Wirausaha Wanita Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Kepuasan Berwirausaha

b. Strain Based Conflict Konflik ini sering disebabkan oleh tekanan dalam satu peran sehingga mempengaruhi kinerja pada peran yang lainnya. Seperti tekanan akibat urusan dalam pekerjaan mempengaruhi pada berkurangnya perhatian terhadap keluarga. Sedangkan tekanan pada keluarga menyebabkan semangat menurun ketika bekerja. Sehingga menyebabkan ketegangan atau keadaan emosional yang negatif kelelahan, kecemasan, depresi, mudah marah. c. Behavior Based Conflict Behavior Based Conflict merupakan peran yang disebabkan karena kesulitan beradaptasi melakukan perubahan perilaku dari peran yang satu ke peran yang lain. Misalnya sebagai seorang manajer dituntut untuk bersikap agresif dan cenderung memerintah pada bawahannya, namun sebagai ibu di rumah harus mengubah perilakunya tersebut menjadi ramah, hangat dan penuh kasih sayang.

C. Wirausaha Wanita

Wirausaha wanita dikarakteristikan sebagai seseorang yang memiliki karakter feminitas, antara lain, emosional, sensitif, peka, penuh kasih, kooperatif, cermat, hangat, simpati, dan intuitif Noer Suef, dalam Riyanti, 2007. Selain itu, wirausaha wanita juga memiliki karakteristik telaten, jujur, ulet, sabar, teliti, cermat, serius, tekun, berani mengambil risiko, tangguh, tidak mudah menyerah, memiliki keinginan yang keras, semangat yang tinggi, berdedikasi dan loyalitas tinggi, terbuka, bekerja tanpa pamrih, ikhlas, menjaga nama baik, tidak egois, Universitas Sumatera Utara serta teratur dalam hal administrasi dan pengelolaan uang Jurnal Pengkajian Koperasi dan UKM, 2006. Selain hal di atas, wanita juga memiliki kelemahan yang dapat dijadikan penyebab kegagalannya dalam menjalani wirausaha, antara lain: memanfaatkan peluang yang ada untuk ambisi pribadi, kurang berani mengambil resiko, kurang percaya diri atau terlalu percaya diri, memiliki tingkat ambisiusitas yang tinggi dalam menangani usaha yang di luar dari kemampuannya, memiliki wasasan yang kurang, kurang dapat membagi waktu antara keluarga dengan pekerjaan, memiliki emosi yang tinggi sehingga cenderung tidak sabar, mengambil keputusan dengan terburu-buru, bergantung pada suami, berperilaku konsumtif, menutup diri, dan tidak gigih dalam menjalankan usahanya.

D. Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Kepuasan Berwirausaha

Wanita Dalam penelitiannya Longenecker 2001, Greg Hundley; Stewart; Finnie dan La Fortie dalam Suyatini 2004, menemukan karakteristik pribadi yang pada umumnya dimiliki oleh wirausaha yaitu kemampuan berinovasi, rasa percaya diri, keberanian mengambil resiko, dan kebutuhan akan keberhasilan. Karakteristik pribadi wirausaha tersebut sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam menjalankan usahanya sendiri, dengan harapan dapat memperoleh kepuasan yang lebih besar dalam bekerja Suyatini, 2004. Dalam mencapai suatu kepuasan diperlukan reaksi emosional dan kemampuan dalam mengambil resiko untuk mengatasi setiap kesulitan atau Universitas Sumatera Utara hambatan yang terjadi selama individu menjalani wirausaha. Ardhanari dalam Jati, 2009 mengungkapkan bahwa salah satu hambatan yang dialami seorang wanita dalam berwirausaha adalah karakteristik feminim yang melekat pada diri seorang wanita. Serta kodrat alam yang menuntut wanita untuk menjalani peran sebagai ibu dan istri yang baik Seniati, dalam Maherani, 2008. Faktor budaya patriarkhi sendiri diduga menjadi penyebab kurangnya kepercayaan diri seorang wanita yang telah berkeluarga untuk memberdayakan diri dengan wirausaha Pristiana, 2003. Tanggung jawab yang besar terhadap keluarga inilah yang sering menimbulkan terjadinya konflik peran ganda Das, 2001. Ditambah dengan pandangan masyarakat bahwa seharusnya seorang wanita yang berhasil adalah seorang wanita yang mampu mengurus rumah tangganya dengan baik. Widianingtyas, dalam Riyanti, 2007. Wirausaha wanita, khususnya yang sudah berkeluarga, secara otomatis memikul peran ganda, baik di lingkungan pekerjaan maupun di lingkungan keluarganya. Konflik peran sering timbul ketika salah satu dari peran tersebut menuntut lebih atau membutuhkan lebih banyak perhatian Susanto, 2009. Kebanyakan tuntutan yang dialami wanita yang telah berkeluarga umumnya berhubungan dengan pengasuhan anak, mengurus suami dan melakukan pekerjaan rumah tangga Riyanti, 2007. Terjadinya dua peran berbeda yang membutuhkan perhatian yang sama menimbulkan konflik peran ganda Irawaty dan Kusumaputri, 2008. Universitas Sumatera Utara Konflik peran ganda yang terjadi dapat mengurangi kesehatan fisik maupun mental seorang wanita dalam bekerja Widyarini, dalam Soeharto, 2004. Ini ditandai dengan perilaku yang kurang positif terhadap pekerjaan serta gejala fisik seperti perasaan terancam pada diri Grandey, dkk., dalam Laksmi, 2012, juga menyebabkan gejala mental seperti seperti rasa bersalah, gelisah, cemas, dan frustasi Burke Greenglass, Greenhaus Suraman dalam Soeharto, 2004. Hal ini diyakini dapat menurunkan kualitas performa seseorang dalam berwirausaha Kossek Ozeki dalam Soeharto, 2004 serta menganggu kesejahteraan psikologis wanita yang melakukan dua peran secara bersamaan Cooper Marshall dalam Indriyani, 2009. Dalam jurnal Carree dan Verheul 2011 yang berjudul What Makes Entrepreneurs Happy? Determinants of Satisfaction Among Founders dengan mengutip pendapat Parasuraman dan Simmers 2001 menyatakan bahwasanya wirausaha yang mengalami konflik peran ganda sering kali disebabkan oleh tingginya waktu yang dihabiskan untuk kegiatan wirausahanya, ataupun konflik peran ganda yang dialami sering kali disebabkan oleh tingginya waktu yang dihabiskan dalam mengurus keluarga, sehingga dikhawatirkan hal ini berpengaruh pada kepuasan seseorang dalam berwirausaha. Hal ini sejalan dengan Greenhaus dan Beutell 1985 yang mengemukakan tiga dimensi dari konflik peran ganda, yakni: time based conflict, strain based conflict, dan behavior based conflict. Di mana pada time based conflict, seseorang yang mengalami konflik peran disebabkan oleh terbatasnya waktu yang dimiliki, Universitas Sumatera Utara sehingga waktu yang dipakai untuk wirausaha sering kali memiliki dampak pada terbatasnya waktu yang dimiliki untuk keluarga. Sebaliknya, Demikian pula dengan konflik yang disebabkan oleh tekanan dalam satu peran sehingga mempengaruhi kinerja pada peran lainnya strain based conflict. Seperti tekanan akibat urusan dalam pekerjaan mempengaruhi pada berkurangnya perhatian terhadap keluarga. Hal ini dapat menimbulkan rasa stres pada penderitanya. Stres yang dirasakan oleh seorang wirausaha tersebut dapat menguatkan ataupun melemahkan mereka dalam mendapatkan kepuasan berwirausaha berupa psychological well being. Tentu hal ini berpengaruh pada menurunnya performa wirausahawan dalam bekerja.

E. Hipotesis Penelitian