Fenomena Rule of Halves Hypertension Landasan Teori

psikologis seseorang yang berkaitan dengan lingkungan kerja Rahajeng dan Tuminah, 2011. c. Penghasilan. Penghasilan yang rendah dapat meningkatan prevalensi hipertensi, dan rendah pengendalian tekanan darah terhadap penyandang hipertensi. Penghasilan yang rendah menunjukan ekonomi rendah, status sosial yang rendah, dan menjadikan seseorang sulit untuk memeriksakan kesehatannya pada sarana tenaga kesehatan. Tingkat penghasilan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup serta melakukan terapi yang semestinya dilakukan secara rutin agar tekanan darah dapat terkendali Gunawan, 2001. Angka kejadian hipertensi akan bertambah jika penghasilan yang diperoleh rendah karena, kurangnya kesadaran pada penyandang hipertensi untuk melakukan terapi dan pengontrolan tekanan darah secara rutin Tambayong, 2000.

G. Fenomena Rule of Halves Hypertension

Rao dan Daniel, 2014. Gambar 1. Bagan Profil Responden Berdasarkan Fenomena ‘Rule of Halves’ Populasi sampel Hipertensi 50 Tidak Hipertensi 50 Sadar Hipertensi 25 Tidak Sadar Hipertensi 25 Terapi Antihipertensi 12,5 Tidak Terapi Antihipertensi 12,5 Tekanan Darah Terkendali 6,25 Tekanan darah Tidak terkendali 6,25 Kurangnya kesadaran terhadap hipertensi bukanlah fenomena baru: „rule of halves ‟ dapat dipahami dengan menunjukan bahwa setengah pasien yang tidak diketahui hipertensi, setengah pasien yang diketahui hipertensi namun tidak menjalani terapi, dan setengah dari mereka menjalani perawatan hipertensi dan tekanan darah tidak terkendali Rao dan Daniel, 2014.

H. Pengukuran Tekanan Darah

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan darah adalah sphygmomanometer . Sphygmomanometer memiliki tiga jenis yaitu sphygmomanometer neraca, sphygmomanometer aneroid, dan sphygmomanometer digital. Pada masyarakat sphygmomanometer raksa dianggap alat pengukur tekanan darah yang paling akurat untuk mengukur tekanan darah. Cara penggunaan sphygmomanometer digital lebih mudah dibandingkan dengan sphygmomanometer raksa dan dapat digunakan tanpa bantuan orang lain untuk melakukan pengukuran tekanan darah Lingga, 2012. Sphygmomanometer digital pada masyarakat dianggap kurang akurat hasilnya, namun beberapa studi mengatakan bahwa sphygmomanometer digital memiliki akurasi yang tinggi dan dapat digunakan untuk mengukur tekanan darah secara mandiri tanpa bantuan orang lain dan tenaga kesehatan Lingga, 2012.

I. Profil Tempat Penelitian

Peneliti mengumpulkan data responden hipertensi di Yogyakarta, Kabupaten Sleman. Pada penelitian ini lokasi penelitian di tentukan dengan metode simple random samplig sampling acak sederhana yaitu dengan cara undian. Simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan secara acak, setiap elemen populasi mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel Sugiyono, 2001. Kabupaten Sleman memiliki 17 kecamatan diperoleh Kecamatan Ngemplak. Kecamatan Ngemplak Memiliki 5 Desa dan diperoleh Desa Wedomartani. Desa Wedomartani memiliki 25 padukuhan diperoleh Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan. Hasil pemilihan tempat penelitian yang diperoleh yaitu, di Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kecamatan Ngemplak, Desa Wedomartani, Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan.

1. Penduduk Padukuhan Malang Rejo

Berdasarkan Rekapitulasi Pendataan Desa Wedomartani Tahun 2014, Padukuhan Malang Rejo memiliki 4 Rukun Warga RW, 8 Rukun Tetangga RT dan 302 Kepala Keluarga KK. Jumlah keseluruhan penduduk adalah 1341 orang dengan 689 laki-laki dan 652 perempuan. Jumlah penduduk dengan usia ≥40 tahun adalah sebanyak 326 orang.

2. Padukuhan Sanggrahan

Berdasarkan Rekapitulasi Pendataan Desa Wedomartani Tahun 2014, Padukuhan Sanggrahan memiliki 2 Rukun Warga RW, 4 Rukun Tetangga RT dan 261 Kepala Keluarga KK. Jumlah keseluruhan penduduk 827 orang dengan 384 laki-laki dan 443 perempuan. Jumlah pendu duk dengan usia ≥40 tahun adalah 263 orang.

J. Landasan Teori

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah arteri seseorang mengalami peningkatan terus-menerus Dipiro et al, 2009. Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia Gunawan, 2001. Hipertensi ditunjukan dengan nilai tekanan darah ≥140 mmHg sistolik danatau ≥90 mmHg diastolik Mancia et al, 2013. Penyebab tekanan darah meningkat adalah karena peningkatan kecepatan denyut jantung, peningkatan retensi tahanan dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran darah Kurniawan, 2002. Kesadaran adalah keadaan seseorang mengetahui keadaan dirinya, perhatian dan peduli tentang keadaan yang dialami oleh dirinya. Pengetahuan yang dimiliki pada masyarakat akan meningkatkan kesadaran pasien terhadap hipertensi untuk melakukan terapi dan mencapai tekanan darah yang terkontrol Sunaryo, 2004. Tujuan umum terapi hipertensi adalah pengurangan morbiditas dan mortalitas pada penyakit ginjal dan kardiovaskular Dipiro et al, 2009. Penyakit hipertensi pada umumnya tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan hingga batas normal. Pengendalian tekanan darah merupakan hal terpenting yang dilakuakan pada penyandang hipertensi untuk meminimalkan terjadinya komplikasi Sunanto, 2009. Tekanan darah terkendali yaitu 140 mmHg sistolik dan 90 mmHg diastolik Mancia et al, 2013. Selain usia dan jenis kelamin risiko hipertensi juga dapat disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan dan penghasilan Tambayong, 2000. Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah dibandingkan pada masyarakat dengan tingkat pendidikan tinggi. Rendahnya pendidikan dapat dikaitkan dengan tingkat yang lebih rendah terhadap kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah Chandra, 2006. Rutinitas pekerjaan yang penuh dengan tekanan dari atasan dan teman kelompok kerja dapat memicu stres dan menyebabkan hipertensi hal ini menyebabkan meningkatnya prevalensi hipertensi Gunawan, 2001. Pengetahuan terkait kesehatan pada jenis pekerjaan indoor lebih tinggi dibandingkan pada jenis pekerjaan outdoor hal ini terkait informasi yang diperoleh Marliani, 2007. Kemiskinan disebabkan kurangnya penghasilan yang mengakibatkan seseorang tidak sadar dan tidak peduli pada pengeluaran terkait pendidikan dan kesehatan karena biaya yang mahal Stalker, 2008. Penghasilan yang rendah menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan asupan gizi yang diperlukan bagi tubuh, melakukan terapi dan kontrol tidak rutin pada tenaga kesehatan menyebabkan meningkatnya prevalensi hipertensi Gunawan, 2001. Pada penelitian ini untuk melihat gambaran adanya faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan, Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Populasi keseluruan penduduk Malang Rejo dan Sanggrahan pada usia ≥40 tahun sebanyak 595 orang. Penduduk Padukuhan Malang Rejo dan Sanggrahan memiliki prevalensi hipertensi yang tinggi dan pengetahuan yang rendah terkait kesehatan sehingga kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kurang.

K. Hipotesis

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, terapi, dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor gaya hidup sehat.

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, terapi dan pengendalian tekanan darah responden hipertensi di Desa Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta (kajian usia, jenis kelamin, bmi, dan risiko kardiovaskular).

0 0 83

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 0 79

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 0 75

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

0 0 82