66 Identitas
siswa Hasil pekerjaan siswa
hasil pekerjaan diambil salah satu soal Hasil analisis perilaku
pemecahan masalah dari wawancara
Sedangkan pada nomor berbeda hasil pekerjaan siswa sebagai berikut.
Dapat dilihat pada pekerjaan siswa ini, jawaban akhir tidak dinyatakan sesuai
dengan konteks soal. siswa tidak menyatakan jawaban
akhir pada konteks masalah.
S6
dapat dilihat pada jawaban siswa diatas, siswa menuliskan informasi yang diketahui
dari soal dan yang ditanyakan pada soal Setalah dilakukan wawancara
dan mengerjakan soal, siswa langsung melakukan perhitungan
dan pada jawaban akhir tidak dinyatakan
sesuai dengan
konteks masalah. Akan tetapi setelah
peneliti menanyakan
maksud dari jawaban akhir yan didapat siswa, siswa menuliskan
jawabannya kembali
beserta konteks masalah.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan terhadap kesalahan dan penyebab kesalahan yang dilakukan
siswa Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat bahwa kesalahan yang paling banyak
terjadi pada saat siswa menyelesaikan soal cerita matematika adalah kesalahan menggunakan teorema atau definisi yang kemudian diikuti oleh kesalahan
teknis. Dari 6 soal yang diujikan pada siswa terdapat 21 kesalahan menggunakan metode atau definisi, 13 kesalahan teknis, 2 kesalahan data dan
2 soal tidak dijawab. Kemudian dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 6 orang siswa, diketahui penyebab siswa melakukan kesalahan pada
saat menyelesaikan soal cerita matematika materi bangun ruang sisi datar pada pokok bahasan kubus dan balok, sebagai berikut.
67
a. Siswa belum memahami materi bangun ruang sisi datar khususnya pada
pokok bahasan kubus dan balok. Sehingga siswa bingung memilih metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan soal.
b. Kurangnya pemahaman terhadap materi juga menyebabkan siswa
cenderung menghapal rumus yang ada, sehingga saat siswa lupa dengan rumus, siswa bingung dan melakukan kesalahan.
c. Tidak teliti membaca soal, sehingga ada informasi pada soal yang
terlewat atau ditambahkan oleh siswa d.
Kurangnya pemahaman terhadap soal, sehingga melakukan kesalahan pada memilih metode untuk menyelesaikan soal
e. Tidak teliti melakukan perhitungan. Pada pengerjaan soal sebagian besar
kesalahan perhitungan pada operasi perkalian.
2. Pembahasan terhadap perilaku pemecahan masalah yang dilakukan siswa
Hasil analisis kesalahan menurut Hadar menunjukan kesalahan terbanyak pada soal cerita adalah kesalahan teorema atau definisi. Pada hasil wawancara
juga menunjukan hal yang sama pada tabel 4.13, sebagian besar kesalahan siswa disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep materi.
Perilaku pemecahan masalah yang ditunjukan siswa dalam penelitian ini adalah DTA-proficient, DTA-not proficient, DTA-limited context dan MBA-full
context. Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat siswa yang menunjukan perilaku DTA-proficient sebanyak 13 siswa, DTA-not proficient sebanyak 10, DTA-
limited context sebanyak 6 siswa dan MBA-full context sebanyak 2 siswa. Siswa dengan perilaku DTA-proficient langsung melakukan perhitungan
tanpa mengalami kesulitan pada saat memahami masalah, memilih penyelesaian masalah atau pada perhitungan. Jawaban akhir yang didapat dari
proses perhitungan benar, akan tetapi tidak dinyatakan kembali pada konteks soal padahal jawaban akhir dapat dinyatakan sesuai dengan konteks soal.
Padahal dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa dapat menyatakan konteks soal secara verbal. Pada proses perhitungan pun tidak ada penjelasan yang
mendukung atau konteks masalah yang sesuai dengan soal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Siswa dengan perilaku DTA-limited context berperilaku hampir sama dengan siswa dengan perilaku DTA-proficient. Akan tetapi siswa menuliskan
beberapa konteks soal. Konteks soal tersebut dituliskan dalam bentuk keterangan soal yang sesuai konteks soal atau jawaban yang dinyatakan sesuai
konteks. Konteks yang dituliskan atau dinyatakan oleh siswa terbatas atau tidak begitu jelas. Sedangkan siswa dengan perilaku MBA-full context memaknai
setiap informasi yang diperolehnya dari soal. Siswa menuliskan informasi yang diketahui hingga yang ditanyakan sesuai dengan konteks soal. Pada proses
perhitungan pun siswa tidak mengalami kesulitan. Siswa dapat menemukan jawaban akhir yang benar dan menyatakan jawabanya dalam konteks soal
dengan jelas. Pada siswa dengan perilaku DTA-not proficient, siswa menunjukan
beberapa kesalahan yang disebabkan karena kesulitan siswa memahami masalah, memilih metode penyelesaian atau pada perhitungan
Dari kategori perilaku pemecahan masalah yang ditemukan peneliti, peneliti menyimpulkan bahwa kesalahan sebagian besar dilakukan siswa dengan
perilaku DTA-not proficient. Analisis yang telah dilakukan peneliti terhadap perilaku pemecahan masalah mengungkapkan proses kognitif dan pemahaman
siswa pada saat menyelesaikan soal cerita matematika. Pada perilaku DTA-not proficient siswa kurang mampu atau ragu-ragu memahami masalah pada soal
sehingga bingung memilih metode penyelesaiannya. Hal ini menunjukan bahwa konsep materi yang diketahui oleh siswa belum benar-benar
dipahaminya. Dengan demikian, guru dapat mengevaluasi pembelajaran yang telah
dilakukan. Guru dapat menentukan apakan metode pembelajaran yang dilakukan guru sudah efektif atau belum bagi seluruh siswa. Selain itu jika
diperlukan suatu upaya remedial, guru juga dapat menyusun pembelajaran remedial yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.
69
E. Keterbatasan Penelitian