29
perawat yang memiliki sikap sopan santun. Pasti akan berhasil dan menjadi perawat yang menjadi teladan bagi teman -teman sejawatnya.
m. Keramahan, simpati, dan kerjasama
Pada umumnya diharapkan dapat menunjukkan perhatian, minat, simpati terhadap peristiwa -peristiwa yang dialami. Keberhasilan dan
kebahagian hidup kita bersandar pada kehidupan bersama dengan orang lain yang bersedia dan mampu berk erjasama, dimana sikap kooperatif disertai
dengan sikap yang jujur. Gunarso 1995 menjelaskan bahwa pada umumnya seorang perawat
akan disenangi oleh pasien apabila: a.
Perawat nampak bertingkah laku sederhana dengan cara berbicara yang biasa. b.
Perawat ramah dan mudah tersenyum. c.
Perawat memperlihatkan sikap menaruh minat, mendengarkan, dengan penuh perhatian apa yang dikemukakan atau dikeluhkan pasien.
C. Perilaku Asertif Perawat di Rumah sakit
Perawat adalah ujung tombak dari pelayanan rumah sakit. Perawat memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk mengambil langkah -langkah
yang diperlukan guna kesembuhan pasien Wahyuni, 2004. Kemampuan seorang perawat berkomunikasi dengan klien dan tenaga kesehatan lain merupakan hal
yang mendasar dan penting b agi penyelenggaraan proses keperawatan Tamsuri, 2006. Interaksi antara perawat dan pasien merupakan faktor utama karena yang
30
menentukkan hasil konsultasi medis, seperti rasa puas pasien, ketaatan aturan medis, dan hasil kesehatan Smet, 1994. Terutama perawat yang bertugas di
ruang inap, Amriyati 2003 menyatakan bahwa perawat harus berada di dekat pasien selama 24 jam untuk membantu kebutuhan pasien yang tidak dapat
dipenuhi sendiri selama sakit. Perawat harus bisa mendengarkan pasien sepenuhnya sehingga pasien
menjadi sadar bahwa perawat memahami perasaannya, menerima haknya untuk membuat keputusan dan membantu pasien untuk mengembangkan strategi -
strategi terhadap perubahan yang positif Autheir, dalam Ellis, 2000. Pasien yang terdorong melalui komunikasi terbuka tidak akan kehilangan kebebasannya tetapi
mereka mendapatkan kebebasan untuk menghargai pandangan dan cara -cara baru Abraham, 1997. Pandangan terhadap perawat berubah setelah dua decade
terakhir, pengadilan banding di New York pada tahun 1985 mempunyai pandangan modern terhadap perawat, bahwa perawat bukan lagi sebagai petugas
kesehatan yang
pasif tetapi
penyedia jasa
kesehatan yang
asertif www.kompas.com, 2001.
Seorang perawat akan melakukan cara yang adaptif dalam merawat pasien yaitu dengan bersikap asertif, komunikasi yang terbuka dan tidak bermusuhan
atau mengkritik pasien Nasution, 2003. Kemampuan asertif pada perawat sangat dibutuhkan karena untuk mendukung kesembuhan pasiennya, perilaku asertif
merupakan sesuatu yang memberikan banyak manfat dalam dunia kerja. Dengan kemampuan yang asertif, seseorang dapat mengekspresikan diri, mengungkapkan
31
emosinya dengan bebas, langsung, dan tanpa tekanan tetapi tidak mengabaikan kepentingan serta perasaan orang lain. Perilaku asertif memungkinkan terciptanya
suatu kondisi kinerja yang efektif dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik Widanarti, 2003.
Seseorang yang terbuka bagi orang lain berarti menunjukkan bahwa kita menaruh perhatian pada perasaannya terhadap kata-kata atau perbuatan kita
Supratiknya, 1995. Keterbukaan seorang perawat terlihat pada saat seorang perawat itu memberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan sikapnya
sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, pros es belajar, katarsis atau dukungan pada pasien Depkes Indonesia, 2000. Seorang perawat harus dapat menimbang
perasaan orang lain dan perlu mempertimbangkan apakah ucapannya dapat menimbulkan luka hati atau dapat diterima dengan senang hati oleh pasien
Gunarsa,1995. Sikap asertif membutuhkan keterbukaan terhadap diri sendiri secara jujur
sehingga membuat orang lain mendapat gambaran jelas mengenai perasaan dan keinginan kita, tetapi tetap merasa dihormati dan dihargai Adams, 1995.
Seseorang yang mampu membina hubungan akrab dengan orang lain, berkomunikasi secara terbuka dan efektif lebih mudah mencapai tujuan dirinya
karena adanya kemampuan untuk menyatakan perasaannya dan pikirannya pada orang lain secara langsung dan tidak berbelit -belit sehingga orang lain mudah
untuk memahami keinginannya Widanarti, 2003. Seorang perawat yang terbuka akan menunjukkan sikap hormat pada pasien, perawat akan memperlakukan
32
pasien sebagai orang yang berharga yang diterima tanpa syarat Depkes Indonesia, 2000. Sikap membuka diri perawat dapat memberikan keuntungan
pasien, untuk menunjukkan seberapa banyak perawat mengerti pasien karena
adanya persamaan pikiran, perasaan dan pengalaman Nurjanah, 2005.
Widanarti 2003 menjelaskan bahwa pada dasarnya kemampuan asertif bukan merupakan suatu perilaku bawaan atau suatu karakter yang secara
kebetulan dimiliki oleh seseorang, tetapi merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dan dipengaruhi oleh berbagai faktor dari luar diri seseorang sehingga
membentuk tingkat asertifitas yang berbeda-beda. Seorang individu tidak akan menjadi asertif dengan sendirinya, ada sebab -sebab atau faktor yang
mempengaruhi terbentuknya perilaku asertif. Santosa 1999 menjelaskan bahwa perilaku asertif seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa fakto r, yaitu pola
asuh orang tua, kebudayaan, usia, jenis kelamin, strategi coping. Seorang individu akan tumbuh menjadi asertif tergantung dari pola asuh
dan kebudayaan disekitarnya. Pola asuh dan kebudayaan mempunyai peranan besar dalam mendidik perilaku as ertif Santosa, 1999. Pada anak kecil perilaku
asertif belum terbentuk tetapi dengan bertambahnya usia perilaku asertif menjadi lebih berkembang. Faktor yang lain adalah jenis kelamin. Rakos 1991
mengatakan bahwa pria lebih asertif dibandingkan dengan w anita karena adanya tuntutan masyarakat yang menjadikan pria lebih agresif, mandiri dan kompetitif
sedangkan wanita pada umumnya pasif dan tergantung. Namun, dengan adanya pengaruh globalisasi yang membawa pengaruh pada norma -norma setempat dan
33
adanya kesadaran mengenai persamaan gender membuat wanita sekarang cenderung memiliki sifat mandiri, percaya diri, rasional dan asertif Santosa,
1995. Seorang perawat akan melakukan penyesuaian diri untuk mengatasi suatu permasalahan yang datang pada dirinya saat m elakukan interaksi dengan pasien.
Bentuk penyesuaiannya adalah melakukan strategi coping. Individu yang menggunakan strategi coping yang efektif dan adaptif dalam menyelesaikan suatu
permasalahan akan lebih asertif Santosa, 1995. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi bagaimana seorang perawat
berperilaku asertif dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien. Seorang yang asertif mampu untuk berkata tidak, meminta bantuan dan
permintaan tertentu, mengekspresikan perasaan positif dan negatif, kemam puan untuk berinisiatif dan mengakhiri percakapan Rakos, 1991. Smith Townend,
1993 menyatakan bahwa konsepnya tentang perilaku asertif adalah berani mengatakan ”tidak” dan melakukan apa yang diinginkannya. Dalam perawatan
seorang perawat harus menunjukkan sikap tegas, tidak boleh ragu-ragu dalam melaksanakan dan memenuhi kebutuhan pasien. Seorang perawat harus tegas dan
yakin dalam melaksanakan tugas -tugasnya tetapi tidak boleh bersikap bahwa dirinya paling benar Gunarsa, 1995.
Orang yang asertif mempunyai kepercayaan diri dan harga diri yang cukup, ia menghargai dirinya dan orang lain Townend dalam Prabowo, 2000.
Perawat merupakan tenaga kesehatan profesional sehingga perawat mempunyai hak sebagai tenaga kerja Priharjo, 1995. Individu yang berpe rilaku asertif dapat
34
mempertahankan hak -haknya tetapi tetap harus menghormati hak -hak yang dimiliki oleh individu lain Alberti Emmons, 1987. Peningkatan keterbukaan
antara perawat dengan pasien akan menurunkan tingkat kecemasan perawat dengan pasien S tuart dan Sundeen, 1998. Dengan bersikap asertif akan
menye nangkan orang lain karena dapat bekerjasama dan membantu orang lain sehingga mendapat kepercayaan dari orang lain. Perawat yang asertif akan
mendapat kepercayaan dari pasien sehingga pasien merasa nyaman dalam melakukan peneriksaan dan hal ini berdampak pula terhadap kenyaman perawat
dalam me laksanakan tugasnya.
35
Perawat
Memberikan pelayanan kesehatan Faktor-faktor Sikap perawat dalam komunikasi
Pola asuh dengan pasien Kebudayaan
Usia Perilaku asertif
Jenis kelamin Strategi coping
Berani berkata ”tidak” Mampu meminta pertolongan
Mengekspresikan perasaan Memulai percakapan
Mepertahankan hak
Perilaku asertif efektif
Pasien dan perawat merasa nyaman
Skema1. Skema Perilaku Asertif Perawat Terhadap Pasien
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang mencoba untuk memberikan gambaran atau mengungkapk an
mengenai perilaku asertif di Rumah Sakit. Sugiyono 1997 menjelaskan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan
atau memberi gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan
yang berlaku secara umum. Berdasarkan penjelasan dari teori, data yang digunakan adalah data
kuantitatif mengenai variabel, yang diperoleh melalui analisis skor jawaban subjek pada skala sebagai mana adanya. Hal ini ditunjukkan untuk
menggambarkan dan mengetahui sejauh mana perilaku asertif para perawat pada saat menjalankan tugas di ruang rawat inap dan membuat kesimpulan secara
umum tentang perilaku asertif yang dimiliki subjek penelitian berdas arkan skor setiap item pada skala perilaku asertif yang disusun peneliti sehingga akan
diperoleh gambaran tentang perilaku asertif para perawat yang menjadi subjek penelitian.