BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu selanjutnya terhadap permasalahan penelitian dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan penanaman modal asing secara langsung direct investment di Indonesia saat ini diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. Undang-undang ini menggantikan dua undang-undang yang berlaku sebelumnya yaitu UU No.1 Tahun 1967 dan UU No. 6 tahun 1968 yang
dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan masyarakat dan perjanjian-perjanjian Internasional yang telah diratifikasi. UU No. 25 tahun
2007 telah membuka pintu yang lebar bagi investasi langsung di Indonesia. hal ini terlihat dari semakin luasnya bidang-bidang penanaman modal yang dibuka
bagi kegiatan penanaman modal, penyederhanaan syarat dan prosedur serta banyaknya fasilitas penanaman modal yang disediakan. Pada sisi lain, UU
No.25 Tahun 2007 juga menetapkan kewajiban dan tanggung jawab penanam modal sehingga dapat diminimalisir dampak negatif yang mungkin timbul dari
kegiatan penanaman modal. 2. Pada prinsipnya keberadaan modal asing adalah sebagai unsur pelengkap dalam
pembiayaan pembangunan nasional. Oleh karena itu, beberapa peraturan
Universitas Sumatera Utara
perUndang-undangan di bidang penanaman modal membatasi kepemilikan saham asing pada bidang-bidang usaha tertentu. Pembatasan kepemilikan
ssaham asing diatur dalam PP NO. 83 Tahun 2001 tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang Didirikan dalam Rangka Penanaman Modal.
Disamping itu, pembatasan pemilikan saham asing untuk bidang-bidang usaha tertentu diatur dalam kebijakan daftar negatif investasi sebagaimana terakhir
kali diatur dalam Peraturan Presiden No.36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal. 3. Penanaman modal asing di Indonesia harus dilakukan dalam bentuk usaha
patungan joint venture khususnya terhadap bidang usaha yang dibatasi kepemilikan saham asing. Pembentukan perusahaan penanaman modal
patungan didasarkan pada Perjanjian Pembentukan Usaha Patungan Joint Venture Agreement
yang disepakati para pihak. Joint Venture Agreement tersebut tidak boleh bertentangan dengan UU No.25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal dan peraturan pelaksanaannya. Joint Venture Agreement tersebut akan menjadi dasar pembuatan Anggaran Dasar perusahaan patungan
yang didirikan. Oleh karena itu, selain tunduk pada ketentuan UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, joint venture company tersebut juga harus
tunduk pada UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
B. Saran-Saran