Latar Belakang Masalah Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Kepuasan Berwirausaha pada Wirausaha Wanita

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wirausaha memiliki peranan penting dalam membangun ekonomi suatu bangsa. Drucker dalam Riyanti, 2003 menegaskan bahwa penyumbang perekonomian terbesar dalam suatu negara adalah wirausahawan yang menciptakan ribuan lapangan kerja bagi orang lain. Hal ini dapat dikatakan entrepreneur atau wirausaha merupakan agen perubahan dari ekonomi yang progresif. Pada hakikatnya, wirausaha memberikan nilai positif bagi masyarakat luas. Hal ini dikarenakan wirausahawan menciptakan kemakmuran bagi individu maupun kelompok dalam mendapatkan pekerjaan Suryana, 2001. Orang-orang yang terlibat dalam wirausaha memiliki pemahaman sendiri akan kebutuhan masyarakat dan dapat memenuhi kebutuhan tersebut sesuai selera masyarakat. Hal ini mendorong masyarakat membuka usaha baru yang pada akhirnya membangun kekuatan ekonomi yang besar bagi suatu bangsa Baptise, dalam Riyanti, 2003. Keberadaan wanita dalam Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM turut membangun perekonomian bangsa, sehingga keterlibatan wirausaha wanita dalam membangun ekonomi bangsa memiliki peran yang sentral. Pemberdayaan wanita dalam pembangunan ekonomi sangat berimbas pada naiknya pendapatan Universitas Sumatera Utara per kapita suatu daerah Jati, 2009. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nenny Soemawinata 2011 yang merupakan Ketua Pengurus Koperasi Sahabat Wanita, “Peran wanita dalam dunia wirausaha sangatlah penting, tidak hanya untuk menurunkan tingkat kemiskinan di kalangan wanita, tetapi juga sebagai langkah penting menuju peningkatan pendapatan rumah tangga dan mendorong pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan.” Peran dan partisipasi wanita dalam dunia wirausaha memang menjadi modal berharga dalam suatu negara. Minniti et al dalam Jati, 2009 menemukan bahwa baik di negara maju maupun negara berkembang, keterlibatan wanita dalam berwirausaha meningkat cukup tajam selama satu dekade terakhir. Di Indonesia sendiri, berdasarkan laporan Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil serta Menengah Mei, 2013, menyatakan bahwa terdapat 39 atau 53,8 juta pelaku usaha mikro kecil dan menengah UMKM di Indonesia. Sebanyak 21 juta UMKM yang dikelola kebanyakan berasal dari wanita. Peningkatan ini memiliki kontribusi yang baik dan signifikan dalam meningkatkan jumlah wirausaha Rafinaldi, dalam Madina, 2013. Tentu hal ini menunjukkan bahwa wirausaha wanita mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional Wartaekonomi, 7 Desember 2011. Indari Mastuti, pengembang komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis IDN berhasil membuktikan bahwa keikutsertaan wanita dalam berwirausaha memiliki peran yang penting. Bermula dari hobinya sejak kecil yang doyan nulis, ia berbagi pengalaman dan ilmunya tentang dunia kepenulisan. Saat ini ada sekitar 10 dari anggotanya yang aktif menulis. Dari anggotanya yang aktif mampu menghasilkan Rp. 1 juta- Rp. 6 juta per bulannya. Saat ini komunitas IDN telah merentangkan sayap bisnisnya dengan menggarap agensi personal branding dan jasa Universitas Sumatera Utara copywriting. Di masa mendatang, Indari memiliki impian agar usaha yang digelutinya dapat menjadi trendsetter di jasa copywriting dan personal branding Fuad, 2013. Berbagai catatan dan fakta di atas memberikan gambaran bahwa peranan wirausaha wanita memiliki kontribusi penting dalam membangun perekonomian, sehingga penelitian terhadap wanita yang bergelut di bidang wirausaha cukup menarik untuk ditelusuri Jati, 2009. Beberapa studi menunjukkan bahwa wirausaha lebih mengalami kepuasan dengan pekerjaan yang mereka lakoni dibandingkan dengan karyawan Benz Frey 2008; Blanchflower Oswald 1998; Bradley Roberts 2004; Hundley 2001; Katz 1993; Thompson et al. 1992 dalam Carree Verheul, 2011. Menurut Suyatini 2004, kepuasan dalam melakukan wirausaha berarti menyukai segala hal yang berkaitan dengan aktivitas wirausaha yang digelutinya. Tingkat kepuasan kewirausahaan dipengaruhi oleh karakteristik usaha, motif untuk memulai wirausaha, dan karakteristik pribadi Carree Verheul, 2001. Dalam penelitiannya Longenecker 2001, Greg Hundley, Stewart, Finnie dan La Fortie dalam Suyatini 2004, menemukan karakteristik pribadi yang pada umumnya dimiliki oleh wirausaha yaitu kemampuan berinovasi, rasa percaya diri, keberanian mengambil resiko, dan kebutuhan akan keberhasilan. Karakteristik pribadi wirausaha tersebut sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam menjalankan usahanya sendiri, dengan harapan dapat memperoleh kepuasan yang lebih besar dalam bekerja Suyatini, 2004. Universitas Sumatera Utara Dalam mencapai suatu kepuasan diperlukan reaksi emosional dan kemampuan dalam mengambil resiko untuk mengatasi setiap kesulitan atau hambatan yang terjadi selama individu menjalani wirausaha. Hambatan yang sering dialami bagi wanita yang berwirausaha adalah sulitnya membagi waktu antara membangun bisnis dengan mengurus keluarga. Di mana fungsi seorang wanita dalam budaya patriarkhi adalah sebagai ibu dan istri bagi anak-anak maupun suami Hardanti, dalam Susanto, 2009. Tanggung jawab yang besar terhadap keluarga inilah yang sering menimbulkan terjadinya konflik peran ganda Das, 2001. Wirausaha wanita, khususnya yang sudah berkeluarga, secara otomatis memikul peran ganda, baik di lingkungan pekerjaan maupun di lingkungan keluarganya. Konflik peran sering timbul ketika salah satu dari peran tersebut menuntut lebih atau membutuhkan lebih banyak perhatian Susanto, 2009. Kebanyakan tuntutan yang dialami wanita yang telah berkeluarga umumnya berhubungan dengan pengasuhan anak, mengurus suami dan melakukan pekerjaan rumah tangga Riyanti, 2007. Terjadinya dua peran berbeda yang membutuhkan perhatian yang sama menimbulkan konflik peran ganda Irawaty Kusumaputri, 2008. Menurut Greenhaus dan Beutell 1985, konflik peran ganda adalah bentuk konflik di mana tuntutan peran pekerjaan dan keluarga secara mutual tidak dapat disejajarkan dalam beberapa hal. Hal senada juga disampaikan Myers dalam Irawaty Kusumaputri, 2008 yang mengartikan konflik peran ganda sebagai Universitas Sumatera Utara seseorang yang menjalankan dua tuntutan berbeda dan dilakukan secara bersamaan. Konflik peran ganda yang terjadi dapat mengurangi kesehatan fisik maupun mental seorang wanita dalam bekerja Widyarini, dalam Soeharto, 2004. Ini ditandai dengan perilaku yang kurang positif terhadap pekerjaan serta gejala fisik seperti perasaan terancam pada diri Grandey, dkk., dalam Laksmi, 2012. Juga menyebabkan gejala mental seperti seperti rasa bersalah, gelisah, cemas dan frustrasi Burke Greenglass, Greenhaus Suraman dalam Soeharto, 2004. Hal ini diyakini dapat menurunkan kualitas performa seseorang dalam bekerja Kossek Ozeki dalam Soeharto, 2004 serta menganggu kesejahteraan psikologis wanita yang melakukan dua peran secara bersamaan Cooper Marshall dalam Indriyani, 2009. NIOSH National Institute for Occupational Safety and Health menyatakan bahwa konflik peran ganda merupakan salah satu sumber stres di tempat kerja dalam Kafetsios, 2007. Dikhawatirkan hal ini dapat meningkatkan maupun mengurangi well being seseorang ketika bekerja Andersson 2008, Feldman Bolino 2000, Jamal 1997 dalam Carree Verheul, 2011. Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana hubungan yang terjadi antara konflik peran ganda dengan kepuasan berwirausaha pada wirausaha wanita.

B. Rumusan Masalah