Evaluasi dan Perbaikan Rancangan Proses Produksi Sarung Tangan Lateks untuk Medis di PT. Shamrock Manufacturing Corpora

(1)

(2)

PENELITIAN TUGAS SARJANA

Evaluasi dan Perbaikan Rancangan Proses Produksi Sarung Tangan Lateks untuk Medis di PT. Shamrock Manufacturing Corpora

A. PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian Tugas Sarjana saya (Hendro, NIM: 110403056) sebagai salah satu persyaratan pada kurikulum di DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (DTI FT - USU) yang berjudul Evaluasi dan Perbaikan Rancangan Proses Produksi Sarung Tangan Lateks untuk Medis di PT. Shamrock Manufacturing Corpora, maka saya sangat mengharapkan kesediaan dari Saudara/i yang berprofesi sebagai petugas medis di RSUD DR. PIRNGADI MEDAN untuk meluangkan waktu dan mengisi kuesioner penelitian ini dengan jujur dan terbuka agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Data yang Saudara/i berikan semata-mata hanya digunakan untuk keperluan penelitian. Identitas dan data diri saudara/i dijamin kerahasiaannya. Atas kerja sama Saudara/i dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

B. PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Dengan menandatangani lembar ini, saya

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : Jabatan Fungsional :

Menyetujui untuk menjadi responden penelitian yang berjudul Evaluasi dan Perbaikan Rancangan Proses Produksi Sarung Tangan Lateks untuk Medis di PT. Shamrock Manufacturing Corpora yang dilakukan oleh Hendro, mahasiswa DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Saya telah dijelaskan bahwa kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan saya secara sukarela ikut berperan serta dalam penelitian ini.

Medan, Desember 2015 Responden,

……….. No:


(3)

C. KUESIONER KELUHAN KONSUMEN

Isilah pertanyaan berikut sesuai dengan yang pengalaman Anda.

1. Apa keluhan yang Anda rasakan saat menggunakan produk sarung tangan lateks untuk medis?

Jawab: ... ...


(4)

D. KUESIONER TERBUKA

Isilah pertanyaan berikut sesuai dengan keinginan Anda. 1. Bagaimana ukuran sarung tangan yang Anda inginkan?

Jawab: ... 2. Jika diperhatikan dari bentuk dan posisi sarung tangan, apakah Anda menginginkan

sarung tangan berbentuk berpasangan?

Jawab: ... 3. Jika diperhatikan dari faktor ketebalan permukaan sarung tangan, bagian permukaan

manakah yang Anda inginkan lebih tebal?

Jawab: ... 4. Jika diperhatikan dari faktor ketahanan, terhadap hal apa ketahanan sarung tangan yang

Anda inginkan?

Jawab: ... 5. Berapa kali lipat perbesaran (elongasi) sarung tangan yang Anda inginkan?

Jawab: ... 6. Bagaimana kadar tepung residu (talc) yang Anda inginkan pada sarung tangan?

Jawab: ... 7. Jika diperhatikan dari faktor kandungan protein, efek samping apa yang Anda harapkan

dapat dikurangi sehingga dapat meningkatkan kenyamanan Anda pada saat bekerja? Jawab: ...


(5)

PENELITIAN TUGAS SARJANA

Evaluasi dan Perbaikan Rancangan Proses Produksi Sarung Tangan Lateks untuk Medis di PT. Shamrock Manufacturing Corpora

A. PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Dengan hormat,

Sehubungan dengan penyelesaian Tugas Sarjana saya (Hendro, NIM: 110403056) sebagai salah satu persyaratan pada kurikulum di DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (DTI FT - USU) yang berjudul Evaluasi dan Perbaikan Rancangan Proses Produksi Sarung Tangan Lateks untuk Medis di PT. Shamrock Manufacturing Corpora, maka saya sangat mengharapkan kesediaan dari Saudara/i yang berprofesi sebagai perawat ruang rawat inap penyakit dalam di RSUD DR. PIRNGADI MEDAN untuk meluangkan waktu dan mengisi KUESIONER PENILAIAN KANO dengan jujur dan terbuka agar penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Data yang Saudara/i berikan semata-mata hanya digunakan untuk keperluan penelitian. Identitas dan data diri saudara/i dijamin kerahasiaannya. Atas kerja sama Saudara/i dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

B. PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN Dengan menandatangani lembar ini, saya

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin : Jabatan Fungsional :

Menyetujui untuk menjadi responden penelitian yang berjudul Evaluasi dan Perbaikan Rancangan Proses Produksi Sarung Tangan Lateks untuk Medis di PT. Shamrock Manufacturing Corpora yang dilakukan oleh Hendro, mahasiswa DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA.

Saya telah dijelaskan bahwa kuesioner ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan saya secara sukarela ikut berperan serta dalam penelitian ini.

Medan, Desember 2015 Responden,


(6)

KUESIONER PENILAIAN KANO Produk Sarung Tangan Lateks untuk Medis

Kuesioner penilaian Kano berguna untuk mengetahui tingkat kepuasan pengguna sarung tangan lateks untuk medis terhadap atribut produk. Tingkat kepuasan konsumen dinilai dari dua butir pertanyaan pada setiap atribut dimana butir pertama menyatakan kondisi sarung tangan saat ini sedangkan butir kedua menyatakan bagaimana bila kondisi pada butir pertama tidak terpenuhi. Kepuasan konsumen dengan penilaian Kano menyatakan bagaimana atribut tersebut mampu memberikan kepuasan dan perbaikan terhadap ketidakpuasan terhadap kondisi saat ini.

Isilah tabel pada pertanyaan yang diberikan dengan menggunakan tanda centang (√). Keterangan:

S : Suka (Saya menyukai hal seperti itu)

H : Harus (Saya menginginkan hal tersebut harus seperti itu) N : Netral (Saya netral akan hal itu)

T : Toleran (Saya tidak suka tapi saya dapat mentoleransi / menerima hal itu) TS : Tidak Suka (Saya tidak suka dan tidak dapat menerima hal itu)

Atribut Penilaian Anda

S H N T TS Ukuran

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan memiliki variasi ukuran?

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan tidak memiliki variasi ukuran?

Bentuk

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan berbentuk berpasangan?

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan tidak berbentuk berpasangan?


(7)

Atribut Penilaian Anda S H N T TS Ketebalan Permukaan

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan memiliki ketebalan permukaan jari lebih tebal dibandingkan telapak tangan?

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan tidak memiliki ketebalan permukaan jari lebih tebal dibandingkan telapak tangan?

Ketahanan

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan tahan terhadap sobekan?

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan tidak tahan terhadap sobekan?

Perbesaran

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan dapat ditarik hingga perbesaran 5 kali?

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan tidak dapat ditarik hingga perbesaran 5 kali?

Kandungan Tepung Residu Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan memiliki kandungan tepung residu?

Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan tidak memiliki kandungan tepung residu?

Kandungan Protein Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan memiliki kandungan protein rendah tanpa menyebabkan alergi? Bagaimana tanggapan Anda jika sarung tangan memiliki kandungan protein rendah dengan menyebabkan alergi?


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson D. M. 2014. Design for Manufacturability: How to Use Concurrent

Engineering to Rapidly Develop Low-Cost, High-Quality Products for Lean Production. Florida: CRC Press.

Andriyanti W. dkk. 2010. Kajian Metode Vulkanisasi Lateks Karet Alam Bebas Nitrosamin dan Protein Alergen. Prosiding PPI-PDIPTN 2010. Yogyakarta: Pustek Akselerator dan Proses Bahan – BATAN.

Bhushan, Navneet dan Kanwal Rai. 2004. Strategic Decision Making: Applying

the Analytical Hierarchy Process. London: Springer-Verlag.

Brace I. 2004. Questionnaire Design: How to Plan, Structure, and Write Survey

Material for Effective Market Research. London: Kogan Page.

Candra A. 2016. PT. Shamrock Manufacturing Corpora. Medan.

Chang D. F., Yan W., Huang Y.F., Mi W.J., Huang S. J. 2006. A QFD-Enabled Design for Manufacturing Approach via Design Knowledge Hierarchy and RCE Network. International Technology and Innovation Conference. Cohen L. 1995. Quality Function Deployment: How to Make QFD Work for You.

USA : Addison-Wesley Publishing Company.

Day R G. 1993. Quality Function Deployment Linking A Company with Its

Customers. Wisconsin : ASQC Quality Press.

Departemen Teknik Industri USU. 2013. Buku Pedoman Tugas Sarjana


(9)

DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Edosomwan J. A. 1996. Customer and Market-Driven Quality Management. USA: ASQC/ Quality Press.

Frasceschini F. 2002. Advanced Quality Function Deployment. Florida: CRC Press.

Grigoroudis E. dan Yannis Siskos. 2010. Customer Satisfaction Evaluation. New York: Springer New York Dordrecht Heidelberg London.

Groover M. P. 2007. Work Systems and The Methods, Measurement, and

Management . USA:Pearson Education.

Healthcare Infection Control Practices Advisory Committee. 2008. 2007

Guideline for Isolation Precautions: Preventing Transmisson of Infectious Agents in Healthcare Settings.

(www.cdc.gov/ncidod/dhgp/pdf/isolation2007.pdf)

Kahn K. B. 2006. New Product Forecasting: An Applied Approach. New York: M.E. Sharpe, Inc.

Khangura A.S. dan S.K. Gandhi. 2012,.Design and Development of Refrigrator with Quality Function Deployment Concept. Mohali : International Journal on Emerging Technologies.

Kurbel K. E. 2013. Enterprise Resource Planning and Supply Chain

Management: Functions, Business Processes and Software for Manufacturing Companies. London: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.


(10)

DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Makuuchi K dan Song Cheng. 2012. Radiation Processing of Polymer Materials

and Its Industrial Application. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah

Sakit Nomor:129/Menkes/SK/II/2008.

Niebel B.W dan Alan B. Drapper. 1974. Product Design and Process

Engineering. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha.

Ping Ji et. al. 2014. Quantification and integration of Kano’s model into QFD for optimizing product design. International Journal of Production

Research, Vol. 52, No. 21.

Poli C. 2001. Design for Manufacturing: A Structured Approach. Butterworth: Elsevier Science & Technology Books.

Prihatin S dkk. 2014. Kajian Produk Karet dari Lateks Alam Vulkanisasi Iradiasi,

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-3 Yogyakarta.

ReVelle J.B, John W. Moran, dan Charles A. Cox. 1998. The QFD Handbook. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Sinulingga S. 2013. Metode Penelitian. Edisi 3. Medan: USU Press. Sinulingga S. 2014. Rekayasa Produktivitas. Medan: USU Press.

Sireli Y, P Kauffmann, dan E Ozan. 2007. Integration of Kano’s Model into QFD for Multiple Product Design. IEEE Transaction on Engineering

Management, Vol. 54, No. 2.


(11)

DAFTAR PUSTAKA (LANJUTAN)

Ulrich K.T dan Steven D. Eppinger. 2008. Product Design and Development. Edisi Keempat. Singapore: McGraw-Hill.

Wignjosoebroto S. 2006 Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Surabaya: Guna Widya.

www.alibaba.com www.phyedumedia.com


(12)

III-1

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Model Kano

Model Kano mengklasifikasikan atribut kualitas ke dalam dimensi kualitas yang berbeda, juga direpresentasikan dalam Gambar 3.1.

Sumber: Grigoroudis, Evangelos. 2010. Customer Satisfaction Evaluation. Springer New York Dordrecht Heidelberg London

Gambar 3.1. Diagram Kano

1. Must Be quality: Atribut kualitas ini akan diambil untuk diberikan ketika

terpenuhi tetapi hasil dari ketidakpuasan ketika tidak terpenuhi.

2. One-Dimensional quality: Hasil atribut dalam kepuasan ketika terpenuhi dan

hasil dari ketidakpuasan ketika tidak terpenuhi. Atribut tersebut mengacu sebagai ‘more-the-better’ atributkualitas.

3. Attractive quality: Atribut kualitas menyediakan kepuasan ketika sepenuhnya


(13)

III-4

secara subjektif. Metodologi dari AHP dapat dijelaskan dengan langkah sebagai berikut:

1. Masalah diuraikan ke dalam bentuk hirarki tujuan, kriteria, sub-kriteria, dan alternatif. Ini merupakan langkah paling kreatif dan penting dalam pengambilan keputusan.

Sumber: Bhushan, Navneet dan Kanwal Rai.Strategic Decision Making: Applying the Analytical Hierarchy Process, (London: Springer-Verlag, ,2004)

Gambar 3.2. Struktur Umum Hirarki

2. Data yang dikumpulkan dari para ahli atau pengambil keputusan sesuai dengan struktur hirarki, dalam alternatif dari matriks berpasangan dengan skala kualitatif dibawah ini. Para ahli bisa menilai perbandingan sebagai

equal, marginally strong, strong, very strong, and extremely strong. Opini

tersebut dikumpulkan dalam format yang terdapat pada Gambar 3.3.

Sumber: Bhushan, Navneet dan Kanwal Rai.Strategic Decision Making: Applying the Analytical Hierarchy Process, (London: Springer-Verlag,2004)


(14)

III-5

3. Berbagai kriteria dari matriks berpasangan dihasilkan di langkah kedua diatur ke dalam matriks persegi.

Tabel 3.2. Skala Gradasi untuk Alternatif Komparasi Kuantitatif

Sumber: Bhushan, Navneet dan Kanwal Rai.Strategic Decision Making: Applying the Analytical Hierarchy Process, (London: Springer-Verlag,2004)

4. Prinsip eigen value dan normalisasi korespon matriks komparasi dari eigen

vector memberikan kepentingan relatif dari berbagai kriteria yang

dibandingkan.

5. Konsistensi dari matriks dan order dievaluasi. Perbandingan yang dibuat metode tersebut adalah subjektif dan AHP mentolerir tidak konsistensi melewati jumlah redudansi dalam pendekatan. Konsistensi indeks, CI, dirumuskan sebagai

��= (ℷ��� − �)

(� −1)

Dimana ℷ��� adalah maksimum eigenvalue dari matriks pertimbangan.CI dibandingkan dengan Random Matrix, RI. Perbandingan antara CI/ RI, disebut sebagai Consistency Ratio, CR. Saaty menyampaikan bahwa nilai dari CR harus lebih kecil dari 0,1.


(15)

III-6

�� = �� ��

6. Penilaian terhadap setiap alternatif ditambahkan dengan bobot dari masing kriteria dan di-aggregate untuk mendapatkan penilaian kola dengan penjelasan tiap kriteria.

3.3. Quality Function Deployment4

QFD adalah metode untuk perencanaan dan pengembangan produk yang terstruktur dan mampu mengevaluasi kapabilitas produk atau jasa supaya dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Proses QFD melibatkan satu atau lebih matriks. Matriks pertama disebut House of Quality yang menampilkan ebutuhan dan keinginan konsumen di sisi kiri dan pengembangan respon teknis terhadap kebutuhan tersebut di sisi atas. HOQ ditunjukkan oleh Gambar 3.4.

A

Customer Needs and Benefits

D Relationships - What do the customer requirement mean to the manufaktur

- Where are the interactions between relationships

F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets

B Planning Matrix

- Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal

- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight C

Technical Response (Technical Requirement)

E Technical Correlations

Sumber : Lou Cohen, 1995, Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You (USA: Addison-Wesley Publishing Company)

Gambar 3.4. House of Quality 4

Lou Cohen, 1995, Quality Function Deployment:How to Make QFD Work for You (USA : Addison-Wesley Publishing Company), h. 11-13.


(16)

III-12

ditunjukkan pada Gambar 3.5. Target dan tujuan pada matriks perencanaan produk digunakan untuk mengambarkan penjelasan tim untuk setiap level kinerja yang dibutuhkan untuk memuaskan karakteristik teknis.

Temperature at hand Fluid Temp. loss over time

Indent/force relation Force/set relation Logo precision 110 max 3 min 0.42 pounds 0.8 pound 95 % faster

9 9 7 4 6 Material density

Material expansion rate

Logo defenition

_ oz./cu.inch _ % expansion _ % precision

126 129 54

Technical Requirement and Targets Importance Critical Part Requirement Part Specification Column Weight

Sumber: Ronald G Day, 1993, Quality Function Deployment Linking A Company with Its Customers (Wisconsin : ASQC Quality Press)

Gambar 3.5. Matriks Design Deployment

Terdapat empat bagian dalam matriks design deployment yaitu: 1. Bagian “ Whats”

Bagian “Whats” terdiri dari kebutuhan karakteristik teknis dari matriks perencanaan produk yang diterjemahkan menjadi matriks perencanaan part lengkap dengan targetnya.

2. Bagian “Hows”

Bagian “Hows” adalah karakteristik part yang merespon terhadap karakteristik teknis


(17)

III-13

3. Bagian “ Relationships”

Bagian “Relationships” merupakan bagian yang menunjukan hubungan antara kebutuhan teknis dan part kritis.

4. Bagian “How much”

Bagian “How much” menunjukan spesifikasi dari kebutuhan part krits Tahap pembangunan matriks Design Deployment pada QFD fase II adalah7 : 1. Identifikasi part kritis

2. Memilih part kritis yang paling prioritas

3. Memperbaiki part kritis untuk memperbaiki nilai produk

3.6. DFM (Design for Manufacturing)

8

Desain adalah rangkaian kegiatan dimana informasi yang diketahui ditambahkan pada objek yang dirancang, penyempurnaan (misalnya, dibuat lebih rinci), dimodifikasi, atau dibuat lebih jelas. Proses desain mengubah keadaan informasi yang ada tentang objek yang dirancang. Melalui desain yang berhasil, jumlah informasi yang tersedia mengenai objek yang dirancang meningkat. Hasil dari desain menyediakan informasi menjadi lebih lengkap dan lebih rinci sampai akhirnya ada informasi yang cukup untuk melakukan proses manufaktur. Desain, oleh karena itu, adalah sebuah proses yang mengubah informasi tentang bentuk atau benda yang dirancang, sedangkan manufaktur (yaitu, produksi) memodifikasi keadaan fisiknya.

7 A.S. Khangura dan S.K. Gandhi, 2012, Design and Development of Refrigrator with Quality

Function Deployment Concept (Mohali : International Journal on Emerging Technologies), h. 174.

8

Corrado Poli, 2001, Design for Manufacturing: A Structured Approach (Butterworth: Elsevier Science&Technology Books), h.1-3.


(18)

III-14

Permasalahan desain muncul ketika ada keinginan untuk informasi tentang objek yang dirancang. Masalah desain muncul ketika ada keinginan untuk menghasilkan informasi lebih banyak (atau lebih baik) tentang objek yang dirancang, ketika kita ingin mengembangkan hal baru (namun belum diketahui)

Design for Manufacturing (DFM) adalah filosofi dan pola pikir di mana

input yang digunakan untuk proses manufaktur pada tahap awal desain untuk merancang bagian dan produk yang dapat diproduksi lebih mudah dan lebih ekonomis. Design for Manufacturing melibatkan setiap aspek dari proses desain di mana isu-isu yang terlibat dalam pembuatan objek yang dirancang dianggap eksplisit dengan maksud untuk mempengaruhi desain. Pertimbangan biaya perkakas atau waktu diperlukan, biaya pengolahan atau pengendalian, waktu perakitan atau biaya, perlindungan untuk manusia selama manufaktur (misalnya, keselamatan pekerja atau kualitas kerja yang dibutuhkan), ketersediaan bahan atau peralatan, merupakan contoh dari aspek desain. Desain untuk manufaktur terjadi sepanjang proses desain.

9

Desain untuk produksi meliputi dua fungsi yaitu perancangan produk dan perancangan proses. Perancangan proses merupakan pengembangan metode manufaktur sehingga suatu produk dapat diproduksi dengan harga bersaing. Desain untuk produksi tidak hanya termasuk desain untuk produksi ekonomis tetapi juga semua hal yang berkaitan dengan rancangan produk.

9

Benjamin W. Niebel dan Alan B. Drapper, 1974, Product Design and Process Engineering, (Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha), h. 1-2.


(19)

III-15

10

Metodologi desain yang paling umum adalah desain untuk proses manufaktur/ Design For Manufacturing (DFM), yang merupakan kepentingan yang sifatnya umum karena langsung menginformasikan biaya-biaya manufaktur.

Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis dari produk. Keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Marjin keuntungan merupakan selisih antara harga jual pabrik dengan biaya pembuatan produk. Jumlah unit yang dijual dan harga jual sangat ditentukan oleh kualitas produk secara keseluruhan. Secara ekonomis, rancangan yang berhasil tergantung dari jaminan kualitas produk yang tinggi, sambil meminimasi biaya manufaktur. DFM merupakan salah satu metode untuk mencapai sasaran ini. Pelaksanaan DFM yang efektif mengarahkan pada biaya manufaktur yang rendah tanpa mengorbankan kualitas produk.

Perancangan untuk proses manufaktur merupakan salah satu dari pelaksanaan yang paling terintegrasi yang terlibat dalam pengembangan produk.

DFM menggunakan informasi dari beberapa tipe, termasuk di antaranya :

1. Sketsa, gambar, spesifikasi dan alternatif-alternatif rancangan 2. Suatu pemahaman detail tentang proses produksi dan perakitan

3. Perkiraan biaya manufaktur, volume produksi, dan waktu peluncuran produk

DFM dimulai selama tahapan pengembangan konsep, sewaktu

fungsi-fungsi dan spesifikasi produk ditentukan. Ketika melakukan pemilihan suatu konsep produk, biaya hampir selalu merupakan satu kriteria untuk pengambilan

10

Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger, 2008, Product Design and Development, (4th Edition, Singapore: McGraw-Hill), h. 233-235.


(20)

III-16

keputusan, walaupun perkiraan biaya pada tahap ini sangatlah subjektif dan merupakan pendekatan.

Spesifikasi produk pada saat difinalisasi, tim membuat pilihan

(trade-off) di antara karakteristik kinerja yang diinginkan. Tahapan metode DFM dapat

dilihat pada Gambar 3.6.

Sumber: Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger, 2008, Product Design and Development, (4th Edition, Singapore: McGraw-Hill),

Gambar 3.6. Metode Perancangan untuk Proses Manufaktur

1. Memperkirakan Biaya Manufaktur

Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan untuk proses pembuangan output yang dihasilkan oleh sistem. Biaya untuk produk,sebagian besar, perusahaan biasanya menggunakan biaya manufaktur, yang dihitung dengan membagi total biaya manufaktur untuk beberapa periode (biasanya dalam kuartal atau tahun) dengan jumlah unit


(21)

III-17

produksi yang dihasilkan selama periode tersebut. Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari tiga kategori:

a. Biaya-biaya komponen: Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standar. Komponen berdasarkan pesanan yang dibuat berdasarkan rancangan pembuat dari material mentah, seperti lembaran baja, biji plastik atau batangan aluminium. Komponen pesanan dibuat di pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.

b. Biaya-biaya perakitan: barang-barang diskrit biasanya dirakit dari komponen-komponen. Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga kerja dan juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan. c. Biaya-biaya overhead: Overhead merupakan kategori yang digunakan

untuk mencakup seluruh biaya-biaya lainnya. dibedakan menjadi dua tipe yaitu pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukuung adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan penanganan material, jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, dan pemeliharaan. Biaya alokasi tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dikaitkan secara lansung seperti gaji pegawai, penjaga keamanan dan perawatan bangunan karena kegiatan-kegiatan ini terbagi di antara beberapa produk dan sulit untuk mengalokasikan secara lansung pada suatu produk secara spesifik. Elemen-elemen biaya manufaktur dapat dikategorikan seperti pada Gambar 3.7.


(22)

III-18

Sumber: Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger, 2008, Product Design and Development, (4th Edition, Singapore: McGraw-Hill),

Gambar 3.7. Elemen-elemen Biaya Manufaktur

2. Mengurangi Biaya Komponen

Produk diskrit yang sangat bersifat teknik, biaya komponen ysang dibeli akan menjadi elemen biaya yang paling berarti. Bagian ini menginformasikan beberapa strategi untuk meminimasi biaya-biaya tersebut.

a. Memahami Batasan-batasan Proses dan Dasar-dasar Biaya

Komponen mungkin dapat ditentukan harganya secara sederhana, karena perancang tidak memahami kemampuan dasar biaya, dan batasan-batasan proses produksi. Seorang perancang mungkin menetapkan dimensi dengan toleransi yang terlalu ketat, tanpa memahami kesulitan untuk memperoleh keakurasian semacam itu dalam produksi. Perancangan ulang komponen berguna untuk mendapatkan kinerja yang sama seraya menghindari langkah manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang harus mengetahui tipe operasi apa yang sulit dilakukan dalam produksi dan

Biaya Manufaktur

Komponen-komponen

Standar Custom

Proses

Bahan Baku Alat Bantu

Perakitan

Perlengkapan dan Alat

bantu

Tenaga Kerja

Overhead

Penunjang Alokasi tidak


(23)

III-19

dengan dasar biaya tertentu.

b. Merancang Ulang Komponen Untuk Mengurangi Langkah-langkah Pemrosesan

Kecermatan rancangan yang diusulkan akan mengarahkan pada usulan rancangan ulang yang dapat menghasilkan penyederhanaan proses produksi. Pengurangan jumlah langkah dalam proses pabrikasi umumnya memberikan hasil pengurangan biaya. Komponen aluminium mungkin tidak harus dicat, khususnya jika tidak dapat dilihat langsung oleh pengguna. Pada beberapa kasus, beberapa tahap mungkin untuk dikurangi melalui substitusi tahapan proses alternatif.

c. Pemilihan Skala Ekonomi Yang Sesuai Untuk Pemrosesan Komponen Biaya manufaktur untuk suatu produk biasanya turun bila volume produksi meningkat. Gejala ini merupakam skala ekonomi. Skala ekonomi untuk suatu komponen yang dibuat terjadi karena dua alasan berikut: 1) biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit dan

2) biaya variabel menjadi lebih rendah karena perusahaan dapat

mempertimbangkan penggunaan proses- proses dan peralatan yang lebih luas dan efisien. Contoh untuk komponen plastik, biaya cetaknya lebih murah bila produk yang dihasilkan semakin banyak.

d. Standardisasi Komponen-komponen dan Proses-proses

Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen dan proses. Jika volume produksi bertambah, biaya per unit komponen akan berkurang.


(24)

III-20

3. Mengurangi Biaya Perakitan

Perancangan untuk perakitan (Design For Assembly/ DFA) kadang dinyatakan sebagai bagian DFM yang melibatkan minimasi biaya perakitan. Fokus perhatian pada biaya perakitan akan memberikan manfaat tidak langsung yang kuat.

4. Mempertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya

Minimasi biaya manufaktur tidak hanya merupakan sasaran proses pengembangan produk. Keberhasilan produk secara ekonomis juga tergantung dari kualitas produk, berkurangnya waktu pengenalan, dan biaya pengembangan produksi. Keberhasilan ekonomis suatu proyek dikompromikan dalam rangka memaksimumkan keberhasilan

a. Pengaruh DFM pada Waktu Pengembangan

Waktu pengembangan dapat menjadi sangat berharga. Karena alasan inilah, keputusan DFM harus dievaluasi untuk melihat pengaruhnya pada waktu pengembangan, seperti pengaruhnya juga pada biaya manufaktur b. Pengaruh DFM pada Biaya Pengembangan

Biaya pengembangan sangat simetris dengan waktu pengembangan. Perhatian yang sama mengenai keterkaitan antara kerumitan dan waktu pengembangan digunakan untuk biaya pengembangan.

c. Pengaruh DFM pada Kualitas Produk

Tim harus mengevaluasi pengaruh keputusan pada kualitas produk sebelum mengambil keputusan DFM. Di bawah kondisi ideal ini, tindakan untuk mengurangi biaya manufaktur juga akan memperbaiki


(25)

(26)

IV-1

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tugas sarjana dilakukan pada PT. Shamrock Manufacturing Corpora yang terletak di Jl. Raya Medan - Namorambe Km 9,5 Ps. IV, Kab Deli Serdang, Sumatera Utara dan RSUD Dr. Pirngadi kota Medan yang terletak di Jl. Prof. HM Yamin SH No. 47, Medan. Waktu penelitian dimulai dari Agustus 2015 hingga Januari 2016.

4.2. Jenis Penelitian

Penelitian tugas sarjana ini adalah penelitian terapan (applied research) karena penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata di perusahaan. Berdasarkan metodenya, penelitian ini berjenis penelitian analisis kerja dan aktivitas. Hal ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk menyelidiki secara terperinci aktivitas atau pekerjaan agar mendapat rekomendasi untuk perbaikan sehingga didapat efisiensi1.

4.3. Objek Penelitian

Objek pada penelitian tugas sarjana adalah sarung tangan lateks untuk medis seri 1000 beserta proses produksinya. Objek ini terpilih karena banyaknya penggunaan sarung tangan lateks di bidang kesehatan terutama di rumah sakit.


(27)

IV-2

4.4. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Independen, adalah variabel penelitian yang memberikan pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Variabel independen terdiri dari atribut produk, keinginan konsumen, karakteristik teknis dan part kritis.

2. Variabel Dependen, adalah variabel yang diteliti untuk mendapatkan output terhadap penelitian yaitu rancangan proses produksi.

4.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan langkah-langkah penelitian yang tergambar secara sistematis supaya penelitian terarah dan memiliki suatu fokus untuk mendapatkan hasil yang sesuai tujuan penelitian. Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Keinginan konsumen Atribut Produk

Rancangan Proses Produksi Karakteristik

Teknis Part Kritis Sumber: Pengolahan Data

Gambar 4.1. Kerangka Berpikir

4.6. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.


(28)

IV-3

Tabel 4.1. Definisi Variabel Operasional

No Variabel Definisi

1 Atribut Produk Atribut produk adalah karakteristik produk sarung tangan lateks untuk medis

2 Keinginan Konsumen

Keinginan konsumen yaitu respon konsumen terhadap mutu intrinsik produk melalui kuesioner terbuka lalu dikategorikan dalam Kano sehingga didapatkan kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap proses produksi sarung tangan lateks untuk medis

3 Karakteristik Teknis

Karakteristik teknis yaitu persyaratan teknis dalam perancangan produk untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

4 Part Kritis Part kritis adalah bagian dari produk yang harus diperbaiki

pada proses produksi. 5 Rancangan

proses produksi

Rancangan proses produksi adalah hasil dari perancangan tahapan proses produksi.

Sumber: Pengolahan Data

4.7. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pada awal penelitian dilakukan studi pendahuluan untuk mengetahui kondisi perusahaan, proses produksi, dan informasi pendukung yang diperlukan serta studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan dan teori pendukung lainnya.

2. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. 3. Data yang dikumpulkan ada dua jenis yaitu:

1. Data primer berupa data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung ke perusahaan.


(29)

IV-4

2. Data sekunder berupa data yang diperoleh melalui pihak perusahaan dan karyawan dengan teknik wawancara.

4. Pengolahan data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan. 5. Analisis terhadap hasil pengolahan data.

6. Penarikan kesimpulan dan diberikan saran untuk penelitian

Langkah-langkah proses penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.2.

MULAI

Studi Pendahuluan 1. Kondisi Perusahaan 2. Proses Produksi 3. Tingkat Permintaan 4. Keluhan Konsumen

Studi Literatur 1. Teori Buku

2. Referensi Jurnal Penelitian 3. Langkah-langkah penyelesaian

Identifikasi Masalah Awal Tingkat permintaan menurun dan keluhan konsumen

Pengumpulan Data 1. Data primer

- Keluhan konsumen - Keinginan konsumen - Kepuasan pelanggan - Karakteristik teknis

- Tingkat kepentingan karakteristik teknis terhadap atribut

- Part kritis

- Tingkat kepentingan part kritis terhadap karakteristik teknis

- Operation Chart dan Waktu Produksi - Struktur Produk

2. Data sekunder - Spesifikasi produk awal - Profil perusahaan - Biaya manufaktur awal - Urutan proses produksi - Komponen penyusun produk

Pengolahan Data 1. Pengolahan Kano

2. Pengolahan AHP 3. Pengolahan QFD Fase I 4. Pengolahan AHP 5. Pengolahan QFD Fase II 6. Pengolahan DFM

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Sumber: Pengolahan Data


(30)

IV-5

4.8. Pengumpulan Data 4.8.1. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, yaitu a. Data keluhan konsumen terhadap produk dengan memberikan kesempatan

bagi konsumen untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

b. Data keinginan konsumen terhadap produk dengan memberikan kesempatan bagi konsumen untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri. c. Data tingkat kepuasan pelanggan terhadap atribut produk sarung tangan

lateks untuk medis.

d. Data karakteristik teknis dan hubungan antar karakteristik teknis. e. Data tingkat kepentingan karakteristik teknis terhadap atribut produk . f. Data part kritis.

g. Data tingkat kepentingan part kritis terhadap karakteristik teknis produk. h. Data waktu proses produksi.

i. Data susunan hierarkis komponen penyusun produk. 2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak manajemen. Data tersebut adalah : a. Spesifikasi produk awal.

b. Data profil perusahaan. c. Data biaya manufaktur awal.


(31)

IV-6

d. Data urutan proses produksi pembuatan sarung tangan lateks untuk medis seri 1000.

e. Data komposisi bahan penyusun proses produksi sarung tangan lateks untuk medis seri 1000.

4.8.2. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Data keluhan konsumen menggunakan teknik survei.

2. Data keinginan konsumen menggunakan studi literatur dan teknik survei. 3. Data tingkat kepuasan pelanggan menggunakan teknik survei.

4. Data karakteristik teknis dan hubungan antar karakteristik teknis menggunakan teknik wawancara.

5. Data tingkat kepentingan karakteristik teknis terhadap atribut produk menggunakan teknik survei.

6. Data part kritis menggunakan teknik wawancara.

7. Data tingkat kepentingan part kritis terhadap karakteristik teknis produk menggunakan teknik survei.

8. Data waktu proses produksi menggunakan teknik observasi dan teknik dokumentasi.

9. Data susunan hierarkis komponen penyusun produk menggunakan teknik dokumentasi.

10. Spesifikasi produk awal menggunakan teknik wawancara. 11. Data profil perusahaan menggunakan teknik wawancara.


(32)

(33)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data berisi tentang data-data yang digunakan untuk kebutuhan pengolahan data. Pengumpulan data pada laporan ini meliputi data metode Quality Function Deployment dan metode Design for Manufacturing.

Pengumpulan data metode Quality Function Deployment (QFD) terbagi atas fase I dan fase II. QFD fase I membutuhkan data customer requirements (atribut produk) yang diperoleh dari kuesioner terbuka dan kuesioner Kano, data karakteristik teknis, data hubungan antar karakteristik teknis, dan data hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis yang diperoleh dari kuesioner

Analytical Hierarchy Process (AHP). QFD fase II membutuhkan data part kritis,

data hubungan antar part kritis, dan data hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis.

Pengumpulan data metode Design for Manufacturing adalah data desain produk awal termasuk komposisi penyusun produk, elemen kerja dan waktu proses produksi.

5.1.1. Data Customer Requirements

Data customer requirements merupakan data atribut produk yang diinginkan konsumen. Data ini diperoleh dari kuesioner terbuka dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Atribut produk yang ditanyakan adalah ukuran,


(34)

V-4

Jawaban kuesioner terbuka menjadi input untuk kuesioner Kano yang berguna dalam menentukan kategori Kano terhadap atribut tersebut sehingga dapat diketahui atribut mana yang perlu diperbaiki.

Kuesioner Kano diperoleh dari 61 orang responden dengan pertanyaan kuesioner Kano yang mengandung dua dimensi pertanyaan yaitu fungsional dan disfungsional. Setiap atribut dipertanyakan dalam pertanyaan fungsional dan disfungsional sehingga dapat diketahui kepuasan responden bila atribut tersebut hadir (ada) dan bila atribut tersebut absen (tidak ada). Skala penilaian pada kuesioner Kano adalah S (Suka) – H (Harus) – N (Netral) – T (Toleran) – TS (Tidak Suka). Rekapitulasi jawaban kuesioner Kano untuk pertanyaan fungsional ditunjukkan oleh Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Rekapitulasi Jawaban Fungsional Kano

No PERTANYAAN FUNGSIONAL ATRIBUT KE-

1 2 3 4 5 6 7

R1 S S S S S S S

R2 S S S S S S H

R3 S S S H S S S

R4 S S TS S S S N

R5 S H S H S N S

R6 S S S S TS S T

R7 S S S S S S N

R8 S S S S S S T

R9 S S S N TS S H

R10 S S S S TS S H

R11 N S T S H S S

R12 N S T N N S N

R13 S N S S N S H

R14 S N S S N S N

R15 S S S S S S S

R16 S S S S S S S

R17 S S S TS S TS N


(35)

V-5

Tabel 5.2. Rekapitulasi Jawaban Fungsional Kano (Lanjutan)

No PERTANYAAN FUNGSIONAL ATRIBUT KE-

1 2 3 4 5 6 7

R19 TS S N S TS S T

R20 TS S N S TS S S

R21 H S N N S H N

R22 TS S N S T N N

R23 S S N S S S N

R24 S S N N N N H

R25 S S N N N N N

R26 S S N H N N N

R27 S S N N N N N

R28 S S N S S T TS

R29 S S S S S S S

R30 S S S S S TS N

R31 H S S H S TS H

R32 H H N S N H N

R33 H H S H H H H

R34 TS S N H S S S

R35 S H H H H S S

R36 H H H H S S H

R37 S S S S S S N

R38 S S S S TS S N

R39 H H H H H H H

R40 H H H H H H H

R41 S S S S S S S

R42 H H H H N H H

R43 S S H H N H H

R44 H H S S S S N

R45 S H T S TS S S

R46 H H N N N TS N

R47 H H N H N N N

R48 H H N H N N N

R49 H H N H N N N

R50 S S S S S S S

R51 H H H H H H H

R52 H H H H N T H

R53 H H H S H H H

R54 H H H H H H H

R55 S H H S H H S

R56 S S S S S S S

R57 S S S N TS S S

R58 S S S S S S S

R59 H H H H H TS N

R60 H S H S T H T

R61 H H H S N TS N


(36)

V-6

Rekapitulasi jawaban kuesioner Kano untuk pertanyaan disfungsional ditunjukkan oleh Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Rekapitulasi Jawaban Disfungsional Kano

No PERTANYAAN DISFUNGSIONAL ATRIBUT KE-

1 2 3 4 5 6 7

R1 T T N T TS TS TS

R2 T TS T T T TS TS

R3 TS T TS TS TS TS TS

R4 T TS TS TS TS TS N

R5 TS T N TS T S N

R6 TS TS TS T S TS T

R7 TS T TS TS TS TS T

R8 TS TS TS TS TS TS N

R9 TS TS TS TS S TS TS

R10 TS T TS TS S TS T

R11 TS N TS TS TS TS TS

R12 TS T T N T TS T

R13 TS TS TS TS N TS N

R14 TS TS TS TS N TS T

R15 T N T T T TS T

R16 T TS N TS T TS T

R17 N T TS TS TS TS TS

R18 TS TS N T TS T T

R19 S T TS TS N TS TS

R20 H TS N TS N TS TS

R21 N TS N N N T H

R22 TS T N TS T N T

R23 TS TS TS TS TS TS N

R24 TS N N N N N T

R25 TS T N N N N N

R26 TS TS N N N N T

R27 T T N N N N N

R28 TS TS TS TS TS H H

R29 TS N TS TS TS TS TS

R30 TS N S T TS S T

R31 TS S S TS TS S T

R32 T TS N TS N TS T

R33 TS TS TS TS TS TS TS

R34 TS T N H S H T

R35 T TS TS TS TS TS TS

R36 TS N TS TS TS TS T

R37 TS TS TS T TS TS T

R38 TS N TS T S TS T

R39 TS TS TS TS TS TS TS

R40 TS N TS T TS TS TS

R41 T TS T TS TS TS TS


(37)

V-7

Tabel 5.3. Rekapitulasi Jawaban Disfungsional Kano (Lanjutan)

No PERTANYAAN DISFUNGSIONAL ATRIBUT KE-

1 2 3 4 5 6 7

R43 TS T TS TS N TS TS

R44 TS T TS TS TS TS T

R45 TS TS TS T S TS N

R46 TS N N N N H N

R47 TS TS N TS N N N

R48 TS T N TS N N N

R49 TS T N T N N N

R50 TS TS TS TS TS TS TS

R51 T N TS TS TS TS TS

R52 TS TS TS TS N H TS

R53 TS TS TS TS T TS TS

R54 TS T TS T T TS TS

R55 TS TS TS TS T TS TS

R56 TS TS TS TS TS TS TS

R57 TS N TS T S TS TS

R58 TS TS TS TS TS TS TS

R59 TS T TS TS TS H N

R60 T TS TS T H TS H

R61 TS TS TS T N H N

Sumber: Pengumpulan Data

5.1.2. Data Karakteristik Teknis

Karakteristik teknis adalah persyaratan desain atau teknis pembuatan produk yang mempengaruhi atribut produk. Data karakteristik teknis terhadap atribut produk sarung tangan lateks untuk medis diperoleh dari hasil wawancara dengan supervisor produksi PT. Shamrock Manufacturing Corpora dengan hasil yang ditunjukkan oleh Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Karakteristik Teknis Sarung Tangan Lateks untuk Medis No Karakteristik Teknis

1 Komposisi bahan 2 Kesesuaian dimensi 3 Ketelitian proses stripping 4 Kehandalan proses tumbling 5 Waktu produksi

6 Biaya produksi


(38)

V-8

5.1.3. Data Hubungan antar Karakteristik Teknis

Data hubungan antar karakteristik teknis diperoleh dari hasil wawancara dengan supervisor produksi PT. Shamrock Manufacturing Corpora dengan hasil yang ditunjukkan oleh Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Hubungan antar Karakteristik Teknis Karakteristik Teknis 1 2 3 4 5 6

1 3 2 4 1 2

2 3 1 0 1 2

3 2 1 0 3 2

4 4 0 0 2 1

5 1 1 3 2 4

6 2 2 2 1 4

Sumber: Pengumpulan Data

5.1.4. Data Hubungan antara Atribut Produk dengan Karakteristik Teknis Data hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis merupakan matriks hubungan yang diperoleh dari pembobotan dengan metode

Analytical Hierarchy Process. Data ini diperoleh dengan penyebaran kuesioner

AHP kepada supervisor produksi PT. Shamrock Manufacturing Corpora. Hasil pembobotan ditunjukkan oleh Tabel 5.6.


(39)

V-20

5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data pada laporan ini adalah pengolahan data customer

requirements dengan model Kano, pengolahan matriks hubungan antara atribut

produk dengan karakteristik teknis dengan metode Analytical Hierarchy Process, pengolahan identifikasi perencanaan produk (product planning) dengan metode

Quality Function Deployment Fase I, pengolahan identifikasi perbaikan part (part deployment) dengan metode Quality Function Deployment Fase II, dan

pengolahan evaluasi proses produksi dan perbaikan dengan metode Design for

Manufacturing.

5.2.1. Klasifikasi Atribut Produk dalam Kategori Kano

Jawaban pertanyaan fungsional dan disfungsional yang disajikan pada Tabel 5.2 dan Tabel 5.3 dievaluasi dalam Tabel Kano supaya didapatkan kategori Kano untuk jawaban setiap atribut. Kriteria evaluasi Tabel Kano ditunjukkan oleh Tabel 5.15.

Tabel 5.15. Kriteria Evaluasi Kano

Customer

Requirements Disfungsional

Suka (S) Harus (H) Netral (N) Toleran (T) Tidak Suka (TS) F ung si o na

l Suka (S) Q A A A O

Harus (H) R I I I M

Netral (N) R I I I M

Toleran (T) R I I I M

Tidak Suka (TS) R R R R Q

A : Attractive quality O : One-dimensional quality M : Must-be quality

I : Indifferent quality R : Reverse quality Q : Questionable result

Sumber: Lee and Newcomb, 1997 dalam buku Customer Satisfaction Index: Methods for Measuring and Implementing Service Quality (Grigoroudis, 2010)


(40)

V-21

Contoh evaluasi Kano terhadap jawaban responden 1 (R1) untuk atribut 1 dengan jawaban fungsional S (Suka) dan jawaban disfungsional T (Toleran) adalah A. Proses evaluasi Kano jawaban responden 1 (R1) untuk atribut 1 ditunjukkan oleh Tabel 5.16.

Tabel 5.16. Proses Evaluasi Kano Responden 1 untuk Atribut 1

Customer

Requirements Disfungsional

Suka (S) Harus (H) Netral (N) Toleran (T) Tidak Suka (TS) F ung si o na

l Suka (S) Q A A A O

Harus (H) R I I I M

Netral (N) R I I I M

Toleran (T) R I I I M

Tidak Suka (TS) R R R R Q

Sumber: Pengolahan Data

Hasil evaluasi Kano untuk jawaban 61 responden terhadap ketujuh atribut ditunjukkan oleh Tabel 5.17.

Tabel 5.17. Hasil Evaluasi Kano

No HASIL EVALUASI KANO ATRIBUT KE-

1 2 3 4 5 6 7

R1 A A A A O O O

R2 A O A A A O M

R3 O A O M O O O

R4 A O Q O O O I

R5 O I A M A R A

R6 O O O A R O Q

R7 O A O O O O I

R8 O O O O O O I

R9 O O O M R O M

R10 O A O O R O I

R11 M A M O M O O

R12 M A Q I I O I

R13 O M O O I O I


(41)

V-38

model matematik dalam menentukan koefisien kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Nilai a menunjukkan gradien/ kemiringan dari persamaan tersebut9. Gradien ini menunjukkan perubahan tingkat kepuasan terhadap tingkat pemenuhan CR (customer requirement) sehingga jika a bernilai positif dan semakin besar, maka tingkat kepuasan semakin tinggi.

Hasil dari metode Kano menunjukkan bahwa atribut yang menjadi input ke QFD Fase I ditunjukkan oleh Tabel 5.30.

Tabel 5.30. Hasil Metode Kano

No Atribut Kategori Kano

1 Sarung tangan berbentuk berpasangan berpengaruh

terhadap proses produksi

A

2 Sarung tangan lebih tebal pada permukaan sisi jari

berpengaruh terhadap proses produksi

M

3 Sarung tangan memiliki variasi ukuran berpengaruh

terhadap proses produksi

O

4 Sarung tangan tahan terhadap sobekan berpengaruh

terhadap proses produksi

O

5 Sarung tangan dapat ditarik hingga perbesaran lima

kali berpengaruh terhadap proses produksi

O

6 Sarung tangan memiliki banyak tepung residu

berpengaruh terhadap proses produksi

O

Sumber: Pengolahan Data

5.2.2. Penentuan Tingkat Kepentingan Matriks Hubungan antara Atribut Produk dengan Karakteristik Teknis

Tingkat kepentingan matriks hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis diperoleh dari pembobotan AHP. Pengolahan pembobotan AHP dimulai dari langkah-langkah berikut:


(42)

V-46

Tabel 5.34. Rekapitulasi nilai CI dan CR Setiap Atribut (Lanjutan)

Atribut CI CR Keterangan

Sarung tangan dapat ditarik hingga perbesaran lima kali berpengaruh terhadap proses produksi

0.104 0.083 Konsisten

Sarung tangan memiliki banyak tepung residu berpengaruh terhadap proses produksi

0.095 0.076 Konsisten

Sumber: Pengolahan Data

Tabel 5.34 menunjukkan bahwa jawaban tingkat kepentingan untuk semua atribut memiliki jawaban yang konsisten sehingga jawaban tersebut dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Atribut “Sarung tangan memiliki variasi ukuran berpengaruh terhadap proses produksi” memiliki konsistensi yang tinggi karena nilai CR mendekati 0. Nilai tingkat hubungan antara atribut produk dengan karakteristik teknis ditunjukkan oleh Gambar 5.3.

K o m p o si si B ah an K ese su a ia n D im en si K et el it ia n P ro se s St ri ppi ng K eh an d al an P ro se s T um bl ing W akt u P ro du ks i B ia ya P rod uks i

Sarung tangan memiliki variasi ukuran berpengaruh terhadap proses produksi

0.30 0.23 0.07 0.07 0.13 0.20 Sarung tangan berbentuk berpasangan

berpengaruh terhadap proses produksi

0.07 0.12 0.08 0.05 0.42 0.26 Sarung tangan lebih tebal pada permukaan

sisi jari berpengaruh terhadap proses produksi

0.39 0.20 0.17 0.12 0.07 0.05 Sarung tangan tahan terhadap sobekan

berpengaruh terhadap proses produksi

0.11 0.06 0.24 0.19 0.10 0.30 Sarung tangan dapat ditarik hingga

perbesaran lima kali berpengaruh terhadap proses produksi

0.30 0.10 0.10 0.06 0.30 0.14

Sarung tangan memiliki banyak tepung residu berpengaruh terhadap proses produksi

0.15 0.04 0.13 0.35 0.07 0.26

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.3. Nilai Tingkat Hubungan antara Atribut Produk dengan Karakteristik Teknis


(43)

V-54

Sarung tangan berbentuk berpasangan berpengaruh terhadap proses produksi

Sarung tangan tahan terhadap sobekan berpengaruh terhadap proses produksi

Sarung tangan dapat ditarik hingga perbesaran lima kali berpengaruh terhadap proses produksi

0.12

0.07 0.08 0.05 0.42

0.04

0.15 0.13 0.35 0.07 0.20

0.39 0.17 0.12 0.07 0.23

0.30 0.07 0.07 0.13 0.06

0.11 0.24 0.19 0.10 0.10

0.30 0.10 0.06 0.30

Customer Requirement

12

21 13 14 20

3

4 3 3 4

14

19 14 14 19

Tingkat Kesulitan Derajat Kepentingan (%)

Perkiraan Biaya (%) Kategori Kano Attractive One-Dimensional Must Be Sales Point Customer Importance 0.26 1.5 0.26 1.2 0.05 1.0 0.20 1.2 0.30 1.2 0.14 1.2 4 5 4 3 4 4 4 20 20

= Hubungan positif kuat =4 = Hubungan positif sedang =3 = Hubungan negatif sedang =2 = Hubungan negatif kuat =1 = Hubungan tidak ada =0 ▄

Karakteristik Teknik

Sarung tangan memiliki variasi ukuran berpengaruh terhadap proses produksi

Sarung tangan lebih tebal pada permukaan sisi jari berpengaruh terhadap proses produksi

Sarung tangan memiliki banyak tepung residu berpengaruh terhadap proses produksi

Komposisi Bahan Kesesuaian Dimensi Kehandalan Proses

Tumbling

Waktu Produksi Biaya Produksi

Ketelitian Proses

Stripping

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.6. House of Quality dari QFD Fase I

Hasil dari QFD fase I menunjukkan bahwa karakteristik teknis dengan nilai tingkat kesulitan, derajat kepentingan, dan perkiraan biaya tertinggi ditunjukkan oleh Tabel 5.39.

Tabel 5.39. Hasil QFD Fase I No. Karakteristik

Teknis Tingkat Kesulitan Derajat Kepentingan (%) Perkiraan Biaya (%)

1. Komposisi Bahan 4 21 19

2. Waktu Produksi 4 20 19

3. Biaya Produksi 4 20 20


(44)

V-55

Karakteristik teknis tertinggi menunjukkan indikasi bahwa karakteristik teknis tersebut perlu diperhatikan untuk memenuhi customer requirement terhadap produk sarung tangan lateks untuk medis. Karakteristik teknis “Komposisi Bahan” menjadi faktor perhatian utama perbaikan rancangan produk dengan identifikasi perbaikan part melalui QFD Fase II. Karakteristik teknis “Waktu Produksi” dan “Biaya Produksi” menjadi faktor perhatian utama perbaikan proses produksi dengan Design for Manufacturing untuk evaluasi dan perbaikan proses produksi.

5.2.4. Penentuan Tingkat Kepentingan Hubungan antara Karakteristik Teknis dengan Part Kritis

Tingkat kepentingan matriks hubungan antara karakteristik teknis dengan

part kritis diperoleh dari pembobotan AHP. Pengolahan pembobotan AHP

dimulai dari langkah-langkah berikut: 1. Menggambar hierarki permasalahan.

Tingkat Kepentingan Karakteristik Teknis

Ketelitian Proses

Stripping

Komposisi Bahan

Kesesuaian

Dimensi Waktu Produksi Biaya Produksi

Kehandalan Proses Tumbling

Elastisitas Lateks

Bahan Kompon Lateks

Jumlah Kandungan Bubuk (Powder) Daya Tahan Lateks

terhadap Perubahan Suhu

Goal

Engineering characteristics

Critical part requirements

Densitas Larutan Koagulan

Sumber: Pengolahan Data


(45)

V-62

Tabel 5.43 menunjukkan bahwa jawaban tingkat kepentingan untuk semua atribut memiliki jawaban yang konsisten sehingga jawaban tersebut dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Karakteristik teknis “Kehandalan proses

tumbling” memiliki nilai CR terendah sehingga memiliki konsistensi yang tinggi

karena nilai CR mendekati 0. Nilai tingkat hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis ditunjukkan oleh Gambar 5.8.

E la st is it as L at ek s D ay a T ah an L at ek s te rha da p P er uba ha n S uh u B aha n K om p on L at eks D en si ta s L ar u ta n K o ag u la n Jum la h K and un ga n B ub uk (P ow de r)

Komposisi bahan 0.32 0.14 0.08 0.28 0.18

Kesesuaian dimensi 0.24 0.20 0.10 0.39 0.07

Ketelitian proses stripping 0.11 0.09 0.24 0.50 0.06

Kehandalan proses tumbling 0.07 0.15 0.15 0.23 0.40

Waktu produksi 0.18 0.33 0.28 0.12 0.09

Biaya produksi 0.20 0.35 0.32 0.08 0.05

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.8. Nilai Tingkat Hubungan antara Karakteristik Teknis dengan Part Kritis

Gambar 5.8 menunjukkan bahwa setiap karakteristik teknis memiliki part kritis dengan tingkat kepentingan (bobot) tertinggi. Part kritis yang penting untuk setiap atribut ditunjukkan oleh Tabel 5.44.


(46)

V-63

Tabel 5.44. Part Kritis Penting untuk Setiap Karakteristik Teknis

Karakteristik Teknis Part Kritis Bobot

Komposisi Bahan Elastisitas Lateks 0.32

Kesesuaian Dimensi Densitas Larutan Koagulan 0.39

Ketelitian Proses Stripping Densitas Larutan Koagulan 0.50

Kehandalan Proses Tumbling Jumlah Kandungan Bubuk (Powder) 0.40

Waktu Produksi Daya Tahan Lateks terhadap

Perubahan Suhu

0.33

Biaya Produksi Daya Tahan Lateks terhadap

Perubahan Suhu

0.35

Sumber: Pengolahan Data

5.2.5. Identifikasi Perbaikan Part

Identifikasi perbaikan part menggunakan metode QFD Fase II. Langkah-langkah pengolahan QFD Fase II adalah:

1. Penetapan Karakteristik Teknis. Data karakteristik teknis diperoleh dari QFD Fase I.

2. Penentuan derajat kepentingan karakteristik teknis. Data ini diperoleh dari QFD Fase I.

3. Identifikasi Part Kritis. Data part kritis diperoleh dari hasil wawancara dengan supervisor produksi PT. Shamrock Manufacturing Corpora.

4. Penetapan hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis. Data ini diperoleh dari pengolahan AHP untuk hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis.

5. Penentuan Technical Matrix. Technical matrix berisi ukuran kinerja dari QFD fase 2 yaitu column weight (importance rating) atau derajat kepentingan. Contoh perhitungan derajat kepentingan untuk part kritis “Elastisitas Lateks” adalah


(47)

V-64 % 19 % 100 24 . 101 ) 20 . 0 20 ( ... ) 24 . 0 12 ( 32 . 0 21 ( = × × + + × + × =

Data-data yang telah didapatkan pada langkah-langkah sebelumnya direkapitulasi dengan menggunakan matriks HOQ. QFD Fase II produk sarung tangan lateks untuk medis dapat dilihat pada Gambar 5.9.

E la st isi ta s L at ek s D ay a T ah an L at ek s t er h ad ap P er uba ha n S u hu B aha n K om p on L at eks D en si ta s L ar u ta n K o ag u la n Jum la h K and un ga n B ub uk (P ow de r)

Komposisi bahan 21 0.32 0.14 0.09 0.28 0.18

Kesesuaian dimensi 12 0.24 0.20 0.10 0.39 0.07

Ketelitian proses stripping 14 0.11 0.09 0.24 0.50 0.06

Kehandalan proses tumbling 14 0.07 0.15 0.14 0.23 0.40

Waktu produksi 20 0.18 0.33 0.28 0.13 0.09

Biaya produksi 20 0.20 0.36 0.32 0.08 0.05

Importance Rating 19 22 20 25 14

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.9. QFD Fase II Produk Sarung Tangan Lateks untuk Medis

Hasil dari QFD fase II menunjukkan bahwa part kritis yang perlu diperhatikan terkait dengan derajat kepentingan tertinggi ditunjukkan oleh Tabel 5.45.

Tabel 5.45. Hasil QFD Fase II

No. Part Kritis Derajat Kepentingan (%)

1. Densitas Larutan Koagulan 25

2. Daya Tahan Lateks terhadap Perubahan Suhu 22

3. Bahan Kompon Lateks 20

Sumber: Pengolahan Data

Karakteristik Teknis P a rt K rit is


(48)

V-74

5.2.8. Perbaikan Rancangan Proses Produksi dengan Design for Manufacturing

Design for Manufacturing (DFM) adalah proses secara proaktif dalam

merancang produk untuk13:

1. Mengoptimalkan seluruh fungsi manufaktur: fabrikasi, perakitan, uji, pengadaan, pengiriman, jasa, dan perbaikan.

2. Memastikan biaya, kualitas, kehandalan, kelengkapan, keamanan, waktu pemasaran, dan kepuasan pelanggan terbaik

3. Memastikan tidak ada ketidakmampuan produksi terhadap fungsionalitas,

styling, pengenalan produk baru, pengiriman produk, program perbaikan, atau

inisiasi strategis yang membuat proses produksi sulit untuk merespon kebutuhan produk.

Pada penelitian ini, penggunaan DFM difokuskan pada studi metode dan studi waktu sehingga didapatkan rancangan proses produksi yang optimal. David (2014) memaparkan terdapat 22 pedoman (guideline) DFM untuk produk fabrikasi. Dari 22 pedoman tersebut, terdapat 3 pedoman yang berkaitan dengan studi metode dan studi waktu yaitu:

1. Pilih bahan untuk meminimalkan biaya total dengan memperhatikan

post-processing.

2. Hindari terlalu banyak operasi dalam satu part. 3. Pilih proses yang optimal.

13

David M. Anderson, 2014, Design for Manufacturability: How to Use Concurrent Engineering to Rapidly Develop Low-Cost, High-Quality Products for Lean Production (Florida: CRC Press), h. 3.


(49)

V-75

DFM bertujuan untuk menghasilkan produk dengan biaya yang minimum dan kualitas yang tinggi (low cost, high quality). Berdasarkan hasil pengolahan QFD fase I, karakteristik teknis yang perlu diperbaiki adalah komposisi bahan, waktu produksi, dan biaya produksi. Hasil dari QFD fase II menunjukkan bahwa

part kritis yang perlu diperbaiki adalah densitas larutan koagulan, daya tahan

lateks terhadap perubahan suhu, dan bahan kompon lateks. Kesimpulan dari hasil QFD untuk perbaikan menggunakan DFM adalah dibutuhkannya analisa terhadap bahan penyusun produk dan proses produksinya sehingga didapatkan penyelesaian masalah terhadap mutu produk yang diinginkan konsumen. Oleh karena itu, pengolahan DFM akan dimulai dengan menganalisa struktur produk dan operation chart lalu menghitung biaya manufaktur awal, mengurangi biaya komponen, mengurangi biaya produksi, mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM terhadap faktor lain, dan menghitung ulang biaya manufaktur.

5.2.8.1. Menghitung Biaya Manufaktur Awal

Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan untuk proses pembuangan output yang dihasilkan oleh sistem. Biaya manufaktur terdiri atas biaya komponen, biaya perakitan dan biaya penunjang lainnya. Perkiraan biaya manufaktur untuk produk sarung tangan lateks untuk medis dibatasi dengan menggunakan biaya komponen dan biaya produksi yang ada pada proses produksi sarung tangan lateks untuk medis.


(50)

(51)

VI-1

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Klasifikasi Atribut Produk dalam Kategori Kano 6.1.1. Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner kano disebarkan kepada 61 responden perawat rumah sakit dengan terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas yang dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel 6.1. Hasil Perhitungan Validitas Model Kano Atribut Koef. Korelasi r Tabel N Keterangan

1 0.636 0.2521 61 Valid

2 0.445 0.2521 61 Valid

3 0.753 0.2521 61 Valid

4 0.510 0.2521 61 Valid

5 0.544 0.2521 61 Valid

6 0.563 0.2521 61 Valid

7 0.532 0.2521 61 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Nilai koefisien korelasi product moment untuk semua atribut desain berada di atas 0.2521, maka dapat disimpulkan bahwa atribut- atribut pertanyaan pada kuesioner adalah valid atau dengan kata lain terdapat korelasi jawaban antar responden sehingga jawaban tersebut dapat dipercaya.

Nilai reliabilitas yang didapatkan adalah sebesar 0.634. Dari tabel kritis koefisien korelasi r Pearson untuk taraf signifikan 5%, dengan jumlah responden 61 diperoleh nilai kritis sebesar 0.2521. Nilai r hitung > r tabel, maka data


(52)

VI-2

dinyatakan reliabel sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner kano dapat memiliki konsistensi internal yang cukup baik dan data yang konsisten.

6.1.2. Analisis Penentuan Kategori Kano

Berdasarkan nilai yang diberikan oleh konsumen didapatkan kategori terpilih metode Kano. Pemetaan Kategori Kano Tiap Atribut dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Tabel 6.2. Pemetaan Kategori Kano Tiap Atribut

No Atribut Kategori Kano

1 Sarung tangan memiliki variasi ukuran O

2 Sarung tangan berbentuk berpasangan A

3 Sarung tangan lebih tebal pada permukaan sisi jari M 4 Sarung tangan tahan terhadap sobekan O 5 Sarung tangan dapat ditarik hingga perbesaran lima

kali O

6 Sarung tangan memiliki banyak tepung residu O 7 Sarung tangan memiliki kandungan protein tanpa

menyebabkan alergi I

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Hasil pemetaan kategori Kano menunjukkan terdapat 1 atribut tergolong ke kategori I yaitu “Sarung tangan memiliki kandungan protein tanpa menyebabkan alergi”. Atribut kategori I berarti bahwa atribut ini memiliki pengaruh yang rendah terhadap kepuasan konsumen sehingga dapat diabaikan dalam perancangan produk1.

Perbandingan hasil atribut kategori Kano terhadap atribut aktual ditunjukkan oleh Tabel 6.3.

1

Ping Ji et. al, 2014, Quantification and integration of Kano’s model into QFD for optimizing product design, International Journal of Production Research, Vol. 52, No. 21, p. 6344.


(53)

VI-6

6.3.2. Analisis Ukuran Kinerja pada QFD Fase I

Ukuran kinerja kinerja berupa tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya ditentukan berdasarkan karakteristik teknis produk. Hasil ukuran kinerja berupa tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya dapat dilihat pada Gambar 6.1.

Sarung tangan berbentuk berpasangan berpengaruh terhadap proses produksi

Sarung tangan tahan terhadap sobekan berpengaruh terhadap proses produksi

Sarung tangan dapat ditarik hingga perbesaran lima kali berpengaruh terhadap proses produksi

0.12

0.07 0.080.05 0.42

0.04

0.15 0.130.35 0.07 0.20

0.39 0.170.12 0.07 0.23

0.30 0.070.07 0.13 0.06

0.11 0.240.19 0.10 0.10

0.30 0.100.06 0.30

Customer Requirement

12

21 13 14 20 3

4 3 3 4

14

19 14 14 19 Tingkat Kesulitan

Derajat Kepentingan (%) Perkiraan Biaya (%)

Kategori Kano Attractive One-Dimensional Must Be Sales Point Customer Importance 0.26 1.5 0.26 1.2 0.05 1.0 0.20 1.2 0.30 1.2 0.14 1.2 4 5 4 3 4 4 4 20 20

= Hubungan positif kuat =4 = Hubungan positif sedang =3 = Hubungan negatif sedang =2 = Hubungan negatif kuat =1 = Hubungan tidak ada =0 ▄

Karakteristik Teknik

Sarung tangan memiliki variasi ukuran berpengaruh terhadap proses produksi Sarung tangan lebih tebal pada permukaan sisi jari berpengaruh terhadap proses produksi

Sarung tangan memiliki banyak tepung residu berpengaruh terhadap proses produksi

Komposisi Bahan Kesesuaian Dimensi Kehandalan Proses

Tumbling

Waktu Produksi Biaya Produksi

Ketelitian Proses

Stripping

Sumber: Hasil pengolahan data

Gambar 6.1. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan dan Perkiraan Biaya QFD Fase I

Karakteristik teknis yang memiliki tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi yang menjadi ukuran kinerja perbaikan5. Tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi adalah komposisi

5

Ronald G Day, 1993, Quality Function Deployment Linking A Company with Its Customers (Wisconsin : ASQC Quality Press), h. 93.


(54)

VI-7

bahan, waktu produksi dan biaya produksi. Seluruh karakteristik teknis tersebut nantinya akan digunakan sebagai input pada QFD Fase II.

6.4. Analisis Tingkat Kepentingan Matriks Hubungan antara Karakteristik Teknis dengan Part Kritis

Tingkat kepentingan matriks hubungan antara karakteristik teknis dengan

part kritis ditentukan oleh metode AHP. Hasil pengujian konsistensi

menunjukkan bahwa penilaian tingkat kepentingan tersebut konsisten. Hasil penilaian tingkat kepentingan hubungan antara karakteristik teknis dengan part kritis ditunjukkan oleh Tabel 6.7.

Tabel 6.7. Hasil Penilaian Tingkat Kepentingan Part Kritis untuk tiap Karakteristik Teknis

Karakteristik Teknis Part Kritis Bobot

Komposisi Bahan Elastisitas Lateks 0.32

Kesesuaian Dimensi Densitas Larutan Koagulan 0.39

Ketelitian Proses Stripping Densitas Larutan Koagulan 0.50

Kehandalan Proses Tumbling Jumlah Kandungan Bubuk (Powder) 0.40

Waktu Produksi Daya Tahan Lateks terhadap

Perubahan Suhu

0.33

Biaya Produksi Daya Tahan Lateks terhadap

Perubahan Suhu

0.35

Sumber: Hasil Pengolahan Data

6.5. Analisis Identifikasi Perbaikan Part 6.5.1. Analisis Part Kritis

Karakteristik teknis dari QFD fase I akan menjadi input kolom “whats” matriks QFD fase II. Kolom “hows” matriks Design Deployment merupakan part kritis yang mempengaruhi mutu produk sarung tangan. Part kritis adalah


(55)

VI-8

karakteristik part atau bahan yang paling utama dalam proses produksi sarung tangan. Penentuan part kritis dilaksanakan dengan melakukan wawancara dengan pihak manajemen perusahaan.

6.5.2. Analisis Ukuran Kinerja pada QFD Fase II

Perhitungan ukuran kinerja karakteristik part QFD fase II ditujukan untuk memperoleh nilai derajat kepentingan. Hasil yang diperoleh untuk nilai ukuran kinerja berupa derajat kepentingan dapat dilihat pada Gambar 6.2.

E la st isi ta s L at ek s D ay a T ah an L at ek s t er h ad ap P er uba ha n S u hu B aha n K om p on L at eks D en si ta s L ar u ta n K o ag u la n Jum la h K and un ga n B ub uk (P ow de r)

Komposisi bahan 21 0.32 0.14 0.09 0.28 0.18

Kesesuaian dimensi 12 0.24 0.20 0.10 0.39 0.07

Ketelitian proses stripping 14 0.11 0.09 0.24 0.50 0.06

Kehandalan proses tumbling 14 0.07 0.15 0.14 0.23 0.40

Waktu produksi 20 0.18 0.33 0.28 0.13 0.09

Biaya produksi 20 0.20 0.36 0.32 0.08 0.05

Importance Rating 19 22 20 25 14

Sumber: Hasil pengolahan data

Gambar 6.2. QFD Fase II Produk Sarung Tangan

Kesimpulan yang diperoleh dari Gambar 6.2. yaitu part yang paling penting untuk segera diperbaiki adalah densitas larutan koagulan, daya tahan lateks terhadap perubahan suhu dan bahan kompon lateks yang memiliki derajat kepentingan tertinggi (Ronald G. Day, 1993).

Karakteristik Teknis P a rt K rit is


(56)

VI-14

6.6.5. Hasil Perbaikan Proses Produksi

Perbaikan proses produksi menghasilkan SOP urutan produksi yang ditunjukkan oleh Gambar 6.3.

NH3 dilarutkan dalam lateks alami

nBA ditambahkan ke campuran NH3 dan lateks alami menjadi kompon lateks

Kompon lateks diiradiasi dengan berkas elektron

TiO2 dan KOH dilarutkan ke kompon lateks hasil iradiasi berkas elektron

Mold dicelupkan ke bak lateks

Kompon lateks dialirkan ke bak lateks

Mold hasil celupan lateks dikeringkan

pada suhu 200-300 oC

Mold dengan lapisan lateks dicuci

dalam bak air pada suhu 45-65 oC

Mold hasil celupan lateks dikeringkan

pada suhu 100-150 oC Lateks alami, NH3, nBA,

TiO2, KOH, Powder

Lapisan lateks pada mold digulung pergelangan tangannya menjadi sarung

tangan

Sarung tangan dimatangkan pada suhu 100-150 oC

Sarung tangan dicelupkan ke bak

powdering

Sarung tangan dikeringkan

Sarung tangan dicabut dari mold secara manual

Sarung tangan dicuci untuk mengurangi kadar tepung

Sarung tangan dikeringkan dengan mesin tumble dryer pada suhu 70oC

Sarung tangan diperiksa dengan tes angin

Sarung tangan A

A

Sumber: Hasil Pengolahan Data


(57)

(58)

VII-1

BAB VII

KESIMPULAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Atribut produk sarung tangan yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan berdasarkan model Kano adalah sarung tangan berbentuk berpasangan dan sarung tangan lebih tebal pada permukaan sisi jari sehingga atribut ini perlu diperhatikan untuk perbaikan sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.

2. Tingkat kepentingan atribut produk terhadap karakteristik teknis dengan metode AHP menunjukkan bahwa atribut “Sarung tangan berbentuk berpasangan berpengaruh terhadap proses produksi” memiliki bobot karakteristik teknis tertinggi pada waktu produksi dan atribut “Sarung tangan lebih tebal pada permukaan sisi jari berpengaruh terhadap proses produksi” memiliki bobot karakteristik teknis tertinggi pada komposisi bahan.

3. Karakteristik teknis untuk perbaikan atribut produk dengan tingkat kesulitan, derajat kepentingan dan perkiraan biaya tertinggi adalah komposisi bahan, waktu produksi dan biaya produksi. Karakteristik teknis tertinggi tersebut perlu dianalisis lebih lanjut dengan supaya didapatkan rancangan perbaikan. 4. Tingkat kepentingan karakteristik teknis terhadap part kritis dengan metode


(59)

VII-2

bobot part kritis tertinggi pada elastisitas lateks dan karakteristik teknis “Waktu produksi” dan “Biaya produksi” memiliki bobot part kritis tertinggi pada daya tahan lateks terhadap perubahan suhu.

5. Hasil identifikasi part kritis untuk perbaikan proses produksi adalah densitas larutan koagulan, daya tahan lateks terhadap perubahan suhu dan bahan kompon lateks.

6. Perbaikan rancangan proses produksi dengan metode Design for

Manufacturing adalah mengganti vulkanisasi sulfur menjadi vulkanisasi

iradiasi sehingga mengurangi 3 komponen penyusun produk pada struktur produk dan mempersingkat proses produksi 51 jam dengan pengurangan 1 elemen operasi pada operation chart sehingga DFM dapat menghasilkan produk yang maksimum dengan proses produksi yang optimum.

7. Hasil evaluasi terhadap rancangan proses produksi sarung tangan lateks untuk medis saat ini adalah penggunaan bahan vulkanisasi sulfur sehingga proses produksi tidak optimum sehingga dilakukan perbaikan terhadap rancangan proses produksi dengan mengganti metode vulkanisasi sulfur menjadi vulkanisasi iradiasi melalui pergantian komponen sulfur, ZnO, dan ZDBC menjadi nBA serta CaCO3 dan Ca(NO3)2 menjadi NH3.

7.2. Saran

Saran dari hasil penelitian tugas sarjana ini adalah:

1. PT. Shamrock Manufacturing Corpora dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk menyederhanakan proses produksi dan mengurangi


(60)

VII-3

penggunaan bahan kimia yang justru menurunkan kinerja produk sarung tangan lateks untuk medis. Namun demikian, perusahaan disarankan untuk melakukan perhitungan studi kelayakan terhadap investasi alat berkas elektron terlebih dahulu.

2. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan analisis Kano dengan mempertimbangkan adjustment factor pada integrasi antara Kano dan QFD fase I.

3. Penelitian selanjutnya disarankan menggunakan metode pembobotan tingkat kepentingan ANP pada matriks hubungan di QFD fase I dan QFD fase II.


(61)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

PT. Eka Wira melakukan perubahan nama pada akhir tahun 2001 untuk mempermudah pelanggan dalam mengingat nama (brand image) perusahaan menjadi PT. Shamrock Manufacturing Corpora (PT. SMC) dengan Akte No. 22. PT. SMC memiliki 3 pabrik yang beroperasi di Pulau Sumatera dan Jawa. Lokasi pabrik di Sumatera Utara terletak di Jalan Raya Medan, Namorambe pasar IV Kabupaten Deli Serdang. Kantor pemasaran PT. SMC berada di Jalan Pemuda No. 11 Medan. Perusahaan ini sudah berdiri sejak tahun 1989.

PT. SMC memproduksi sarung tangan dengan kapasitas produksi pada tahun 1991 mencapai 73440 pasang/tahun dengan jumlah tenaga kerja mencapai 250 orang. Mulai tahun 1993 perusahaan melakukan perluasan hingga akhir tahun 2003 kapasitas produksi menjadi sebesar 1 miliar pasang/ tahun dengan tenaga kerja lokal sebanyak ± 1000 orang dan menggunakan tenaga kerja asing (tenaga ahli) 1 orang.

Perkebunan PT. SMC berada di wilayah Sumatera Utara. PT. SMC menanam ratusan ribu pohon karet di perkebunan sendiri untuk menghasilkan kualitas karet alami yang sesuai standar mutu. Para pekerja di perkebunan menyadap, mengumpulkan, memisahkan (dengan sentrifugasi), dan menggabungkan karet alami tersebut untuk memproduksi cairan yang digunakan


(62)

II-2

pada pembuatan sarung tangan karet. Seluruh proses mulai berasal dari pohon karet hingga proses manufaktur sarung tangan dikendalikan oleh PT. SMC.

Pada saat ini perusahaan beroperasi di atas tanah dengan luas ± 3 hektar, yang diatasnya terdiri atas beberapa gedung dengan mesin produksi sarung tangan dan beberapa gedung penyimpanan hasil produksi serta tangki lateks.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. SMC memproduksi sarung tangan medis, sarung tangan industri, dan sarung tangan steril dengan pilihan bahan karet alami dan karet sintetik.

2.3. Organisasi dan Manajemen

PT. SMC memiliki bentuk organisasi yaitu lini (garis) dan fungsional. Bentuk atau hubungan garis ditunjukkan dengan adanya spesialisasi atau pembagian tugas setiap unit organisasi (departemen) sehingga pelimpahan wewenang dari pimpinan dalam bidang pekerjaan tertentu dapat langsung dilimpahkan kepada departemen yang menangani pekerjaan tersebut. Hubungan lini pada organisasi PT. SMC adalah managing director dengan general manager dan asisten general manager. Hubungan fungsional dijumpai pada hubungan QC dan packing manager, dengan production manager, logistic/store manager, manajemen representatif, QA manager, purchasing manager, ekspor- impor

manager, accounting manager dan HRD/Adm manager. Struktur organisasi PT


(63)

Managing Director General Manager Assistant Control Manager QC & Packing Manager Product Design Manager Production Manager Quality Assurance Manager Logistic/ Store Manager Purchasing Manager Export-Import Manager Accounting Manager Production Ast Manager Maintenance supervisor

HRD / ADM Manager QC & Packing Manager QC Supervisor Packing Supervisor Production Manager Pproduct Design Supervisor Electric & Civil Manager Electric & Civil Manager Quality Assurance Manager Electric & Civil Manager Staff Logistic / Store Staff Purchasing Staff import-Eksport Staff

Accounting Staff HRD Staff ADM Staff Staff Staff Staff Staff Staff Staff

Marketing

Staff Marketing

Sumber: PT. Shamrock Manufacturing Corpora

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT Shamrock Manufacturing Corpora

II


(1)

xxiii

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR

HALAMAN

5.3. Nilai Tingkat Hubungan antara Atribut Produk

dengan Karakteristik Teknis ... V-46 5.4. Hubungan antar Karakteristik Teknik Produk Sarung

Tangan Lateks untuk Medis ... V-49 5.5. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan

dan Perkiraan Biaya ... V-53 5.6. House of Quality dari QFD Fase I ... V-54 5.7. Struktur Hierarki Tingkat Kepentingan Part Kritis .... V-55 5.8. Nilai Tingkat Hubungan antara Karakteristik Teknis

dengan Part Kritis ... V-62 5.9. QFD Fase II Produk Sarung Tangan Lateks untuk

Medis ... V-64 5.10. Peta Kontrol Waktu Siklus Elemen Kegiatan 20 ... V-66 5.11. Struktur Produk Awal ... V-80 5.12. Struktur Produk Usulan ... V-85 5.13. Operation Chart Awal Sarung Tangan Lateks untuk

Medis ... V-86 5.14. Operation Chart Usulan Sarung Tangan Lateks

untuk Medis ... V-90


(2)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR

HALAMAN

6.1. Penentuan Tingkat Kesulitan, Derajat Kepentingan

dan Perkiraan Biaya QFD Fase I ... VI-6 6.2. QFD Fase II Produk Sarung Tangan ... VI-8 6.3. SOP Proses Produksi Sarung Tangan Lateks Usulan . VI-14


(3)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

L-1 Kuesioner Keluhan dan Kuesioner Terbuka L-2 Kuesioner Penilaian Kano

L-3 Kuesioner Penentuan Karakteristik Teknis Produk Sarung Tangan Lateks untuk Medis dan Tingkat Hubungan Matriks antar Karakteristik Teknis

L-4 Kuesioner Penentuan Tingkat Kepentingan Hubungan antara Atribut Produk Sarung Tangan Karet Medis dan Karakteristik Teknis untuk

Quality Function Deployment Fase I

L-5 Kuesioner Penentuan Part Kritis Produk Sarung Tangan Lateks untuk Medis

L-6 Kuesioner Penentuan Tingkat Kepentingan Hubungan antara Karakteristik Teknis Produk Sarung Tangan Karet Medis dan

Part Kritis untuk Quality Function Deployment Fase II

L-7 Tabel Distribusi Normal L-8 Tabel r Product Moment

L-9 Penyesuaian Menurut Westinghouse

L-10 Besar Allowance yang Diberikan Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh

L-11 Surat Permohonan Tugas Sarjana


(4)

DAFTAR LAMPIRAN (LANJUTAN)

LAMPIRAN

L-12 Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di PT. Shamrock Manufacturing Corpora

L-13 Surat Balasan Izin Pelaksanaan Riset Tugas Sarjana di PT. Shamrock Manufacturing Corpora

L-14 Surat Permohonan Bantuan Data di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

L-15 Surat Balasan Selesai Penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

L-16 Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa L-17 Form Asistensi Dosen Pembimbing I L-18 Form Asistensi Dosen Pembimbing II


(5)

ABSTRAK

Sarung tangan adalah alat pelindung diri bagi perawat dalam tindakan medis yang berperan penting dalam mencegah penyebaran virus dan bakteri. PT. Shamrock Manufacturing Corpora adalah perusahaan yang memproduksi sarung tangan lateks untuk medis yang mengalami penurunan permintaan selama tahun 2014-2015. Penurunan permintaan bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti meningkatnya persaingan perusahaan, produk yang tidak sesuai keinginan konsumen, dan sebagainya. Studi pendahuluan terhadap perawat menunjukkan terdapat keluhan terhadap atribut produk sarung tangan. Keluhan tersebut diperbaiki dengan perancangan proses produksi untuk mengakomodasi rancangan produk supaya dapat mengevaluasi dan memperbaiki proses produksi sarung tangan. Perancangan proses produksi dimulai dengan mengaplikasikan metode Kano yang menghasilkan atribut bentuk dan ketebalan permukaan untuk peningkatan kepuasan. Selanjutnya aplikasi metode AHP menghasilkan karakteristik teknis penting yaitu waktu produksi dan komposisi bahan dengan semua penilaian konsisten karena nilai CR ≤0.1. Hasil Kano dan AHP menjadi masukan ke QFD Fase I menghasilkan perbaikan karakteristik teknis yaitu komposisi bahan, waktu produksi dan biaya produksi dengan tingkat kesulitan bernilai 4 yang tergolong sulit. Kemudian aplikasi metode AHP menghasilkan

part kritis penting yaitu elastisitas lateks dan daya tahan lateks terhadap

perubahan suhu. Karakteristik teknis dan AHP menjadi masukan ke QFD Fase II yang menghasilkan part kritis terpilih yaitu densitas larutan koagulan, daya tahan lateks terhadap perubahan suhu, dan bahan kompon lateks perlu dievaluasi dalam proses produksi. Evaluasi dengan DFM menunjukkan perbaikan proses vulkanisasi sulfur pada rancangan proses produksi yang belum optimum sehingga diperbaiki menjadi vulkanisasi iradiasi menghasilkan pengurangan 3 komponen bahan baku dan 1 elemen operasi.

Kata kunci: Kano, AHP, QFD, DFM, Sarung Tangan, Proses Produksi


(6)