63
masuk. Santo Fransiskus Asisi menjadi spiritualitas Yayasan Marsudirini, sehingga diharapkan semua nilai-nilai rohani tidak terlepas dari spiritualitas
Fransiskan, yang bersumber dari Yesus sendiri.
B. Penelitian Pengaruh Dimensi Religius Pendidikan terhadap Minat
Belajar Siswi Kelas XI SMA Santa Maria Yogyakarta pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik
1. Latar Belakang Penelitian
Dimensi religius pendidikan adalah ciri khas sekolah Katolik KWI- MNPK, 1991: 81. Dimensi religius pendidikan memiliki kedudukan yang
penting dalam sekolah Katolik sebab “semua sekolah, yang bagaimana pun bernaung pada Gereja, sedapat mungkin membentuk diri menurut citra sekolah
katolik itu” GE, art. 9. Karena mencerminkan sifat kekatolikan yang khas,
maka dimensi religius pendidikan disebut juga katolisitas. Dimensi religius
pendidikan ditampakkan dalam aspek persaudaraan koinonia, pelayanan diakonia, peribadatan leiturgia, pewartaan Kabar Gembira kerygma dan
kesaksian melalui cara hidup marturia. Kelima aspek menjadi ciri khas yang menampakkan kekatolikan, sebagaimana diceritakan dalam Kisah Jemaat
Perdana Kis 2:41-47. Katolisitas yang mewarnai dinamika kehidupan sehari-hari sekolah
Katolik dapat menjadi lingkungan sosial yang kondusif untuk perkembangan pribadi secara utuh. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai katolisitas dihayati
oleh setiap pribadi sehingga berpengaruh terhadap lingkungan sosial sekolah. Lingkungan sosial ini menciptakan sebuah suasana yang dipenuhi rasa
kekeluargaan di mana setiap pribadi diterima, dihargai dan didorong untuk
64
berkembang. Tentu hal ini akan mendorong siswa untuk berminat belajar dan dengan demikian akan bertumbuh sebagai pribadi yang utuh.
Katolisitas bagi sekolah Katolik sangat penting namun saat ini sekolah Katolik mengalami beberapa tantangan yang dapat berakibat pada lunturnya
katolisitas. Berdasarkan pengamatan, tantangan yang dihadapi sekolah Katolik antara lain: adanya tuntutan kelulusan yang semata berdasarkan nilai kognitif,
biaya operasional sekolah yang mahal, berkembangnya sekolah-sekolah negeri dengan biaya SPP yang murah, dan masalah input siswa yang mendaftar.
Berbagai tantangan tersebut membuat sekolah Katolik mau tidak mau mengikuti tuntutan standar nasional pendidikan dan standar kelulusan dan
menerapkan biaya SPP yang relatif tinggi demi terpenuhinya standar operasional. Tantangan ini pula yang membuat sekolah Katolik tidak lagi
welcoming everyone melainkan memilih peserta didik baru yang kiranya dapat
memenuhi tuntutan standar nasional dan menyangga kebutuhan operasional sekolah.
Tantangan lain bagi sekolah Katolik adalah mengenai kedudukan mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik PAK. Tantangan mengenai kedudukan
mata pelajaran PAK terletak pada alokasi Jam Pelajaran JP yang minim dan adanya kemungkinan siswa non Katolik yang mengikuti mata pelajaran
tersebut. Alokasi JP mata pelajaran PAK ini relatif minim dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya dan mungkin kurang diberi perhatian oleh
sekolah. PAK dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 termasuk dalam mata pelajaran Kelompok A wajib dan dialokasikan 2 jam
65
pelajaran JP per minggu dari jumlah total 42 JP per minggu. PAK hanya diberi porsi sekitar 6,8 dalam keseluruhan program intrakurikuler sekolah.
Jumlah JP yang minim ini masih kerap dikurangi ketika menjelang ujian akhir nasional UAN dan ketika ada momen penting sekolah. Tantangan ini
dihadapi sekolah Katolik yang dituntut memenuhi standar prestasi akademik tertentu yang menjadi pembanding dengan sekolah lain.
Idealnya, keberadaan mata pelajaran PAK di sekolah Katolik merupakan salah satu ciri, sebab “mutu pengajaran agama yang dipadukan ke
dalam keseluruhan pendidikan para siswa adalah alasan mengapa orang tua lebih suka menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik KWI-MNPK, 1991:
109. Selain itu, mata pelajaran PAK merupakan salah satu aspek dimensi religius pendidikan, yaitu kerygma sebab melalui PAK Kabar Gembira
diwartakan kepada peserta didik dan mereka dituntun untuk semakin mencintai Yesus serta bertumbuh menuju kedewasaan iman.
Sebagai sekolah Katolik, SMA Santa Maria Yogyakarta menghadapi tantangan sehubungan dengan dimensi religius pendidikan dan kedudukan
mata pelajaran PAK. Di tengah berbagai tantangan tersebut, sekolah ini tetap mampu mempertahankan kiprahnya di dalam dunia pendidikan. Peserta didik
di sekolah ini bersifat homogen puteri semua namun mereka berasal dari berbagai latar belakang daerah, ekonomi, dll.
Sehubungan dengan mata pelajaran PAK sekolah ini layak diteliti sebab sebagai sekolah Katolik SMA Santa Maria hendaknya memberikan perhatian
khusus pada mata pelajaran PAK. Perhatian khusus ini dihadapkan pada
66
tantangan tuntutan dunia pendidikan yang membuat pelajaran PAK seolah-olah kurang penting. Mata pelajaran PAK juga yang menjadi salah satu bagian dari
katolisitas aspek kerygma: sekolah mewartakan Kabar Gembira selayaknya menjadi primadona di sekolah ini.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian di SMA Santa Maria Yogyakarta dengan maksud: memperoleh
gambaran sejauh mana katolisitas sebagai dimensi religius pendidikan dihayati oleh guru, karyawan dan siswi SMA Santa Maria Yogyakarta, sejauh mana
dimensi religius pendidikan tersebut berpengaruh terhadap minat belajar siswi kelas XI pada mata pelajaran PAK dan untuk mengetahui faktor yang
mendukung serta menghambat minat belajar siswi kelas XI pada mata pelajaran PAK.
2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan: a.
Memperoleh gambaran sejauh mana katolisitas sebagai dimensi religius pendidikan dihayati oleh pemimpin, guru, karyawan, dan peserta didik di
SMA Santa Maria Yogyakarta. b.
Mengetahui pengaruh dimensi religius pendidikan terhadap minat belajar mata pelajaran PAK di kelas XI SMA Santa Maria Yogyakarta.
c. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat minat belajar
PAK di kelas XI SMA Santa Maria Yogyakarta.
67
3. Variabel Penelitian
Penyusunan variabel pada penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian di atas. Menurut Sutrisno Hadi 1989: 224, variabel adalah aspek-aspek yang
menunjukkan variasi, baik dalam jenis maupun dalam tingkatan. Aspek-aspek yang akan diteliti sehubungan dengan tinjauan pelaksanaan dimensi religius
pendidikan dan minat belajar mata pelajaran PAK di kelas XI SMA Santa Maria Yogyakarta.
Variabel dalam penelitian ini adalah a.
Penghayatan dimensi religius pendidikan yang dinyatakan dalam aspek koinonia, diakonia, leiturgia, kerygma,
dan marturia.
b.
Pengaruh dimensi religius pendidikan terhadap minat belajar.
c.
Faktor pendukung dan penghambat minat belajar mata pelajaran PAK.
4. Populasi, Responden dan Sampel Penelitian
Sugiyono dalam Riduwan, 2004: 54 mengatakan bahwa populasi adalah, “wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Populasi dalam penelitian ini adalah
siswi SMA Santa Maria Yogyakarta karena berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Responden penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI SMA Santa Maria Yogyakarta yang berjumlah 126 orang dan satu orang guru PAK.
Sampel menurut Riduwan 2004: 56 adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sampel dalam
68
penelitian ini diperoleh secara random. Random sampling adalah pengambilan sampel secara acak atau tanpa pandang bulu Sutrisno Hadi, 2000: 83.
Jumlah sampel menurut Surakhmad dalam Riduwan 2004: 65, jika ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 100, maka sampel sekurang-
kurangnya 15 dari responden. Rumus untuk menghitung presentase jumlah sampel sebagai berikut:
Keterangan: S = persentase sampel yang akan digunakan
n = jumlah responden Responden dalam penelitian ini, berjumlah 126 orang, maka sampel
yang hendak diteliti sebanyak: S = 15 + 1000-126 . 50-15
1000-100 S = 15 + 874 . 35
900
S = 15 + 0,97 . 35 S = 15 + 32,93
S = 47,93 Jumlah sampel sebanyak 47,93 x 126 = 60,8711 dibulatkan menjadi 61 orang
siswi kelas XI. Siswi sejumlah 61 orang tersebut akan diberi angket dan S = 15 + 1000-n . 50-15
1000-100
69
kuesioner terbuka. Satu orang guru mata pelajaran PAK yang akan diwawancarai.
Peneliti memperoleh 61 orang sebagai sampel dalam penelitian ini dengan cara undian. Cara undian ini menurut Sutrisno Hadi 2000: 83
dilakukan dengan langkah sebagai berikut: membuat daftar berisi subjek dalam populasi dalam penelitian ini daftar nama siswi kelas XI, memberi kode
untuk tiap subjek, menulis kode tersebut dalam kertas kecil lalu digulung, memasukkan gulungan dalam kaleng, mengocok kaleng tersebut hingga keluar
sejumlah kertas sesuai yang dibutuhkan.
5. Instrumen Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan metodologi kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan dua pendekatan ini tidak saling bertentangan. Menurut
Moleong 1991: 22, “kedua pendekatan itu dapat digunakan apabila desainnya adalah memanfaatkan satu paradigma sedangkan paradigma lainnya sebagai
pelengkap saja.” Maka dalam penelitian ini pendekatan kualitatif dipilih sebagai pendekatan utama. Selanjutnya Moleong mengatakan, “kedua bentuk
data itu kualitatif dan kuantitatif digunakan bersama dan apabila dibandingkan, masing-masing dapat digunakan untuk keperluan menyusun
teori.” Data dari angket, kuesioner, dan wawancara dalam penelitian ini menjadi dasar untuk menganalisis hasil penelitian sehingga benang merah
penelitian semakin kuat. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong, 1991: 3 metodologi kualitatif adalah prosedur
70
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Metodologi kualitatif ini
lebih berupaya memahami situasi tertentu, dalam penelitian ini situasi yang hendak dipahami adalah katolisitas sebagai bentuk dari dimensi religius
pendidikan dan pengaruhnya terhadap minat belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik PAK. Penyusunan instrumen penelitian ini dipengaruhi oleh
tujuan, variabel, responden, dan sampel penelitian. Maka penelitian ini menggunakan instrumen berupa angket, kuesioner terbuka, dan wawancara.
Angket adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya Riduwan, 2004: 72. Angket ini memungkinkan responden untuk memberi jawaban dengan memilih salah
satu item yang disediakan dengan cara memberi tanda tertentu. Jawaban dari responden direduksi menjadi data dalam bentuk angka. Data dalam bentuk
angka ini dimaksudkan untuk mempermudah penulis dalam menganalisa data. Selain menggunakan angket, data juga diperoleh dengan menggunakan
kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka, menurut Riduwan 2004: 71 adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat
memberikan isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Berdasarkan keterangan tersebut maka kuesioner terbuka berupa pertanyaan yang
jawabannya tidak dibatasi oleh item pilihan tertentu. Karena tidak dibatasi dalam menjawab, responden dapat memberikan jawaban atau pandangan yang
lebih mendalam akan suatu hal.
71
Data dari angket dan kuesioner terbuka ini masih perlu dicek ulang sebab kuesioner memiliki kelemahan, misalnya: “unsur-unsur yang tidak
disadari tidak dapat diungkapkan, jawaban dipengaruhi oleh keinginan pribadi, ada hal yang dirasa memalukan atau tidak penting untuk dinyatakan, dan
kesukaran merumuskan keadaan diri dalam sebuah bahasa ” Sutrisno Hadi,
1989: 177. Guna melengkapi dan memantapkan data, penulis menggunakan metode wawancara. Menurut Sutrisno Hadi 1989: 218, metode wawancara
digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu data yang diperoleh dengan cara lain.
Penelitian ini bersifat deduktif, yaitu berawal dari teori umum mengenai dimensi religius pendidikan dan minat belajar, penulis mencoba menemukan
hal-hal khusus berupa gambaran pelaksanaan dimensi religius pendidikan serta pengaruhnya terhadap minat belajar.
6. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di gedung sekolah SMA Santa Maria Yogyakarta. Sedangkan waktu penelitian adalah pada bulan Juni 2015 pada
saat siswi memiliki waktu luang sehingga tidak mengganggu proses belajar mengajar dan kegiatan sekolah.
7. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
a. Definisi Konseptual
1 Dimensi religius pendidikan sekolah Katolik adalah katolisitias.
72
2 Menurut Winkel 2014: 219, minat belajar adalah “kecenderungan subjek
yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.
” 3
Dimensi religius pendidikan dapat berpengaruh sebagai stimulus minat belajar dan dimensi religius pendidikan dapat berpengaruh sebagai sosio-
kultur yang mendorong minat belajar. b.
Definisi Operasional 1
Dimensi religius pendidikan dihayati dalam lima aspek: koinonia, diakonia, leiturgia, kerygma,
dan marturia. Aspek koinonia dihayati dengan ciri-ciri: suasana sekolah yang penuh cinta kasih, adanya kerjasama yang baik antara
warga sekolah, kemampuan untuk saling menerima kelebihan dan kekurangan sesama. Aspek diakonia dihayati dengan ciri-ciri: usaha sekolah
untuk membina kemampuan beripikir, fisik. dan spiritual siswi, serta pelayanan optimal para guru. Aspek leiturgia dihayati dengan ciri-ciri:
adanya kegiatan ibadat, Ekaristi, dan penerimaan sakramen, serta buah-buah rohani yang mampu dipetik siswi. Aspek kerygma dihayati dengan ciri-ciri:
adanya kegiatan renungan harian, sarana Kristiani, dan usaha untuk mengembangkan kemampuan siswi semakin dekat dengan Tuhan. Aspek
marturia dihayati dengan ciri-ciri: adanya kesaksian hidup guru dan
dorongan sekolah bagi warganya agar terlibat dalam masyarakat. 2
Pengaruh dimensi religius pendidikan terhadap minat belajar sebagai stimulus ditunjukkan dengan adanya dorongan minat belajar yang
bersumber dari suasana sekolah dan kesesuaian yang diajarkan dalam
73
pelajaran dengan keadaan sekolah. Pengaruh dimensi religius pendidikan sebagai sosio-kultur ditunjukkan dengan adanya penghayatan nilai Kristiani
oleh para pendidik, peraturan, norma, dan hubungan kerja, serta kebiasaan Kristiani di sekolah.
3 Minat belajar dapat dilihat dari adanya faktor pendukung dan penghambat
yang bersumber dari dalam atau luar diri individu.
8. Kisi-kisi Angket, Kuesioner Terbuka dan Wawancara
a. Kisi-kisi Angket
No Variabel
Indikator No Item
Jumlah 1.
Tingkat penghayatan
katolisitas sebagai dimensi
religius pendidikan
oleh guru, karyawan dan
siswi SMA Santa Maria Yogyakarta.
a. Sekolah sebagai
persekutuan koinonia
b. Sekolah
memberikan pelayanan untuk
perkembangan pribadi
siswa secara
menyeluruh diakonia
c. Sekolah
mengadakan perayaan-
perayaan iman dan
sakramen leiturgia
1-7
8-12
13-15 7
5
3
74
d. Sekolah
mewartakan Kabar Gembira
kerugma e.
Sekolah mendorong
warganya untuk terlibat
memberikan kesaksian
marturia 16-19
20-22 4
3
2. Pengaruh
dimensi religius pendidikan
terhadap minat
belajar mata
pelajaran PAK a.
Dimensi religius pendidikan
sebagai stimulus minat belajar.
b. Dimensi religius
pendidikan sebagai
kultur yang mendorong
minat belajar 23-25
26-28 3
3
3. Faktor pendukung
dan faktor
penghambat minat belajar
mata pelajaran
PAK kelas XI SMA St.
Maria Yogyakarta a.
Faktor pendukung
minat belajar
dari dalam diri b.
Faktor pendukung
minat belajar
dari luar
diri siswi.
c. Faktor
29-30
31-32 2
2
75
penghambat minat
belajar dari dalam diri
siswi. d.
Faktor penghambat dari
luar diri siswi. 33-34
35-36 2
2
Jumlah Soal 36
b. Kisi-kisi Kuesioner Terbuka
No Variabel
Indikator No Item
Jumlah 1.
Tingkat penghayatan
katolisitas sebagai dimensi
religius pendidikan
oleh guru, karyawan dan
siswi SMA Santa Maria Yogyakarta.
a. Sekolah sebagai
persekutuan koinonia
b. Sekolah
memberikan pelayanan untuk
perkembangan pribadi
siswa secara
menyeluruh diakonia
c. Sekolah
mengadakan perayaan-
perayaan iman dan
sakramen leiturgia
1
2
3 1
1
1
76
d. Sekolah
mewartakan Kabar Gembira
kerugma e.
Sekolah mendorong
warganya untuk terlibat
memberikan kesaksian
marturia 4
5 1
1
2. Pengaruh
dimensi religius pendidikan
terhadap minat
belajar mata
pelajaran PAK a.
Dimensi religius pendidikan
sebagai stimulus minat belajar.
b. Dimensi religius
pendidikan sebagai
kultur yang mendorong
minat belajar 6
7 1
1
3 Minat belajar mata
pelajaran PAK
kelas XI SMA St. Maria Yogyakarta
a. Faktor
pendukung minat
belajar dari dalam diri
b. Faktor
pendukung minat
belajar dari
luar diri
siswi. 8
9 1
1
77
c. Faktor
penghambat belajar
dari dalam diri siswi.
d. Faktor
penghambat dari luar diri siswi.
10
11 1
1
Jumlah Soal 11
c. Kisi-kisi Wawancara untuk Guru Mata Pelajaran PAK
No Variabel
Indikator No Item
Jumlah 1.
Tingkat penghayatan
katolisitas sebagai dimensi
religius pendidikan
oleh guru, karyawan dan
siswi SMA Santa Maria Yogyakarta.
a. Pengertian
katolisitas sebagai dimensi
religius pendidikan.
b. Kegiatan
dan usaha
sekolah untuk
menghayati katolisitas
c. Hasil
yang dicapai
1
2
3 1
1
1 2
Pengaruh dimensi
religius pendidikan terhadap
minat belajar
mata pelajaran PAK
a. Dimensi religius
pendidikan sebagai stimulus
minat belajar. b.
Dimensi religius pendidikan
4
5 1
1
78
sebagai kultur
yang mendorong minat belajar
3 Minat belajar mata
pelajaran PAK
kelas XI SMA St. Maria Yogyakarta
a. Faktor
pendukung pelaksanaan
mata pelajaran
PAK. b.
Faktor penghambat
pelaksanaan mata
pelajaran PAK
6
7 1
1
Jumlah Soal 7
C. Laporan Hasil Penelitian Pengaruh Dimensi Religius Pendidikan