Dasar Hukum Perjanjian Usaha Patungan

Berbicara mengenai penanaman modal asing berarti terkait dengan dua atau lebih sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh investor dan hukum Indonesia yang dianut oleh pemodal nasional. Untuk itu, perlu dipahami mengenai aspek-aspek hukum dalam kerja sama usaha yang dilakukan dalam penanaman modal asing. Dalam memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia, kita masih menghadapi berbagai tantangan dan hambatan antara lain pada bidang permodalan, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta manajemen. Salah satu usaha untuk mengatasinya ialah dengan penanaman modal asing yang pada dasarnya berbentuk joint venture kerjasama patungan. Ketentuan mengenai kerjasama patungan tidak dicantumkan dalam Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Namun didalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dinyatakan bahwa: Penanaman modal asing adalah kegiatan menanamkan modal untuk melaksanakan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri. Universitas Sumatera Utara Perjanjian joint venture perjanjian usaha patungan dalam rangka penanaman modal asing di Indonesia adalah langkah awal untuk membentuk sebuah perusahaan patungan joint venture company yang diharuskan bagi investor asing yang merencanakan berinvestasi di Indonesia. Para pihak yang ada dalam perjanjian joint venture, menetapkan klausa untuk membuat perusahaan joint venture dengan status perseroan, klausa tersebut mengatur segi permodalan, peran para pihak, nama, tempat dan jangka waktu berdirinya perusahaan, serta klausa-klausa lain sehingga perusahaan yang diharapkan dapat terbentuk. Ketentuan tersebut merupakan syarat yang ditegaskan pasal 5 ayat 2 Undang- Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dinyatakan bahwa : “Penanaman Modal Asing wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan oleh undang-undang.” Pembentukan perseroan terbatas sebagai sebuah badan hukum tunduk pada hukum perusahaan company law, yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pada dasarnya perusahaan joint venture didirikan atas adanya perjanjian antara investor asing dan nasional. Mengadakan perjanjian joint venture merupakan langkah awal dalam membentuk perusahaan joint venture, sehingga perusahaan joint venture dapat dikatakan berdiri atau lahir atas dasar perjanjian. Umumnya perusahaan joint venture dimulai dengan suatu perjanjian patungan yang dibuat antara pemegang saham menjelang perusahaan joint venture itu Universitas Sumatera Utara berdiri, dengan memperhatikan aspek tanggung jawab para pihak, adanya efisiensi dalam operasi usaha, adanya keuntungan yang nyata, adanya hubungan yang adil diantara para pihak. Dalam perjanjian joint venture berisikan hak dan kewajiban para pihak, kesepakatan para pihak tentang kepemilikan modal, saham, peningkatan kepemilikan saham penyertaan, keuangan, kepengurusan, teknologi dan tenaga ahli, penyelesaian sengketa yang mungkin akan terjadi, dan berakhirnya perjanjian joint venture. Dalam rancangan suatu perjanjian joint venture , substansi perjanjiannya harus dibuat secara lengkap dan akurat, jangan sampai terjadi kekosongan hukum karena akan sangat merugikan pihak lokalIndonesia dimana pihak asing selalu mencari-cari kelemahan pihak lokalIndonesia. Pengusaha asing dan pengusaha lokal membentuk suatu perusahaan baru yang disebut perusahaan joint venture dimana mereka menjadi pemegang saham yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama. Landasan pembentukan perusahaan joint venture tersebut adalah perjanjian joint venture dan ketentuan umum perjanjian tersebut diatur didalam Kitab Undang-Undang HukumPerdata KUHPerdata. Dalam rangka menjalankan kegiatan penanaman modal asing di Indonesia tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata. Namun keabsahannya tetap didasarkan pada pasal 1338 KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak. Dan sebagai batasan dalam asas kebebasan berkontrak adalah berdasarkan pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu: a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya; Universitas Sumatera Utara b. Kecakapan bertindak dalam hukum; c. Adanya hal tertentu; d. Adanya suatu sebab yang halal. Dasar hukum lain dari penanam modal kerjasama patungan tersebut berkaitan dengan konsekuensi atau akibat hukumnya bagi para pihak. Dalam kerja sama patungan akan semakin nyata apabila dihadapkan dengan penggabungan usaha dalam bentuk merger. Penggabungan ini selalu dibarengi dengan timbulnya Perseroan Terbatas PT baru, sedangkan perseroan-perseroan yang lama serentak menghentikan eksistensinya. 59 Joint venture kerjasama patungan merupakan suatu pengertian yang luas. Tidak saja mencakup suatu kerja sama dimana masing-masing pihak melakukan penyertaan modal equity joint ventures tetapi juga bentuk-bentuk kerja sama lainnya yang lebih longgar, bersifat kurang permanen serta tidak harus melibatkan Dasar hukum yang juga terkait dengan penanaman kerja sama patungan adalah permasalahan yang bersumber pada perbedaan kebiasaan dan perundang- undangan antar negara, masalah pergerakan modal, barang-barang dan jasa-jasa pada tingkat internasional sampai pada perbedaan politik, ekonomi, moneter masing-masing negara asal dari perusahaan-perusahaan yang mengadakan kerjasama tersebut. 59 Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hal 159. Universitas Sumatera Utara partisipasi modal. Yang pertama mengarah kepada terbentuknya suatu badan hukum, sedangkan pola yang kedua perwujudannya tampak dalam berbagai kontrak kerjasama contractual joint ventures dalam bidang manajemen management contract, pemberian lisensi license agreement, dan sebagainya. Friedman membedakan adanya 2 macam joint venture, yaitu: 1. Joint venture yang tidak melaksanakan penggabungan modal, sehingga hanya terbatas pada know-how, yang mencakup bidang tertentu. Know-how disini mencakup pada Technical service agreement, franchise and brand use agreement, construction and other job performance contracts, management contracts and rental agreements. Penggabungan know-how ke dalam joint venture biasanya merupakan babak pertama menuju kerjasama yang lebih permanen, yang pada saatnya akan beralih pada kerjasama berdasarkan penggabungan modal. 2. Equity joint venture ditandai oleh partisipasi modal. Untuk membedakan jenis pertama dan jenis kedua , Friedman menggunakan istilah joint venture untuk yang pertama dan equity joint venture untuk jenis yang kedua. Apa yang dirumuskan Friedman diatas, ternyata berbeda dengan pengertian joint venture sehari-hari, karena partisipasi suatu perusahaan dalam perusahaan lain mudah digolongkan pada joint venture. Dalam, pengetian sehari- hari, joint venture merupakan suatu perusahaan baru yang didirikan bersama-sama oleh beberapa perusahaan yang berdiri sendiri dengan menggabungkan potensi usaha termasuk know how dan modal dalam perbandingan yang telah ditetapkan menurut perjanjian kontrak yang telah disepakati bersama. 60 1. Waktunya terbatas; Joint venture merupakan kerjasama diantara dua orang atau lebih atau badan usaha yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 60 Hulman Pandjaitan Anner Mangatur Sianipar, op cit, hal. 146. Universitas Sumatera Utara 2. Masing-masing pihak dapat menyerahkan kontribusi baik berupa uang atau barang 3. Keuntungan atau kerugian dibagi sama 4. Untuk pihak-pihak yang berjasa diperhitungkan terlebih dahulu bunga modal, komisi, bonus dan lain-lain. 5. Pimpinan usaha Joint Venture disebut “managing partner” yang mempunyai kewajiban menyelenggarakan pembukuan dan menyajikan laporan keuangan. 61 61 Kepemilikan atas investasi dalam usaha patungan dapat dilakukan secara bervariasi. Pada umumnya kepemilikan mayoritas ada pada pihak asing, dan kepemilikan minoritas ada di tangan pihak nasional. Kepemilikan dapat juga ditentukan seimbang, dapat pula 100 pemilikan dipegang oleh salah satu partner, sedangkan partner yang lain mempunyai hak opsi untuk mendapatkan sebagian atau keseluruhan saham. Adapun kebijaksanaan untuk menentukan persentase kepemilikan tersebut diatas, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Partisipasi dalam keuntungan dan pertumbuhan usahanya. b. Pembagian aset pada waktu pailit. Universitas Sumatera Utara c. Kapasitas usaha pemegang saham, yang menyangkut misalnya baik tentang pengangkatan direktur dan distribusi aset maupun mengenai perubahan objek perusahaan, serta perubahan struktur modal. d. Kepatuhan pada kebijaksanaan domestik tentang penanaman modal asing dari negara mitra lokal. 62 Penanaman modal dapat dilakukan melalui penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Pada penanaman modal asing, telah dijabarkan dalam Pasal 1 butir 3, penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal negeri. Sedangkan pengertian modal asing dijabarkan dalam Pasal 1 butir 8, modal asing adalah Namun, PP No.83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan Yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing telah menetapkan mengenai komposisi mengenai pemilikan saham yang wajib dimiliki oleh warga negara atau badan hukum Indonesia dalam usaha joint venture tepatnya pada Pasal 6 ayat 1 yaitu pemilikan saham peserta Indonesia pada saat pendirian usaha joint venture minimal 5 dari seluruh modal setor perusahaan pada saat pendirian.

B. Bentuk Badan Usaha Patungan