menunjukan bahwa nilai rata-rata siswa perempuan lebih besar dari pada nilai rata-rata siswa laki-laki yaitu 87,56 83,17.
Relasi yang dilakukan peneliti dengan penelitian yang didapat bahwa kesalahan konsep atau miskonsepsi banyak disebabkan karena siswa kurang
mendalami sebuah materi dan siswa hanya menjawab dari pengalam yang mereka peroleh sehari-hari. Selanjutnya siswa yang mengalami miskonsepsi
pada materi sifat dan perubahan wujud benda, gaya, dan cahaya. Jenis kelamin yang didapat dari penelitian sebelumnya mengatakan bahwa tidak
adanya pengaruh hasil belajar siswa antara laki-laki dan perempuan.
C. Kerangka Berpikir
Menurut Fisher seperti dikutip oleh Amien 1990: 155. IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan
metode-metode yang berdasarkan observasi. Dengan demikian dalam pembelajaran IPA dikehendaki adanya keterlibatan langsung antara anak
dengan objek yang sedang dipelajari. Seorang anak yang mempelajari IPA akan menemukan pengertian tentang sejumlah gejala melalui pengetahuan
panca inderanya. Kesalahan anak dalam mempelajari suatu konsep IPA dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Miskonsepsi merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar. Miskonsepsi
dapat berbentuk konsepsi, kesalahan hubungan yang tidak benar antar konsep-konsep, gagasan intuitif atau pandangan yang salah. Menurut
Fowler dalam Suparno, 2005: 4 miskonsepsi dapat merupakan pengertian yang tidak akurat tentang konsep, penggunaan konsep yang
salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah tentang penerapan konsep, pemaknaan konsep yang berbeda, kekacauan konsep konsep yang berbeda,
dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Dengan adanya pembelajaran IPA siswa juga akan mengerti akan
kehidupan sehari-hari. Karena pada kehidupan sehari-hari IPA sangat bermanfaat bagi kehidupan siswa. Jika tidak mengenal konsep IPA dengan
baik maka siswapun tidak akan bisa beradaptasi dengan lingkungan dan kehidupan sehari-hari. Pada pelajaran IPA biasanya juga banyak terjadi
kesalahan konsepsi seperti dalam materi gaya, pesawat sederhana, cahaya, terbentuknya tanah dan pembentukan atau pelapukan batuan, dikarenakan
konsep siswa dan konsep yang sudah dikemukakan oleh para ahli berbeda. Miskonsepsi ini dapat cegah dengan cara memberikan soal dan melakukan
wawancara dengan guru. Siswa diberikan soal yang sudah dipersiapkan oleh peneliti dan guru diwawancara untuk mendeteksi apa penyeban
terjadinya miskonsepsi pada siswa. Peneliti akan mendeteksi adanya miskonsepsi yang terjadi pada pelajara IPA Fisika yang terjadi pada siswa
SD se-Kecamatan Kalasan. Secara keseluruhan hasil dari populasi siswa di seluruh Kecamatan Kalasan menunjukan bahwa siswa laki-laki lebih
banyak dari pada siswa perempuan, dengan begitu akan terlihat perbadaan persepsi konsepsi IPA Fisika antara perempuan dan laki-laki. Hasil
kemudian akan disajikan dengan menggunakan jenis penelitian kuantitatif survei.
Berdasarkan kerangka yang sudah dibuat oleh peneliti, peneliti lalu membuat literatur map dengan berdasarkan relasi yang sudah peneliti
lakukan.
D. Hipotesis Penelitian