BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi dan diupayakan agar lebih tersedia dalam kualitas dan kuantitas secara
memadai dan tepat waktu. Salah satu bentuk makanan dan minuman pada saat ini yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi
masyarakat dalam usaha pemenuhan gizi adalah makanan jajanan. Makanan jajanan berupa makanan dan minuman yang disajikan atau dijual di pinggir jalan atau tempat
umum lainnya, sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan Mudjajanto, 2005.
Makanan jajanan semakin dirasakan kebutuhan dan manfaatnya oleh masyarakat karena selain memberi kesan murah, mudah didapat serta cita rasanya
yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat, juga memiliki bentuk, jumlah dan variasi yang berkembang demikian luas sehingga menyuburkan
tumbuhnya pedagang makanan jajanan dimana-mana. Meskipun makanan jajanan memiliki keunggulan-keunggulan tersebut, ternyata makanan jajanan masih berisiko
terhadap kesehatan karena penanganannya sering tidak higienis, yang mana memungkinkan makanan jajanan terkontaminasi oleh mikroba beracun Mudjajanto,
2005. Makanan dan minuman yang tercemar dapat terjadi pada semua tahap yang
dilalui terutama pada proses pengolahan. Hal ini dapat terjadi apabila cara pengolahannya tidak ditangani dengan baik dan benar sehingga menyebabkan
makanan tercemar oleh mikroba dan akhirnya mengganggu kesehatan. Bahan dasar untuk membuat minuman yang dijual pedagang adalah air, untuk itu air yang
dipergunakan harus memenuhi syarat kesehatan baik secara kualitas maupun kuantitasnya Entjang, 2000.
Air adalah bagian dari lingkungan fisik yang esensial. Salah satu manfaat air adalah sebagai air minum. Air minum sangat penting bagi manusia karena merupakan
bahan kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupnya. Untuk itu air minum yang dikonsumsi manusia selain harus memenuhi kebutuhan juga harus terjamin
kebersihannya. Menurut Direktorat Pengawasan Makanan dan Minuman, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, air yang memenuhi syarat sebagai air minum harus mempunyai total koliform dan koliform tinja yang berjumlah 0 dalam 100 ml air Fardiaz, 1992.
Sebagai pedagang minuman jajanan maka para pedagang harus mempergunakan air untuk dagangannya. Air ini digunakan sebagai bahan minuman
jajanan dan sebagai pencuci alat-alat yang dipergunakan. Tercemarnya air minum oleh mikroorganisme seperti Escherichia coli dapat terjadi pada semua tahap yang
dilalui oleh air, baik itu pada proses pengolahan, penyajian maupun pada proses lainnya Depkes RI, 1994.
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli, merupakan salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae,
berbentuk batang dan tidak membentuk spora. E. coli ini sesungguhnya merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di lingkungan sekitar manusia.
Kebanyakan E. coli tidak berbahaya, tetapi beberapa seperti E. coli tipe O157:H7,
dapat mengakibatkan keracunan makanan yang serius pada manusia Arisman, 2009. Keberadaannya di luar tubuh manusia menjadi indikator sanitasi makanan dan
minuman, apakah pernah tercemar oleh kotoran manusia atau tidak. Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi tinggi dengan
ditemukannya bibit penyakit patogen pada pangan Rahayu, 2007. Berdasarkan hasil penelitian Roslila 2006 bahwa air tahu yang dijual
pedagang kaki lima di pasar Bagan Batu beberapa belum memenuhi syarat kesehatan. Hal ini terbukti dari hasil pemeriksaan laboratorium, yang mana 5 dari 12 sampel air
tahu yang diteliti ternyata mengandung bakteri E. coli sebanyak 2 sampai 27100 ml sampel.
Hasil penelitian Sirait 2009 bahwa susu kedelai yang diproduksi pada usaha kecil dan dipasarkan di kota Medan ternyata beberapa belum memenuhi syarat
kesehatan, sebab dari 10 sampel susu kedelai yang diuji menunjukkan 4 sampel minuman mengandung E. coli sebanyak 50 sampai 120100 ml sampel.
Es dawet merupakan minuman yang dijual tanpa kemasan khusus, diproduksi dan dipersiapkan di tempat penjualannya sehingga sulit dilakukan pengawasan
terhadap mutunya. Sedangkan makanan dan minuman yang baik bila diproduksi dan diedarkan kepada masyarakat luas haruslah memenuhi persyaratan Kepmenkes RI
No. 942MenkesSKVII2003 Tentang Persyaratan Kesehatan Makanan Jajanan. Berdasarkan banyaknya kemungkinan bagi bakteri untuk tumbuh dan
berkembang biak pada makanan dan minuman yang dijual tersebut, maka penulis ingin mengetahui kualitas es dawet secara bakteriologis khususnya kandungan bakteri
Escherichia coli yang ada di dalamnya dan disesuaikan dengan standar yang telah
ditetapkan dalam Permenkes RI No. 492MenkesPerIV2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum serta gambaran mengenai higiene sanitasi pengolahan dengan
menggunakan standar yang ditetapkan Kepmenkes RI No. 942MenkesSKVII2003 Tentang Persyaratan Kesehatan Makanan Jajanan.
1.2. Perumusan Masalah