Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I akan membahas enam bagian pendahuluan dari penelitian ini. Enam bagian tersebut yaitu latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada prinsipnya merupakan proses pematangan kualitas hidup. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari Buchori dalam Trianto, 2009: 4. Karena itulah fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul dengan menitikberatkan proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak dan keimanan. Sama halnya seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara 1889- 1959, “Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti karakter, kekuatan batin, pikiran intellect dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan masyarakat. Mulyasana 2012: 120 mengatakan bahwa diharapkan pendidikan pada waktu dekat ini menampilkan pendidikan yang lebih bermutu. Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu melakukan proses pematangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan dan dari buruknya akhlak keimanan. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA di pendidikan formal sudah ada pada jenjang Sekolah Dasar SD. Karena pelajaran IPA berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari dan sebagai dasar mengungkapkan fenomena alam yang terjadi, sehingga pembelajaran IPA harus diajarkan secara mendalam agar siswa mampu memahami konsep- konsep yang terkandung IPA . Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar, IPA diajarkan dengan tujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir dan mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan tersebut diharapkan siswa dapat memahami konsep- konsep belajar IPA secara benar Suparno, 2005: 54. Faktanya prestasi pembelajaran IPA di Indonesia masih sangat rendah, dengan beberapa bukti dari Program for Internasional Student Assesment PISA dan Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS menyatakan bahwa kemampuan siswa Indonesia untuk semua bidang yang diukur ternyata Indonesia berada di bawah rata-rata skor internasional yang sebesar 500, menurut PISA 2006 dan TIMSS 2007. Berdasarkan studi PISA tahun 2003, Indonesia berada di urutan 39 dari 41 negara untuk Matematika dan IPA Kompas, 28 Oktober 2009, dan dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan lima guru dari lima sekolah yang berada di Kecamatan Kalasan bahwa nilai KKM di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI wilayah Kecamatam Kalasan untuk mata pelajaran IPA masih sangat rendah. Menurut Suparno 2005: 2-3 rendahnya hasil belajar IPA siswa juga dapat disebabkan karena pemahaman siswa yang salah tentang suatu konsep IPA miskonsepsi dan konsepsi yang telah dimilikinya, yang pada umumnya tidak sesuai dengan konsep ilmiah. Dalam pelajaran IPA usaha yang dilakukan guru untuk memahami konsepsi siswa merupakan titik awal proses perubahan konseptual siswa. Siswa bukanlah suatu kertas kosong yang bersih, yang dalam proses pembelajaran akan ditulis oleh guru. Konsepsi yang kurang lengkap atau kurang sempurna dapat menimbulkan miskonsepsi pada siswa. Adanya miskonsepsi yang dalam IPA yang dialami murid berpengaruh pada prestasi IPA di sekolah. Berdasarkan tes sampling yang peneliti lakukan sebelum pengambilan dan pengolahan data dilima sekolah dengan jumlah siswa 50 siswa pada Kecamatan Kalasan ada 45 siswa yang belum mampu menerapkan konsep dengan baik. Siswa se- Kecamatan Kalasan masih belum mendapatkan hasil yang memuaskan dalam Ujian Nasional karena masih banyak siswa yang belum memahami konsep dengan benar terbukti dari wawancara yang saya lakukan kepada 5 sekolah dan 5 guru yang mengampu kelas V pada tanggal 25 Maret 2015 ada 4 guru yang mengatakan bawah nilai KKM terendah pada kelas V adalah mata pelajaran IPA dan sisanya mengatakan mata pelajaran lain . Serta banyak siswa yang kurang memahami konsep IPA Fisika terutama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pada m emahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya. Penelitian ini di lakasanakan di seluruh SD Negeri se- Kecamatan kalasan, karena peneliti beranggapan bahwa belum ada penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kalasan mengenai miskonsepsi pada siswa. Berdasarkan fakta yang peneliti dapatkan, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 se-Kecamatan Kalasan, Sleman Tahun 2015”. Penelitian ini, dilakukan untuk mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan perbedaan miskonsepsi yang dilihat dari jenis kelamin siswa, sehingga guru dapat dengan cepat melakukan penanganan kepada siswa yang mengalami miskonsepsi.

B. Identifikasi Masalah