Upaya Meningkatkan Kerjasama antara Pendidik dan Peserta Didik

146 mendewasakan dirinya. Hal ini sesuai dengan diagram yang telah dijelaskan di atas.

B. Upaya Meningkatkan Kerjasama antara Pendidik dan Peserta Didik

dalam Rangka Meningkatkan Penghayatan Dimensi Religius Pendidikan di SMA Santa Maria Yogyakarta Setelah menyadari urgensi kerjasama antara pendidik dengan peserta didik dalam rangka meningkatkan penghayatan dimensi religius pendidikan, kini penulis akan menyampaikan beberapa contoh upaya untuk menanggapi hal tersebut. Penulis mengajukan dua upaya, yaitu camping rohani dan rekoleksi bagi pendidik.

1. Alasan Pemilihan Upaya

Dua upaya yang diajukan ini merupakan program rutin yang dilaksanakan oleh sekolah, namun perlu diberi makna baru dalam hubungannya dengan penghayatan dimensi religius pendidikan. Pengajuan dua usulan ini juga berdasarkan wawancara dengan ibu Heni selaku guru mata pelajaran PAK setelah penulis menyampaikan hasil penelitiannya. Kegiatan camping rohani merupakan salah satu kegiatan yang sangat menyenangkan sekaligus mempunyai nilai-nilai religius yang dapat berpengaruh bagi perkembangan iman Katolik khususnya bagi orang muda. Menurut Suhardiyanto 2010: 7 camping rohani merupakan salah satu pembinaan yang sangat menarik untuk dilaksanakan demi pengembangan kepribadian menyangkut kerjasama satu, berorganisasi, memimpin, dan dipimpin. Camping rohani juga merupakan pembinaan kerohanian khususnya pembinaan iman yang meliputi pengembangan kemampuan menemukan Tuhan 147 dalam alam ciptaan, sesama, kebersamaan, serta keberanian untuk mengandalkan Tuhan dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup. Berdasarkan hasil penelitian bagian kuesioner terbuka, camping rohani menjadi salah satu kegiatan favorit yang diikuti oleh siswi lihat kuesioner terbuka nomor 2. Minat para siswi akan kegiatan ini menjadi pintu masuk yang diharapkan efektif untuk meningkatkan penghayatan aspek koinonia di sekolah. Segi kebaruan akan difokuskan pada tema dan tujuan acara camping rohani. Kegiatan retret maupun rekoleksi sudah biasa dijalankan di SMA Santa Maria Yogyakarta. Akan lebih baik jika kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sekolah dan peserta didik, sehubungan dengan aspek koinonia yang berdasarkan hasil penelitian ini masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata seorang guru yang benar-benar menghayati katolisistas dapat memicu minat murid untuk belajar. Selain itu penghayatan akan katolisitas seorang guru memungkinkan sekolah untuk memiliki kultur yang benar-benar Katolik. Penulis mengusulkan kegiatan rekoleksi bagi pendidik. Kegiatan ini diharapkan mampu menggugah hati peserta khususnya dalam hal menyadarkan kembali bahwa menjadi pendidik adalah panggilan Kristus dan melalui pribadinya Kristus hadir serta berkarya. Setelah itu diharapkan peserta mampu semakin bersemangat dalam mendidik dan mampu menjalin kerjasama dengan peserta didik sebagaimana Kristus bekerjasama dengan para rasul-Nya. 148 Bagi pendidik, kesadaran hati akan profesinya sebagai panggilan cenderung dikalahkan oleh rutinitas dan tuntutan mengajar. Oleh karena itu ada saat-saat tertentu di mana pendidik perlu disegarkan dan diteguhkan akan panggilannya. Dengan demikian pendidik akan semakin menyerupai Sang Pendidik Sejati, yaitu Yesus. Yesus sebagai guru, memandang murid-Nya sebagai rekan kerja dalam mencapai tujuan perutusan-Nya, yaitu Kerajaan Allah. Pendidik dan peserta didik pun hendaknya demikian pula; mereka bekerjasama sebagai subjek pendidikan. Maka tepatlah yang dikatakan dalam GE art. 8 bahwa “hendaklah... mereka dijiwai oleh semangat merasul... pelayanan para guru itu sungguh- sungguh merupakan kerasulan.”

2. Camping Rohani

a. Tujuan Kegiatan

1 Tujuan Umum Menurut Suhardiyanto 2010: 9, tujuan umum diadakannya camping rohani adalah agar peserta: “Semakin mampu menghargai diri sendiri, sesamateman-teman sehingga terciptalah persaudaraan yang benar-benar keluar dari hati yang tulus. Selain itu juga mampu menghargai dan mensyukuri alam sebagai anugerah Allah yang perlu dikelola dan dilestarikan sebagai tanda terima kasih kepada-Nya, yang telah menganugerahkan itu semua bagi kita manusia ciptaan-Nya sehingga tumbuhlah semangat besar untuk mencintai dan memeliharanya.” Berdasarkan pendapat di atas, camping rohani dapat menjadi sarana untuk memperteguh aspek koinonia di SMA Santa Maria Yogyakarta. Kegiatan ini meski di lapangan ditujukan untuk peserta didik namun dalam proses persiapan melibatkan pemimpin sekolah, guru, dan karyawan bahkan orang tua siswa. 149 Mereka dibentuk untuk saling memahami segala sesuatu yang dibutuhkan peserta didik demi kelancaran acara. Bagi peserta didik sendiri, kegiatan ini jelas membentuk mereka untuk bekerjasama, dll. Aspek lain yang turut dikembangkan, yaitu aspek marturia, diakonia, leiturgia dan kerygma. Aspek marturia turut berkembang karena semua pihak diuji untuk tetap berpegang pada suara hati dan nilai-nilai Kristiani selama mempersiapkan hingga selesainya acara, di mana konflik sangat mungkin terjadi. Diwujudkannya kepedulian akan pelestarian alam merupakan salah satu bentuk kesaksian iman dan bentuk pelayanan bagi masyarakat sekitar. Sedangkan aspek kerygma dan leiturgia dapat dikembangkan melalui kemampuan peserta untuk semakin merasakan kehadiran Tuhan melalui alam dan sesama serta mensyukurinya dalam doa. 2 Tujuan Khusus Menurut Suhardiyanto 2010: 12 tujuan khusus diadakannya camping rohani adalah: “Peserta mampu mensyukuri alam sebagai ciptaan dan anugerah Allah, memuliakan Allah yang hadir dalam ciptaan-Nya, menyesuaikan diri pada alam dan sesama, mengenal dan bersahabat dengan alam dan sesama, menyadari penyertaan Allah, menerima diri secara fisik, kemampuan, hubungan sosial, menerima orang lain dengan segala keunikannya, bertanggungjawab, mendengarkan orang lain, melayani orang lain, tanggappeka akan situasi, berorganisasi dan mengkordinasi, bekerjasama, memimpin dan sedia dipimpin.” Berdasarkan pernyataan di atas kiranya jelas bahwa kegiatan camping rohani sangat berdayaguna untuk membentuk pribadi secara utuh dan menjadi sarana yang tepat untuk mengembangkan aspek koinonia. Untuk mewujudkan persaudaraan dibutuhkan kesediaan diri untuk keluar dari dirinya dan 150 menghargai orang lain selayaknya menghargai diri sendiri, untuk itu dibutuhkan kemampuan interpersonal. Kemampuan ini sangat mungkin dikembangkan dalam kegiatan camping rohani. Tujuan khusus yang disebutkan di atas terutama dalam hubungan dengan sesama dapat menjadi indikator bagaimana kemampuan interpesonal itu dibentuk.

b. Waktu, Tempat dan Peserta

Camping rohani pada intinya bertujuan untuk pembinaan persaudaraan. Pembinaan ini tidak hanya bagi peserta didik namun juga pemimpin sekolah, guru, karyawan bahkan orang tua peserta didik. Mereka tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan namun turut andil dalam mempersiapkan. Oleh karena itu diperlukan waktu yang tepat agar semua pihak dapat terlibat tanpa harus mengorbankan kepentingan belajar mengajar. Berdasarkan kebiasaan di SMA Santa Maria Yogyakarta, waktu yang tepat adalah sesudah ujian kenaikan kelas akhir Mei hingga awal Juni sebelum penerimaan rapor. Tempat pelaksanaan menjadi keputusan yang disepakati bersama dalam rapat panitia. Panitia dipercayakan pada pengurus OSIS yang dibina oleh Wakasek Kesiswaan dan Guru Mata Pelajaran PAK selaku Wakasek urusan bina mental. Peserta adalah semua siswi kelas XI.

3. Rekoleksi untuk Pendidik

a. Tujuan Umum Rekoleksi

Tujuan dari rekoleksi dapat dilihat dari arti kata rekoleksi itu sendiri. Menurut Mangunhardjana 1985: 7 istilah rekoleksi berasal dari bahasa 151 Inggris recollection yang berarti usaha untuk mengumpulkan kembali. Dalam hal ini yang dikumpulkan adalah pengalaman peserta rekoleksi dalam kesehariannya. Maka tujuan umum dari rekoleksi adalah agar peserta mampu mampu menyadari peran serta Kristus dalam karyanya melalui pengalaman mereka sehari-hari dalam berkarya. Yang dilakukan dalam rekoleksi mirip dengan yang dilakukan dalam retret. Peserta meninjau karya Allah dalam dirinya, cara kerja serta bimbingan- Nya dan tanggapan terhadap karya Allah itu. Seperti dalam retret, bahan yang diolah dalam rekoleksi diambil dari pengalaman hidup yang sudah dijalani Mangunhardjana, 1985: 18.

b. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Rekoleksi

Rekoleksi ini dilaksanakan saat libur semester ganjil bulan Desember agar tidak mengganggu proses belajar mengajar sekaligus menjadi momen penyegaran dan refleksi karya di pertengahan tahun ajaran. Sedangkan tempat dapat dipilih di aula sekolah atau rumah retret yang mendukung terciptanya suasana yang hening.

C. Usulan Program Camping Rohani dan Rekoleksi untuk Pendidik

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS X DI SMA SANTA MARIA MEDAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 1 45

PENGARUH FASILITAS BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IS SMA KATOLIK BUDI MURNI 2 MEDAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 25

Pengaruh pendidikan religiositas terhadap kontrol diri siswa-siswi kelas XI SMA Regina Pacis Surakarta tahun pelajaran 2015-2016.

0 0 2

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi dalam mengerjakan PR matematika pada siswi kelas X dan XI SMA Santa Maria Yogyakarta yang tinggal di asrama tahun ajaran 2015/2016.

0 0 197

Pengaruh cerita terhadap empati siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) kelas VIII SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

0 0 144

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered-heads together terhadap motivasi belajar pendidikan Agama Katolik siswi kelas XI di SMA Santa Maria Yogyakarta.

1 9 236

Pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar-mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta.

1 18 184

Pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dan XII pada mata pelajaran Pendidikan Agama Katolik di SMA Sang Timur Yogyakarta

0 21 182

PERSEPSI SISWI KELAS XI SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20072008 TENTANG MANFAAT PELAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

0 0 96

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR SISWI-SISWI KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 20092010: IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR YANG SESUAI

0 0 115