e. Pengangkutan minuman es dawet adalah pemindahan minuman es dawet
dari tempat pengolahan ke tempat penjualan dengan menggunakan gerobak dorong.
f. Penyajian minuman es dawet adalah menyajikan minuman es dawet ke
konsumen dengan menggunakan peralatan yang bersih dan penyaji yang berpakaian bersih dan rapi serta harus berada pada lokasi yang terhindar
dari pencemaran yang diakibatkan oleh debu, asap, serangga dan tikus serta tidak berdekatan dengan sumber pencemaran antara lain tempat
pembuangan sampah umum.
3.8. Aspek PengukuranObservasi
Aspek pengukuran adalah melihat gambaran higiene sanitasi pengolahan minuman es dawet yang dijual di Kota Medan yang meliputi pemilihan bahan baku
minuman es dawet, penyimpanan bahan baku, pengolahan, penyimpanan minuman es dawet yang sudah jadi sebelum dijual, pengangkutan dan penyajian minuman es
dawet ke beberapa tempat di Medan. Pengukuran dilakukan dengan cara mengobservasi para produsen dan pedagang dengan menggunakan lembar observasi
berupa pertanyaan dengan dua kategori jawaban, yaitu “ya” dan “tidak”. Lalu hasil observasi yang diperoleh akan dibandingkan dengan Kepmenkes RI No.
942MenkesSKVII2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan. Jika salah satu pertanyaan dari observasi tersebut tidak sesuai dengan Kepmenkes RI
No. 942MenkesSKVII2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, maka kriteria tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan.
3.9. Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil observasi higiene sanitasi pengolahan minuman es dawet yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif, kemudian disajikan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dinarasikan dengan kepustakaan yang relevan serta dibandingkan dengan Kepmenkes RI No. 942MenkesSKVII2003
tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan. Data hasil pemeriksaan Escherichia coli yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium
dibandingkan dengan Permenkes RI No. 492MenkesPerIV2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar 265,10 km² atau 3,6 dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Kota Medan mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut : 1.
Utara : Selat Malaka
2. Selatan
: Daerah Kabupaten Deli Serdang 3.
Barat : Daerah Kabupaten Deli Serdang
4. Timur
: Daerah Kabupaten Deli Serdang Berbatasan langsung dengan Selat Malaka, membuat Medan merupakan pintu
masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa sehingga di kota ini banyak ditemukan pusat-pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoankios, pedagang kaki lima
PKL dan pedagang jajanan yang berjualan di pinggir-pinggir jalan.
4.1.2. Demografis
Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, jumlah penduduk yang mendiami kota Medan mencapai 2.109.339 jiwa terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan
1.068.659 perempuan. Penduduk mempunyai mata pencaharian sehari-hari yang beragam. Akan tetapi, kebanyakan penduduk Medan berprofesi di bidang
perdagangan.
4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Karakteristik Produsen Minuman Es Dawet
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa jenis kelamin produsen minuman es dawet bervariasi, yaitu laki-laki berjumlah 1 orang
33.3 dan perempuan berjumlah 2 orang 66.6. Golongan umur produsen minuman es dawet juga bervariasi, yaitu berumur 23 tahun berjumlah 1 orang
33.3, berumur 27 tahun berjumlah 1 orang 33.3 dan berumur 30 tahun juga berjumlah 1 orang 33.3.
Berdasarkan lama berjualan, diketahui bahwa para produsen telah berjualan selama bertahun-tahun. Produsen yang telah berjualan selama 8 tahun berjumlah 1
orang 33.3, berjualan selama 11 tahun berjumlah 1 orang 33.3, dan telah berjualan selama 25 tahun juga berjumlah 1 orang 33.3.
4.2.2. Enam Prinsip Higiene Sanitasi Pada Pengolahan Minuman Es Dawet
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap produsen minuman es dawet tentang 6 enam prinsip dasar higiene sanitasi
pengolahan minuman es dawet yang dijual di Kota Medan tahun 2011, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi pada masing-masing tahap pengolahannya :
4.2.2.1. Pemilihan Bahan Baku Minuman Es Dawet
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap produsen minuman es dawet dalam hal pemilihan bahan baku pembuatan minuman es
dawet dapat dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini :
Tabel 4.1 Distribusi Produsen Minuman Es Dawet Berdasarkan Pemilihan Bahan Baku Pembuatan Minuman Es Dawet di Kota Medan Tahun
2011
No. Kriteria Penilaian
Ya Tidak
N N
1. Bahan pembuatan minuman es dawet
a Tepung berastepung tapioka
i. Butiran kering dan tidak lembab
3 100.0
ii. Warna aslinya tidak berubah karena jamur atau
kapang 3
100.0 iii.
Tidak mengandung kutu atau serangga 3
100.0 iv.
Masih dalam kemasan pabrik 3
100.0 b
Pandan
i. Pandan secara fisik terlihat segar
3 100.0
ii. Pandan secara fisik terlihat bersih
3 100.0
iii. Menggunakan pewarna buatan
3 100.0
c Air
i. Menggunakan air ledingair PDAM
3 100.0
ii. Menggunakan air yang sudah dimasak
3 100.0
d Kelapa
i. Menggunakan kelapa yang masih utuhbulat
1 33.3
2 66.6
e Gula Merah
i. Menggunakan gula merah yang dalam kondisi
baik 2
66.6 1
33.3 ii.
Menggunakan pemanis buatan 3
100.0 2.
Bahan baku pembuatan minuman es dawet diperoleh dari tempat penjualan yang diawasi oleh
pemerintah. 3
100.0
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa seluruh produsen 100 menggunakan bahan baku tepung berastapioka dan pandan yang sudah memenuhi
syarat kesehatan. Di mana tepung yang digunakan terlihat kering, tidak lembab, warnanya asli, tidak mengandung kutu atau serangga dan masih dalam kemasan
pabrik. Pandan yang digunakan juga terlihat segar dan bersih secara fisik. Selain itu, seluruh produsen 100 tidak menggunakan pewarna buatan karena pewarna yang
dipakai murni dari air pandan saja. Berbeda dengan penggunaan air untuk membuat minuman es dawet, seluruh produsen 100 tidak menggunakan air yang sudah
dimasak, akan tetapi menggunakan air ledingair PDAM untuk proses pembuatannya. Bahan baku pendukung berupa kelapa yang digunakan oleh para produsen,
hanya 1 produsen 33.3 yang sudah memenuhi syarat kesehatan, yakni menggunakan kelapa yang masih utuh. Sedangkan 2 produsen lainnya 66.6 tidak
memenuhi syarat kesehatan. Bahan baku pendukung lainnya berupa gula merah, sebanyak 2 produsen 66.6 yang menggunakan gula merah dalam kondisi baik,
dan 1 produsen lainnya 33.3 tidak memenuhi syarat kesehatan. Bahan baku minuman es dawet ini seluruhnya 100 diperoleh di tempat yang tidak diawasi oleh
pemerintah karena dijual di pasar-pasar tradisional.
4.2.2.2. Penyimpanan Bahan Baku Minuman Es Dawet
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap produsen minuman es dawet dalam hal penyimpanan bahan baku pembuatan
minuman es dawet dapat dilihat dalam tabel 4.2 di bawah ini :
Tabel 4.2 Distribusi Produsen Minuman Es Dawet Berdasarkan Penyimpanan Bahan Baku Pembuatan Minuman Es Dawet di Kota Medan Tahun
2011
No. Kriteria Penilaian
Ya Tidak
N N
1. Tempat penyimpanan bahan baku minuman es dawet
selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih. 3
100.0 2.
Tempat penyimpanan bahan baku minuman es dawet tertutup.
3 100.0
3. Tempat penyimpanan bahan baku minuman es dawet
terpisah antara yang masak dengan yang mentah. 3
100.0 0 4.
Tempat penyimpanan bahan baku minuman es dawet tidak menjadi tempat bersarang seranggatikus.
3 100.0
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa semua produsen 100 menyimpan bahan baku pembuatan minuman es dawet di tempat yang tidak tertutup,
tidak bersih dan tidak terpelihara sehingga dapat menjadi tempat bersarang seranggatikus. Hal ini tidak sesuai dengan kriteria penilaian sehingga tidak
memenuhi syarat kesehatan. Akan tetapi seluruh produsen sudah memisahkan tempat penyimpanan bahan mentah dengan bahan yang sudah masak.
4.2.2.3. Pengolahan Minuman Es Dawet
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap produsen minuman es dawet dalam hal pengolahan minuman es dawet dapat dilihat
dalam tabel 4.3 di bawah ini :
Tabel 4.3 Distribusi Produsen Minuman Es Dawet Berdasarkan Pengolahan Minuman Es Dawet di Kota Medan Tahun 2011
No. Kriteria Penilaian
Ya Tidak
N N
1. Mencuci bahan baku dengan air yang mengalir.
3 100.0
2. Memasak adonan dawet sampai mendidih.
3 100.0
3. Memasak kuah santan sampai mendidih.
3 100.0
4. Memasak sirup gula merah sampai mendidih.
3 100.0
5. Penjamah minuman es dawet selalu memakai
sarung tangan. 3
100.0 6.
Menggunakan celemek saat mengolah minuman. 3
100.0 7.
Menggunakan tutup kepala saat mengolah minuman.
3 100.0
8. Selalu menggunakan pakaian yang bersih dan rapi.
1 33.3
2 66.6
9. Tidak menggunakan perhiasan saat mengolah
minuman. 2
66.6 1
33.3 10. Mencuci tangan sebelum mengolah minuman.
1 33.3
2 66.6
11. Mencuci tangan setelah keluar dari kamar mandi. 3
100.0 12. Tidak merokok saat mengolah minuman.
3 100.0
13. Tidak bercakap-cakap saat mengolah minuman. 3
100.0 14. Tidak sedang dalam kondisi batuk atau pilek saat
menangani minuman es dawet. 2
66.6 1
33.3 15. Selalu memelihara kebersihan tangan, rambut,
kuku tangan, dan kaki saat menangani minuman es 3
100.0
dawet. 16. Peralatan dalam keadaan bersih sebelum
digunakan. 3
100.0 17. Tersedia tempat mencuci tangan dan peralatan.
3 100.0
18. Peralatan yang dicuci menggunakan air yang mengalir.
2 66.6
1 33.3
19. Tersedia sabundetergen untuk mencuci peralatan. 3
100.0 20. Peralatan yang digunakan tidak rusak.
3 100.0
21. Tempat pengolahan bebas dari serangga dan tikus. 1
33.3 2
66.6 22. Lantai dalam keadaan bersih.
1 33.3
2 66.6
23. Tersedia tempat penampungan sampah yang tertutup.
3 100.0
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa kriteria penilaian dalam pengolahan minuman es dawet secara umum masih kurang memenuhi syarat. Seluruh
produsen 100 tidak mencuci bahan baku dengan air yang mengalir. Selain itu juga seluruh produsen 100 tidak memakai sarung tangan, celemek serta tutup kepala
saat mengolah minuman. Akan tetapi, seluruh produsen 100 memasak adonan dawet, kuah santan dan sirup gula merah sampai mendidih.
Saat mengolah minuman, seluruh produsen 100 tidak mencuci tangan setelah keluar dari kamar mandi, tidak memelihara kebersihan tangan, rambut, kuku
tangan dan kaki serta bercakap-cakap saat mengolah minuman. Terdapat 1 produsen 33.3 yang masih menggunakan perhiasan dan sedang dalam kondisi batuk atau
pilek saat mengolah minuman. Selain itu, terdapat 2 produsen 66.6 yang tidak menggunakan pakaian yang bersih dan rapi serta tidak mencuci tangan sebelum
mengolah minuman. Akan tetapi seluruh produsen 100 tidak merokok saat mengolah minuman.
Dalam hal pemakaian peralatan, seluruh produsen 100 menggunakan peralatan dalam keadaan bersih dan tidak rusak, tersedia tempat mencuci tangan dan
peralatan serta tersedia sabundetergen untuk mencuci peralatan. Terdapat 2 produsen 66.6 yang peralatannya dicuci menggunakan air yang mengalir, sedangkan 1
produsen lainnya 33.3 tidak. Namun, hanya terdapat 1 pprodusen 33.3 yang tempat pengolahannya bebas dari serangga dan tikus serta mempunyai lantai yang
bersih. Seluruh produsen 100 tidak mempunyai tempat sampah yang tertutup, sehingga mudah mengundang lalat atau serangga lainnya untuk hinggap di sampah-
sampah tersebut.
4.2.2.4. Penyimpanan Minuman Es Dawet yang Sudah Jadi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap produsen minuman es dawet dalam hal penyimpanan minuman es dawet yang sudah
jadi dapat dilihat dalam tabel 4.4 di bawah ini :
Tabel 4.4 Distribusi Produsen Minuman Es Dawet Berdasarkan Penyimpanan Minuman Es Dawet yang Sudah Jadi di Kota Medan Tahun 2011
No. Kriteria Penilaian
Ya Tidak
N N
1. Tersedia tempat penyimpanan dawet yang
sudah jadi. 3
100.0 2.
Botol tempat penyimpanan santan dalam keadaan bersih.
3 100.0
3. Botol tempat penyimpanan sirup gula merah
dalam keadaan bersih. 3
100.0 4.
Tempat penyimpanan tertutup dengan baik. 3
100.0 5.
Minuman yang sudah jadi tidak disimpan 6 jam sebelum diangkut ke tempat penjualan.
3 100.0
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa kriteria penilaian dalam hal penyimpanan minuman es dawet yang sudah jadi secara keseluruhan sudah
memenuhi syarat kesehatan. Di mana seluruh produsen 100 mempunyai tempat penyimpanan dawet yang sudah jadi, botol-botol tempat penyimpanan santan dan
sirup gula merah dalam keadaan bersih, tempat penyimpanan tertutup dengan baik, serta minuman yang sudah jadi tidak disimpan 6 jam sebelum diangkut ke tempat
penjualan.
4.2.2.5. Pengangkutan Minuman Es Dawet
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap produsen minuman es dawet dalam hal pengangkutan minuman es dawet yang sudah
jadi dapat dilihat dalam tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5 Distribusi Produsen Minuman Es Dawet Berdasarkan Pengangkutan Minuman Es Dawet yang Sudah Jadi di Kota Medan Tahun 2011
No. Kriteria Penilaian
Ya Tidak
N N
1. Tersedia angkutan khusus gerobak dorong
yang bersih untuk mengangkut minuman es dawet.
3 100.0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa kriteria penilaian prinsip higiene sanitasi tentang pengangkutan minuman es dawet ke tempat penjualannya
secara keseluruhan sudah lebih bagus. Seluruh produsen 100 mengangkut minuman es dawet tersebut dengan menggunakan angkutan khusus gerobak dorong
yang bersih.
4.2.2.6. Penyajian Minuman Es Dawet
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap produsen minuman es dawet dalam hal penyajian minuman es dawet yang sudah jadi
dapat dilihat dalam tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6 Distribusi Produsen Minuman Es Dawet Berdasarkan Penyajian Minuman Es Dawet yang Sudah Jadi di Kota Medan Tahun 2011
No. Kriteria Penilaian
Ya Tidak
N N
1. Tempat dawet dan sendok pengambilnya
terpisah. 3
100.0 2.
Sendok pengambil dawet diletakkan di tempat tertutup.
3 100.0
3. Sendok pengambil dawet bersih dan terhindar
dari debu. 3
100.0 4.
Peralatan untuk penyajiannya secara fisik dalam keadaan bersih.
3 100.0
5. Tidak menggunakan air pencuci peralatan yang
berulang-ulang. 3
100.0 6.
Peralatan dicuci setelah 1 kali pemakaian dengan sabundetergen.
3 100.0
7. Setelah dicuci peralatan dikeringkan terlebih
dahulu. 3
100.0 8.
Tempat penyajian wadah minuman bersih dari debu.
1 33.3
2 66.6
9. Wadah gelas diletakkan di tempat yang tertutup
dan terjaga kebersihannya. 1
33.3 2
66.6 10. Jika memakai pembungkus, pembungkus yang
digunakan harus dalam keadaan bersih dan tidak mencemari makanan.
3 100.0
11. Penyaji menjaga kebersihan anggota tubuhnya saat menyajikan minuman.
2 66.6
1 33.3
12. Penyaji berpakaian bersih dan rapi. 3
100.0 13. Tangan penyaji tidak kontak langsung dengan
minuman. 2
66.6 1
33.3 14. Tangan penyaji sebelum dan sesudah menyajikan
minuman selalu dicuci. 3
100.0 15. Lokasi harus cukup jauh dari sumber pencemaran
atau yang dapat menimbulkan pencemaran. 3
100.0 16. Lokasi terhindar dari vektor lalat, tikus, dll.
3 100.0
17. Lokasi dilengkapi tempat penampungan sampah yang tertutup.
3 100.0
18. Lokasi dilengkapi dengan fasilitas sanitasi air bersih.
3 100.0
19. Lokasi dilengkapi dengan fasilitas pengendali vektor.
3 100.0
20. Tersedia tempat pembuangan limbah. 1
33.3 2
66.6
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui bahwa seluruh produsen 100 tidak memisahkan dawet dengan sendok pengambilnya. Hanya 1 produsen 33.3
yang meletakkan sendok pengambil di tempat tertutup serta bersih dan terhindar dari debu. Seluruh produsen 100 mempunyai peralatan untuk penyajian yang bersih
secara fisik. Namun, seluruh produsen 100 menggunakan air pencuci peralatan yang berulang-ulang dan tidak mengeringkan peralatan tersebut setelah dicuci. Selain
itu, tempat penyajian minuman es dawet tidak terhindar dari debu, di mana 2 produsen 66.6 berjualan di pinggir jalan yang banyak dilalui kendaraan.
Dalam penyajiannya, hanya 2 produsen 66.6 yang menjaga kebersihan anggota tubuhnya saat menyajikan minuman dan tangan penyaji tidak kontak
langsung dengan minuman. Sementara itu, seluruh produsen 100 tidak mencuci tangannya sebelum dan sesudah menyajikan minuman.
Dalam hal lokasi berjualan, seluruh produsen 100 berjualan atau menyajikan minuman es dawet tersebut dekat dengan sumber pencemaran yakni
berada di pinggir jalan. Lokasi berjualan juga tidak dilengkapi dengan tempat penampungan sampah yang tertutup dan fasilitas pengendali vektor sehingga lokasi
berjualan tidak terhindar dari vektor lalat, tikus, dan lain-lain. Hanya ada 1 produsen 33.3 yang menyediakan tempat pembuangan limbah.
4.2.3. Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli
Pemeriksaan sampel minuman es dawet dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular BTKL PPM kota Medan
selama 10 hari. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul 12.00 sampai 13.00 WIB. Sampel tersebut kemudian langsung dibawa ke laboratorium pada hari itu juga.
Hasil yang diperoleh dari proses pemeriksaan sampel tersebut yang dikeluarkan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit
Menular BTKL PPM kota Medan adalah seperti di bawah ini :
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Dawet yang Dijual di
Kota Medan Tahun 2011
No. Kode Sampel
MPN Escherichia coli per
100 ml sampel dawet Keterangan
1. Kode A1
Nil Memenuhi syarat
2. Kode B1
Nil Memenuhi syarat
3. Kode C1
Nil Memenuhi syarat
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa seluruh sampel 100 dawet yang dijual di Kota Medan memenuhi syarat kesehatan. Di mana di setiap
sampel, jumlah Escherichia coli adalah sebanyak 0 per 100 ml sampel, yang berarti sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam Permenkes RI No.
492MenkesPerIV2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
Tabel 4.8 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Kuah Santan Es
Dawet yang Dijual di Kota Medan Tahun 2011 No.
Kode Sampel MPN
Escherichia coli per 100 ml sampel kuah santan
Keterangan
1. Kode A2
1600 Tidak memenuhi syarat
2. Kode B2
Nil Memenuhi syarat
3. Kode C2
280 Tidak memenuhi syarat
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, dapat diketahui bahwa 2 sampel 66.6 kuah santan es dawet yang dijual di Kota Medan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di
mana jumlah Escherichia coli pada sampel berada dalam kisaran 280 sampai dengan 1600 per 100 ml sampel. Sementara itu, berdasarkan Permenkes RI No.
492MenkesPerIV2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 0 per 100 ml sampel.
Tabel 4.9 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Sirup Gula Merah Es
Dawet yang Dijual di Kota Medan Tahun 2011
No. Kode Sampel MPN
Escherichia coli per 100 ml sampel sirup gula merah
Keterangan
1. Kode A3
Nil Memenuhi syarat
2. Kode B3
1600 Tidak memenuhi syarat
3. Kode C3
70 Tidak memenuhi syarat
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa 2 sampel 66.6 sirup gula merah es dawet yang dijual di Kota Medan tidak memenuhi syarat kesehatan. Di
mana jumlah Escherichia coli pada sampel berada dalam kisaran 70 sampai dengan
1600 per 100 ml sampel. Sementara itu, berdasarkan Permenkes RI No. 492MenkesPerIV2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 0 per 100
ml sampel.
Tabel 4.10 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Es Batu yang
Ditambahkan dalam Es Dawet yang Dijual di Kota Medan Tahun 2011
No. Kode Sampel
MPN Escherichia coli per
100 ml sampel es batu Keterangan
1. Kode A4
Nil Memenuhi syarat
2. Kode B4
220 Tidak memenuhi syarat
3. Kode C4
170 Tidak memenuhi syarat
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa 2 sampel 66.6 es batu yang ditambahkan dalam es dawet yang dijual di Kota Medan tidak memenuhi
syarat kesehatan. Di mana jumlah Escherichia coli pada sampel berada dalam kisaran 170 sampai dengan 220 per 100 ml sampel. Sementara itu, berdasarkan Permenkes RI
No. 492MenkesPerIV2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum yaitu 0 per 100 ml sampel.
Berdasarkan lembar HACCP dan diagram penentuan titik kendali CCP, dapat diketahui bahwa titik pengendalian terletak pada proses perendaman dawet
yang telah dicetak yang mana menggunakan air mentah, proses pemasakan santan dan sirup gula merah yang kurang sempurna serta pemberian es batu.
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Produsen Minuman Es Dawet
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, jenis kelamin produsen minuman es dawet bervariasi, di mana yang banyak berjualan adalah berjenis kelamin
perempuan. Akan tetapi pada kenyataannya, produsen minuman es dawet ini umumnya lebih banyak berjenis kelamin laki-laki. Hal ini disebabkan pada saat
peneliti melakukan observasi, produsen yang memberi izin untuk diobservasi lebih banyak produsen perempuan.
Produsen minuman es dawet rata-rata berusia sekitar 23 tahun ke atas. Mereka berjualan sudah bertahun-tahun sehingga bisa dikatakan mereka sudah mahir dalam
pengolahan minuman es dawet. Akan tetapi, meskipun mereka sudah memiliki banyak pengalaman, penerapan higiene sanitasi dalam proses pengolahan minuman
es dawet tersebut masih kurang. Mereka masih membutuhkan pembinaan dari instansi terkait seperti BPOM dan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam menerapkan
higiene sanitasi yang benar dalam pengolahan minuman. Sebenarnya rata-rata pengetahuan mereka tentang higiene sanitasi makanan sudah cukup bagus, tetapi hal
ini tidak diterapkan dengan benar sehingga hal tersebut menjadi sia-sia.
5.2. Observasi Enam Prinsip Higiene Sanitasi Pengolahan Minuman Es Dawet