9
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1. Definisi hipertensi
Hipertensi adalah penyakit umum yang didefinisikan sebagai peningkatan terus-menerus tekanan darah arteri. Peningkatan tekanan darah
TD diidentifikasikan sebagai salah satu faktor risiko yang paling signifikan untuk penyakit kardiovaskular Dipiro et al, 2009.
2. Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi hipertensi sebagai anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut The European Society of Hypertension ESH and of
The European Society of Cardiologi ESC
Katagori Sistolik mmHg
Diastolik mmHg Optimal
120 danatau
80
Normal 120-129
danatau 80-84
High normal 130-139
danatau 85-89
Hipertensi tahap 1 140-159
danatau 90-99
Hipertensi tahap 2 160-179
danatau 100-109
Hipertensi tahap 3
≥180 danatau
≥110
Hipertensi terisolasi sistolik
≥140 danatau
90 Mancia et al, 2013.
B. Prevalensi Hipertensi
Indonesia merupakan negara dengan prevalensi hipertensi yang cukup tinggi. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terhadap kejadian penyakit
jantung dan pembuluh darah. Gejala yang ditimbulkan pada penyakit hipertensi
hampir sama dengan penyakit lain sehingga sering disebut dengan silent disease karena, tidak dapat dipastikan secara pasti dan baru dapat disadari apabila telah
mengganggu organ vital lain seperti penyakit kardiovaskular dan stroke. Biasanya penyakit hipertensi ini diketahui secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan
kesehatan atau dengan keluhan lain Kementrian Kesehatan RI, 2014. Selain usia dan jenis kelamin hipertensi dapat terjadi oleh faktor lain.
Perilaku tidak sehat diantaranya, kebiasaan merokok aktifpasif, obesitas, depresi karena rendahnya status pekerjaan, rendahnya pendapatan, dan kurangnya
beraktivitas fisik dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi Basha, 2004.
C. Kesadaran Terhadap Hipertensi
Kesadaran merupakan keadaan seseorang sadar tentang dirinya dan lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian, dan orientasinya mencakup ruang,
waktu, dan orang dalam keadaan baik Sunaryo, 2004. Kurangnya kesadaran pada masyarakat mengenai pentingnya mengecek tekanan darah sangat rendah.
Akibatnya penyakit yang tidak diketahui secara pasti gejalanya ketika melakukan pemerikasaan tekanan darahnya ternyata termasuk hipertensi. Berdasarkan
Indonesian Society of Hypertension InaSH mengungkapkan, sekitar 50
penyandang hipertensi tidak menyadari bahwa dirinya telah menyandang hipertensi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007, kasus hipertensi yang
sudah terdiagnosis atau yang telah terapi hipertensi hanya 24,2. Berarti 75,8 kasus hipertensi di masyarakat belum terjangkau pelayanan kesehatan Haryadi,
2015.
D. Penatalaksanaan Terapi Hipertensi
Tujuan penatalaksanaan terapi hipertensi adalah untuk meminimalkan morbiditas dan mortalitas penyandang hipertensi.
Morbiditas dan mortalitas ini berhubungan dengan kerusakan organ target yang meliputi penyakit ginjal,
kardiovaskular, gagal jantung sampai terjadinya stroke. Mengurangi risiko tetap menjadi tujuan utama dari terapi hipertensi dan pemilihan terapi obat yang
spesifik secara signifikan berdampak pada penurunan risiko kerusakan organ vital yaitu ginjal, kardiovaskular Dipiro et al, 2009.
1. Terapi non-farmakologi
Terapi non-Farmakologi menurut Dipiro, 2009 sebagai berikut:
a. Menurunkan berat badan bagi penderita yang overweight dan obese:
menjaga berat badan agar tetap normal BMI 18,5-24,9 kgm
2
.
b. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak
kandungan lemak total dan lemak jenuh rendah.
c. Mengurangi konsumsi garam, idealnya sodium 1,5ghari atau sodium
klorida 3,8ghari.
d.
Mempertahankan asupan kalium yang adekuat 90mmolhari.
e. Aktivitas fisik seperti aerobik secara teratur selama minimal 30 menit setiap
hari.
2. Terapi farmakologi
Terapi farmakologi hipertensi dapat ditangani dengan obat-obat antihipertensi seperti diuretik utamanya thiazid, Angiotensin Converting Enzyme
inhibitor ACEi, Angiotensin II Receptor Blocker ARB, dan Calcium Chanel
Blocker CCB Dipiro, 2009.
a. Diuretik yang sub golongan utama pada diuretik ini adalah tiazid
diantaranya chlorthalidone, hydrochlorothiazide, indapamide, metolazone. Mekanisme kerja tiazid menurunkan tekanan darah dengan cara
menghambat co-trans-porter Na
+
Cl
-
pada awal tubulus disdal ginjal sehingga reabsorpsi Na
+
Cl
-
serta meningkatkan volume urin dan ekskresi natrium Nugroho, 2012.
b. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor ACEi diantaranya benazepril,
captopril, enalapril, lisonofil, ramipril. Mekanisme kerja golongan ACEi menghambat pembentukan angiotensin II dari perkusor angiotensi I yang
inaktif secara kompetitif sehingga aldosteron tidak disekresikan. Aldosteron merupakan senyawa yang dapat meningkatkan peningkatan volume darah
yang menyebabkan resistensi vaskuler Nugroho, 2012. c.
Angiotensin Receptor Blockers ARBs diantaranya candesartan, eprosartan, losartan, valsartan. Mekanisme kerja golongan ARBs dengan cara
mengeblok secara langsung reseptor angiotensin II sehingga angiotensin II tidak dapat berikatan agonis dan tidak menstimulasi efek vasokontriksi,
tidak terjadi retensi sodium dan air Dipiro, 2009. d.
Calcium Channel Blocker CCB, terdiri dari dua sub golongan yaitu dihidropiridin amlodipine, felodipine, nifedipine, nicardipine, nisoldipine,
iseadipine dan non-dihidropiridin diltiazem, verampamil. Mekanisme kerja golongan CCB dengan cara menghambat influks ion kalsium pada
kanal ion kalsium voltage-gated calcium channels pada pembuluh darah dan otot jantung sehingga, mengakibatkan penurunan ion kalsium dalam
intraselular dan menyebabkan penurunan kontraksi otot polos yang menimbulkan vasodilatasi Nugroho, 2012.
E. Pengendalian Tekanan Darah
Penyakit hipertensi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan hingga batas normal Sunanto, 2009. Tekanan darah adalah
kekuatan yang diperlukan agar dapat mengalir dalam pembuluh darah dan beredar mencapai seluruh jaringan tubuh. Darah yang beredar keseluruh jaringan tubuh
berfungsi sebagai media pengangkut oksigen serta zat-zat yang diperlukan oleh tubuh Gunawan, 2001. Pengendalian tekanan darah merupakan hal terpenting
yang dilakukan pada penyandang hipertensi untuk meminimalkan terjadinya komplikasi. Cara bijaksana mengendalikan hipertensi, yaitu dengan melakukan
terapi antihipertensi yang taat, kontrol pada tenaga kesehatan, dan mengatur pola hidup sehat Sunanto, 2009. Tekanan darah terkendali adalah 140mmHg sistolik
danatau 90mmHg diastolik Mancia et al, 2013.
F. Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hipertensi