Konsep Supply Chain Operations Reference SCOR Model

monitoring indikator performansi. Jika nilai kinerja 40 maka pencapaian performansinya dapat dikategorikan kedalam kondisi yang sangat rendah poor sedangkan jika skor normalisasi mencapai nilai diatas 90 maka dapat dikategorikan sangat baik sekali excellent Tabel 2.1. Sistem Monitoring Indikator Performansi Sumber : Trienekens dan Hvolby, 2000 Sistem Monitoring Indikator Performansi 90 Exellent 70 – 90 Good 50 – 70 Average 40 – 50 Marginal 40 Poor

2.4 Konsep Supply Chain Operations Reference SCOR Model

Model Supply Chain Operations Reference SCOR dikembangkan oleh suatu lembaga professional, yaitu Supply Chain Council SCC. Supply Chain Council SCC diorganisasikan tahun 1996 oleh Pittiglio Rabin Todd McGrath PRTM dan AMR Research. Model ini dikuasakan kepada seluruh industry standart yang digunakan untuk Supply Chain Management. Model ini dikembangkan untuk mendeskripsikan aktivitas bisnis yang diasosiasikan dengan seluruh fase yang terlibat untuk memenuhi permintaan customer. Adapun bentuk dari Supply Chain yang digambarkan oleh SCOR model adalah : Gambar 2.3. Supply Chain Model Sumber : I Nyoman Pujawan, Supply Chain Management, 2005 Adapun definisi dari kelima proses manajemen utama Supply Chain dalam SCOR adalah sebagai berikut : 1. Plan Proses perencanaan untuk menyeimbangkan permintaan dan persediaan untuk mengembangkan tindakan yang memenuhi penggunaan source, produksi dan pengiriman yang terbaik. 2. Source Proses yang berkaitan dengan aktivitas untuk memperoleh material dan hubungan perusahaan dengan supplier. 3. Make Proses untuk merubah transformasi material menjadi produk jadi untuk memenuhi permintaan customer. 4. Delivery Proses mengirimkan produk jadi dan atau jasa untuk memenuhi permintaan. 5. Return Proses yang dikaitkan dengan pengembalian dan penerimaan produk yang dikembalikan oleh pelanggan untuk berbagai alasan. Model SCOR Supply Chain Operations Reference diorganisasikan dalam 5 lima proses Supply Chain utama yaitu : Plan, Source, Make, Deliver, dan Return dimana ini pada level pertama. Kemudian SCOR dibagi lagi menjadi level- level untuk pengukuran performansinya. Didalam level 2 SCOR, dimunculkan setiap aspek yang akan diukur. Misalnya saja mengenai reliability, responsiveness, flexibility, costs, dan assets. Dari masing-masing aspek itu, di dalamnya terdapat metriks-metriks pengukuran yang akan diukur sehingga dapat kita nilai. Level dua dari SCOR, digambarkan mengenai mapping Supply Chain perusahaan yang akan diukur performansinya. Sedangkan untuk level tiganya, setiap komponen yang ada di mapping level dua, di breakdown sehingga mendapatkan sesuatu yang detail dari komponen-komponen tersebut. Pada level tiga juga sudah mulai dilakukan penentuan parameter dari setiap metriks dan komponen yang akan diukur. I nyoman Pujawan, 2005 Adapun contoh-contoh metriks yang ada di dalam metode SCOR, adalah sebagai berikut : A. Aspek reliability 1. Inventory inaccuracy, yaitu besarnya penyimpangan antara jumlah fisik persediaan yang ada di gudang dengan catatandokumentasi yang ada. 2. Defect rate, yaitu tingkat pegembalian material cacat yang dikembalikan ke supplier . 3. Stockout Probability, probabilitas atau kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan. B. Aspek Responsiveness 1. Planning cycle time, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi. 2. Source item responsiveness, yaitu waktu yang dibutuhkan supplier untuk memenuhi kebutuhan perusahaan apabila terjadi peningkatan jumlah jenis material tertentu dari permintaan awal suatu order. C. Aspek Flexibility 1. Minimum order quantity, yaitu jumlah unit minimum yang bisa dipenuhi supplier dalam setiap kali order. 2. Make volume flexibility, yaitu prosentase penongkatan yang dapat dipenuhi oleh produksi dalam kurun waktu tertentu. D. Aspek Cost 1. Defect cost, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk penggantian produk cacat. 2. Machine maintenance, yaitu biaya-biaya yang digunakan untuk perawatan mesin produksi. E. Aspek Assets 1. Payment term , yaitu rata-rata selisih waktu antara permintaan material dengan waktu pembayaran ke supplier. 2. Cash to cash cycle time, yaitu waktu dari perusahaan mengeluarkan uang untuk pembelian material sampai dengan perusahaan menerima uang pembayaran dari konsumen. Contoh atribut-atribut penelitian sesuai Key Performance Indikator di PT.Petronika-Gresik sebagai berikut : Tabel 2.2 Key Performance Indicator di PT.Petronika-Gresik sumber : Ilma Shofyana.Analisis Performansi Supply Chain Operation Reference di PT.Petronika-Gresik Key Performansi Indikator Keterangan PLAN Reliability Number of production schedule revision Jumlah jadwal produk yang mengalami perubahan Percentage of adjusted production quatity Prosentase perubahan jumlah unit produksi dengan rencana produksi awal Forecast Accuracy Prosentase penyimpangan permintaan actual dengan permintaan hasil peramalan Inventory accuracy of material Keakuratan persediaan dalam material Inventory accuracy of packaging Keakuratan persediaan dalam pengemasan Inventory accuracy of finished product Keakuratan persediaan dalam produk akhir Internal Relationship Hubungan internal antara bagian dalam perusahaan Planning employee reliability Keandalan tenaga kerja bagian PPC Responsiveness Time to identity new product specification Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian dan pengembangan produk baru Time to revise production schedule Waktu yang dibutuhkan untuk merevisi jadwal produksi Time to produce a production schedule Waktu yang dibutuhkan untuk menyusun jadwal produksi SOURCE Reliability Supplier Delivery Performance Kinerja pengiriman supplier Source Employee Reliability Keandalan tenaga kerja bagian pengadaan bahan baku Percentage of suppliers with long term contracts Prosentase supplier jangka panjang Supplier reliability Keandalan dari supplier Responsiveness Supplier delivery lead time Rata-rata rentang pengiriman Source Volume responsiveness of material Tingkat ketanggapan volume bahan baku Source volume responsiveness of packaging Tingkat ketanggapan volume pengemasan Time to identify a new supplier Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengidentifikasi supplier baru Flexibility Source item flexibility of packaging Banyaknya perubahan jenis material yang diminta yang dapat Keterangan dipenuhi dalam kurun waktu tertentu Minimum order quality of packaging Jumlah minimum kuantitas untuk setiap kali order yang bisa dipenuhi oleh supplier Cost Material order cost Biaya yang dikeluarkan untuk order material Supplier evaluation cost Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan ecvaluasi supplier dalam 1 tahun Assets Cash to cash cycle time Waktu sejak perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli material sampai dengan menerima uang dari konsumen Payment term Rata-rata selisih waktu antara penerimaan material dari supplier sampai dengan waktu pembayaran ke supplier MAKE Reliability Percentage of product out of weight specification Prosentase produk yang keluar dari spesifikasi berat Number of backorder Jumlah unit yang diproduksi secara backorder salam suatu permintaan Repair time percentage Waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin yang rusak Breakdown time percentage Waktu yang menyebabkan proses produksi terhenti Time between machine failure Waktu rata-rata antar kerusakan mesin yang menyebabkan proses terhenti Manufacturing employee reliability Keandalan tenaga kerja Responsiveness Production lead time Lead time produksi Make volume responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi peningkatan permintaan sebesar 20 Make item responsiveness Waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen apabila terjadi perubahan jenis produk Changeover time Waktu persiapan mesin yang diperlukan apabila terjadi penggantian jenis produk yang akan diproduksi Flexibility Make volume flexibility Prosentase peningkatan permintaan yang dapat dipenuhi dalam kurun waktu tertentu Production item flexibility Flexibiltas item produk Cost Overhead cost Biaya overhead Defect cost Biaya-biaya penggantian produk cacat Machine maintenance cost Biaya perawatan mesin Assets Asset turn Total penerimaan kotor dibagi total asset bersih DELIVER Reliability Delivery fill rate Prosentase jumlah permintaan Key Performance Indicator Keterangan yang bias dipenuhi dari total permintaan Percentage of orders delivered complete Prosentase order yang kuantitasnya terkirim lengkap Stockout probability Kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan Delivery employee reliability Keandalan tenaga kerja bagian pengiriman Responsiveness Delivery lead time Waktu sejak distributor industri memesan barang sampai barang diambil Flexibility Minimum delivery quantity Jumlah minimum pengiriman Cost Holding cost Biaya penyimpanan per unit RETURN Reliability Product reject rate Tingkat pengembalian produk Marketing employee reliability Keandalan tenaga kerja Responsiveness Number of customer complaint Jumlah komplain dari konsumen Packaging supplier repair time Waktu yang dibutuhkan supplier untuk mengganti material yang diklaim setiap kali terjadi klaim Flexibility Time to solve a complain Waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi komplain konsumen

2.5 Analytical Hierarchy Process AHP