Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan pada masa kini merupakan industri jasa kesehatan yang dibutuhkan oleh semua orang. Rumah sakit merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab memberikan pelayanan jasa kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai -nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Kretartho Gunarsa, 1995 menegaskan bahwa kualitas pela yanan menjadi faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup sebuah rumah sakit karena baik buruknya penilaian masyarakat terhadap sebuah rumah sakit didasarkan pada kualitas pelayanan yang diberikan. Topik yang penting dan banyak dibahas dalam perawatan dan pelayanan kesehatan adalah interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan. Sifat hubungan ini sangat penting karena merupakan faktor utama yang menentukkan hasil konsultasi medis, seperti rasa puas pasien, ketaatan aturan medis dan hasil kesehatannya Smet, 1994. Salah satu faktor yang terpenting dalam memberikan kepuasan terhadap konsultasi medis adalah komunikasi antar tenaga kesehatan dan pasien Smet, 1994. Smet 1994 mengemukakan bahwa para ahli pelayanan medis atau tenaga kesehatan yang dimaksud dalam konteks pelayanan di rumah sakit adalah dokter, 2 perawat, paramedis, apoteker, dan psikolog. Masing-masing tenaga kesehatan mempunyai tugas dan bentuk pelayanan yang berbeda -beda. Salah satu profesi atau tenaga kesehatan yang disoroti oleh banyak pihak dalam pelayanan di rumah sakit adalah perawat. Perawat merupakan tulang punggung dan ujung tombak pelayanan yang ikut menentukan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Tugas pokok seorang perawat adalah mempercepat proses penyembuhan Gunarsa,1995. Berdasarkan intensitas dan durasi waktu, perawat adalah tenaga kesehatan yang paling intens dan lama dalam memberikan pelayanan dan berkomunikasi dengan pasi en. Perhatian perawat tidak saja berpusat pada fungsi biologis pasien, namun meluas pada as pek psikososial pasien sebagai individu Corbet, dalam Ellis dkk, 1995. Tim Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus Prabowo,2000 menyatakan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan pendekatan terencana yang dipakai dengan sadar untuk m empengaruhi pasien dalam mencapai kesejahtera annya atau kesembuhan. Masalah komunikasi yang harus diperhatikan dalam pemberian pelayanan kesehatan MacLeod Clark dalam Abraham, 1997. Seorang pasein merasa nyaman atau tidak dengan pelayanan yang diberikan, ditentukan oleh kemampuan perawat dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasien. Perawat yang mempunyai kemampuan berkomunikasi dapat membantu perawat dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebu tuhan tersebut Purwanto, 1994. Namun, kurang berkembangnya kemampuan 3 interpersonal yang dimiliki oleh perawat menyebabkan komunikasi kurang efektif. Permasalahan ini yang sering muncul dalam hubungan interpersonal antara perawat dan pasien. Masih banyak keluhan dari pasien maupun keluarga pasien terhadap tenaga kesehatan berkaitan dengan kurangnya informasi yang diberikan dan kurangnya keterbukaan terhadap masalah kesehatan pasien. Para pasien dan keluarganya merasa tidak tahu apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan saat menjalani perawatan, pasien pun tidak tahu secara pasti mengenai kondisi kesehatannya dan tidak adanya kesempatan yang diberikan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam percakapan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya. Perawat cenderung lebih fokus terhadap tugasnya daripada mengenali kecemasan dan pandangan -pandangan pasien Ellis dkk, 1995. Perawat kurang terbuka dan jujur mengenai perasaan, pikiran maupun ide -idenya terhadap pasien. Adanya ketakutan perawat untuk menolak permintaan pasien dan bersikap tegas terhadap pasien karena takut menyinggung perasaan pasien. Kurangnya keterbukaan perawat terhadap pasien, akan menyebabkan ketidaknyaman antara perawat dan pasien serta dapat menimbulkan ketidakpuasan, kekecewaan dan kepercayaan yang rendah dari para pasien terhadap perawat. Permasalahan ini, menuntut perawat untuk dapat melakukan pelayanan yang maksimal terhadap pasiennya dengan meningkatkan kemampuan interpersonalnya dalam berinteraksi. Perawat harus dapat meng ungkapkan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan ide-idenya pada pasien tanpa menyakiti 4 perasaan pasien. Salah satu kemampuan interpersonal seorang perawat yang harus dikembangkan adalah kemampuan berperilaku asertif Prabowo, 2002. Perilaku asertif akan muncul pada saat orang melakukan hubungan i nterpersonal dengan orang lain, terutama dalam konteks komunikasi Sheridan Radmacher, 1992. Kemampuan seseorang dalam berperilaku asertif sangat berguna sekali dalam mengatasi berbagai permasalahan yang lebih menyangkut hubungan interpersonal. Seseorang akan lebih mampu untuk mengatakan tidak untuk hal -hal yang bersifat negatif dan tidak diinginkan, bereaksi secara positif serta mampu mengekspresikan emosinya secara benar tanpa harus menjadi agresif Heiberg dan Montmogeri dalam Santosa, 1999. Orang asertif mempunyai ciri utama yaitu mampu mengekspresikan haknya tanpa mengganggu orang lain. Perilaku asertif yang dimaksud berarti, bahwa orang tersebut mempunyai self-respect, toleran, mampu mempercayai orang lain seperti orang lain mempercayai dan menyukainya, mampu menghormati orang lain, dan bertanggung jawab Townend, 1993. Adams 1995 menyatakan bahwa bersikap asertif membutuhkan keterbukaan terhadap dir i sendiri secara j ujur sehingga mampu berkomunikasi secara terbuka dan mengekspresikan perasaanya secara langsung tanpa perasaan cemas. Kemampuan perilaku asertif seseorang dapat membantu dalam menyelesaikan perma salahan yang sedang dihadapinya, karena kemampuan berperilaku asertif memungkinkan seseorang untuk mengemukakan apa yang diinginkannya secara langsung dimana hal tersebut akan membuat orang memberi 5 penilaian positif Alberti Emmons, 2002. Perilaku asertif dapat membuat seseorang lebih mampu mengekspresikan ide -ide yang ada dalam pikiranya sehingga jika mengalami suatu hambatan dalam pekerjaan dapat menyelesaikannya. Ide -ide tersebut yang membantu dalam menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi. Dengan sikap asertif membuat orang lain mendapat gambaran jelas mengenai perasaan dan keinginan kita serta tetap merasa dihormati dan dihargai Adams, 1995. Seorang perawat yang mempunyai kemampuan berperilaku asertif, ditunjukkan dengan sikap tegas, tidak ragu-ragu dalam melaksanakan dan memenuhi kebutuhan pasien Gunarsa, 1995. Perawat secara terbuka mengemukakan ide -ide maupun pikirannya kepada pasien berkaitan dengan masalah kesehatan pasien serta tidak ada kecemasan ketika menegur pasien yang tidak mau mengikuti prosedur dari dokter. Sikap perawat yang terbuka akan mendapat respon yang positif dari pasien , karena semakin positif dan asertif pendekatan seseorang terhadap orang lain maka akan semakin positif dan asertif pula respon yang mungkin diterimanya Alberti Emmons, 2002. Hal ini akan menciptakan kondisi kerja atau lingkungan yang men dukung dalam pelaksanaan tugas perawat. Seorang perawat yang terbuka selama menjalankan tugasnya di ruang rawat inap dapat memberikan keuntungan terhadap pasien maupun terhadap perawat sendiri, untuk menunjukkan seberapa b anyak perawat memahami perasaan dan pikiran pasien Smet, 1995. Hal tersebut dapat membangkitkan 6 pasien untuk jujur, terus terang, tidak khawatir ataupun memahami tentang tujuan terapinya. Pasien yang terdorong melalui komunikas i yang terbuka tidak akan kehilangan kebebasannya, pasien akan merasa bebas untuk mengekspresikan perasaannya dan menghargai perawat sehingga menjadikan perawat sebagai nara sumber yang dapat dipercaya oleh pasiennya Abraham, 1997. Dalam hubungan ini, maka pihak yang satu merasa nyaman dan pihak lain juga merasa nyaman Townend, 1993. Hal ini menciptakan komunikasi yang asertif akan efektif karena adanya kenyamanan bagi pihak perawat maupun pasien selama melakukan interaksi. Sebaliknya, seseorang yang t idak asertif berarti tidak mampu menyatakan pikiran, perasaan, kebutuhan, keinginan, pendapat kepada orang lain dan tidak mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan kurang menghargai pribadi lain Adams, 1995. Hal ini akan menyebabkan pasien menjad i bingung karena tidak tahu apa yang harus dilakukan dan pasien menjadi tidak percaya terhadap pelayanan yang diberikan oleh perawat. Kurangnya keterbukaan perawat menyebabkan p asien menjadi tidak nyaman ketika menjalani perawatan dan secara psikis pasien menjadi tertekan. Perawat pun merasa tidak nyaman dengan sikap yang ditunjukkan pasien sehingga komunikasi antara perawat dan pasien tidak efektif. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti melihat bahwa keterbukaan, ketegasan, kejujuran, ketulusan, self respect, mempertahankan hak tanpa menyakiti orang lain sangat penting dimiliki oleh para perawat untuk mendasari 7 seseorang dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, teruta ma pasien. Kemampuan asertif perawat dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapinya dan dapat memberikan kenyamanan bagi pihak pasien maupun perawat sendiri. Melalui penelitian ini, peneliti ingin mencari gambaran lebih lanjut mengenai perilaku asertif yang dimiliki oleh perawat pada saat menjalankan tugasnya di bagian rawat inap rumah sakit.

B. Rumusan Masalah