pilihan ganda dan 5 soal uraian. Setelah soal itu jadi peneliti langsung menyebarkan ke semua SDN se-Kecamatan Kalasan. Dengan jadwal
pada tanggal 1-11 Juni adalah jadwal persebaran keseluruh SDN se- Kecamatan Kalasan, dan dari tanggal 24-30 Juni adalah jadwal
pengambilan soal yang sudah didistribusikan tadi.
2. Deskripsi Responden Penelitian
Penelitian ini dikhususkan bagi siswa kelas V SD Negeri se- Kecamatan Kalasan dengan jumlah 274 reponden siswa, responden
siswa mengerjakan instrumen soal pilihan ganda yang berjumlah 20 dan soal esay yang berjumlah 5 soal. Saat mengerjakan soal siswa juga
diminta untuk menuliskan data diri yang berupa nama siswa, nomor absen, umur, kelas, jenis kelamin, nama sekolah, dan identitas orang tua
siswa. Berdasarkan data diri yang ditulis makan akan diketahui jenis kelamin siswa. Tabel 4.1 akan memberikan gambaran mengenai
persentase jumlah siswa laki-laki dan perempuan yang berada di Kecamatan Kalasan, sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Siswa
No. Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Persentase
1 Laki-laki
138 52,31
2 Perempuan
127 47,69
Jumlah 265
100,00
Gambar 4.1 Pie Chart Jenis Kelamin Siswa
Dilihat dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 diketahui siswa yang berjenis kelamin laki-laki ada 147 siswa 53,649 dan siswa yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 128 siswa 46,715 . Dilihat dari hasil persentasenya siswa laki-laki lebih banyak dari pada siswa perempuan
dengan selisih 6,934.
3. Deskripsi Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Se-Kecamatan Kalasan
Penelitian ini ditujukan pada masalah miskonsepsi anak IPA Fisika kelas V semseter 2 se-Kecamatan Kalasan. Deskripsi data akan peneliti
sajikan perkompetensi dasar KD mengenai kompetensi dasar KD yang akan diuji. Deskripsi data oleh peneliti mengenai instrumen yang
berisi instrumen soal pilihan ganda dan instrumen soal esay. Deskripsi kedua data tersbut akan disajikan sebagai berikut:
a. Deskripsi data instrumen soal pilihan ganda Bagian ini peneliti medeskripsikan hasil dari pengujian
instrumen pada soal pilihan ganda yang telah dikerjakan oleh siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan. Deskripsi ini dilakukan
138 127
Jenis Kelamin
laki-laki perempuan
peneliti untuk mengetahui adanya miskonsepsi. Miskonsepsi pada soal pilihan ganda dapat dilihat dari jawaban siswa yang salah dan
menurut keyakinannya bahwa jawaban yang mereka pilih itu yakin benar. Pada tabel 4.2, peneliti menuliskan Kompetensi dasar KD
beserta nomor aitem soal yang mewakili. Tabel 4.2 KD dan Nomor Item Soal yang Mewakili pada
Instrumen Pilihan Ganda
No Kompetensi Dasar
Aitem
1 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui
percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet 1, 2, dan 3
2 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan
lebih mudah dan lebih cepat. 4, 5, 6, 7, dan 8
3 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.
9, 10, 11, 12. 13, 14, 15, dan 16
4 7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
17, 18, 19, dan 20
Tabel 4.2 berisi kompetensi dasar yang digunakan dalam penelitian miskonsepsi pada IPA Fisika beserta nomer aitem yang
mewakili setiap kompetensi dasarnya. Peneliti menyajikan hasil pengolahan data secara umum semua KD dan secara khusus setiap
KD dan setiap aitem. Pertama peneliti mendeskripsikan secara umum hasil pengolahan data miskonsepsi IPA Fisika. Gambar 4.2
peneliti menampilkan persentase miskonsepsi IPA Fisika secara umum yaitu sebagai berikut:
Gambar 4.2 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V
SD Negeri Semester 2 Se-Kecamatan Kalasan
Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan bahwa lebih dari 30 dari 201 siswa yang mengalami miskonsepi pada aitem 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 11, 13, 19, dan 20. Hanya ada sembilan aitem yang memiliki persentase siswa yang mengalami miskonsepsi di bawah 30 yaitu
8, 9, 10, 12, 14, 15, 16, dan 17. Siswa yang mengalami miskonsepsi tertinggi yaitu pada aitem 1 yang membahas tentang gaya dengan
persentase 93,43 serta persentase siswa yang mengalami miskonsepsi paling rendah yaitu aitem 16 yang membahas tentang
batuan sedimen dengan persentase 1,45 . Berdasarkan hasil di atas maka dapat disimpulkan bahwa ada siswa yang mengalami
93,43
47,08 36,86
69,70
37,95 30,29
45,98
4,01 29,19
30,65 58,75
19,34 50,01
18,24 24,54
1,45 19,70
26,64 52,18
55,83
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00 70,00
80,00 90,00
100,00
Ai te
m 1
Ai te
m 2
Ai te
m 3
Ai te
m 4
Ai te
m 5
Ai te
m 6
Ai te
m 7
Ai te
m 8
Ai te
m 9
Ai te
m 10
Ai te
m 11
Ai te
m 12
Ai te
m 13
Ai te
m 14
Ai te
m 15
Ai te
m 16
Ai te
m 17
Ai te
m 18
Ai te
m 19
Ai te
m 20
Persentase Miskonsepsi pada Soal Pilihan Ganda
Persentase
miskonsepsi pada kompetensi dasar yang diujikan pada soal pilihan ganda.
Bagian kedua peneliti mendeskripsikan hasil pengolahan data miskonsepsi IPA Fisika secara khusus yaitu dengan meninjau setiap
kompetensi dasar yang telah diujikan. Kompetensi dasar KD yang pertama yaitu 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan
energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet. Komptensi dasar ini peneliti membuat 2 indikator yaitu indikator
5.1.1 Menyebutkan macam-macam gaya dan 5.1.2 Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gaya. Indikator 5.1.1 peneliti
mengujikan 1 soal dan indikator 5.1.2 peneliti mengujikan 2 soal. Hasil yang didapatkan peneliti pada pengujian soal pada Kompetensi
dasar KD ini yaitu sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a Aitem 1 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 1.
Gambar 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa
kelas V SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 1
` Dilihat dari gambar 4.3 bahwa ada siswa kelas V
SD Negeri se-Kecamatan Kalasan yang mengalami miskonsepsi pada konsep macam-macam gaya. Hal itu
dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Pada
aitem 1 ada 22 siswa dengan persentase 8,29 yang mengalami miskonsepsi pada konsep ini, pada pilihan
jawaban C. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban C dengan persentase sebesar 8,29 .
Artinya ada 22 siswa yang memiliki pemahaman bahwa
5,10 1,45
persentase ; 8.29
0,00 1,00
2,00 3,00
4,00 5,00
6,00 7,00
8,00 9,00
A B
C
p e
rsen tase
Aitem 1
bola yang menggelinding akan berhenti karena dipengaruhi oleh gaya pegas.
b Aitem 2 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 2.
Gambar 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 2 Berdasarkan gambar 4.4 menunjukkan bahwa ada 24,38
atau 49 siswa dari sejumlah siswa di kelas V SD Negeri se- kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada aitem 2
yang membahas tentang gaya gravitasi terhadap suatu benda. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan
menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada
pilihan jawaban C dengan persentase sebesar 17,88 . Artinya ada 49 siswa dari seluruh responden memiliki
17,88
persentase; 0.72
0,05 0,1
0,15 0,2
A C
D
p e
rsen tase
Aitem 2
pemahaman bahwa benda cepat mengalami pelapukan karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
c Aitem 3 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 3.
Gambar 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 3 Dilihat dari gambar 4.5 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep faktor-faktor yang memperbesar gaya gesek. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang
menjawab salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Pada aitem 3 ada 53,64 atau 147
siswa yang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban C dengan
persentase sebesar 53,64 . Artinya ada 147 siswa memiliki
0,72 8,39
Aitem; 53.64
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00
A B
C
p e
rsen tase
Aitem 3
pemahaman yang salah bahwa memperbesar gaya gesek dengan cara memperhalus permukaan benda.
Kompetensi dasar KD yang kedua yaitu 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat. Komptensi dasar ini peneliti membuat 3 indikator yaitu indikator 5.2.1 Mengidentifikasi
ciri-ciri pesawat sederhana, 5.2.2 Menyebutkan contoh jenis tuas atau pengungkit jenis pertama, dan 5.2.3 Menyebutkan
penerapan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Indikator 5.2.1 peneliti mengujikan 3 soal, indikator 5.2.2
peneliti mengujikan 1 soal, dan indikator 5.2.3 peneliti menguji 1 soal. Hasil yang didapatkan peneliti pada
pengujian soal pada Kompetensi dasar KD ini yaitu sebagai berikut:
d Aitem 4 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 4.
Gambar 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas
V SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 4 Berdasarkan gambar 4.6 menunjukkan bahwa ada
28,45 atau 78 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada aitem 4 yang
membahas tentang jenis pengungkit. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya
jawaban yang mereka pilih yakin benar. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban D dengan
persentase sebesar 12,40 . Artinya ada 78 siswa memilki pemahaman konsep yang salah mengenai jenis pengungkit.
4,74 11,31
Aitem 4; 12,40
0,00 2,00
4,00 6,00
8,00 10,00
12,00 14,00
A C
D
p e
rsen tase
Aitem 4
e Aitem 5 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 5.
Gambar 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas
V SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 5 Dilihat dari gambar 4.7 bahwa ada siswa yang
mengalami miskonsepsi pada konsep ciri-ciri pesawat sederhana. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang
salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Pada aitem 5 ada 63,39 atau 173 siswa
dari sejumlah responden yang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan
jawaban D dengan persentase sebesar 38,32 . Artinya ada 173 siswa dari sejumlah responden memiliki pemahaman
yang salah pada posisi titik tumpu, beban, dan kuasa pada gerobak, siswa memiliki pemahaman bahwa titik tumpu
pada gerobak berada di antara titik beban dan kuasa.
8,29 16,78
Aitem 5; 38,32
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
40,00 45,00
B C
D
p e
rsen tase
Aitem 5
f Aitem 6 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 6.
Gambar 4.8 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas
V SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 6 Berdasarkan gambar 4.8 menunjukkan bahwa ada
38,52 atau 187 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada aitem 6 yang
membahas tentang prinsip kerja bidang miring. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut
keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan
jawaban C dengan persentase sebesar 21,89 . Artinya ada 60 siswa yang memiliki pemahaman yang salah bahwa
prinsip kerja bidang miring pada skrup terdapat pada ulur skrup dan bagian runcingnya.
13,13 21,89
Aitem 6; 33,21
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
A C
D
Per sen
tase
Aitem 6
g Aitem 7 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 7.
Gambar 4.9 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V SD
Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 7 Berdasarkan gambar 4.9 menunjukkan bahwa ada 53,26
atau 146 siswa dari 265 responden mengalami miskonsepsi pada aitem 7 yang membahas tentang gambar anak yang sedang
mendorong gerobak adalah golongan tuas jenis kedua. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut
keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan
jawaban C dengan persentase sebesar 29,92 . Artinya ada 82 siswa memiliki pemahaman yang salah mengenai gambar anak
yang sedang mendorong gerobak adalah golongan tuas jenis kedua bukan jenis golongan yang lain.
15,32 29,92
Aitem 7; 8,03
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
A C
D
Per sen
tase
Aitem 7
1 Aitem 8 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 8.
Gambar 4.10 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 8 Dilihat dari gambar 4.10 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep bidang miring. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban
yang mereka pilih yakin benar. Pada aitem 8 ada 85,21 siswa yang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa lebih
banyak terjadi pada pilihan jawaban B dengan persentase sebesar 32,11 . Artinya ada 234 dari 265 siswa yang memiliki
pemahaman yang salah bahwa kancing baju merupan perinsip kerja bidang miring.
Kompetesi dasar
KD yang
ketiga yaitu
6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Komptensi dasar ini peneliti
membuat 2 indikator yaitu indikator 6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat cahaya, 6.1.2 Menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Indikator
31,75 32,11
Aitem 8; 21,35
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
A B
C
Per sen
tase
Aitem 8
6.1.1 peneliti mengujikan 4 soal dan indikator 6.1.2 peneliti mengujikan 3 soal. Hasil yang didapatkan peneliti pada
pengujian soal pada Kompetensi dasar KD ini yaitu sebagai berikut:
h Aitem 9 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 9.
Gambar 4.11 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 9 Dilihat dari gambar 4.11 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep cahaya yang merambat dari udara ke air maka cahaya tersebut akan dibiaskan dengan arah mendekati garis
normal. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar.
Pada aitem 9 ada 63,86 atau 175 siswa dari 265 responden yang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa lebih
banyak terjadi pada pilihan jawaban A dengan persentase sebesar 49,63 . Artinya ada 136 siswa yang memiliki pemahaman yang
49,63 14,23
Aitem 9; 0 0,00
20,00 40,00
60,00
A C
D
Per sen
tase
Aitem 9
salah bahwa cahaya akan dibiaskan dengan arah mendekati gari normal.
i Aitem 10 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 10.
Gambar 4.12 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 10 Berdasarkan gambar 4.12 menunjukkan bahwa ada 67,14
atau 184 siswa kelas V SD Negeri se-kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada aitem 10 yang membahas tentang
peristiwa terbentuknya pelangi setelah hujan. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya
jawaban yang mereka pilih yakin benar. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban B dengan persentase
sebesar 41,24 . Artinya ada 113 siswa yang memiliki pemahaman yang salah bahwa dispersi cahaya adalah
terpantulnya cahaya matahari terhadap bulir-bulir air hujan
41,24 16,78
Aitem 10; 9,12
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
B C
D
Per sen
tase
Aitem 10
j Aitem11 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 11.
Gambar 4.13 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 11 Dilihat dari gambar 4.13 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep cermin datar. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban
yang mereka pilih yakin benar. Pada aitem 11 ada 39,39 atau 107 siswa yang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa
lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban C dengan persentase sebesar 18,61 . Artinya ada 51 siswa memiliki pemahaman
yang salah bahwa ketika seseorang sedang bercermin pada cermin datar, maka jarak benda dengan cermin dekat dengan jarak
bayangan dengan cermin.
16,05 18,61
Aitem 11; 4,37
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00
A C
D
Per sen
tase
Aitem 11
k Aitem 12 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 12.
Gambar 4.14 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 12 Dilihat dari gambar 4.14 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep sifat bayangan maya. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya
jawaban yang mereka pilih yakin benar. Pada aitem 12 ada 78,08 atau 214 siswa dari 265 responden yang mengalami
miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban A dengan persentase sebesar 64,96 . Artinya
ada 178 siswa memiliki pemahaman yang salah bahwa yang dimaksd dengan bayangan maya adalah bayangan yang sama
arahnya terbalik terhadap bendanya.
64,96
11,67 Aitem 12;
1,45 0,00
10,00 20,00
30,00 40,00
50,00 60,00
70,00
A B
C
Per sen
tase
Aitem 12
l Aitem 13 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 13.
Gambar 4.15 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 13 Berdasarkan gambar 4.15 menunjukkan bahwa ada 47,43
atau 130 siswa kelas V SD Negeri se-kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada aitem 13 yang membahas tentang
sifat cahaya. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin
benar. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban B dengan persentase sebesar 26,27 . Artinya ada 72
siswa memiliki pemahaman yang salah bahwa sfat bayangan yang dibentuk oleh kaca spion pada mobil atau motor adalah semu,
tegak dan diperbesar.
26,27
4,01 Aitem 13;
17,15 0,00
5,00 10,00
15,00 20,00
25,00 30,00
B C
D
Per sen
tase
Aitem 13
m Aitem 14 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 14.
Gambar 4.16 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 14 Berdasarkan gambar 4.16 menunjukkan bahwa ada 76,55
atau 207 siswa kelas V SD Negeri se-kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada aitem 14 yang membahas tentang
sifat-sifat bayangan pada cermin. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban yang
mereka pilih yakin benar. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban B dengan persentase sebesar 48,9 .
Artinya ada 134 siswa memiliki pemahaman yang salah bahwa saifat bayangan yang terbentuk jika benda dijauhkan dari cermin
cekung adalah nyata, tegak, dan diperkecil.
13,13 48,90
Aitem 14; 13,50
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00
A B
D
Per sen
tase
Aitem 14
n Aitem 15 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 15.
Gambar 4.17 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 15 Dilihat dari gambar 4.17 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada bahan utama yang digunakan untuk membuat periskop. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan
menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Pada aitem 15 ada 71,89 atau 197 siswa yang mengalami
miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban A dengan persentase sebesar 31,75 . Artinya
ada 87 siswa memiliki pemahaman yang salah bahwa bahan utama yang digunkana untuk membuat periskop adalah gunting
dan lem. Kompetesi
dasar KD
yang kelima
yaitu 7.1
Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan. Komptensi dasar ini peneliti membuat 1 indikator yaitu indikator
31,75 22,99
Aitem 15; 17,15
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
A B
D
Per sen
tase
Aitem 15
7.1.1 Menggolongkan jenis-jenis batuan dan indikator. Setiap indikator ini peneliti mengujikan 5 soal. Hasil yang didapatkan
peneliti pada pengujian soal pada Kompetensi dasar KD ini yaitu sebagai berikut:
o Aitem 16 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 16.
Gambar 4.18 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 16 Dilihat dari gambar 4.18 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari preses pengendapan lumpur dan mineral dalam air
sungai. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar.
Pada aitem 16 ada 92,59 atau 254 siswa yang mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pilihan
55,01
22,99 Aitem 16;
14,59 0,00
10,00 20,00
30,00 40,00
50,00 60,00
A B
C
Per sen
tase
Aitem 16
jawaban A dengan persentase sebesar 55,01 . Artinya ada 151 siswa memiliki pemahaman konsep yang salah bahwa batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari sungai. p Aitem 17
Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 17.
Gambar 4.19 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 17 Berdasarkan gambar 4.19 menunjukkan bahwa ada 74,34
atau 204 siswa kelas V SD Negeri se-kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada aitem 17 yang membahas tentang
ciri-ciri batuan basal. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih
yakin benar.Miskonsepsi pada aitem ini lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban C dengan persentase sebesar 54,01 . Artinya
ada 148 siswa memiliki pemahaman bahwa ciri-ciri dari batuan basal adalah no 2, 3, dan 4.
7,20 54,01
Aitem 17; 13,13
0,00 10,00
20,00 30,00
40,00 50,00
60,00
A C
D
Per sen
tase
Aitem 17
q Aitem 18. Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 18.
Gambar 4.20 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 18 Dilihat dari gambar 4.20 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep strukur permukaan bumi. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut
keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Pada aitem 18 ada 72,68 atau 191 siswa yang mengalami miskonsepsi.
Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban A persentase sebesar 35,4 . Artinya ada 88 siswa
memiliki pemahaman yang salah pada urutan lapisan bumi dari yang terdalam inti dalam bumi, kerak bumi, mantel bumi, inti luar
bumi.
35,40 26,64
Aitem 18; 10,94
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
30,00 35,00
40,00
A B
C
Per sen
tase
Aitem 18
r Aitem 19 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 19.
Gambar 4.21 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 19 Berdasarkan gambar 4.21 menunjukkan bahwa ada 30,85
atau 62 siswa kelas V SD Negeri se-kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada aitem 19 yang membahas tentang
gambar magma. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin
benar. Miskonsepsi pada aitem ini lebih banyak terjadi pada pilihan jawaban B dengan persentase sebesar 34,1 . Artinya ada
94 siswa memiliki pemahaman yang salah bahwa gambar magma ditunjukan pada gambar B .
34,30
4,01 Aitem 19;
6,93 0,00
5,00 10,00
15,00 20,00
25,00 30,00
35,00 40,00
B C
D
Per sen
tase
Aitem 19
s Aitem 20 Tabel Persentase Miskonsespsi Pilihan Ganda Aitem 20.
Gambar 4.22 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Siswa kelas V
SD Negeri Se-Kecamatan Kalasan pada aitem 20 Dilihat dari gambar 4.22 bahwa ada siswa yang mengalami
miskonsepsi pada konsep cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat rapat. Hal itu dibuktikan dari jawaban siswa yang
salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar. Pada aitem 18 ada 19,40 atau 39 siswa yang
mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi pada siswa lebih banyak terjadi pada pilihan B dengan persentase 38,24 . Artinya ada 37
siswa memiliki pemahaman yang salah jika cahaya yang merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat.
Berdasarkan deskripsi hasil pengujian intrumen soal pilihan ganda di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masih terjadi
miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD Negeri se-
13,50 19,34
Aitem 20; 5,40
0,00 5,00
10,00 15,00
20,00 25,00
A B
D
Per sen
tase
Aitem 20
Kecamatan Kalasan. Terjadinya miskonsepsi tersebut dapat dibuktikan dari hasil pekerjaan siswa yang memilih jawaban yang
salah dan menurut keyakinannya jawaban yang mereka pilih yakin benar.
b. Deskripsi data instrumen soal uraian Peneliti akan mendeskripsikan hasil intrumen soal urain.
Intrumen soal urain ini terdiri dari 5 butir soal yang telah diujikan pada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan. Peneliti
mendeskripsikan hasil pengujian ini untuk mengetahui adanya miskonsepsi IPA Fisika. Banyaknya siswa yang mengalami
miskonsepsi dapat dilihat berdasarkan persentase siswa yang menjawab tidak sesuai dengan konsep atau jawaban yang sudah
ditetapkan. Hasil pengujian instrumen soal uraian tersebut akan dideskripsikan per kompetensi dasar KD.
Peneliti selanjutnya akan membahas miskonsepsi pada soal uraian. Miskonsepsi pada soal uraian ini dapat dilihat dari jawaban
siswa yang tidak sesuai dengan konsep yang sebenarnya. Berikut peneliti akan menyajikan grafik persentase siswa yang mengalami
miskonsepsi pada soal uraian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.23 Persentase Miskonsepsi Siswa pada Soal Uraian
Gambar 4.2 merupakan grafik siswa yang mengalami miskonsepsi pada IPA Fisika kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan. Grafik di atas
menunjukkan lebih dari 30 dari 260 siswa yaitu item 1, 3, 4, dan 5. Aitem 3 adalah aitem tertinggi siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar
95,62 . Hanya 1 item yang mengalami miskonsepsi rendah yaitu item 2 dengan presentase 26,54 . Berdasarkan kajian peneliti di atas maka dapat
disimpulkan bahwa miskonsepsi terjadi pada siswa kelas V SD Negeri se- Kecamatan Kalasan.
a Aitem 1 konsep hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet
Kompetensi dasar KD pertama akan dibahas adalah KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih
mudah dan lebih cepat. Kompetentsi dasar KD ini diujikan pada 2 soal yaitu nomor aitem 1 yang mewakili indikator 5.2.1 menjelaskan perbedaan
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00
Aitem 1
Aitem 2
Aitem 3
Aitem 4
Aitem 5
p re
sen tase
Miskonsepsi
golongan pengungkit, serta nomor aitem 4 yang mewakili indikator 5.2.2 menjelaskan fungsi bidang miring. Peneliti akan menganalisis jawaban
siswa pada tabel 4.3 dan 4.4.
Tabel 4.3 Jawaban soal untuk nomor aitem 1
Nomor Butir
soal Kunci Jawaban
Jawaban Siswa Jumlah
Persentase
1 Gambar
A merupakan
pengungkit jenis kedua yang memiliki ciri beban berada
diantara posisi kuasa dan titik
tumpu Gambar
B merupakan
pengungkit pertama yang memiliki ciri titik tumpu
berada antara beban dan kuasa.
Gambar A : Beban terletak diantara titik tumpu dan
kuasa Gambar B : Titik tumpu
terletak diantara beban dan kuasa
56 20.44
A: pengunkit
jenis 1
B: pengunglit jenis 2
38 13.87
A = pengungkit jenis ke 1 B = pengungkit jenis ke 3
22 8.03
A: pengungkit
jenis 1
B: pengungkit jenis 3
8 2.92
A: pengungkit
jenis 2
B: pengungkit jenis 3
33 12.04
A. Dimasukan
ke pengungkit ke III tiga
B. Dimasukan
pada pengungkit kedua II
41 14.96
A Posisi kuasa berada diantara titik tumpu dan
beban B Posisi beban berada
diantara posisi kuasa dan titik tumpu
13 4.74
Pemecah biji titik tumpunya ada diantara titik kuasa
Tang titik tumpunya ada diantara titik beban
7 2.55
A: karena pemecah biji kemiri
katerol kesatu
B: karena yang katerol ke dua
6 2.19
A: pengungkit
jenis 2
B: pengungkit jenis 1
14 5.11
Karena mempunyai fungsi dan nama yang berbeda:
A. Pemecah kenari: untuk memecah
buah kenari.
B. Tang
: Untuk
menarikmengambil paku
1 0.36
yang tertancap
pada kayudinding
Jawaban diluar konteks
35
12.77
274
100.00
Hasil tabel 4.6 diatas menunjukan 20.44 siswa kelas V se- Kecamatan Kalasan mampu menjelaskan konsep dengan benar
bahwa gambar A dan gambar B memiliki perbedaan. Siswa tersebut dapat menjelaskan bahwa gambar A termasuk pengungkit jenis
kedua yang memiliki ciri-ciri titik beban terletak diantara titik tumpu dan titik kuasa, sedangkan gambar B termasuk pengungkit jenis
pertama yang memiliki ciri-ciri titik tumpu berada diantara titik beban dan titik kuasa.
Sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan mengalami kesalahan konsepsi dengan 14.96 siswa mengalami
kesalahan konsepsi dalam menentukan jenis pengungkitgambar A dan gambar B. Ada 13.87 siswa mengalami kesalahan konsepsi
dalam menentukan jenis pengungkit gambar A dan gambar B; 8.03 siswa mengalami kesalahan dalam menentukan posisi titik kuasa,
beban, dan tumpu pada jenis pengungkit; 12.04 siswa mengalami kesalahan dalam konsepsi dalam menentukan jenis pengungkit yaitu
dengan menjawab bahwa gambar A merupakan pemecah biji kemiri katerol pertama dan gambar B merupakan katrol yang ke dua, serta
ada 0.36 siswa menjawab bahwa kedua alat tersebut digunakan untuk membuat pesawat sederhana. Siswa yang menjawab di luar
konteks dari jawaban pesawat sederhana dan beberapa siswa tidak menjawab ada 12.77.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa ada sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi
pada kompetensi dasar KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, pada
indikator 5.2.1 menjelaskan perbedaan golongan pengungkit. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan
pada kompetensi dasar ini adalah 12,95 siswa. b Aitem 2 : konsep pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan
lebih mudah dan lebih cepat Peneliti selanjutnya akan menganalisis dan mendeskripsikan
jawaban siswa pada KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan
indikator yang kedua yaitu 5.2.2 menjelaskan fungsi bidang miring. Indkator yang kedua ini diwakili oleh soal aitem 4 dengan
memebrikan pertanyaan “Mengapa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-
kelok?”. Jawaban dari siswa SD Kelas V se- Kematan Kalasan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.10 Jawaban soal untuk nomor aitem 4
Nomor Butir
soal
Kunci Jawaban Jawaban Siswa
Jumlah Persentase
4 Jalan
berkelok- kelok
memanfaatkan cara kerja bidang
miring. Agar orang dapat
mudah mencapai tempat
ketinggian tertentu dengan
tenaga yang lebih kecil.
Dengan
dibuat berkelok-kelok
pengendara kendaraan
bermotor lebih
mudah melewati jalan
yang menanjak.
Jalan berkelok-kelok adalah cara kerja bidang miring. Agar orang dapat mudah
mencapai tempat ketinggian tertentu dengan tenaga yang lebih kecil. Dengan
dibuat
berkelok-kelok pengendara
kendaraan bermotor
lebih mudah
melewati jalan yang menanjak. 58
21.17
Supaya ban mobil atau motor tidak cepat aus
12 4.38
Agar jalan
dipenggunungan tidak
mudah tergelincir atau terpeleset 12
4.38 Agar karena memperbesar gaya
36 13.14
Karena jalan di pegunungan yang berkelok-kelok
mengikuti prinsip
pesawat sederhana yaitu roda berporos yang digunakan untuk menghindari
terjadinya kecelakaan 27
9.85
Karena memperkuat laju kendaran dan sebagai fungsi bidang miring
26 9.49
Jawaban tidak sesuai dengan kontek 103
37.59 274
100.00
Tabel 4.7 menunjukan hasil bahwa ada 21.17 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan mampu menjelaskan konsep dengan benar. Siswa tersebut
dapat menjelaskan bahwa jalan di daerah pegunungan dibuat berkelok-kelok karena agar orang dapat mudah mencapai tempat ketinggian tertentu dengan
tenaga yang lebih kecil, supaya pengendara kendaraan bermotor lebih mudah melewati jalan yang menanjak, dapat memperkecil gaya gesek, dan memanfaatkan
cara kerja bidang miring. Sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan mengalami
miskonsepsi pada KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan indikator yang kedua yaitu 5.2.2 menjelaskan fungsi bidang miring. Hasil penelitian pada tabel
—menjelaskan bahwa jalan dipegunungan dibuat berkelok-kelok agar ban mobil tidak cepat aus
ada 4.38. Beberapa siswa mengalami miskonsepsi ada 4.38 menjelaskan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok agar sewaktu jalan di
pegunungan tidak mudah tergelincir atau terpeleset. Ada 13.14 siswa menjelaskan bahwa jalan dipegunungan dibuat berkelok-kelok karena mengikuti
perinsip bidang miring. Sebanyak 9.49 siswa menjelaskan bahwa jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok agar mempercepat laju kendaraan dan sama
dengan fungsi bidang miring. Siswa yang menjawab diluarkonteks soal ada 37.59.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dapat menyimpulkan bahwa sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan mengalami
miskonsepsi pada KD 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan indikator yang kedua yaitu 5.2.2
menjelaskan fungsi bidang miring. Siswa yang mengalami miskonsepsi sebesar 78.83.
c Aitem 3 : konsep pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
Kompetensi dasar KD yang kedua yang akan dibahas yaitu KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya. Kompetentsi dasar KD ini diujikan dengan
memberikan 2 soal yaitu aitem 2 yang mewakili indikator 6.1.1Mengidentifikasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sifat-sifat cahaya, serta aitem 3 yang mewakili indikator 6.1.2Menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Peneliti akan menganalisis jawaban siswa pada tabel 4.8
dan 4.9
Tabel 4.8 Jawaban soal untuk nomor aitem 2
Nomor Butir
soal
Kunci Jawaban Jawaban Siswa
Jumlah Persentase
2 Karena, cahaya datang dari zat
yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini,
air lebih rapat dari udara sehingga
cahaya dibiaskan
mendekati garis normal. Karena, cahaya datang dari zat
yang kurang rapat menuju zat yang lebih rapat. Dalam hal ini,
air lebih rapat dari udara sehingga
cahaya dibiaskan
mendekati garis normal. 201
73.36
karena pembiasan
cahaya sehingga pensil terlihat patah
9 3.28
Karena bayangan pada gelas beda dengan kaca, karena
berada di garis normal 18
6.57 Karena cahaya dapat merambat
melalui 3 medium yaitu air, udara, dan angin
22 8.03
Karena cahaya merambat ke zat yang kurang rapat
2 0.73
Karena penguraian
cahaya sehingga terlihat menjadi patah
5 1.82
Karena pemantulan
cahaya matahari pensil terlihat seperti
patah. 1
0.36 Karena cahaya dapat menembus
benda bening 3
1.09 Karena cahaya merambat lurus.
Pensil tempak terlihat patah 2
0.73 Karena
cahaya merambat
kemedium yang kurang rapat maka cahaya itu akan dibiaskan
menjadi garis normal 2
0.73
Jawaban tidak sesuai dengan kontek
9 3.28
274 100.00
Hasil dari tabel 4.8 terlihat bahwa sebagian besar siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan memiliki konsepsi yang benar. Ada 73.36 siswa SD
Negeri sekecamatan Kalasan yang memiliki konsepsi yang benar. Siswa dengan perolehan 3.28 siswa menjelaskan mengapa pensil yang dimasukkan terlihat
patah karena terjadi pembiasan. Ada 6.57 siswa siswa menjelaskan mengapa pensil yang dimasukkan terlihat patah karena bayangan pada gelas beda dengan
kaca, karena berada di garis normal. Sebagian siswa menjelaskan mengapa pensil yang dimasukkan terlihat patah karena cahaya dapat merambat melalui 3
medium yaitu air, udara, dan angin. Ada juga yang menyatakan bahwa ke zat yang kurang pada sebesar 0,73. Sebesar 1,82 siswa menjelaskan mengapa pensil
yang dimasukkan terlihat patah karena penguraian cahaya sehingga terlihat menjadi patah. Ada 0,36 siswa menjelaskan mengapa pensil yang dimasukkan
terlihat patah karena menembus benda bening. Beberapa siswa sebanyak 0,73 menjelaskan mengapa pensil yang dimasukkan terlihat patah karena cahaya
merambat lurus. Pensil tempak terlihat patah dan karena cahaya merambat kemedium yang kurang rapat maka cahaya itu akan dibiaskan menjadi garis
normal. Bebrapa siswa yang menjawab diluar konteks ada 3,28 . Berdasarkan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa ada sebagian
siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan mengalami miskonsepsi pada konsep ini. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan
pada konsep ini adalah 26,64 siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
d Aitem 4 : konsep sifat-sifat cahaya Peneliti selanjutnya akan menganalisis dan mendeskripsikan jawaban
siswa pada KD 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dengan indikator yang kedua yaitu 6.1.2Menjelaskan sifat bayangan pada cermin. Indikator yang kedua
ini diwakili oleh soal aitem 3 dengan memberikan pertanyaan “Apakah bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung selalu terbalik? Jelaskan”. Jawaban dari siswa
SD Kelas V se-Kematan Kalasan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.9 Jawaban soal untuk nomor aitem 3
nomor butir
soal
Kunci Jawaban Jawaban Siswa
Jumlah Persentase
3 Tidak.
Karena sifat
bayangan dibentuk
oleh cermin
cekung bergantung pada
letak benda di depan
cermin. Jika
benda terletak di antara f
fokus dan
P pusat
kelengkungan dan
seterusnya maka
bayangan yang
terbentuk nyata
terbalik. Jika
benda terletak
diantara O pusat optis
dan F
maka bayangan terletak
di belakang
cermin, maka di perbesar
dan tegak.
Tidak. Karena sifat bayangan dibentuk oleh cermin cekung
bergantung pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak
di antara f fokus dan P pusat kelengkungan
dan seterusnya
maka bayangan yang terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak
diantara O pusat optis dan F maka
bayangan terletak
di belakang cermin, maka di perbesar
dan tegak. 12
4.38 Tidak selalu terbalik jika benda
dekat dengan cermin bayangan benda bersifat maya, tegak, dan
diperbesar jika benda jauh dari cermin maka bayangan nyata dan
terbalik
32 11.68
Ya, karena cermin cembung adlah cermin yang bisa dibalik kesegala
arah 12
4.38 Karena bayangan ditangkap oleh
cermin cekung mayasemu dan diberbesar
3 1.09
Karena terjadinya
pemantulan cahaya yang mengenai cermin
cekung yang
memantulkan bayangan terbalik
16 5.84
Karena cahaya dibiaskan sampai 7 2.55
menjadi terbalik. Karena cermin cekung mempunyai
sifat mengumpulkan cahaya. Jadi itulah yang dimaksud cermin
cekung. 5
1.82 Cermin cekung adalah cermin yang
cekung seperti sendok jika kita bercermin
cekung maka
kita terlihat kecil
9 3.28
Ya, karena sifat cermin cekung mengumpulkan cahayadifergen
23 8.39
Tidak, karena cermin cekung bersifat maya dan semu
22 8.03
Jawaban tidak
sesuai dengan
kontek 133
48.54 274
100.00
Hasil penelitian pada tabel 4.9 menunjukkan hasil bahwa ada sebagian siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan belum mampu menjelaskan
konsep dengan benar. Siswa tersebut dapat menjelaskan bahwa bayangan cermin cekung tidak selalu terbalik, hal itu terjadi karena sifat bayangan dibentuk oleh
cermin cekung bergantung pada letak benda di depan cermin. Jika benda terletak di antara f fokus dan P pusat kelengkungan dan seterusnya maka bayangan
yang terbentuk nyata terbalik. Jika benda terletak diantara O pusat optis dan F maka bayangan terletak di belakang cermin, maka di perbesar dan tegak. Pada
aitem 3 ini hanya ada 11.68 siswa saja yang mampu menjawab konsep ini dengan benar.
Dari hasil yang peneliti lakukan banyak siswa yang mengalamai miskonsepsi pada konsep bayangan pada cermin. Hasil tabel 4.9 menunjukkan
bahwa 11.68 siswa mengatakan tidak selalu terbalik jika benda dekat dengan cermin bayangan benda bersifat maya, tegak, dan diperbesar jika benda jauh dari
cermin maka bayangan nyata dan terbalik. Ada 4.83 siswa mengatakan karena PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cermin cembung adalah cermin yang bisa dibalik kesegala arah. Ada 1,09 siswa menjawab karena bayangan ditangkap oleh cermin cekung mayasemu dan
diberbesar. Siswa yang menyatakan karena terjadinya pemantulan cahaya yang mengenai cermin cekung yang memantulkan bayangan terbalik ada 5,84. Ada
2,55 siswa mengatakan karena cahaya dibiaskan sampai menjadi terbalik. Ada 1,82 siswa mengatakan Karena cermin cekung mempunyai sifat mengumpulkan
cahaya. Jadi itulah yang dimaksud cermin cekung. Ada 3,28 siswa menjawab cermin cekung adalah cermin yang cekung seperti sendok jika kita bercermin
cekung maka kita terlihat kecil. Ada 8,39 siswa mengatakan, karena sifat cermin cekung mengumpulkan cahayadifergen. Ada 8,03 siswa menjawab tidak
karena cermin cekung bersifat maya dan semu. Dan sebagian siswa menjawab diluar konteks sebesar 48,54.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti pada tabel 4.9 tentang konsep sifat bayangan pada cermin dapat disimpulkan bahwa ada banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan pada konsep ini adalah 95,62 siswa.
e Aitem 5 : konsep proses pembentukan tanah karena pelapukan Peneliti selanjutnya akan menganalisis dan mendeskripsikan jawaban
siswa pada KD 7.1 Mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dengan indikator yang kedua yaitu 7.1.1 Menggolongkan jenis-jenis batuan.
Indikator 7.1.1 diwakili oleh soal aitem 5 dengan memberikan pertanyaan “Jelaskan perbedaan antara batuan beku dengan batuan sedimen ”. Jawaban dari
siswa SD Kelas V se-Kematan Kalasan adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel 4.10 Jawaban soal untuk nomor aitem 5
Nomor Butir
soal
Kunci Jawaban Jawaban Siswa
Jumlah Persentase
5 Batuan beku adalah batuan
yang terbentuk
dari magma yang membeku.
Sedangkan batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses
pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai.
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk
dari magma
yang membeku. Sedangkan batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan
mineral dalam air sungai. 48
17.52
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan magmalava.
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi dari endapan magmalava
18 6.57
Batuan beku
terjadi karena
pembekuan magmalava.
Batuan sedimen
terjadi karena
endapanpelapukan mahkluk hidup yang telah mati
9 3.28
Batuan beku adalah karena pelapukan batuan
Batuan Sedimen terbuat dari lava 33
12.04
Batuan beku, batuan yang berasal dari letusan
gunung berapi
Batuan sedimen, batuan yang terjadi akibat endapan pasir dan untuk
membuat semen 12
4.38
Batuan beku adalah batu yang terbentuk oleh tekanan suhu udara
Batu Sedimen adalah batu yang terbentuk dari endapan magma
7 2.55
Batuan beku: terbuat dari gas magma batuan sedimen: terbuat dari aliran
arus sungai 38
13.87
Batuan beku: terbentuk dari lava yang mengendap
Batuan sedimen: terbentuk dari fosil yang berusia jutaan tahun.
19 6.93
Batuan beku adalah batuan bisidian dan batuan sedimen adalah batuan
yang sisa makhluk hidup 13
4.74 Jawaban tidak sesuai dengan kontek
77 28.10
274 100.00
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17.52 siswa kelas V se- Kecamatan Kalasan mampu menjelaskan perbedaan batu beku dan batu sedimen
dengan benar. Siswa tersebut dengan benar menjelaskan bahwa batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang membeku. Sedangkan batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan lumpur dan mineral dalam air sungai.
Hasil dari tabel 4.10 juga mengalami miskonsepsi dilihat dari jumlah presentase yang didapat oleh peneliti. Ada 6,57 siswa menjawab batuan beku
adalah batuan yang terjadi dari pembekuan magmalava, batuan sedimen adalah batuan yang terjadi dari endapan magmalava. Ada 3,28 menjelaskan perbedaan
batuan beku dengan batuan sedimen yaitu batuan beku terjadi karena pembekuan magmalava, batuan sedimen terjadi karena endapanpelapukan mahkluk hidup
yang telah mati. Sebagian siswa 12,04 menjelaskan perbedaan batuan beku dengan batuan sedimen yaitu atuan beku adalah karena pelapukan batuan, batuan
Sedimen terbuat dari lava. Ada juga siswa yang menjelaskan perbedaan batuan beku dengan batuan sedimen yaitu batuan beku, batuan yang berasal dari letusan
gunung berapi, batuan sedimen, batuan yang terjadi akibat endapan pasir dan untuk membuat semen sebesar 4,38. Beberapa siswa menjelaskan perbedaan
batuan beku dengan batuan sedimen yaitu batuan beku adalah batu yang terbentuk oleh tekanan suhu udara, batu Sedimen adalah batu yang terbentuk dari endapan
magma ada 2,55. Sebesar 13,87 menjelaskan perbedaan batuan beku dengan batuan sedimen yaitu batuan beku terbuat dari gas magma batuan sedimen terbuat
dari aliran arus sungai. Ada yang menjelaskan perbedaan batuan beku dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
batuan sedimen yaitu batuan beku: terbentuk dari lava yang mengendap Batuan sedimen: terbentuk dari fosil yang berusia jutaan tahun sebesar 6,93.
Sebesar 4,74 menjelaskan batuan beku dan batuan sedimen yaitu batuan beku adalah batuan bisidian dan batuan sedimen adalah batuan yang sisa makhluk
hidup. Dan yang menjelaskan diluar konsep dari batuan beku dan batuan sedimen ada 28,10.
Berdasarkan analisis yang dilakukan peneliti pada tabel 4.10 tentang perbedaan batuan beku dengan batuan sedimen dapat disimpulkan bahwa banyak
siswa yang mengalami miskonsepsi. Persentase siswa yang mengalami miskonsepsi secara keseluruhan pada konsep ini adalah 82,48 siswa.
4. Uji Prasyarat Analisis untuk Melihat Perbedaan Miskonsepsi Siswa Kelas V SD dilihat dari jenis kelamin
Pada bagian ini penelti akan melakukan uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji persyaratan
analisisini peneliti menggunkan SPSS versi 20. Uji persyaratan analisis akan diuraikan peneliti yaitu sebagai berikut.
a. Uji Normalitas
Uji Normaliatas ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui apakah data tersebar terdistribusi normal atau tidak. Peneliti
melakukan uji normalitas ini dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov
pada SPSS versi 20. Penelitian peneliti menggunakan taraf signifikansi 0,05. Hipotesis stastistik dalam penelitian ini adalah:
H =
Sebaran data tidak sesuai dengan kurva normal atau data tidak normal
H
1
= Sebaran data sesuai dengan kurva normal atau data normal
Kriteria normalitas suatu data adalah 3 Jika harga sig 2-tailed
≥ 0,05; H ditolak atau H
1
gagal ditolak, artinya sebaran data tes sesuai dengan kurva normal
4 Jika harga sig 2-tailed 0,05; H gagal ditolak atau H
1
ditolak, artinya sebaran data tes tidak sesuai dengan kurva normal
Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnovdapat dilihat pada tabel 4.13.
JENIS DATA Sig
Kategori Skor Total
,005 Tidak Normal
Jenis Kelamin ,000
Ada Perbedaan
Tabel. 4.11 Tabel Sampel Kolmogorov-Smirnov Test Dari data yang didapat oleh peneliti merupakan hasil uji nomalitas
menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Tabel tersebut memperlihatkan sig2-.tailed pada variabel jenis kelamin adalah 0,000, maka data dapat dikatakan tidak normal
karena nilai signifikansinya kurang dari taraf signifikansi α = 0,05. Pada variabel skor memperlihatkan sig2-.tailed adalah 0,005, maka data dapat dikatakan tidak
normal ka rena nilai signifikansinya lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05.
Selain data tabel peneliti menyajikan dalam bentuk histogram yaitu sebagai berikut.
Gambar 4.24 Histogram Jenis Kelamin Siswa
Gambar 4.2 menunjukkan histogram jenis kelamin siswa yang menyatakan bahwa data tidak normal karena kecondongan grafik
histogram tidak seimbang dengan nilai skewnees tidak mendekati 0. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4.25109 Histogram Homogenitas
Gambar 4.2 menunjukkan histogram data siswa yang menyatakan bahwa data normal karena kecondongan grafik histogram seimbang
dengan nilai skewnees mendekati 0.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk membuktikan adanya kesamaan variansi populasi atau data variabel homogen atau tidak.
Data yang dapat dikatakan homogen bila nilai disignifikansi lebih dari 0,05.Uji homogenitas didasarkan pada uji Levene Statistic
dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel.
Dari data yang sudah diperoleh peneliti menunjukkan hasil uji homogenitas yang menyatakan taraf signifikansinya 0,284. Taraf
signifikansi yang telah didapatkan oleh peneliti lebih besar dari 0,05. Hasil yang uji homogenitas pada data yang telah diuji dapat
dikatakan bahwa dua kelompok data yaitu laki-laki dan perempuan memiliki variansi yang sama.
1. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Independent samples t-test pada SPSS 20. Uji
Independent samples t-test dilakukan untuk mengetahui perbedaan
miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri semeseter 2 se-Kecamatan Kalasan.Hipotesis yang digunakan
dalam uji hipotesis menggunakan Independent t test adalah H
= tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari jenis
kelamin siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Kalasan. µ
1
= µ
2
H
1
= Ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari jenis kelamin
siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Kalasan. µ
1
≠ µ
2
Kriteria pengambilan keputusan yang digunakan adalah 3 Jika harga sig 2-tailed
≥ 0,05; H ditolak atau H
1
gagal ditolak, artinya ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari jenis kelamin
siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Kalasan. 4 Jika harga sig 2-tailed 0,05; H
gagal ditolak atau H
1
ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA dilihat dari jenis
kelamin siswa kelas V SD semester 2 se Kecamatan Kalasan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dari tabel menunjukkan hasil uji hipotesis yang telah di uji dengan Independent samples t-test
yang menunjukkan bahwa harga sig 2-.tailed adalah 0,257. Hasil uji hipotesis ini menyatakan bahwa harga sig 2-.tailed
≥ 0,05. Berdasarkan hasil yang didapat peneliti dapat disimpulkan bahwa H ditolak atau H
1
gagal ditolak, artinya tidak ada perbedaan miskonsepsi IPA Fisika dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri semester 2 se-
Kecamatan Kalasan.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya miskonsepsi IPA Fisika kelas V SD Negeri semester 2 se-Kecamatan Kalasan dan untuk
mengetahui adanya perbedaan miskonsepsi dilihat dari jenis kelamin siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Kalasan. Penelitian ini dilakukan dengan
menyebarkan soal pilihan ganda yang berjumlah 20 item dan 5 item soal uraian. Soal-soal tersebut peneliti sebar di SD Negeri se-Kecamatan
Kalasan yang menggunakan kurikulum KTSP dan dibagikan sesuai dengan jumlah sampel yang dibutuhkan peneliti.
Miskonsepsi merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar. Miskonsepsi
dapat berbentuk konsepsi, kesalahan hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep,gagasan intuitif atau pandangan yang salah. Menurut
Fowler dalam Suparno, 2005:4 miskonsepsi dapat merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penggunaan konsep yang