Pengaruh strategi pembelajaran matematika berbasis komputer menggunakan video compact disc (vcd) interatif terhadap pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar (studi penelitian eksperimen di SMP Negeri 10 Depok)

(1)

BANGUN RUANG SISI DATAR

(Studi Penelitian Eksperimen di SMP Negeri 10 Depok)

SKRIPSI

Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 (S1)

Disusun Oleh:

LILIS EKA SISWANTI

NIM : 106017000529

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

Skripsi yang berjudul "pENGARIJFI STRATEGI PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

BERBASIS

KOMPUTER MENGGUNAKAN

VIDEO

COMPACT

DISC

(VCD)

INTERAKTIF

TERI{ADAP

PEMAHAMAN I(ONSEP LUAS

DAN

voLUME

(Stucli Eksperimen

di

sMp

Negeri 10 Depok)" disusun oleh

LILIS EKA

SISWANTI Nomor Induk Mahasiswa 10601 7000529, telah melah,ri bimbingan clan dinyatakan sah sebagai l<arya

ilmiyah.

Jakarta,l3 Juni 2011

Dosen Pembimbing

Il

(^,

M

{y

Dr. Kadir M. Pd Firdausi. M. Pd

NIP. 19690629 200s01

I

003 NIP. 19670812 199402

t

001


(3)

Berbasis Komputer Menggunal<an Wdeo Compact Disc (VCD) Interaktif

Terhadap Pemahaman Konsep Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar (Studi Eksperimen

di

SMP Negeri 10 Depok)", disusun oleh LILIS EKA SISWANTI Nomor Induk Mahasiswa 106017000529, diajukan kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan

UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah

dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 21 Juni 2011 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana 51 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta,

2l

Juni 2011

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal

TandaTangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi)

Maifalinda Fatra. M.Pd NrP. 19700528 199603 2 A02

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Otong Suhvanto, M.Si

NIP. 19681104 199903

I

001 Penguji I

Maifalinda Fatra. M.Pd NrP. 19700528 199603 2 002

Penguji II

Otone Suhyanto, M.Si NrP. 19681104 199903

I

001

26- 06 - 20lt

26-

06-26-06-

20il

26-

ob-Mengetahui


(4)

NIM Jurusan

Angkatan Tahun

Alamat

Nama

NIP

106017000529

Pendidikan Matematika 2006

Perumahan Bukit Parung Asri Blok F'l22Ptt.04l0l Desa Bojong Sempu Parung Kabupaten Bogor 16330

MENYATAKAI{ DENGAN SESTJNGGUHI\IYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer Menggunakan Video Compact Disc (VCD) Interaktif

Terhadap Pemahaman Konsep Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1.

Dosen Pembimbing I

Nama : Dr. Kadir, M. Pd

NIP

:196708121994021001

Dosen

Jurusan

: Pendidikan Matematika

2.

Dosen Pembimbing

II

: Firdausi, M. Pd

:19690629 200501 1 003 Dosen

Jurusan

: Pendidikan Matematika

Demikian surat pemyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi

ini

bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 14 Juni 20l l Yang Menyatakan, METERAI

H^HMJH.-L J'ir''r*ro*

Lilis Eka nti NrM. 106017000s29


(5)

Nama : Lilis Eka Siswanti NIM : 106017000529

Fakultas/Jurusan : FITK/Pendidikan Matematika Jenis Penelitian : Skripsi

Judul : PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KOMPUTER MENGGUNAKAN VIDEO COMPACT DISC (VCD)

INTERAKTIF TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP LUAS DAN VOLUME BANGUN RUANG SISI DATAR Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :

1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas penulisan karya ilmiah saya, demi mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/pengalih formatkan. 3. Mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya

serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.

4. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dari segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 14 Juli 2011 Yang menyatakan,


(6)

i

Berbasis Komputer Menggunakan Video Compact Disc (VCD) Interaktif Terhadap Pemahaman Konsep Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar”, Skripsi, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh strategi pembelajaran matematika berbasis komputer menggunakan Video Compact Disc (VCD)

interaktif terhadap pemahaman konsep luas dan volume pada materi bangun ruang sisi datar. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Depok Tahun Pelajaran 2010/2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Pengumpulan data pemahaman konsep luas dan volume menggunakan teknik test berupa test essay, selanjutnya dianalisis dengan menggunkan statistika uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar yang diajarkan dengan menggunakan media VCD interaktif sebesar 68,55 sedangkan rata-rata kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar yang diajarkan dengan menggunakan media gambar sebesar 58,35.Dari hasil uji hipotesis diperoleh nilai thit ttab (3,35 1,67). Secara keseluruhan rata-rata kemampuan pemahaman

konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar yang diajarkan dengan menggunakan media VCD interaktif lebih tinggi secara signifikan daripada rata-rata kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar yang diajarkan dengan menggunakan media gambar. Secara parsial kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar meliputi translation, interpretation, dan extrapolation, kelompok yag diajarkan dengan menggunakan media VCD interaktif lebih baik daripada kelompok yang diajar dengan menggunakan media gambar.


(7)

ii

Instruction Learning Mathematics-Based Video Compact Disc (VCD) On Understanding Concept Interactive Area and Volume", Skripsi, Department of Mathematics Education, Faculty of Science and Teacher Training Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The purpose of this research is to study the effect of Computer Assisted Instruction Learning mathematics-based Video Compact Disc (VCD) on understanding concept interactive area and volume on the material plane geometry. This research was conducted in SMP Negeri 10 Depok at Academic Year 2010/2011. The method used in this study was quasi experiment. Collecting data technique understanding of the concept of area and volume using a test essay, then analyzed by using statistical t-test.

The results of the research shows that the average ability of understanding the concept of area and volume of students who were taught using interactive VCD

media for an average of 68,55 while the ability of understanding the concept of area and volume are taught to use the media image of 58,32. From the research finding of hypothesis test obtained by value tcount ttable (3,36 1,67). Overall

average understanding of the concept of ability area and volume of students who were taught using interactive VCD media significantly higher than the average ability of understanding the concept of area and volume of students who were taught using media images. Partially ability of understanding the concept of area and volume include among translation, interpretation, and extrapolation, group was taught using an interactive VCD media better than those who were taught using media images.


(8)

iii

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT telah memberikan segala rahmat, taufik, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan pada umatnya yang selalu setia mengikuti petunjuknya sampai akhir zaman.

Alhamdulillah skripsi dengan judul ”Pengaruh Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer Menggunakan Video Compact Disc (VCD)

Interaktif Terhadap Pemahaman Konsep Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar” dapat penulis selesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini diperuntukkan sebagai kelengkapan syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi pendidikan matematika. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 10 Depok. Skripsi ini dapat terselesaikan tentunya dengan adanya bantuan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Ketua jurusan pendidikan matematika, Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd.

3. Bapak Otong Suhyanto, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika. 4. Bapak Dr. Kadir, M.Pd, Dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat, dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

5. Bapak Firdausi, M.Pd, Dosen Pembimbing II yang dengan kesabaran dan keikhlasannya telah membimbing, memberikan saran, masukan serta arahan kepada penulis.

6. Seluruh dosen jurusan pendidikan matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang bapak dan Ibu berikan


(9)

iv

8. Bapak H. Asep Tarmidi, S.Pd. M.M, Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Depok dan Bapak Budiyanto, S.Pd, Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Depok yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini, serta Ibu Dwi Woro Hartini, M.Pd, Guru matematika SMP Negeri 10 Depok yang telah memberikan arahan dalam penelitian skripsi ini.

9. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tercinta, ayahanda Lilik Triyoto dan Ibunda Markamah yang tiada hentinya mencurahkan kasih sayang, selalu mendoakan, serta memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis. Serta Adikku Khairun Mustaqim yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis, Love you. Serta keluarga besar Ngudi Santoso yang telah memberikan semangat dan doa yang sangat berarti. 10.Sahabat-sahabat seperjuanganku di bangku kuliah (Isma Hasanah, Yuli

Dwi Purnamawati, dan Muhammad Ali) yang bersama-sama saling memberikan semangat, nasehat, dan doa kepada penulis. Serta semua teman-temanku di Jurusan Pendidikan Matematika 2006. Terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.

11.Dan kepada semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan semoga kebaikan mereka mmendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca semuanya, Amin.

Jakarta, Juni 2011

Penulis


(10)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN ... 1

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... 7

C. PEMBATASAN MASALAH ... 7

D. PERUMUSAN MASALAH ... 8

E. TUJUAN PENELITIAN ... 8

F. MANFAAT PENELITIAN ... 9

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. DESKRIPSI TEORITIK ... 10

1. Kajian Teori Pemahaman Konsep Matematika Luas dan Volume ... 10

a. Pengertian Pemahaman Konsep ... 10

b. Indikator Pemahaman Konsep ... 18

c. Pembelajaran Matematika ... 19

1) Pengertian Pembelajaran ... 19

2) Pengertian Matematika ... 21

d. Konsep Luas dan Volume ... 26

1) Luas Permukaan dan Volume Kubus ... 26

2) Luas Permukaan dan Volume Balok ... 28

3) Luas Permukaan dan Volume Prisma ... 29


(11)

vi

3. Kajian Teori Media Gambar ... 44

B. HASIL PENELITIAN RELEVAN ... 45

C. KERANGKA BERPIKIR ... 46

D. PENGAJUAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 49

B. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL ... 49

C. METODE DAN DESAIN PENELITIAN ... 50

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 50

E. INSTRUMEN PENELITIAN ... 51

F. TEKNIK ANALISIS DATA ... 56

1. Pengujian Prasyarat Analisis ... 56

a) Uji Normalitas Data ... 56

b) Uji Homogenitas Data ... 57

2. Pengujian Hipotesis ... 58

G. HIPOTESIS STATISTIK ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN A. DESKRIPSI DATA ... 61

1. Kemampuan Pemahaman Konsep Luas dan Volume Kelas Eksperimen ... 61

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Luas dan Voleme Kelas Kontrol ... 64

3. Perbandingan Kemampuan Pemahaman Konsep Luas dan Volume Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 68

B. HASIL PENGUJIAN PRASYARAT ANALISIS ... 70

1. Uji Normalitas ... 71


(12)

vii

D. KETERBATASAN PENELITIAN ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 85 B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN


(13)

viii

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 50

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Konsep Luas dan Volume ... 51

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tes Pemahaman Konsep Luas dan Volume Kelas Eksperimen ... 62

Tabel 4.2 Skor Pemahaman Konsep Luas dan Volume Kelas Eksperimen Tiap Dimensi ... 64

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tes Pemahaman Konsep Luas dan Volume Kelas Kontrol ... 65

Tabel 4.4 Skor Pemahaman Konsep Luas dan Volume Kelas Kontrol Tiap Dimensi ... 67

Tabel 4.5 Statistik Hasil Penelitian ... 68

Tabel 4.6 Rekapitulasi Skor Rata-Rata Tiap Dimensi Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

Tabel 4.7 Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 72


(14)

ix

Gambar 2.2 Kubus Satuan Untuk Menentukan Volume Kubus ... 27

Gambar 2.3 Balok dan Jaring-Jaring Balok ... 28

Gambar 2.4 Balok Satuan Untuk Menentukan Volume Balok ... 29

Gambar 2.5 Prisma dan Jaring-jaring Prisma ... 30

Gambar 2.6 Balok Untuk Menentukan Volume Prisma ... 31

Gambar 2.7 Limas Segiempat dan Jaring-jaring Limas Segimpat ... 32

Gambar 2.8 Balok Untuk Menentukan Volume Limas ... 33

Gambar 2.9 Peranan Media Audio Visual VCD dalam Mengajar Secara Klasik ... 41

Gambar 2.10 Peranan Media Audio Visual VCD dalam Mengajar Secara Individual ... 42

Gambar 2.11 Peranan Media Audio Visual VCD dalam Mengajar Secara Berkelompok ... 43

Gambar 4.1 Histogram dan Poligon Kemampuan Pemahaman Konsep Luas dan Volume Kelas Eksperimen ... 63

Gambar 4.2 Histogram dan Poligon Kemampuan Pemahaman Konsep Luas dan Volume Kelas Kontrol ... 66

Gambar 4.3 Kurva Distribusi Nilai Hasil Posstest Kemampuan Konsep Luas dan Volume Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69


(15)

x

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol ... 106

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa ... 120

Lampiran 4 Instrumen Tes Pemahaman Konsep Luas dan Volume ... 144

Lampiran 5 Tes Pemahaman Konsep Luas dan Volume ... 147

Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Pemahaman Konsep Luas dan Volume ... 149

Lampiran 7 Perhitungan Uji Validitas Instrumen Tes ... 154

Lampiran 8 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 159

Lampiran 9 Perhitungan Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes ... 164

Lampiran 10 Perhitungan Uji Daya Pembeda Instrumen Tes ... 167

Lampiran 11 Rekapitulasi Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Instrumen Tes ... 170

Lampiran 12 Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 171

Lampiran 13 Nilai Posttest Kelas Eksperimen Berdasarkan Dimensi Pemahaman Konsep ... 172

Lampiran 14 Nilai Posttest Kelas Kontrol Berdasarkan Dimensi Pemahaman Konsep ... 174

Lampiran 15 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen ... 176

Lampiran 16 Perhitungan Distribusi Frekuensi Kelas Kontrol ... 179

Lampiran 17 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 182

Lampiran 18 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 184

Lampiran 19 Perhitungan Uji Homogenitas ... 186

Lampiran 20 Perhitungan Pengujian Hipotesis Statistik ... 188

Lampiran 21 Surat Bimbingan Skripsi ... 190

Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Observasi ... 191

Lampiran 23 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 192


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahliaan tertentu kepada individu guna mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu masalah pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan yang lebih baik yang menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan kuantitas, kualitas, dan relevansinya.

Secara umum pendidikan dilaksanakan untuk maksud yang positif dan struktural, format serta pelaksanaannya diarahkan untuk membimbing, membina manusia dalam kehidupan. Manusia secara kodratnya dikaruniai kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah dan jasmaniah. Dengan potensi ini manusia mampu mempertahankan hidup serta menuju kesejahteraan. Kemampuan dasar manusia tersebut dalam sepanjang sejarah pertumbuhannya merupakan modal dasar untuk mengembangkan hidupnya dalam segala bidang, karena itu peranan pendidikan sangat penting, sebab pendidikan merupakan lembaga yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan, membina rasio, intelek dan kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya.

Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal strategi mengajar, metode mengajar, media mengajar, buku-buku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran.

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran untuk pelajaran matematika di sekolah lebih banyak di bandingkan dengan pelajaran lain. Selain itu pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan


(17)

kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah perguruan tinggi.

Akan tetapi banyak siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sangat sulit. Padahal sulit tidaknya pelajaran itu tergantung pada siswa itu sendiri. Oleh sebab itu bagaimana cara guru meyakinkan kepada siswa bahwa pelajaran matematika tidak sulit seperti yang mereka bayangkan, karena dengan menganggap sulit dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar matematika.

Kenyataannya hasil belajar matematika yang diperoleh siswa saat ini masih memprihatinkan. Hal ini menjadi bahan perbincangan dalam berbagai diskusi mengenai pendidikan di Indonesia bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan mutu pendidikan di negara lain.

Salah satu indikator adalah mutu pendidikan matematika yang diduga telah tergolong memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata matematika siswa di sekolah lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain. Bahkan banyak diperbincangkan tentang nilai ujian akhir nasional (UN) bidang studi matematika yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan bidang studi lainnya. Bukan hanya pada UN saja yang menunjukan hasil pendidikan matematika yang rendah, hal lain dapat dilihat pada tingkat prestasi Olimpiade Matematika tingkat SMA yang nilai rata-ratanya lebih rendah dibandingkan dengan olimpiade mata pelajaran lainnya. Hal ini disebabkan rendahnya penguasaan konsep dasar matematika masih kurang antara lain dalam memahami rumus, generalisasi, dan konteks kehidupan nyata dengan ilmu matematika. Bahkan diperoleh keterangan 80% dari peserta memiliki pemahaman konsep dasar matematika yang sangat lemah.1

Terlihat dari fakta di atas bahwa pemahaman konsep matematika di Indonesia masih sangatlah rendah. Kurangnya pemahaman konsep matematika

1

Supraptojielwongsolo, “Penggunaan Media Pada Pembelajaran Matematika”, dalam http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/12/ penggunaan - media - pada - pengajaran-matematika/, 25 Juli 2010, pukul 21.25 WIB.


(18)

juga akan berakibat terhadap hasil belajarnya. Berdasarkan hasil observasi, hasil belajar matematika di SMP Negeri 10 Depok belum maksimal. Terlihat dari rata-rata hasil ulangan harian kelas VIII pada pokok bahasan bangun ruang hanya mencapai 61,55 dan ini tidak memenuhi standar KKM yaitu sebesar 65,00. Ini terbukti bahwa matematika merupakan masalah khususnya pada pokok bahasan bangun ruang. Oleh karena itu, perlulah pembelajaran matematika di Indonesia mulai dibenahi sehingga bisa bersaing dengan negara-negara lainnya.

Pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang sedang diajarkan serta mampu menggunakan dan menerapkan apa yang telah diajarkan untuk menyelesaikan permasalahan. Pemahaman sangatlah penting dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran karena jika pemahaman belum dapat dicapai oleh siswa ketika menerima pelajaran maka mana mungkin siswa itu dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru yang menyangkut materi yang telah diajarkan dan siswa akan mengalami kesulitan karena informasi yang telah disamapaikan oleh guru belum dapat diserap dengan baik oleh siswa.

Dalam hal belajar matematika pada dasarnya merupakan belajar konsep.2 Selama ini siswa cenderung menghafal konsep-konsep matematika tanpa memahami maksud dan isinya. Dengan demikian pembelajaran matematika di sekolah merupakan masalah. Jika konsep dasar diterima salah, maka sangat sukar untuk memperbaiki kembali, terutama jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Oleh karena itu, yang penting adalah bagaimana siswa memahami konsep-konsep matematika secara bulat dan utuh, sehingga jika diterapkan dalam meyelesaikan soal-soal matematika siswa tidak mengalami kesulitan.

Berdasarkan penjelasan di atas pemahaman konsep itu perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini yaitu sejak anak tersebut masih duduk dibangku sekolah dasar maupun bagi siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terkait bahwa pemahaman konsep juga sangat diperlukan. Di sana mereka

2


(19)

dituntut mengerti tentang definisi, pengertian, cara pemecahan masalah maupun pengoperasian matematika secara benar, karena akan menjadi bekal dalam mempelajari matematika pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Oleh karena itu, kemampuan pemahaman konsep sangatlah diperlukan dalam mata pelajaran matematika karena orang yang memiliki kemampuan pemahaman konsep yang baik akan mampu memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Dalam rangka meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran dan penguasaan konsep, perlu dilakukan upaya pengembangan pembelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan keaktifan siswa, mampu menarik perhatian siswa, memberi kesan menyenangkan agar siswa tidak merasa jenuh selama proses pembelajaran berlangsung, menjadikan pelajaran menjadi lebih mudah dipahami serta memberikan iklim yang kondusif dalam peningkatan pemahaman siswa.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan tersebut perlu adanya pengembangan dan pembaharuan di bidang pendidikan antara lain pembaharuan pembelajaran atau meningkatkan relevansi strategi mengajar. Strategi mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan melalui pengajaran. Adapun tujuan pengajaran adalah supaya siswa dapat berfikir dan kreatif, maka dari itu siswa harus diberi kesempatan untuk mencoba kemampuannya dalam berbagai kegiatan.

Widiyanto (2008:2) mengatakan, “Strategi pembelajaran matematika

yang efektif dan menarik adalah strategi pembelajaran yang memiliki nilai relevansi dengan pencapaian daya matematika, memberi peluang untuk bangkitnya kreativitas, mampu mengembangkan suasana belajar mandiri dan sejauh mungkin memanfaatkan momentum kemajuan

teknologi khususnya fungsi teknologi informasi”.3

Berdasarkan pendapat Widiyanto, keefektifan suatu strategi pembelajaran matematika adalah jika pembelajaran yang dilakukan dapat membuat siswa

3


(20)

menemukan dan mengembang konsep yang dipelajari, membangkitkan kreativitas siswa dan mengarahkan siswa untuk belajar secara mandiri. Ada banyak strategi pembelajaran yang telah dikembangkan untuk dapat diterapkan oleh guru dalam mencapai tujuan tersebut. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat, telah muncul strategi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran yakni pembelajaran berbasis komputer yang biasa dikenal dengan CAI (Computer Assistend Instruktion), yaitu penggunaan komputer sacara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pembelajaran, memberikan latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa.4

Pembelajaran berbasis komputer merupakan bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Komputer merupakan salah satu teknologi informasi yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika. Banyak hal abstrak atau imajinatif yang sulit dipikirkan peserta didik, dapat dipresentasikan melalui simulasi komputer. Latihan dan percobaan-percobaan eksploratif matematika dapat dilakukan peserta didik dengan menggunakan program-program sederhana untuk penanaman dan penguatan konsep, membuat pemodelan matematika, dan menyusun strategi dalam memecahkan masalah.5

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah menengah mempunyai perbedaan dengan mata pelajaran lainnya. Sebagian besar materi yang dipelajari di dalam matematika berisi konsep-konsep dan rumus-rumus yang mendukung konsep-konsep tersebut. Salah satu hal yang unik dan perlu mendapat perhatian adalah bahwa materi yang diajarkan kebanyakan bersifat abstrak, oleh karena itu siswa harus mulai mengembangkan imajinasi agar dapat memahami konsep yang mendasar dalam matematika.

4

Daryanto, Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), Cet. I, hal. 149.

5

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 204.


(21)

Penggambaran sesuatu yang abstrak menjadi hal penting pada proses pembelajaran matematika. Guru harus memiliki kreativitas yang tinggi agar ilmu yang akan ditransfer lebih bisa diterima secara logis oleh peserta didik. Penggambaran fenomena yang ada dalam matematika bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan alat peraga ataupun media lainnya.

Dalam penyampaian materi di sebagian besar sekolah saat ini masih menggunakan sistem seperti sekolah-sekolah pada umumnya, yaitu guru menyampaikan materi di depan kelas dengan sarana papan tulis dengan kapur ataupun spidol untuk memberikan contoh atau gambaran kepada murid didiknya. Dengan penyampaian materi pelajaran seperti disebutkan di atas, kualitas ilmu yang tersampaikan kepada murid cenderung monoton, kreativitas murid tidak berkembang dan suasana kelas menjadi biasa saja. Oleh karena itu sebagai inovasi dan salah satu cara untuk mendekatkan murid dengan sarana teknologi informasi yaitu komputer, diperlukan adanya Video Compact Disc (VCD) pembelajaran interaktif yang dapat membantu kegiatan penyampaian materi kepada murid-murid dalam hal ini adalah murid-murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VIII.

Dalam VCD pembelajaran interaktif berisi meteri yang akan disampaikan secara komunikatif interaktif dengan bentuk dan warna yang menarik sehingga membuat siswa semanagat belajar dan tertarik untuk mengikuti proses kegiatan belajar mengajar. Selain itu diharapkan dengan penyampaian materi menggunakan VCD pembelajaran interaktif ini akan lebih mudah diingat karena indera para murid lebih dipancing untuk semakin aktif, khususnya indera penglihatan dan pendengaran serta diharapkan dapat mempermudah pemahaman siswa tentang konsep dari suatu pokok bahasan materi.

Mengingat pentingnya pembelajaran matematika maka peneliti mendapat dorongan untuk melakukan penelitian guna mengetahui pengaruh pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajar berbasis komputer dengan media Video Compact Disc (VCD) Interaktif pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar.


(22)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Komputer Menggunakan Video Compact Disc (VCD) Interaktif Terhadap Pemahaman Konsep Luas dan Volume Bangun Ruang Sisi Datar”.

B. Identifikasi Masalah

Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu:

a. Materi pembahasan yang memang sulit untuk dipahami siswa. b. Kurang tekunnya siswa dalam memahami pelajaran.

c. Siswa kurang termotivasi untuk belajar.

d. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran matematika tidak mampu menyelesaikan permasalahan belajar siswa.

e. Belum ada pemanfaatan media pembelajaran untuk menyelesaikan permasalahan rendahnya pemahaman konsep matematika siswa.

C. Pembatasan Masalah

Dengan adanya identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada :

1. Strategi pembelalajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran berbasis komputer dengan menggunakan media

Video Compact Disc (VCD) interaktif sebagai bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa.

2. Pemahaman konsep adalah kemampuan memahami atau mengerti tentang konsep yang diajarkan. Dalam hal ini, pemahaman konsep yang akan diteliti adalah pemahaman konsep mengenai luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma, dan limas (Bangun Ruang Sisi Datar). Dimensi pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep menurut teori Bloom, yaitu pemahaman translation, interpretation, dan extrapolation.


(23)

3. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Depok Tahun Ajaran 2010/2011.

D. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Bagaimana kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun

ruang sisi datar yang diajarkan dengan strategi pembelajaran matematika berbasis komputer menggunakan Video Compact Disc (VCD) interaktif dan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional menggunakan media gambar?.

b) Apakah ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar antara siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran matematika berbasis komputer menggunakan Video Compact Disc (VCD) interaktif dan yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional menggunakan media gambar?.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar yang diajarkan dengan strategi pembelajaran matematika berbasis komputer menggunakan Video Compact Disc (VCD) interaktif dan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional menggunakan media gambar.

b) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar antara siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran matematika berbasis komputer menggunakan Video Compact Disc (VCD) interaktif dan yang diajarkan dengan strategi pembelajaran konvensional menggunakan media gambar.


(24)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Manfaat bagi siswa

Apabila hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa strategi pembelajaran berbasis komputer menggunakan Video Compact Disc (VCD) interaktif dalam pembelajaran matematika dapat memberi pengaruh positif terhadap pemahaman luas dan volume bangun ruang sisi datar maka melalui pembelajaran ini siswa akan lebih paham mengenai materi yang diajarkan dan akan mempengaruhi hasil belajarnya serta melalui pembelajaran ini dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa agar tidak bosan terhadap pembelajaran yang monoton dan lebih termotivasi untuk belajar.

b. Manfaat bagi guru

Implementasi strategi pembelajaran berbasis komputer menggunakan

Video Compact Disc (VCD) interaktif dalam pembelajaran matematika dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.

c. Manfaat bagi sekolah

Implementasi strategi pembelajaran berbasis komputer menggunakan

Video Compact Disc (VCD) interaktif dalam pembelajaran matematika dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk sekolah tentang peranan strategi pembelajaran berbasis komputer menggunakan Video Compact Disc (VCD) interaktif dalam rangka perbaikan mutu pendidikan.

d. Manfaat bagi peneliti

Peneliti dapat menerapkan teori-teori yang di dapat dalam perkuliahan serta dapat menambah pengalaman peneliti mengenai pembelajaran di sekolah yang akan sangat berguna bagi peneliti sebagai seorang calon guru.


(25)

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERFIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. DESKRIPSI TEORITIS

1. Kajian Teori Pemahaman Konsep Matematika Luas dan Volume a. Pengertian Pemahaman Konsep

Pemahaman atau understanding mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang berbeda. Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. “Menurut Driver pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau

suatu tindakan.”1

Sedangkan menurut Benyamin S. Bloom,

“pemahaman merupakan kemampuan untuk memahami apa yang sedang dikomunikasikan dan mampu mengimplementasikan ide tanpa harus mengaitkannya dengan ide lain, dan juga tanpa harus melihat ide

itu secara mendalam”.2

Pemahaman berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengatahuan atau informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri, sehingga siswa diharapkan dapat menterjemahkan dan menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. Kata kerja operasioanal pada level ini antara lain : menerjemahkan, mengubah, menggeneralisasi, menguraikan (dengan kata-kata sendiri), menulis ulang (dengan kalimat sendiri), meringkas, membedakan, mempertahankan, menyimpulkan, berpendapat, dan menjelaskan.3

Seseorang dikatakan memahami sesuatu jika telah dapat mengorganisasikan dan mengutarakan kembali apa yang dipelajarinya

1

Kadir, dkk. “Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika”, dalam Gusni Satriawati, Vol. 1, No. 1, Juni 2006, hal. 108.

2

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h.69.

3

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h.69.


(26)

dengan mengunakan kalimatnya sendiri siswa tidak lagi mengingat dan menghafal informasi yang diperolehnya, melainkan harus dapat memilih dan mengorganisasikan informasi tersebut. Tersebut di dalamnya menafsirkan bagan, gambar, grafik, untuk menjelaskan dengan kalimatnya sendiri.

Michener (dalam Lia) menyatakan bahwa pemahaman merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom. Pemahaman diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi bahan yang dipelajari. Untuk memahami suatu obyek secara mendalam seseorang harus mengetahui; obyek itu sendiri, relasinya dengan obyek lain yang sejenis, relasinya dengan obyek lain yang tidak sejenis, dan relasi dengan obyek dalam teori lainnya.4

Derajat pemahaman ditentukan oleh banyak kuatnya keterkaitan suatu gagasan, prosedur atau fakta matematika dipahami secara menyeluruh jika hal-hal tersebut membentuk suatu jaringan (network) dengan keterkaitan yang kuat dan banyak.

Pemahaman merupakan bagian dari ranah kognitif yang mencakup kegiatan berfikir. “Pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.”5 Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan tersebut dengan menggunakan kata-katanya

sendiri. “Pemahaman adalah tingkat kemampuan yang diharapkan

responden atau testee agar mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.”6

Pemahaman lebih ditekankan pada jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Pemahaman dapat

4

Kadir, dkk. “Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika”, dalam Lia Kurniawati, Vol. 1, No. 1, Juni 2006, hal. 79–80.

5

Anas Sudjijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), h.50.

6

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), h. 44.


(27)

dilihat dari pemberian uraian seorang peserta didik yang lebih rinci tentang suatu konsep.

Bloom (dalam Gusni), mengemukakan bahwa ada tiga macam pemahaman, yaitu :

1) Pengubahan (translation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menterjemahkan kalimat dalam soal menjadi bentuk kalimat lain, misalnya menyebutkan variabel-variabel yang diketahui dan yang dinyatakan.

Contoh : ketika siswa diberikan sebuah bangun kubus, siswa tersebut dapat menyebutkan yang mana yang merupakan rusuk, titik sudut, sisi, serta diagonal-digonalnya maka siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai pemahaman secara translasi. 2) Pemberian arti (interpretation), yaitu pemahaman yang berkaitan

dengan kemampuan siswa dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam menyelesaikan soal.

Contoh : ketika siswa diberikan bangun balok dan diperintahkan untuk menentukan banyak karton yang dibutuhkan untuk menutupi balok tersebut, jika siswa dapat menentukan rumus mana yang dapat dipakai untuk menyelesaikan soal tersebut tetapi tidak dapat melakukan perhitungannya namun siswa tersebut telah dapat dikatakan mencapai pemahaman secara interpretasi.

3) Pembuatan ekstrapolasi (extrapolation), yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal.7

Contoh : ketika siswa diberikan sebuah kotak minuman beserta ukurannya kemudian diperitahkan untuk menentukan berapakah banyak air yang dapat mengisi kotak minum tesebut, jika siswa dapat menentukan rumus mana yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan soal tersebut serta dapat menghitungnya sampai

7

Kadir, dkk. “Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika”, dalam Gusni Satriawati, Vol. 1, No. 1, Juni 2006, hal. 108.


(28)

mendapatkan hasil jawabannya maka siswa tersebut dapat dikatakan telah mencapai pemahaman secara ekstrapolasi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah kemampuan memahami apa yang diajarkan atau apa yang dikomunikasikan dan dapat menyampaikan/menjelaskannya kembali informasi tersebut dengan kata-kata sendiri serta dapat menerapkan informasi tersebut dalam menyelesaikan permasalahan dengan tepat dan benar. Pemahaman terbagi menjadi 3 macam, pengubahan (translation), pemberian arti (intrapolation), dan pembuatan ekstrapolasi (exstrapilation). Pemahaman marupakan proses berfikir. Dapat dikatakan bahwa pemahaman sangatlah penting dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran karena siswa yang telah dapat memahami apa yang diajarkan maka ia akan lebih mudah memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan apa yang dipelajari yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajarnya.

Konsep menurut Kamus Besar Bahasa Indinesia adalah “ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret”.8 Dan menurut kamus matematika. “ Konsep adalah gambaran ide tentang sesuatu benda yang dilihat dari segi ciri-cirinya seperti kuantitas, sifat, dan

kualitas”.9

Menurut Zack dan Trensky (2000), “konsep adalah kategori -kategori yang mengelompokan objek, kejadian, karakteristik berdasarkan properti umum.” Sedangkan Hahn dan Ramscar (2001)

berpendapat bahwa, “konsep adalah elemen dari kognisi yang membantu menyederhanakan dan meringkas informasi”10

.

Sedangkan Chaplin yang mendefinisikan “konsep sebagai suatu ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata, simbol, dan tanda,

8

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002P). Cet. II, h. 588.

9

Baharin Shamsudin, Kamus Matematika Bergambar, (Jakarta: Grasindo, 2002), h. 72.

10


(29)

yang mengombinasikan beberapa unsur dari sumber-sumber berbeda ke dalam satu gagasan tunggal.” 11

“Konsep dalam matematika adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan orang dapat mengklasifikasikan objek-objek atau peristiwa-peristiwa dan menentukan apakah objek atau peristiwa itu

merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tersebut”.12

Konsep dalam matematika dapat diperkenalkan melalui “definisi”, “gambar/gambaran/contoh”, “model/peraga”. Contohnya “trapesium”

adalah segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar, atau contoh lain

“bilangan genap” diungkap dengan definisi bilangan yang merupakan

kelipatan 2.

Berdasarkan pengertian-pengetian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah suatu pengertian umum yang dikelompokan menjadi suatu pengertian khusus yang diringkas menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah untuk diterima dan dipahami.

Klausmeier (1997) memaparkan empat tingkat pada taraf pencapaian konsep-konsep, yakni tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klasifikatori, dan tingkat formal.

1) Tingkat konkret yaitu apabila siswa mengenal suatu benda yang telah dihadapinya sebelumnya. Siswa membuat respon yang sama ketika meihat sesuatu yang sama. Pencapaian tingkai konkret yaitu: memperhatikan, mendeskriminasikan dan mengingat, siswa harus dapat mengadakan generalisasi.

Ciri-ciri panempatan konsep tingkat konkret yakni : a. harus dapat mengenal bedanya.

b. dapat membedakan benda itu dari berbagai stimulus yang ada dilingkungannya.

c. menyajikan benda itu sebagai gambaran mental.

11

Mulyati, Pengatar Psikologi Belajar, (Jogjakarta: Quality Publishing, 2007), Ed. ke-2, h. 53.

12

Sri Anitah W dan Janet Trineke Manoy, Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. III, h.7.6


(30)

d. menyimpan gambaran mental itu.

2) Tingkat identitas yaitu dimana siswa harus dapat mengenal objek sesudah selang waktu, memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap objek, dan ditentukan melalui suatu cara indera (sense modality) yang berbeda.

Ciri-ciri penempatan konsep tingkat identitas yakni : a. sesudah selang suatu waktu.

b. bila orang memiliki orientasi ruang yang berbeda terhadap obyek.

c. bila obyek ditentukan melalui suatu cara indera yag berbeda. d. harus dapat mengadakan generalisasi.

3) Tingkat Klasifikatori yaitu dimana siswa mengenal persamaan

(equevalence) dari dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Siswa dapat mengadakan generalisasi bahwa dua contoh atau lebih sampai batas-batas ekuivalen.

Ciri-ciri penempatan konsep tingkat klasifikatori yakni :

a. mengenal persamaan dua contoh yang berbeda dari kelas yang sama.

b. mengadakan generalisasi dan mengabstraksi kualitas-kualitas yang sama yang memiliki obyek itu.

4) Tingkat formal yaitu dimana siswa harus dapat menentukan atribut-atribut yang membatasi konsep, siswa dapat memberi nama, mendefinisikan suatu konsep dalam atribut-atribut kriterianya, dan mengevaluasikan secara verbal contoh dan noncontoh konsep. Ciri-ciri pencapaian konsep tingkat formal yakni ;

a. harus dapat menentukan atribut-atruibut pembatas konsep. b. dapat memberi nama konsep itu.

c. mendefinisikan konsep dalam atribut-atribut kriteria-kriterianya.


(31)

d. mendiskriminasi dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi atau memberikan secara verbal.13

Pemahaman konsep meliputi pemahaman konsep, operasi, dan relasi. Seseorang dikatakan memahami suatu konsep matematika bila ia telah mampu melakukan beberapa hal, antara lain :

a. Menemukan (kembali) suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui berlandasarkan pada pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan dipahaminya sebelumnya.

b. Mendefinisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara dan kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan ide atau gagasan konsep tersebut.

c. Mengidentifikasikan hal-hal yang relevan dengan suatu konsep dengan cara yang tepat.

d. Memberikan contoh (dan bukan contoh) atau ilustrasi yang berkaitan dengan suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut.14

Sedangkan menurut Oemar Hamalik dalam bukunya yang berjudul Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem

menyatakan bahwa “untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui

suatu konsep paling tidak ada empat hal yang dapat diperbuatnya,

yakni”:

a. Ia dapat menyebutkan nama contoh-contoh konsep. b. Ia dapat menyatakan ciri-ciri konsep tersebut.

c. Ia dapat membedakan antara contoh-contoh dan yang bukan contoh. d. Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang berhubungan

dengan konsep tersebut.15

Konsep menunjukan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu

13

Mulyati, Pengantar Psikologi Belajar, (Jogjakarya: Quality Publishing, 2007), Edisi. 2, hal. 53–56.

14

Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. 2, hal. 7.21.

15

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 204.


(32)

mengklasifikasikan atau mengelompokan benda-benda atau ketika mereka dapat mensosialisasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Konsep mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama dan dituangkan dalam bentuk dan kata. Suatu konsep dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata yang mewakili konsep itu, jadi lambang konsep dituangkan dalam bentuk suatu kata dan bahasa.

Menurut Ausebel, “Individu memperoleh konsep melalui formasi konsep (concept formation) yang merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak masuk sekolah”. Sedangkan

menurut Gagne (1977), “formasi konsep dapat disamakan dengan belajar konsep-konsep konkret, dan simulasi konsep (concept assimilation) merupakan cara utama memperoleh konsep-konsep selama dan sesudah sekolah.”16

Konsep-konsep dalam matematika tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis dari mulai konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang komplek. Dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya. Dapat dikatakan bahwa dalam mempelajari matematika dibutuhkan kemampuan mengkaji dan berpikir (bernalar) secara logis, kritis dan sistematis.

Mengajarkan suatu konsep dapat dilakukan dengan memperkenalkan kepada siswa kata-kata kunci untuk digunakan dalam membicarakan mengenai konsep-konsep tersebut dan memeriksa apakah siswa telah membiasakan diri dengan kata-kata dan arti yang terdapat dalam konsep-konsep tersebut.

Jika konsep sudah diperoleh maka informasi yang disampaikan akan mudah diingat oleh siswa karena konsep akan membantu dalam proses mengingat dan membuatnya lebih efisien sehingga tidak mudah untuk dilupakan. Konsep sangatlah berperan penting dalam pembelajaran karena dengan konsep guru akan lebih mudah

16


(33)

menyampaikan materi dan siswapun akan lebih mudah menyerap dan memahami materi yang diajarkan.

Pemahaman terhadap suatu konsep dapat berkembang baik jika terlebih dahulu disajikan konsep yang paling umum sebagai jembatan antar informasi baru dengan informasi yang telah ada pada struktur kognitif siswa.

Penyajian konsep yang paling umum perlu dilakukan sebelum penjelasan yang lebih rumit mengenai konsep yang baru agar terdapat keterkaitan antara informasi yang telah ada dengan informasi yang baru diterima pada struktur kognitif siswa.

Penanaman konsep, dalil, rumus-rumus matematika dapat terwujud dengan baik jika para siswa dapat memusatkan perhatiannya terhadap bahan pelajaran yang dipelajari serta selalu melakukan penguatan melalui latihan yang teratur. Sehingga apa yang telah dipelajarinya dapat dikuasai dengan baik dan dapat digunakan untuk mempelajari materi selanjutnya.

b. Indikator Pemahaman Konsep

Indikator pemahaman konsep menurut Benyamin S. Bloom sebagai berikut :17

1. Penerjemahan (translation), yaitu menterjemahkan konsepsi abstrak menjadi suatu model, misalnya dari lambang ke arti. Kata oprasional yang digunakan adalah : menterjemahkan, mengubah, mengilustrasikan, memberikan definisi, dan menjelaskan kembali. 2. Penafsiran (interpretation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan

memahami ide utama suatu komunikasi, misalnya diberikan suatu diagram, tabel, grafik, atau gambar-gambar dan ditafsirkan. Kata kerja operasional yang digunakan adalah menginterpretasikan, membedakan, menjelaskan dan menggambarkan.

17


(34)

3. Ekstrapolasi (extrapolation) yaitu meyimpulkan dari sesuatu yang telah diketahui. Kata kerja operasional yang dapat dipakai untuk mengukur kemampuan ini adalah : memperhitungkan, menduga, menyimpulkan, meramalkan, membedakan, menentukan, dan mengisi.

Jenjang kognitif pada taraf pemahaman meliputi :18 (1) pemahaman konsep, (2) pemahaman prinsip, aturan dan generalisasi, (3) pemahaman terhadap strutur matematika, (4) kemampuan untuk membuat transformasi, (5) kemampuan untuk mengikuti pola pikir, serta, (6) kemampuan untuk membaca dan menginterpretasikan.

c. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian Pembelajaran

Sebelum membahas mengenai pembelajaran, terlebih dahulu dijelaskan tentang difinisi belajar. Belajar menurut Fontana (1981) adalah

“suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam prilaku individu sabagai

hasil dari pengalaman”, seperti Fontana, Gagne (1985) juga menyatakan

bahwa “belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan”.19

Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan prilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotorik).20

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik

18Kadir, “Pengaruh Pendek

atan Problem Posing terhadap prestasi belajar matematika jenjang pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan Evaluasi ditinjau dari Metakognisi Siswa SMU di DKI

Jakarta”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.053 Tahun ke-11, Maret 2005, h.234.

19

Paulina Panel, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), Cet. 3, h. 1.2.

20

Paulina Panel, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), Cet. 3, h. 1.3.


(35)

dari dalam individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa prilaku.21

Istilah pembelajaran merupakan istilah baru yang digunakan untuk menunjukan kegiatan guru dan siswa. Sebelumnya, menggunakan istilah

“proses belajar-mengajar” dan “pengajaran”. Istilah pembelajaran

merupakan terjemahan dari kata “instruction”. Menurut Gagne, Briggs,

dan Wanger (1992), “pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa”.22

Menurut konsep sosiologi, “belajar adalah jantungnya dari proses sosialisasi. Pembelajaran adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.” 23

Dalam arti sempit, “proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber/fasilitas, dan teman sesama siswa.”24

Peristiwa belajar diserta proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.25

Dari pemaparan di atas, dapat dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, keterampilan, nilai,sikap serta keterampilan seseorang. Belajar terjadi

21

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h. 7.

22

Paulina Panel, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), Cet. 3, h. 1.5.

23

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h. 8.

24

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h. 8.

25

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h. 8.


(36)

dalam diri seorang individu, sementara dalam pembelajaran terjadi proses interaksi dua arah antara siswa dengan guru dalam proses belajar mengajar. Sedangkan pembelajaran adalah suatu proses yang sengaja dirancang dengan maksud untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan orang lain melakukan kegiatan belajar serta terjadinya interaksi optimal antara keduannya. Dapat juga dikatakan bahwa pembelajaran adalah interaksi guru dan siswa di sekolah sebagai usaha guru dalam menciptakan suasana belajar dengan mengunakan metode-metode tertentu agar terjadi proses belajar pada diri siswa.

2. Pengertian Matematika

Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, yaitu

mathematike, yang mengandung pengertian hal-hal yang berhubungan dengan belajar (relating to learning). Kata tersebut mempunyai akar kata yaitu mathema yang artinya pengetahuan atau ilmu. Kata ini pun berhubungan dengan kata lain, yaitu mathanein, yang maknanya adalah belajar (learning).26

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, ”Matematika diartikan sebagai

ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai

bilangan”.27

Menurut pendapat para ahli tentang pengertian matematika seperti R. Soedjadi berpendapat bahwa matematika adalah ”cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir”. Sementara itu, Keysen dalam The Liang Gie mengatakan bahwa matematika adalah ”ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak”. Di sisi lain, Chanles Echels dalam The Liang Gie mengemukakan bahwa matematika adalah

”ilmu tentang bilangan-bilangan dan hubungan-hubungannya”.28 Dalam bukunya strategi pembelajaran metematika kontemporer, Erman Suherman mengemukakan pendapat dari beberapa pakar antara lain pendapat James dan James, dalam kamusnya mengatakan

26

Suhendra, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. 2, hal. 7.4

27

Pepartemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002P). Cet. II, h. 617.

28

Susanah, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. 3, hal. 7.4.


(37)

bahwa pada hakikatnya Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, terbagi dalam tiga bidang besar yaitu; aljabar, analisis, dan geometri. Jonson dan Rising dalam bukunya mengatakan matematika adalah pola berfikir dan pola mengorganisasikan. Reys, dan kawan-kawan dalam bukunya mengatakan matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan.29

Adapun pendapat Ruseffendi (1999) tentang metematika adalah

bahwa “Matematika merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi diterima

generalisasi yang didasarkan kepada pembuktian secara deduktif”. 30

Menurut Turmudi, pada tahap awal matematika tebentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empirik. Kemudian pengalaman itu diproses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa sejumlah konsep matematika. Agar konsep-konsep matematika yang telah terbentuk itu dapat dipahami oleh orang lain dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara tepat maka digunakan notasi dan istilah yang cermat serta disepakati bersama secara global (universal) yang dikenal dengan bahasa matematika.

Dengan demikian, matematika merupakan hasil penemuan, formulasi pengembangan yang sistematik, dan penerapan pola berfikir (induktif dan deduktif). Matematika mengandung pola hubungan ide atau gagasan dan pola berfikir manusia.31 Hal ini berarti bahwa matematika adalah berfikir. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang tidak bergantung pada studi lainnya, serta merupakan pengetahuan yang eksak atau dengan kata lain matematika adalah ilmu yang pasti, hal ini memberi kesan bahwa matematika merupakan perhitungan yang memberi hasil yang pasti dan tunggal.

29

Erman Suherman, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung :Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h. 16-17.

30

Susanah, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. 3, hal. 7.4.

31

Suhendra, dkk. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), Cet. 2, hal. 7.4


(38)

Dengan demikian dapat disimpulkan berbagai ciri atau karakteristik matematika sebagai berikut ini:

1. Ada dua komponen yang sangat berkaitan erat dan sama pentingnya dalam matematika, yaitu materi dan pola berfikir (penalaran).

2. Teori dalam matematika dikembangkan dari berbagai konsep dengan pola berfikir induktif dan deduktif dan menggunakan berbagai tehnik dan metode matematika.

3. Matematika itu abstrak, akan tetapi banyak konsep dalam matematika yang berasal dari situasi nyata, atau merupakan pengabstrakan atau dirangsang tumbuhnya oleh kebutuhan menyelasaikan permasalahan dalam situasi yang nyata.

4. Aspek teori dan aspek penerapan, adalah dua aspek matematika yang sangat berkaitan erat.

5. Dalam teori matematika terdapat rantai-rantai konsep yang tidak dapat diputus begitu saja.

6. Adanya keterkaitan antara suatu pelajaran matematika dengan pelajaran matematika lainnya.32

Sedangkan karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut :

1. Memiliki objek kajian konkret dan abstrak 2. Pola pikirnya induktif dan deduktif

3. Kebenarannya konsistensi dan korelasional 4. Bertumpu pada kesepakatan

5. Memiliki simbol kosong dari arti dan juga berarti

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan sebagian Perguruan Tinggi. Semua jenjang pendidikan pasti akan mendapatkan pelajaran matematika. Namun di setiap jenjang pendidikan tersebut pasti akan berbeda tingkatan materi matematika yang akan diajarkan. Untuk menentukan matematika yang mana

32

Pekerti Mipa, Hakikat Pembelajaran Mipa dan Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi, (Jakareta: Universitas Terbuka, 2003), Cet. 4, hal. 14-15.


(39)

yang cocok untuk diajarkan kepada para siswa disekolah, tentunya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut tentunya berkaitan dengan tujuan diajarkannya matematika disekolah dan peranan mtematika disekolah, karena secara umum setiap tujuan, baik tujuan umum maupun khusus, penjabarannya tetap mengacu pada materi matematika itu sendiri.

Berbeda dengan mata pelajaran lain, matematika merupakan ilmu yang terstruktrur dan terorganisir. Artinya dalam belajar matematika dituntut untuk belajar teratur dari tingkat yang sederhana kepada tingkat yang lebih kompleks. Metematika terkenal sebagai pelajaran yang tidak disenangi oleh siswa. Jika keadaan ini dibiarkan terus dalam waktu panjang, tentu akan berpengaruh pada hasil belajar siswa baik pada pembelajaran matematika maupun pada pelajaran lainnya, dan akan memberi dampak yang buruk pula bagi perkebangan pendidikan nasional. Karena matematika merupakan dasar dalam menguasai mata pelajaran lainnya, baik ilmu-ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk dapat menguasai pelajaran dengan baik.

Mata pelajaran matematika dapat mengembangkan rasa ingin tahu, aktifitas, kreativitas, imajinasi, penemuan-penemuan dengan pemikiran yang original, dan membuat kesimpulan. Mata pelajaran matematika juga melatih kemampuan memecahkan masalah, menyampaikan informasi berupa data. Mata pelajaran matematika meliputi beberapa aspek antara lain aspek penalaran dan komunikasi, penyelesaian masalah, dan penguasaan konsep-konsep.

Untuk memahami konsep matematika perlu upaya yang besar. Tidak cukup dengan membacanya saja, melainkan usaha sampai dapat memahami

konsep tersebut, ”adapun tingkat penguasaan konsep dalam matematika :”

1. Kemampuan mengucapkan konsep dengan tepat dan benar. 2. Kemampuan menjelaskan konsep dengan kata-katanya sendiri.

3. Kemampuan mengidentifikasi keberlakuan atau ketidakberlakuan konsep pada tempat atau situasi yang benar.


(40)

5. Kemampuan menerapkan konsep dengan benar. 6. Kemampuan kesadaran mengembangkan konsep.

7. Kemampuan menyampaikannya kembali konsep yang diperoleh dengan benar dan tepat.

Pembelajaran matematika perlu diberi penekankan pada : 1. Pemahaman konsep dengan baik dan benar.

2. Kekuatan penalaran matematika.

3. Keterampilan dalam teknik dan metode dalam matematika. 4. Kemampuan belajar mandiri.

”Proses pembelajaran ini hendaknya mencakup :

a) Pembelajaran inovasi.

b) Latihan dalam pengembangan konsep.

c) Latihan dalam problem solving yang mencakup pemanfaatan pemahaman konsep, kekuatan penalaran, dan keterampilan dalam teknik dan metode dalam matematika.33

Konsep dalam matematika tidak cukup hanya dihafalkan tetapi harus dipahami melalui suatu proses berfikir dan aktifitas pemecahan masalah. Dan dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan ilmu yang dinyatakan dengan bahasa simbolis untuk menyampaikan informasi dengan jelas dan singkat. Sedangkan pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar matematika dalam kemampuan memecahkan masalah, dan menyampaikan informasi berupa data dengan aspek penalaran dan komunikasi serta penguasaan konsep-konsep.

33

Tim Penulis PEKERTI Bidang IPA, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Matematika di Perguruan Tinggi, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2001), h. 16–17.


(41)

d. Konsep Luas dan Volume

1. Luas Permukaan dan Volume Kubus Luas Permukaan Kubus

Luas permukaan kubus adalah jumlah seluruh sisi kubus. Sebuah kubus memiliki 6 buah sisi yang setiap rusuknya sama panjang, dan s

menyatakan panjang rusuk pada kubus tersebut.

(a) (b)

Gambar 2.1

(a) Kubus (b) jaring-jaring kubus

Untuk mencari luas permukaan kubus, berarti sama saja dengan menghitung luas jaring-jaring kubus tersebut. Oleh karena jaring-jaring kubus merupakan 6 buah persegi yang sama dan kongruen maka : Luas permukaan kubus = Luas jaring-jaring kubus

= 6 × luas persegi = 6 × (s × s) = 6 × s2

= 6 s2

Jadi, luas permukaan kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Luas Permukaan Kubus = 6s2 s

s

s s

s

s s


(42)

Volume Kubus

Untuk menentukan volume sebuah kubus perhatikan gambar 2.2 berikut.

(a) (b) (c)

Gambar 2.2

Gambar 2.2 menunjukkan bentuk-bentuk kubus dengan ukuran berbeda. Kubus pada Gambar 2.2 (a) merupakan kubus satuan. Untuk membuat kubus satuan pada Gambar 2.2 (b) , diperlukan 2 × 2 × 2 = 8 kubus satuan, sedangkan untuk membuat kubus pada Gambar 2.2 (c), diperlukan 3 × 3 × 3 = 27 kubus satuan. Dengan demikian, volume atau isi suatu kubus dapat ditentukan dengan cara mengalikan panjang rusuk kubus tersebut sebanyak tiga kali.

Sehingga :

Volume Kubus = panjang rusuk × panjang rusuk × panjang rusuk

= s × s × s = s3

Jadi, volume kubus dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

dengan s merupakan panjang rusuk kubus.


(43)

2. Luas Permukaan dan Volume Balok

Luas Permukaan Balok

Cara menghitung luas permukaan balok sama dengan cara menghitung luas permukaan kubus, yaitu dengan menghitung semua luas jarring-jaringnya. Coba kamu perhatikan gambar berikut.

(a) (b)

Gambar 2.3

(a) Balok (b) Jaring-jaring Balok

Misalkan, rusuk-rusuk pada balok diberi nama p (panjang), l

(lebar), dan t (tinggi) seperti pada gambar .

Dengan demikian, luas permukaan balok tersebut adalah :

Luas permukaan balok = luas persegi panjang 1 + luas persegi panjang 2 + luas persegi panjang 3 + luas persegi panjang 4 + luas persegi panjang 5 + luas persegi panjang 6 = (p × l) + (p × t) + (l × t) + (p × l) + (l × t) + (p × t) = (p × l) + (p × l) + (l × t) + (l × t) + (p × t) + (p × t) = 2 (p × l) + 2(l × t) + 2(p × t)

= 2 ((p × l) + (l × t) + (p × t) = 2 (pl+ lt + pt)

Jadi, luas permukaan balok dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Luas Permukaan Balok = 2(pl + lt + pt) t

p l

6

4

2

1

3

l

5

l t

l

l

t t

t

l p

p

p

p

p


(44)

Volume Balok

Proses penurunan rumus balok memiliki cara yang sama seperti pada kubus. Caranya adalah dengan menentukan satu balok satuan yang dijadikan acuan untuk balok yang lain. Proses ini digambarkan pada Gambar 2.4 . Coba cermati dengan saksama.

(a) (b) (c)

Gambar 2.4

Gambar 2.4 menunjukkan pembentukan berbagai balok dari balok satuan. Gambar 2.4 (a) adalah balok satuan. Untuk membuat balok seperti pada Gambar 2.4 (b) , diperlukan 2 × 2 × 2 = 4 balok satuan, sedangkan untuk membuat balok seperti pada Gambar 2.4 (c) diperlukan 2 × 2 × 3 = 12 balok satuan. Hal ini menunjukan bahwa volume suatu balok diperoleh dengan cara mengalikan ukuran panjang, lebar, dan tinggi balok tersebut.

3. Luas Permukaan dan Volume Prisma Luas Permukaan Prisma

Sama seperti kubus dan balok, luas permukaan prisma dapat dihitung menggunakan jaring-jaring prisma tersebut. Caranya adalah dengan menjumlahkan semua luas bangun datar pada jaring-jaring prisma. Coba kamu perhatikan prisma segitiga beserta jaring-jaringnya pada Gambar 2.5 berikut ini.

Volume balok = panjang × lebar × tinggi = p × l × t


(45)

Gambar 2.5

(a) Prisma tegak segitiga ABC.DEF

(b)Jaring-jaring prisma tegak segitiga ABC.DEF

Sehingga rumus luas permukaan prisma dari jaring-jaring prisma tersebut, adalah :

Luas permukaan prisma

= luas DEF + luas ABC + luas BADE + luas ACFD + luas CBEF = (2 luas ABC) + (AB BE) + (AC AD) + (CB CF)

= (2 luas ABC) + (AB AD+ (AC AD) + (CB AD) = (2 luas ABC) + [(AB + AC + CB) AD]

= (2 luas alas) + (keliling ABC tinggi) = (2 luas alas) + (keliling alas tinggi)

Dengan demikian, secara umum rumus luas permukaan prisma sebagai berikut :

D

C F

B A

E

E

F D

E

C A

B

C C

E

Luas permukaan prisma = (2 luas alas) + (keliling alas tinggi)


(46)

Volume Prisma

Gambar 2.6 (a) Balok ABCD.EFGH

(b) Balok ABCD.EFGH yang dipotong melintang (c) Prisma tegak segitiga ABD.EFG

Gambar 2.6 memperlihatkan sebuah balok ABCD.EFGH yang dibagi dua secara melintang. Ternyata, hasil belahan balok tersebut membentuk prisma segitiga, seperti pada Gambar 2.6 (b). Perhatikan prisma segitiga ABD.EFH pada Gambar 2.6 (c). Dengan demikian, volume prisma segitiga adalah setengah kali volume balok.

Volume prisma BCD.FGH = 2 1

× volume balok ABCD.EFGH

= 2 1

× ( p × l × t )

= ( 2 1

× p × l t

= luas alas × tinggi

Jadi, volume prisma dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

Volume prisma = luas alas × tinggi

F E

G H

A B

A D

G H

F E

D

A B

B

D A

F G H G F E D

A B


(47)

T

A B

C D

4. Luas Permukaan dan Volume Limas Luas Permukaan Limas

Sama halnya dengan prisma, luas permukaan limas pun dapat diperoleh dengan cara menentukan jaring-jaring limas tersebut. Kemudian, menjumlahkan luas bangun datar dari jaring-jaring yang terbentuk.

Gambar 2.7 (a) Limas Segiempat T.ABCD

(b) Jaring-jaring Limas Segiempat T.ABCD

Gambar 2.7 memperlihatkan sebuah limas segiempat T.ABCD

beserta jaring-jaringnya. Dengan demikian, luas permukaan limas tersebut adalah sebagai berikut.

Luas permukaan limas E. ABCD

= luas ABCD + luas Δ ABE + luas Δ BCE + luas Δ CDE + luas Δ ADE

= luas ABCD + (luas Δ ABE + luas Δ BCE + luas Δ CDE + luas Δ ADE) = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

Jadi, secara umum rumus luas permukaan limas sebagai berikut :

Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas sisi-sisi tegak

(a)

T

T

T C

A D

B T


(48)

Volume Limas

Untuk menentukan volume sebuah kubus perhatikan gambar 2.8 berikut. Gambar 2.8 menunjukkan sebuah kubus

ABCD.EFGH. Kubus tersebut memiliki 4 buah diagonal ruang yang saling berpotongan di titik O. Jika diamati secara cermat, keempat diagonal ruang tersebut membentuk 6 buah limas segiempat, yaitu limas segiempat O.ABCD, O.EFGH, O.ABFE, O.BCGF, O.CDHG, dan O.DAEH. Dengan demikian, volume kubus ABCD. EFGH merupakan gabungan volume keenam limas tersebut.

6 × volume limas O.ABCD = volume kubus ABCD.EFGH volume limas O.ABCD =

6 1

× AB × BC × CG

= 6 1

× s × s × s

= 6 1

× s2 × s

= 6 1

× s2 × 2 2s = 6 2

× s2 × 2

s

= 3 1

× s2 × 2

s

Oleh karena s2 merupakan luas alas kubus ABCD.EFGH dan 2

s

merupakan tinggi limas O.ABCD maka : Volume limas O.ABCD =

3 1

× s2 × 2

s

= 3 1

× luas alas limas × tinggi limas

Jadi, rumus volume limas dapat dinyatakan sebagai berikut :

Volume Limas =

3 1

× luas alas limas × tinggi limas Gambar 2.8

Kubus ABCD.EFGH

H G

A

C

E F

D


(49)

4. Kajian Teori Pembelajaran Berbasis Komputer menggunakan Video Compact Disc (VCD) interaktif

a. Pembelajaran Berbasis Komputer

Pembelajaran berbasis komputer adalah pembelajaran yang mengunakan komputer sebagai alat bantu. Melalui pembelajaran ini bahan ajar disajikan melalui media komputer sehingga kegiatan proses belajar mengajar menjadi lebih menarik dan menantang bagi siswa. Dengan rancangan pembelajaran berbasis komputer yang bersifat interaktif, akan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.34

Pembelajaran berbasis komputer menurut Hick dan Hyde adalah “a teaching proses directly involving a computer in the presentation of instructional matenals in an interactive mode to provide and control the individualized learning anvironment for each individual student”. Dalam definisi tersebut, dengan pembelajaran berbasis komputer siswa akan berinteraksi dan berhadapan secara langsung dengan komputer secara individual sehingga apa yang dialami oleh seorang siswa akan berbeda dengan apa yang dialami oleh siswa lain.35 Salah satu ciri yang paling menarik dari pembelajaran berbasis komputer terletak pada kemampuan berinteraksi secara langsung dengan siswa.

Pembelajaran berbasis komputer biasa dikenal dengan CAI (Computer Assistend Instruction), yaitu penggunaan komputer secara langsung dengan siswa untuk menyampaikan isi pembelajaran, memberikan latihan dan mengetes kemajuan belajar siswa. CAI dapat sebagai tutor yang menggantikan guru di dalam kelas. CAI juga bermacam-macam bentuknya bergantung kecakapan pendesain dan pengembang pembelajarannya, bisa berbentuk permainan (games), mengajarkan konsep-konsep abstrak yang kemudian dikonkretkan dalam

34

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 203.

35

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 203.


(50)

bentuk visual dan audio yang dianimasikan.36 CAI merupakan pendukung pembelajaran dan pelatihan akan tetapi ia bukan penyampai utama materi pelajaran. Komputer dapat menyajikan informasi dan pembelajaran lainnya disampaikan bukan dengan media komputer.37

Format penyajian pesan dan informasi dalam CAI terdiri atas :38 a) Tutorial Terprogram

Tutorial terprogram adalah seperangkat tayangan baik statis maupun dinamis yang telah lebih dahulu diprogramkan berupa pembelajaran yang kompleks yang berisi materi pelajaran, latihan yang disertai umpan balik. Sacara berurut, seperangkat kecil informasi ditayangkan yang diikuti dengan pertanyaan. Jawaban siswa dianalisis oleh komputer (dibandingkan dengan kemungkinan-kemungkian jawaban yang telah diprogram oleh guru/perancang), dan berdasarkan hasil analisis itu umpan balik yang sesuai.

b) Tutorial Intelijen

Tutorial intelijen berbeda dengan tutorial terprogram karena jawaban komputer terhadap pertanyaan siswa dihasilkan oleh intelegensia artificial, bukan jawaban-jawaban yang terprogram yang terlebih dahulu disiapkan oleh perancang pelajaran. Dengan demikian, ada dialog dari waktu ke waktu antara siswa dan komputer. Baik siswa maupun komputer dapat bertanya atau memberi jawaban.

c) Latihan dan Praktek

Dalam model pembelajaran berbasis komputer ini siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah untuk dipecahkan, kemudian komputer akan memberi respon (umpan balik) atas jawaban yang diberikan siswa.

36

Daryanto, Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), Cet. I, hal. 149.

37

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), cet. Ke-13, hal. 96.

38

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), cet. Ke-13, hal. 97-98.


(51)

d) Simulasi

Model pembelajaran berbasis komputer ini menyajikan pembelajaran dengan sistem simulasi yang berhubungan dengan materi yang dibahas.

Pembelajaran berbasis komputer mempunyai kelebihan dibandingkan dengan jenis perangkat lunak lain untuk pembelajaran yang diakomodasikan keragaman karakteristik siswa. Keuntungan yang akan diperoleh dengan pembelajaran berbasis komputer, yaitu sebagai berikut.39

a. Menyediakan persentasi yang menarik dengan animasi.

b. Menyediakan pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam. c. Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.

d. Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik.

e. Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan.

f. Merangsang siswa belajar dengan penuh semangat, materi yang disajikan mudah dipahami oleh siswa.

g. Siswa mendapat pengalaman yang bersifat konkret dan retensi siwa meningkat.

h. Memberi umpan balik secara langsung.

i. Siswa dapat menentukan sendiri laju pembelajaran. j. Siswa dapat melakukan evaluasi sendiri.

Sedangkan Wankat dan Oreonovicz menjelaskan bahwa keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adalah memberi kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih lanjut. Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memiliki beberapa keuntungan antara lain sebagai berikut. 40

39

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 204.

40

Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 205.


(52)

a. Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual.

b. Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya animasi grafis, warna, dan musik.

c. Kendali berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan.

Mengacu pada beberapa keuntungan yang diperoleh tersebut, maka penggunaan komputer dalam pembelajaran diyakini dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa serta pemahaman konsep dari apa yang diajarkan.

b. Video Compact Disc (VCD) Interaktif

Salah satu bentuk pemanfaatan media berbantuan komputer yang juga mampu menghadirkan proses belajar yang bersifat interaktif adalah Video Compact Disc (VCD) interaktif.

“Video Compact Disc (VCD) adalah sistem penyimpanan dan rekaman video dimana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan pada pita magnetik.”41 Selain itu VCD merupakan media penyimpanan file audio yag dibuat untuk merampingkan sistem penyimpanannya. Selain ramping, VCD memiliki kemampuan menyimpan file yang lebih banyak dibandingkan dengan kaset.42

Video Compact Disc (VCD) adalah video digital yang disimpan dalam piringan disc. Produk ini muncul pada tahun 1992, dengan Pilips sebagai salah satu promoter utamanya. Format ini memanfaatkan medium CD yang sebelumnya sudah dikenal luas dalam format audio CD.43 VCD adalah perantara sederhana yang

41

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-5, h. 36.

42

Daryanto, Media Pembelajaran Perannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran, (Yogyakarta: Gava Media, 2010), Cet. I, hal. 41.

43

Arief S. Sadiman, et al, Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2003), Cet, ke-6, h. 17.


(1)

Lampiran 20

PERHITUNGAN PENGUJIAN HIPOTESIS STATISTIK

Kelas Rata-rata

Varians

(S2) Sgabungan thitung ttabel Kesimpulan Kelas

Eksperimen 68,55 132,05

13.28 3,36 1,67

Tolak H0 dan Terima Ha Kelas

Kontrol 58,32 220,76

Langkah-langkah uji t yaitu sebagai berikut: 1. Menentukan nilai Sgabungan

28 , 13 2 38 38 ) 220,76 )( 1 38 ( ) 132,05 )( 1 38 ( 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 n n S n S n Sgab

2. Menentukan nilai hitung

36 , 3 38 1 38 1 ) 28 , 13 ( 32 , 58 55 , 68 1 1 2 1 2 1 n n S X X t gab hit


(2)

189

3. Menentukan nilai ttabel

Selanjutnya mencari ttabel , dengan db = n1 + n2– 2 = 38 + 38 – 2 = 74 dan taraf signifikan 0,05, didapat nilai ttabel = 1,67.

Dari hasil perhitungan di atas didapat thitung = 3,36 dan ttabel = 1,67, karena thitung ttabel (3,36 1,67), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, Rata-rata kemampuan pemahaman konsep luas dan volume bangun ruang sisi datar siswa kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan media

VCD pembelajaran interaktif lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol yang menggunakan media gambar.


(3)

(4)

191 Lampiran 22


(5)

(6)

193 Lampiran 24