37 Suardiman 2008: 95, “minat dapat menjadi alat motivasi yang pokok bagi
individu.”
C. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik PAK
1. Hakikat PAK
Pendidikan Agama Katolik di sekolah dipahami sebagai “proses pendidikan dalam iman atau proses pendidikan agar para siswa semakin
beriman ” Heryatno, 2003: 21. Mata pelajaran PAK merupakan bentuk
katekese Gereja yang dilaksanakan dalam sekolah karena melalui mata pelajaran PAK Kabar Gembira diwartakan dan siswa dihantar untuk
menghubungkan kenyataan dunia dengan terang iman, yaitu Injil. Sebagai bentuk katekese, mata pelajaran PAK juga bersintesa dengan tujuan sekolah,
maka katekese tersebut dijalankan dalam lingkup pendidikan formal yang dilembagakan dan didasarkan pada sistem yang sudah dibakukan berdasarkan
standar nasional pendidikan. S
atu hal penting dari pelajaran PAK adalah “perkembangan nilai-nilai religius dan motivasi religius” KWI-MNPK, 1991: 127. PAK berdasarkan
pernyataan tersebut bervisi spiritual sebab berhubungan dengan hal religius. PAK secara konsisten memperkembangkan kedalaman hidup, jati diri, dan inti
hidup siswa. PAK secara sadar mengembangkan rasa, kepekaan hati, imaginasi dan dimensi hidup siswa. Dengan demikian, PAK tidak hanya mengutamakan
segi kognitif namun memberi bekal bagi siswa untuk menghadapi kenyataan hidup dan menjawab tantangan di masa depan dalam rangka menanggapi
panggilan hidupnya.
38
2. Tujuan PAK
Tujuan PAK menurut Groome 2010: 48 yaitu “demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah, untuk menghidupi iman Kristiani dan untuk
kebebasan manusia.” Tujuan tersebut bersifat holistik dan konatif. Disebut holistik karena PAK bermaksud mengembangkan secara utuh dan serentak segi
kognitif, afektif dan praksis hidup peserta. Disebut konatif karena PAK mendorong siswa untuk setia, senang hati dan tekun mewujudkan tujuannya.
PAK secara keseluruhan mendorong siswa untuk berjuang dengan setia demi mencapai perkembangan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Antara
pengetahuan, sikap, dan tindakan adalah kesatuan di mana mengetahui dengan benar berarti melaksanakan dengan berpegang pada nilai-nilai Krisitiani.
Dapiyanta 2008: 32 berpendapat bahwa PAK ditantang untuk mengambil pilihan tujuan yang jelas, mengingat PAK adalah salah satu mata
pelajaran di sekolah dan sekolah berada di bawah pengaturan sistem pendidikan suatu negara. Selama ini, tujuan PAK bersifat mendua namun tidak
tuntas. Tujuan PAK mendua antara orientasi pada pengembangan hidup beriman atau pengetahuan iman. Mangunwijaya dalam Dapiyanta, 2008: 33
mengatakan, “untuk mencapai yang minimal, yakni pengetahuan, banyak orang tidak puas, sedangkan untuk mencapai pengembangan hidup beriman, sangat
sulit karena PAK masuk dalam sebuah sistem pendidikan suatu negara.” Pendapat Dapiyanta dan Mangunwijaya ini menjadi pertanyaan yang selalu
aktual karena PAK berhubungan dengan proses hidup beriman seseorang di
39
mana iman bukan hal yang sekali jadi dan terus berproses, di mana proses tersebut sulit jika diukur secara sistem pendidikan.
Adanya permasalahan di atas menunjukkan bahwa mata pelajaran PAK bukanlah hal yang sepele. PAK perlu diberi keleluasaan sedemikian rupa
mengingat tujuan umum PAK adalah terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah perkembangan dan kedewasaan
iman. PAK di sekolah diharapkan membantu siswa supaya mengetahui dan semakin peka terhadap rahmat Tuhan yang dilimpahkan dalam dirinya dan
tekun menanggapinya.
a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah
Kerajaan Allah adalah tema dan tujuan utama dalam pemberitaan dan kehidupan Yesus. Oleh karena itu, mata pelajaran PAK bermaksud mengantar
orang- orang ke arah iman Kristiani. “Kerajaan Allah sebagai metapurpose
pendidikan dalam iman menuntut proses pendidikan yang membentuk dan memberdayakan seluruh dimensi kehidupan peserta sebagai mitra Yesus dalam
memperjuangkan terwujudnya Kerajaan tersebut” Heryatno, 2003: 24. Groome 2010: 69-72 menyebutkan dua belas pernyataan yang
berkaitan dengan arah dasar pendidikan iman demi Kerajaan Allah. 1
Kerajaan Allah merupakan simbol yang mengungkapkan tindakan Allah yang senantiasa hadir dan berkarya di tengah-tengah kehidupan manusia.
Kerajaan Allah merupakan kekuatan tindakan Allah yang sesuai dengan sifat utama Allah: penuh belas kasih, sabar dan setia, menghendaki
keadilan, kedamaian, cinta kasih, keutuhan, dll.
40
2 Kerajaan Allah dapat dipahami dalam konteks masa lampau, kini, dan
yang akan datang. 3
Kerajaan Allah merupakan anugerah Allah dan mengundang tanggapan manusia. Ia sudah mulai terwujud dan di lain pihak belum mencapai
kepenuhannya. 4
Kerajaan Allah adalah Kabar Gembira bagi mereka yang terbelenggu, tertawan, dianiaya, dan menderita.
5 Anugerah Allah untuk menjalin relasi dengan-Nya dan sesama manusia
sebagai anggota Kerajaan-Nya. 6
Karena Allah mengasihi manusia, maka Allah menghendaki supaya manusia hidup saling mengasihi seperti Allah mengasihi mereka. Jalan
mengasihi Allah adalah dengan mengasihi sesama. Tolok ukur kasih tidak lain adalah hidup Yesus sendiri yang mengasihi sampai sehabis-habisnya.
7 Kerajaan Allah memanggil kita untuk bertobat metanoia, meninggalkan
cara hidup lama dan menggunakan cara hidup baru. Pertobatan yang diusahakan adalah yang bersifat integral.
8 Pertobatan kita juga meminta agar kita menentang dan melawan seluruh
ekspresi dosa yang bersifat sosial dan budaya dalam dunia kita. 9
Kita harus berjuang untuk menciptakan struktur-struktur ekonomi, sosial, politik dan pengaturan-pengaturan budaya yang mampu mempromosikan
Kerajaan Allah. 10
Pengutusan Gereja adalah menjadi sakramen kehadiran Kerajaan Allah.
41
11 Buah-buah kehidupan kita sebagai respon terhadap rencana Allah bagi
ciptaan adalah perwujudan Kerajaan Allah di tengah-tengah sejarah, dan buah-buah dari usaha kita di masa kini yang akan tetap ada di Kerajaan
yang sempurna. 12
Terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah hidup manusia menjadi tolok ukur dari segala pendidikan iman. Proses pendidikan iman sungguh
berhasil kalau nilai-nilai Kerajaan Allah sungguh dialami secara nyata oleh semua manusia.
Keduabelas pernyataan ini memberi arahan bagaimana seharusnya PAK itu dijalankan. PAK menjadi sarana untuk menghadirkan Kerajaan Allah, maka
penggunaan terang iman adalah keharusan. Terang iman digunakan sebagai nilai dasar untuk memahami kenyataan manusia dalam sejarah dan melalui
terang iman, manusia semakin mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan suara hatinya.
b.
Demi Kedewasaan Iman Kristiani
Groome 2001: 81 menjelaskan bahwa hidup dalam iman Kristiani merupakan tindakan dari manusia sebagai agent-subject melalui komunitas
iman Kristiani dengan menggabungkan tiga tindakan: meyakini believing, mempercayai trusting, dan menjalankan kehendak Allah
doing God‟s will. Pendidikan iman di sekolah merupakan proses pendewasaan iman yang
diharapkan memperkembangkan secara seimbang dan integratif ketiga hal tersebut Heryatno, 2003: 28.
42
Dengan kemampuan akal budinya, manusia mampu mengenal Allah dan meyakininya believing. Melalui kedalaman jiwanya, manusia mengambil
keputusan untuk beriman dan berserah secara penuh pada Allah trusting. Akhirnya, manusia mewujudnyatakan imannya
doing God‟s will dengan mengusahakan kesejahteraan bersama. Ketiga tindakan iniyang dikembangkan
melalui PAK.
c. Demi Terwujudnya Kebebasan Manusia
Iman Kristiani hidup sebagai respon terhadap Kerajaan Allah maka didasarkan pada kebebasan manusia dan bertujuan pada hidup bersama di
dalam kebebasan. “Tujuan terdekat PAK yakni iman Katolik dan kebebasan manusia” Groome, 2010: 121. Pendekatan yang menggambarkan kebebasan
manusia adalah kebebasan untuk freedom for dan kebebasan dari freedom from. Dasar dari kebebasan ini adalah manusia diciptakan menurut
gambar dan rupa Allah, maka keberadaan manusia sebagai citra Allah memiliki kemungkinan untuk bebas.
Menurut Groome 2010: 310 freedom for adalah kebebasan untuk menjadi apa kita dipanggil, yakni kebebasan menjadi satu dengan Allah yang
diekspresikan dalam kebebasan bersatu dengan orang lain dan melayani orang lain. Freedom from adalah kebebasan Kristiani yang secara logis. Karena
kuasa Allah yang menyelamatkan Yesus, sekarang kita dapat bebas dari dosa. Heryatno 2003: 33 menjelaskan tiga deskripsi kebebasan. Pertama,
kemampuan manusia bertindak memenuhi kebutuhan dasar. Kedua, manusia bebas untuk memilih tanpa paksaan batin mana pun. Manusia sungguh bebas
43
mengatur dirinya sendiri berdasarkan keyakinan, kesadaran, pilihan, dan keputusannya; maka manusia sungguh otonom. Ketiga, manusia bebas untuk
menghayati keputusannya sendiri dengan segala resikonya.
3. Konteks PAK
Konteks PAK perlu dipahami dalam kaitannya yang erat dengan pendekatan PAK yang bersifat kontekstual. Keadaan konkret lingkungan sosial
membentuk perkembangan pribadi dan penghayatan hidup beriman siswa. Groome 2010: 157 berpendapat bahwa konteks PAK terjadi melalui interaksi
dalam situasi sosial dan budaya. Hal ini dikarenakan peserta didik berada dan terlibat dalam hubungan di mana ia tinggal dan di mana ia belajar. Peran
komunitas Kristiani sangat diperlukan sebagai konteks PAK. Komunitas Kristiani yang dimaksudkan adalah: keluarga, Gereja, masyarakat, dan sekolah.
Keempat komunitas ini adalah konteks PAK yang saling berhubungan dan mempengaruhi.
Keadaan awal peserta didik juga perlu diperhatikan. Heryatno 2003: 50 menyebutkan konteks hidup peserta didik meliputi “kebutuhan dan minat
mereka, daya tangkap dan kemampuan mereka, latar belakang hidup dan permasalahan mereka dan masih banyak lagi lainnya.” Sehubungan dengan hal
ini ada dua pendekatan, yaitu sosialisasi dan edukasi. Sosialisasi merupakan proses di mana diri kita menjadi diri sendiri sebagaimana adanya, dengan jalan
berinteraksi dengan orang lain, tatanan hidup yang ada, nilai hidup yang diikuti dan dengan pola tingkah laku yang diharapkan oleh lingkungan sosial kita.
Edukasi adalah proses di mana kita dengan sadar dan sengaja mendidik diri dan
44
peserta didik agar mengalami perkembangan hidup sehingga mencapai kepenuhan.
D. Hubungan antara Dimensi Religius Pendidikan terhadap Minat Belajar