DATA DAN ANALISIS DATA

87 13 17 13 88 15 12 10 89 14 16 15 90 13 12 15 Dari tabel diatas, kemudian dilakukan uji F dependent untuk mengetahui signifikansi dari aspek gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik. Berikut ini adalah hasil analisis data angket gaya belajar dalam bentuk check-list melalui uji F dependent. Tabel 4. Descriptives Statistics Angket Check-List Melalui Uji F Dependent Tabel 5. Hasil Signifikansi Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Check-list Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Visual 90 13.13 1.664 9 17 Auditorial 90 14.32 1.853 9 18 Kinestetik 90 13.53 2.299 7 19 Test Statistics a N 90 Chi-square 16.994 Df 2 Asymp. Sig. .000 Monte Carlo Sig. Sig. .000 95 Confidence Interval Lower Bound .000 Upper Bound .033 a. Friedman Test Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa aspek gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik mempunyai perbedaan secara signifikan. Kemudian dari tabel 4, dapat dilihat bahwa aspek gaya belajar yang paling dominan adalah aspek gaya belajar auditorial. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan hasil rata-rata jumlah skor masing-masing aspek gaya belajar.  Angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda Setelah memperoleh data, maka skor masing-masing aspek dijumlahkan. Jumlah skor yang dimiliki oleh masing- masing aspek kemudian dibandingkan dan di analisis. Kemudian dilihat apakah jumlah skor masing-masing aspek tersebut memiliki perbedaan secara signifikan atau tidak. Berikut ini adalah hasil analisis data angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda. Tabel 6. Hasil Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Pilihan Ganda SMP Charitas 02 Mojosari No Kelas Jumlah Skor SignifikanTidak signifikan V A K 1 VIIA 4 7 4 Tidak Signifikan 2 9 4 2 Signifikan 3 7 4 4 Tidak Signifikan 4 4 7 4 Tidak Signifikan 5 7 5 3 Tidak Signifikan 6 10 4 1 Signifikan 7 6 7 2 Tidak Signifikan 8 8 3 4 Signifikan 9 9 5 1 Signifikan 10 9 2 4 Signifikan 11 12 3 Signifikan 12 5 4 6 Tidak Signifikan 13 7 3 5 Tidak Signifikan 14 7 3 5 Tidak Signifikan 15 3 5 7 Tidak Signifikan 16 6 5 4 Tidak Signifikan 17 8 3 4 Signifikan 18 4 6 5 Tidak Signifikan 19 5 6 4 Tidak Signifikan 20 7 6 2 Tidak Signifikan 21 8 3 4 Signifikan 22 6 6 3 Tidak Signifikan 23 9 4 2 Signifikan 24 10 4 1 Signifikan 25 VIIB 6 5 4 Tidak Signifikan 26 10 2 3 Signifikan 27 9 5 1 Signifikan 28 5 5 5 Tidak Signifikan 29 8 4 3 Signifikan 30 8 7 Tidak Signifikan 31 6 4 5 Tidak Signifikan 32 6 5 4 Tidak Signifikan 33 8 3 4 Signifikan 34 5 3 7 Tidak Signifikan 35 8 3 4 Signifikan 36 8 5 2 Tidak Signifikan 37 8 2 5 Tidak Signifikan 38 9 5 1 Signifikan 39 9 4 2 Signifikan 40 8 5 2 Tidak Signifikan 41 8 7 Tidak Signifikan 42 5 5 5 Tidak Signifikan 43 8 4 3 Signifikan 44 4 3 8 Signifikan 45 6 4 5 Tidak Signifikan 46 6 5 4 Tidak Signifikan 47 9 3 3 Signifikan 48 5 4 6 Tidak Signifikan 49 VIIIA 6 5 4 Tidak Signifikan 50 8 2 5 Tidak Signifikan 51 7 8 Tidak Signifikan 52 7 6 2 Tidak Signifikan 53 7 4 4 Tidak Signifikan 54 8 4 3 Signifikan 55 9 5 1 Signifikan 56 8 3 4 Signifikan 57 11 2 2 Signifikan 58 9 4 2 Signifikan 59 4 7 4 Tidak Signifikan 60 8 3 4 Signifikan 61 10 2 3 Signifikan 62 10 2 3 Signifikan 63 9 4 2 Signifikan 64 10 3 2 Signifikan 65 7 6 2 Tidak Signifikan 66 9 1 5 Signifikan 67 8 3 4 Signifikan 68 8 6 1 Tidak Signifikan 69 9 3 3 Signifikan 70 4 9 2 Signifikan 71 VIIIB 9 5 1 Signifikan 72 10 4 1 Signifikan 73 8 3 4 Signifikan 74 11 2 2 Signifikan 75 6 6 3 Tidak Signifikan 76 8 3 4 Signifikan 77 10 5 Signifikan 78 10 3 2 Signifikan 79 9 4 2 Signifikan 80 7 4 4 Tidak Signifikan 81 7 4 4 Tidak Signifikan 82 11 2 2 Signifikan 83 9 4 2 Signifikan 84 13 1 1 Signifikan 85 7 5 3 Tidak Signifikan 86 3 6 6 Tidak Signifikan 87 8 6 1 Tidak Signifikan 88 9 4 2 Signifikan 89 12 2 1 Signifikan 90 8 4 3 Signifikan Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa data yang masuk dalam kelompok data signifikan sebanyak 48 data, sedangkan data yang masuk ke dalam kelompok data tidak signifikan sebanyak 42 data. Data yang masuk dalam kelompok data signifikan kemudian dibagi lagi untuk mengetahui apakah gaya siswa memiliki aspek gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik. Cara menentukan aspek gaya belajar yang dimiliki oleh siswa tersebut adalah dengan melihat jumlah skor tertinggi dari masing-masing aspek. Sedangkan untuk data yang masuk ke dalam kelompok data yang tidak signifikan, merupakan data yang tidak bisa dibedakan. Sehingga keseluruhan aspeknya dibedakan menjadi empat, yaitu visual, auditorial, kinestetik dan tidak bisa dibedakan. Hasil tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 7. Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda No Aspek Gaya Belajar 1 Tidak Bisa Dibedakan 2 Visual 3 Tidak Bisa Dibedakan 4 Tidak Bisa Dibedakan 5 Tidak Bisa Dibedakan 6 Visual 7 Tidak Bisa Dibedakan 8 Visual 9 Visual 10 Visual 11 Visual 12 Tidak Bisa Dibedakan 13 Tidak Bisa Dibedakan 14 Tidak Bisa Dibedakan 15 Tidak Bisa Dibedakan 16 Tidak Bisa Dibedakan 17 Visual 18 Tidak Bisa Dibedakan 19 Tidak Bisa Dibedakan 20 Tidak Bisa Dibedakan 21 Visual 22 Tidak Bisa Dibedakan 23 Visual 24 Visual 25 Tidak Bisa Dibedakan 26 Visual 27 Visual 28 Tidak Bisa Dibedakan 29 Visual 30 Tidak Bisa Dibedakan 31 Tidak Bisa Dibedakan 32 Tidak Bisa Dibedakan 33 Visual 34 Tidak Bisa Dibedakan 35 Visual 36 Tidak Bisa Dibedakan 37 Tidak Bisa Dibedakan 38 Visual 39 Visual 40 Tidak Bisa Dibedakan 41 Tidak Bisa Dibedakan 42 Tidak Bisa Dibedakan 43 Visual 44 Kinestetik 45 Tidak Bisa Dibedakan 46 Tidak Bisa Dibedakan 47 Visual 48 Tidak Bisa Dibedakan 49 Tidak Bisa Dibedakan 50 Tidak Bisa Dibedakan 51 Tidak Bisa Dibedakan 52 Tidak Bisa Dibedakan 53 Tidak Bisa Dibedakan 54 Visual 55 Visual 56 Visual 57 Visual 58 Visual 59 Tidak Bisa Dibedakan 60 Visual 61 Visual 62 Visual 63 Visual 64 Visual 65 Tidak Bisa Dibedakan 66 Visual 67 Visual 68 Tidak Bisa Dibedakan 69 Visual 70 Auditorial 71 Visual 72 Visual 73 Visual 74 Visual Hasil pengelompokkan aspek gaya belajar diatas kemudian dirangkum dalam sebuah tabel dengan hasil sebagai berikut: Tabel 8. Rangkuman Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda No Aspek Gaya Belajar Jumlah siswa 1. Visual 46 2. Auditorial 1 3. Kinestetik 1 4. Tidak Bisa Dibedakan 42 75 Tidak Bisa Dibedakan 76 Visual 77 Visual 78 Visual 79 Visual 80 Tidak Bisa Dibedakan 81 Tidak Bisa Dibedakan 82 Visual 83 Visual 84 Visual 85 Tidak Bisa Dibedakan 86 Tidak Bisa Dibedakan 87 Tidak Bisa Dibedakan 88 Visual 89 Visual 90 Visual Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil angket pilihan ganda ini, terdapat sebanyak 51,11 siswa yang memiliki gaya belajar visual, 1,11 siswa yang memiliki gaya belajar auditorial, 1,11 siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik, dan 46,67 siswa yang gaya belajarnya tidak dapat dibedakan. 2 Analisis Data Hasil Wawancara Siswa Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan instrumen wawancara dengan siswa untuk melihat apakah ada kesesuaian antara hasil dari angket dengan hasil wawancara. Dalam hal ini, penulis mengambil 3 siswa sebagai narasumber dan 3 siswa ini adalah siswa yang masuk dalam kelompok gaya belajar signifikan. Berdasarkan hasil dari angket, ketiga siswa ini dalam belajar lebih cenderung menggunakan gaya belajar visual. Berikut ini merupakan deskripsi dari hasil wawancara:  Hasil wawancara dari responden 1 yaitu siswa ini merasa senang dalam pembelajaran IPA karena dalam pembelajaran IPA banyak canda tawa. Tetapi kalau untuk materinya, siswa ini merasa mudah untuk belajar biologi dan merasa kesulitan untuk belajar fisika. Selain itu dalam belajar siswa ini lebih senang melakukan praktikum, tetapi karena selama proses pembelajaran berlangsung tidak pernah ada praktikum, maka siswa ini dalam belajar lebih cenderung belajar dengan mencatat apa yang telah diberikan oleh gurunya saat proses pembelajaran di kelas. Sedangkan menurutnya, saat gurunya mengajar di dalam kelas, gurunya lebih sering memberikan penjelasan. Dan menurutnya, dia merasa lebih sering bosan dengan mendengarkan penjelasan gurunya tersebut. Tetapi dia masih bisa mengikuti pelajaran dengan baik karena saat guru menjelaskan, dia membaca buku paket yang ada di meja.  Hasil wawancara dari responden 2 yaitu siswa ini dalam pembelajaran IPA kadang merasa senang, kadang tidak. Pelajaran yang membuatnya merasa senang adalah pelajaran biologi dan pelajaran yang membuatnya merasa tidak senang adalah pelajaran fisika. Hal ini dikarenakan dalam pelajaran fisika dia merasa kesulitan dalam hitung- hitungan. Selain itu dalam belajar siswa ini lebih senang belajar dengan mencatat dan melihat gambar-gambar. Dengan mencatat, dia merasa terbantu dalam belajar. Dengan melihat gambar-gambar, dia merasa senang karena itu mengasyikkan bagi dia. Sedangkan menurutnya, saat gurunya mengajar di dalam kelas, gurunya lebih sering memberikan penjelasan. Dan menurutnya, dia merasa lebih sering bosan dan mengantuk ketika mendengarkan penjelasan gurunya tersebut.  Hasil wawancara dari responden 3 yaitu siswa ini dalam pembelajaran IPA kadang merasa senang dan kadang tidak. Pelajaran yang membuatnya merasa senang adalah pelajaran biologi dan pelajaran yang membuatnya merasa tidak senang adalah pelajaran fisika. Hal ini dikarenakan dalam pelajaran fisika dia merasa kesulitan dalam hitung- hitungan. Selain itu dalam belajar siswa ini lebih senang belajar dengan mencatat karena dengan mencatat, dia merasa lebih mudah untuk mengingat materi pelajaran. Sedangkan menurutnya, saat gurunya mengajar di dalam kelas, gurunya sering memberikan gambar-gambar dan menjelaskan. Dan menurut responden 3, frekuensi antara memberikan gambar-gambar dan menjelaskan itu lebih banyak ke menjelaskan. Dan dia merasa malas mendengarkan penjelasan gurunya.

b. Gaya Mengajar Guru

1 Analisis Data Hasil Pengamatan Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA. Karena gaya mengajar guru melibatkan metode, media, urutan kegiatan dan alokasi waktu, maka penulis akan meninjau gaya mengajar guru dari hal-hal tersebut. Gaya mengajar guru akan dilihat dari berbagai aktivitas yang terjadi di dalam kelas di saat pembelajaran IPA berlangsung. Dari hasil transkip data pengamatan, penulis membagi data menjadi tiga 3 bagian, yaitu pembukaan, inti dan penutup. Kemudian penulis mengelompokkan aktivitas yang sering terjadi di dalam kelas pada saat bagian inti menjadi lima yaitu menjelaskan, menulis, mengerjakan soal, menggambar dan membaca. Aktivitas ini dikelompokkan sesuai dengan data yang diperoleh. Selain 5 aktivitas utama tersebut, penulis juga menambahkan komunikasi verbal sebagai aktivitas selingan yang berupa candaan atau nasehat-nasehat. Sehingga komunikasi verbal tidak masuk ke dalam aktivitas utama yang digunakan untuk menentukan gaya mengajar guru. Kemudian dari aktivitas-aktivitas yang ada, akan dilihat juga alokasi waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas tersebut. Karena dari alokasi waktu tersebut, gaya mengajar guru dapat diketahui dengan jelas. Berikut ini adalah hasil pengelompokkan dari transkip data pengamatan di SMP Charitas 02 Mojosari.  Pengelompokkan aktivitas pertemuan 1 Pembukaan : Komunikasi verbal 5 menit Inti : 1. Guru menjelaskan 10 menit  Pemuaian  Muai panjang 2. Guru menulis rumus 6 menit  Rumus  Jawaban yang benar 3. Komunikasi verbal 9 menit 4. Siswa menulis 8 menit  Tulisan di papan tulis  Soal yang di dikte guru  Jawaban yang ada di papan tulis 5. Siswa mengerjakan soal mandiri 16 menit Penutup : Guru mengingatkan siswa untuk menggunakan rumus yang sama ketika ada pertanyaan yang sama 1 menit.  Pengelompokkan aktivitas pertemuan 2 Pembukaan : Komunikasi verbal 5 menit. Inti : 1. Guru menjelaskan 20 menit  Pemuaian  Muai panjang  Rumus  Muai volume 2. Komunikasi verbal 20 menit 3. Guru menulis 7 menit  Rumus  Jawaban yang benar di papan tulis 4. Siswa menulis 9 menit  Tulisan di papan tulis  Soal yang di dikte oleh guru 5. Siswa mengerjakan soal mandiri 13 menit Penutup : Guru mengingatkan siswa untuk mengumpulkan buku di akhir semester 1 menit  Pengelompokkan aktivitas pertemuan 3 Pembukaan : Komunikasi verbal 5 menit Inti : 1. Guru menjelaskan 8 menit  Muai volume 2. Guru menggambar sebuah kotak 1 menit 3. Komunikasi verbal 2 menit 4. Guru menulis 5 menit  Rumus  Jawaban yang benar 5. Siswa menulis 7 menit  Tulisan yang ada di papan tulis  Soal yang di dikte guru 6. Siswa mengerjakan soal mandiri 17 menit Penutup :  Pengelompokkan aktivitas pertemuan 4 Pembukaan : Komunikasi verbal 2 menit Inti : 1. Guru menjelaskan 43 menit  Ekosistem  Hubungan mahkluk hidup yang ada dalam ekosistem  Komponen abiotik  Komponen biotik  Point-point komponen biotik  Pengurai  Produsen  Konsumen  Hasil diskusi 2. Siswa membaca buku teks 5 menit 3. Komunikasi verbal 8 menit 4. Guru menulis point-point komponen biotik 1 menit 5. Siswa mengerjakan soal secara berdiskusi tentang hewan herbivora, karnivora, dan omnivora 15 menit Penutup : Guru memberikan tugas rumah kepada siswa 5 menit  Pengelompokkan aktivitas pertemuan 5 Pembukaan : Komunikasi verbal 6 menit Inti : 1. Guru menjelaskan 25 menit  Organisasi kehidupan  Jaringan meristem  Jaringan epidermis  Jaringan pengangkut  Jaringan penyokong  Jaringan dasar  Organ  Fungsi akar  Fungsi batang 2. Guru menggambar 5 menit  Pohon  Jaringan epidermis  Jaringan yang ada pada tumbuhan monokotil dan dikotil 3. Komunikasi verbal 4 menit 4. Siswa membaca buku teks tentang fungsi batang 2 menit 5. Guru menulis perbedaan tumbuhan monokotil dan dikotil 7 menit Penutup :  Pengelompokkan aktivitas pertemuan 6 Pembukaan : Komunikasi verbal 4 menit Inti : 1. Siswa mengerjakan soal 36 menit  Mandiri  Diskusi 2. Guru membahas soal dan menjelaskannya 36 menit 3. Komunikasi verbal 2 menit Penutup : Guru meminta siswa untuk melanjutkan mengerjakan soal di rumah 1 menit Dari pengelompokkan aktivitas beserta alokasi waktu di atas, maka dapat dirangkum sebuah tabel dengan hasil berikut. Tabel 9. Rangkuman hasil coding aktivitas No Aktivitas Alokasi Waktu menit 1. Menjelaskan 142 2. Menulis 50 3. Mengerjakan soal 97 4. Menggambar 6 5. Membaca 7 2 Analisis Data Hasil Wawancara Guru Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan instrumen wawancara dengan guru untuk melihat apakah ada kesesuaian antara hasil dari pengamatan dengan hasil wawancara. Dari hasil pengamatan, guru ini dalam melakukan proses pembelajaran lebih sering memberikan penjelasan kepada siswanya. Hasil wawancara dengan guru tersebut yaitu dalam proses pembelajaran guru tersebut tidak akan banyak menerangkan jika dalam satu angkatan siswanya baik semua. Tetapi jika dalam satu angkatan siswanya banyak yang kurang, dalam proses pembelajaran guru tersebut lebih banyak menerangkan, mengulang, memberikan catatan dan tugas. Jika diurutkan dalam melakukan proses pembelajaran, guru memulainya dengan menerangkan, kemudian memberi catatan atau rangkuman, kemudian yang terakhir memberi tugas. Tugas yang diberikan biasanya tugas kelompok, tugas pribadi dan tugas rumah. Selain itu, dalam proses pembelajaran daripada memberikan catatan dan tugas, beliau lebih sering menjelaskan dalam mengajar. Guru ini jarang melakukan praktikum karena alat-alat yang dimiliki sekolah sangatlah minim. Sehingga biasanya kadang- kadang guru hanya melakukan demonstrasi saja. Media lain yang digunakan guru dalam mengajar pun hanya papan tulis saja. Dan selama mengajar, guru tidak pernah memperhatikan gaya belajar siswanya seperti apa dan menurut beliau, siswa- siswinya lebih senang belajar dengan mendengarkan penjelasan. Sedangkan gaya belajar guru tersebut adalah auditorial. Hal ini dapat dilihat bahwa dalam belajar beliau lebih senang mendengarkan penjelasan orang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran, gaya mengajar guru adalah memberikan materi pelajaran dengan menjelaskan.

C. PEMBAHASAN

1. Gaya Belajar Siswa

a. Gaya belajar berdasarkan angket

1 Angket gaya belajar dalam bentuk check-list Dari hasil analisis angket gaya belajar dalam bentuk check- list, dapat diketahui bahwa aspek gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik memang berbeda secara signifikan. Dari ketiga aspek gaya belajar yang ada, aspek gaya belajar yang memiliki perbedaan secara signifikan adalah aspek gaya belajar auditorial dimana artinya siswa-siswi di SMP Charitas 02 Mojosari dalam belajar lebih mengandalkan indera pendengaran. 2 Angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda Dari hasil analisis angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda diatas, dari 90 siswa yang diteliti, terdapat 42 siswa yang masuk dalam kelompok gaya belajar yang tidak signifikan. Sedangkan untuk 48 siswa yang lainnya termasuk dalam kelompok gaya belajar yang signifikan. 42 siswa yang masuk dalam kelompok gaya belajar yang tidak signifikan, lebih nyaman belajar dengan menggunakan ketiga aspek gaya belajar. Jadi dalam belajar mereka lebih cenderung menggunakan kombinasi ketiga aspek gaya belajar yang ada. Sedangkan 48 siswa yang lain lebih nyaman belajar dengan menggunakan salah satu aspek saja. Jadi dalam belajar hanya satu aspek gaya belajar saja yang cenderung digunakan oleh 48 siswa tersebut. Dari 48 siswa tersebut, terdapat 46 siswa lebih nyaman belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual, 1 orang siswa nyaman belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar auditorial dan 1 orang siswa nyaman belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar kinestetik. Maka dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa setiap siswa di SMP Charitas 02 memiliki gaya belajar sendiri-sendiri. Bobbi de Porter 2010 mengulas pendapat Bandler dan Grinder yang menyatakan bahwa, dalam belajar biasanya siswa cenderung menggunakan kombinasi ketiga aspek gaya belajar yang ada. Tetapi juga tidak dapat dipungkiri bahwa biasanya dari ketiga aspek gaya belajar tersebut, hanya terdapat satu aspek gaya belajar dominan yang menonjol. Hal ini disebabkan oleh kenyamanan dan kemampuan siswa itu sendiri dalam belajar. Sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya belajar setiap siswa memang ada yang dapat dibedakan dan ada juga yang tidak dapat dibedakan. Dari hasil penelitian ini, untuk siswa yang gaya belajarnya dapat dibedakan secara signifikan, hasil yang diperoleh adalah kebanyakan siswa belajar dengan menggunakan aspek gaya belajar visual.

b. Gaya belajar berdasarkan wawancara

Dari hasil analisis wawancara, dapat diketahui bahwa ketiga siswa yang menjadi responden memiliki gaya belajar visual. Ketiga siswa tersebut disimpulkan memiliki gaya belajar visual berdasarkan ciri-ciri gaya belajar visual. Ciri-ciri gaya belajar visual yang berkaitan dengan hasil wawancara adalah bahwa siswa yang dominan pada gaya belajar visual lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar. Sehingga dalam hal ini, ketika belajar siswa akan lebih cenderung melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penglihatannya. Kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penglihatan misalnya membaca buku, mencatat, melihat gambar- gambar, melihat demonstrasi dan lain sebagainya. Ketika ketiga responden ditanya tentang cara belajarnya, ketiga responden tersebut dalam belajar lebih senang mencatat dan melihat gambar-gambar. Hal ini terungkap dalam wawancara: Responden 1: P : Untuk kamu sendiri, cara belajar kamu itu seperti apa? Apakah kamu lebih senang mendengarkan penjelasan, membaca-baca bukumencatat atau melakukan praktikum? N : Sebenernya saya lebih senang melakukan praktikum mbak. Tapi karena nggak pernah ada praktikum, saya lebih senang belajar dengan mencatat apa yang diajarkan guru. Responden 2: P : Owh.. Terus dalam belajar, kamu itu lebih senang belajar dengan cara yang bagaimana? Dengan mendengarkan penjelasan, melihat- lihat gambarmembaca bukumencatat atau melakukan praktikum? N : Lebih senang belajar dengan mencatat mbak sama melihat gambar- gambar. Responden 3 P : Nah, sekarang menurut kamu, kamu itu lebih senang belajar dengan cara seperti apa? Mendengarkan penjelasan dari seseorang, melihat gambar-gambarmembacamencatat, atau melakukan praktikum? N : Saya lebih sering belajar dengan mencatat mbak. Dari ketiga kutipan diatas, dapat dilihat bahwa ketiga responden diatas dalam belajar lebih sering mencatat dan senang melihat gambar-gambar. Sedangkan dari ciri-ciri gaya belajar diatas dapat diketahui bahwa dengan melibatkan indera penglihatan siswa akan lebih mudah dalam belajar. Karena siswa lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, maka individu yang dominan ke gaya belajar visual akan merasa kesulitan dengan cara belajar yang berkaitan dengan indera pendengaran. Cara belajar yang berkaitan dengan indera pendengaran misalnya ceramahpenjelasan dari guru, mendengarkan rekaman audio dan lain sebagainya. Karena siswa merasa kesulitan dengan cara belajar ini, maka yang ada saat mengikuti pelajaran dengan cara tersebut akan merasa malas, bosan dan mengantuk. Hal ini terungkap dalam wawancara: Responden 1: P : Sekarang mbak mau tanya, kalau cara gurumu mengajar IPA itu bagaimana? Apakah lebih sering menjelaskan, lebih sering memberi catatanlebih sering menampilkan gambar-gambar, atau lebih sering melakukan praktikum? N : Lebih sering menjelaskan. P : Kamu senang nggak mendengarkan penjelasan dari guru? N : Kadang-kadang senang, kadang-kadang bosen. P : Kok kadang-kadang kenapa? N : Ya karena kadang-kadang bikin ngantuk mbak. P : Kamu lebih sering senangnya atau lebih sering bosennya? N : Lebih sering bosennya mbak. Responden 2: P : Sekarang, mbak mau tanya tentang cara gurumu mengajar. Dalam belajar IPA, gurunya itu lebih sering mengajar dengan cara seperti apa? memberikan penjelasanceramah, memberikan catatan menampilkan gambar-gambar, atau melakukan praktikum? N : Lebih sering menjelaskan mbak. P : Kamu suka kalau gurunya menjelaskan? N : Kadang-kadang suka, kadang-kadang nggak. P : Kenapa? N : Kalau menjelaskannya sambil di selingi lelucon suka mbak. Tapi kadang-kadang bosen dan ngantuk. Responden 3: P : Ooh.. Terus, kalau cara guru IPA mu mengajar itu bagaimana? Apakah lebih sering menjelaskan, memberikan gambar- gambarmencatatmembaca buku, atau melakukan praktikum? N : Memberikan gambar-gambar sama menjelaskan.