Gaya belajar siswa kelas IV dan V SD serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.
GAYA BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD SERTA GAYA
MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM
PEMBELAJARAN IPA DI SDS SUBSIDI PUSAT DAMAI
KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh Margareta Pamela
NIM: 091424027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
i
GAYA BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD SERTA GAYA
MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM
PEMBELAJARAN IPA DI SDS SUBSIDI PUSAT DAMAI
KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh Margareta Pamela
NIM: 091424027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(3)
(4)
(5)
iv
HIDUP A DA LA H SUA TU PERJUA NGA N DA N TIDA K A DA KA TA MUSTA HIL JIKA KA MU MA U BERUSA HA
...sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.
Yesaya 26:12
Kupersembahkan karya ini untuk: Tuhanku Yesus Kristus & Bunda Maria Bapak & Alm. mamaku tercinta Adikku Rigoberta Gaudia dan Benyamin Rontas Onu Terima kasih atas seluruh dukungan, doa, dan cinta yang selalu menyertaiku.
(6)
(7)
vi
ABSTRAK
GAYA BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN
IPA DI SDS SUBSIDI PUSAT DAMAI KALIMANTAN BARAT Margareta Pamela
Universitas Sanata Dharma 2013
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui (1) gaya belajar IPA siswa kelas IV dan V Students of SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat; (2) gaya mengajar guru IPA kelas tersebut di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.
Penelitian dilaksanakan di SDS Pusat Damai Kalimantan Barat pada awal April 2013 dengan sampel sebanyak 122 siswa dan 2 guru mata pelajaran IPA kelas VB dan kelas VC. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner gaya belajar siswa, wawancara siswa dan guru, pengamatan (observasi), dan fieldnotes. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif menggunakan Non Parametrik K related Samples test dan analisis statistik deskriptif, sedangkan kualitatif menggunakan teknik Coding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) gaya belajar siswa SDS Subsidi Pusat Damai berdasarkan kuesioner chek list menunjukkan dominan gaya belajar auditorial. Dan hasil dari kuesioner pilihan ganda diperoleh dominan gaya belajar visual. (2) Gaya mengajar guru dilihat dari 4 aspek yaitu metode pembelajaran, media pembelajaran, urutan pembelajaran dan alokasi waktu pembelajaran adalah gaya mengajar yang cenderung keaktivitas-aktivitas auditorial. Dari hasil pnelitian menunjukkan kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa yang auditorial.
Kata kunci: gaya belajar, gaya mengajar, VAK
(8)
vii
ABSTRACT
STUDENTS’ LEARNING STYLE IN ELEMENTARY SCHOOL FOR FOURTH AND FIFTH GRADER AND TEACHER’S TEACHING STYLE
IN THOSE CLASSES IN LEARNING OF NATURAL SCIENCES IN SD SUBSIDI PUSAT DAMAI KALIMANTAN BARAT
Margareta Pamela Sanata Dharma University
2013
This research was descriptive quantitative and qualitative descriptive which was aimed to find out (1) learning styles of Natural Sciences’ fourth and fifth grader SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat, (2) the teaching styles of Natural Sciences’ teacher in those classes in SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.
The research was conducted in SDS Subsidi Pusat Damai in early April 2013 with a sample of 122 students and 1 science teacher of VB and VC grade. Instruments that used in data collection are science learning style questionnaire, interview students and teachers, observations, and fieldnotes. Data were analyzed quantitatively using statistic Non Parametrik K related Samples test and statistic deskptive analysis, while qualitative data were analyzed using Coding technique.
The results show that: (1) students' learning styles SDS Subsidi Pusat Damai based on questionnaire chek list showed dominant auditory learning style. And multiple-choice questionnaires showed dominan visual learning style (2) teachers' teaching styles are observed using 4 aspects; teaching methods, instructional media, learning sequence and allocation of instructional time is a teaching style that tends to auditory activities. The results of the research showed the correspondence between teachers’ teaching style and students' learning styles auditory.
(9)
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat-Nya atas segala berkat
dan rahmat yang telah diberikan, sehingga skripsi dengan judul “Gaya Belajar Siswa Kelas IV dan V SD Serta Gaya Mengajar Guru Di Kelas Tersebut Dalam Pembelajaran IPA Di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat” ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini dibuat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan dukungan,
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing
dan memberikan masukan yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Segenap Dosen Pendidikan Fisika yang telah memberikan pengajaran yang
berguna dalam perkuliahan.
3. Staf sekretariat JPMIPA atas bantuannya selama menjadi mahasiswi dan
membantu dalam pembuatan surat ijin dan jadwal ujian.
4. Linin, S. Pd selaku Kepala Sekolah SDS Subsidi Pusat Damai yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
5. Pak Kinjun selaku Guru mata pelajaran IPA kelas VB SDS Subsidi Pusat
Damai yang telah memberikan kemudahan dan membantu dalam
(11)
x
6. Ibu Lusia Pipit selaku Guru mata pelajaran IPA kelas VC SDS Subsidi Pusat
Damai yang telah bersedia membantu dalam melaksanaan penelitian.
7. Agnes Ika Kurniawati dan Benedicta Retvina Prasetyanti yang telah menjadi
rekan kerja tim dalam penelitian ini dan telah banyak membantu dalam
penyelesaian Skripsi ini.
8. Bapak, Alm. mama, Adik-Adikku serta Keluargaku yang selalu memberikan
dukungan, bantuan, doa dan kasih yang tiada habisnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Pacarku Fransiskus Ramba Agus yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan doa selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
atas kesetiaan, bantuan dan pengertiannya.
10. Seluruh Teman-Teman Pendidikan Fisika yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama
kuliah.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.
Yogyakarta, 19 Agustus 2013
Penulis
(12)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN .... ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .... ... v
ABSTRAK .... ... vi
ABSTRACT ... ... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... viii
KATA PENGANTAR .... ... ix
DAFTAR ISI ………... ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Batasan Pengertian ... 4
F. Deskripsi Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
(13)
xii
B. Gaya Belajar ... 11
1. Pengertian Gaya Belajar ... 11
2. Klasifikasi Gaya Belajar ... 12
3. Manfaat Pemahaman Gaya belajar ... 21
C. Gaya Mengajar Guru ... 22
1. Pengertian Mengajar ... 22
2. Gaya Mengajar ... 25
D. IPA atau Sains ... 26
E. Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Jenis Penelitian... 29
B. Subyek Penelitian ... 29
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30
D. Metode Penelitian ... 30
E. Instrumen Penelitian ... 31
1. Kuesioner ... 31
2. Wawancara ... 32
3. Observasi ... 33
4. Fieldnotes... 34
F. Validitas Instrumen ... 34
G. Metode Analisis Data ... 35
1. Data Hasil Kuesioner Gaya Belajar Siswa ... 35
(14)
xiii
3. Fieldnotes... 37
4. Observasi ... 38
BAB IV DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 40
B. Data Penelitian ... 42
1. Kuesioner Gaya Belajar ... 43
2. Wawancara ... 43
3. Fieldnotes ... 44
4. Rekaman Video Hasil Observasi ... 44
C. Analisis Data ... 46
1. Gaya Belajar Siswa ... 46
2. Gaya Mengajar Guru ... 56
D. Pembahasan ... 66
1. Gaya Belajar IPA ... 66
2. Gaya Mengajar Guru ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
A. Kesimpulan ... 75
B. Saran ... 76
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Aspek Kuesioner Chek List... 31
Tabel 2. Sebaran Sampel Siswa Kelas IV dan V SDS Pusat Damai ... 40
Tabel 3. Daftar Analisis Hasil Kuesioner Pilihan Ganda ... 48
Tabel 4. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda SDS Subsidi Pusat
Damai ... 51
Tabel 5. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda di SMP Charitas 02 Mojosari
OKU Timur Palembang... 52
Tabel 6. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda Siswa SMA Bhakti Karya
Temanggung ... 52
(16)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...79
2. Surat Keterangan Penelitian ...80
3. Kuesioner Gaya Belajar Siswa ...81
4. Data Mentah Kuesioner Chek List...86
5. Data Mentah Kuesioner Pilihan Ganda...91
6. Transkrip Wawancara 3 Siswa ...94
7. Transkrip Wawancara Dengan 3 Guru tentang Gaya Belajar Siswa...100
8. Transkrip Wawancara Gaya Mengajar guru ...103
9. Fieldnotes (catatan lapangan)...112
10.Transkrip Video Observasi ...122
11.Hasil Pentabulasian Data kuesioner Chek List ...129
(17)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Belajar dilakukan oleh semua orang, terutama siswa sebagai
peserta didik di dalam lingkungan pendidikan. Saat ini kita sering menjumpai
banyak siswa yang lebih suka bermain daripada belajar. Hal ini dikarena
mereka menganggap belajar itu sangat sulit dan membuat frustasi sehingga
mereka tidak maksimal dalam belajar. Hal tersebut mungkin ada kaitannya
dengan gaya belajar yang diterapkan oleh siswa. Gaya belajar itu perlu
diketahui karena kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap
pelajaran berbeda-beda tingkatannya. Sebagian siswa lebih suka guru mereka
mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papan tulis. Ada siswa yang
senang belajar di keramaian bahkan bahkan di kerumunan atau di tempat
darmawisata, sebaliknya ada yang senang belajar di tempat sepi, sendiri,
bahkan dikeheningan malam. Ada juga yang senang belajar kalau sambil
mendengarkan musik. Apapun cara yang ditempuh siswa, perbedaan gaya
belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik untuk bisa menyerap
sebuah informasi dari luar dirinya.
Informasi yang diterima siswa tersebut, banyak diperoleh dari
(18)
2
menyampaikan informasi sesuai dengan gaya belajar siswa. Guru yang
memahami perbedaan gaya belajar masing-masing siswanya di dalam satu
kelas, akan menggunakan metode yang bervariasi agar semua siswa dapat
menyerap informasi dengan maksimal. Namun yang ada di dalam proses
pendidikan kita adalah sebuah kenyataan bahwa kebanyakan guru
menyampaikan informasi dengan cara mereka sendiri tanpa peduli dengan
gaya belajar siswanya. Cara mengajar seperti ini juga sering dijumpai siswa,
pada guru mata pelajaran IPA. Hal ini semakin mempersulit mereka dalam
belajar IPA, yang menurut mereka materinya saja sudah sulit untuk
dipelajari.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian gaya belajar seperti apa yang sering diterapkan oleh
siswa Sekolah Dasar untuk memahami materi dan mengetahui cara mengajar
seperti apa yang dilakukan oleh guru mereka. Sehingga dalam skripsi ini
diambil judul Gaya Belajar Siswa Kelas IV dan V SD Serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut Dalam Pembelajaran IPA di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa gaya belajar siswa kelas IV dan V dalam pembelajaran IPA di SDS
Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat?
2. Apa gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA di SDS Subsidi Pusat
(19)
3
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gaya belajar siswa kelas IV dan V SDS Subsidi Pusat Damai
Kalimantan Barat dalam pembelajaran IPA.
2. Mengetahui Gaya mengajar guru di SDS Subsidi Pusat Damai
Kalimantan Barat dalam pembelajaran IPA.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa
Dapat memberikan pengetahuan bagi siswa untuk mengenali gaya
belajarnya sendiri, sehingga dalam belajar siswa tidak merasa terbebani
dan belajar sesuai dengan gaya belajarnya.
2. Bagi Sekolah
Dapat menjadi upaya bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi
siswa-siswi dalam pembelajaran.
3. Bagi Peneliti
Mempunyai pengalaman melakukan penelitian dan dapat
mengembangkan lebih lanjut untuk penelitian lainnya demi kemajuan
pendidikan dan dapat menambah wawasan dalam upaya memberikan
(20)
4 4. Bagi Guru
Mendapat gambaran mengenai gaya belajar siswanya dan dapat
mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan gaya belajar
siswa.
E. Batasan Pengertian
1. Gaya Belajar
Gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk
bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.
2. Gaya Belajar Visual (Visual Learners)
Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih
dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih
sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat
(DePorter dan Hernacki, 2010: 116-120).
3. Gaya Belajar Auditorial (AuditoryLearners)
Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami
dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara
mendengar (DePorter dan Hernacki, 2010: 116-120).
4. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)
Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi
(21)
5
dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik (DePorter
dan Hernacki, 2010: 116-120)
5. Gaya Mengajar
Gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang menggambarkan
perilaku guru dalam proses pengajaran dengan mengacu pada cara,
metode, dan juga media yang digunakan untuk menyampaikan informasi.
Selain itu gaya mengajar juga melibatkan urutan dalam proses
pembelajaran yang selalu berhubungan dengan alokasi waktu.
F. Deskripsi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif. Pada penelitian ini peneliti tidak melakukan penelitian seorang
diri, tetapi bekerja sebagai tim yang terdiri dari 3 orang dan dilakukan di
tempat yang berbeda pula. Untuk tingkat SD, penelitian dilakukan oleh
peneliti sendiri di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat. Untuk tingkat
SMP dilakukan oleh Agnes Ika Kurniawati di SMA Bhakti Karya
Temanggung dan untuk tingkat SMP penelitian dilakukan oleh Benedicta
Retvina Prasetyanti di SMP Charitas 02 Mojosari OKU Timur Palembang.
Pada jenjang SD dan SMP melakukan penelitian tentang gaya belajar siswa
dan gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA kecuali dan untuk SMA
yaitu gaya belajar siswa dalam pembejaran Fisika. Ada dua alasan penlitian
(22)
6
1. Penelitian ini merupakan penelitian yang belum pernah dilakukan di
prodi Pendidikan Fisika maka lebih mudah bila dilakukan secara
bersama.
2. Peneliti ingin meneliti gaya belajar siswa di situasi yang berbeda dan
jenjang sekolah yang berbeda pula.
Oleh karena itu, berdasarkan dua alasan diatas peneliti dan 2 rekan peneliti
mempelajari teori yang sama. Sehingga jika terdapat kesamaan-kesamaan
kalimat dalam penulisan berdasarkan hasil diskusi bersama. Dalam analisis
data dan pembahasan peneliti akan saling merujuk hasil penelitian dari data
(23)
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Belajar
Dalam Supriadie dan Deni (2012: 1) pendidikan didefinisikan sebagai
usaha sadar, terencana dan diupayakan untuk memungkinkan peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi diri, baik fisik maupun nirfisik; yakni
mengembangkan potensi pikir (mental-intelektual), sosial, emosional, nilai
moral, spiritual, ekonomikal (kecakapan hidup), fisikal, maupun kultural,
sehingga ia dapat menjalani hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan
dirinya, keluarganya, masyarakat, bangsa dan negara; serta dapat menjawab
tantangan peradaban yang semakin maju.
Menurut Driyarkara (1980: 128), pendidikan sebagai suatu bentuk
hidup bersama, pemasukkan manusia muda ke dalam alam nilai-nilai dan
kesatuan antar pribadi yang mempribadikan.
Menurut Fakry dalam Supriadie dan Deni (2012: 2) mengatakan bahwa
pendidikan sebagai suatu proses yang secara rasional, sistematik, dan
berencana dilakukan untuk mengubah perilaku manusia menuju tahap
kematangan yang dikehendaki.
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir dalam Tatang (2012: 16) memaknai
pendidikan sebagai bimbingan yang diberikan seseorang secara maksimal.
Dari pengertian-pengertian pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa
(24)
8
mengembangkan potensi diri menuju tahap kematangan yang dikehendaki
secara maksimal.
Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang terdiri dari
belajar dan mengajar. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis
dan jenjang pendidikan. Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah
ada pendidikan, karena belajar adalah kunci utama dalam setiap usaha
pendidikan (Muhibbin, 2008: 59).
Dalam mengkaji hakikat belajar Muhibbin (1995: 90) mengulas
pendapat Hintzman yang mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan
yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh
pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
Muhibbin (1995: 90) juga mengulas pendapat dari Wittig yang yang
mendefinisikan hakikat belajar sebagai: any relatively permanent change in
an organism’s behavioral rappertoire that occrus as a result of experience.
Artinya, belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil
pengalaman.
Dari beberapa definisi diatas, Muhibbin (1995: 92) menyatakan bahwa
belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh
tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
(25)
9
Siregar dan Nara (2011: 4) juga mengulas pendapat Singer yang
mendefinisikan belajar sebagai perubahan perilaku yang relatif tetap yang
disebabkan praktik atau pengalaman yang sampai dalam situasi tertentu.
Komalasari (2010: 2) mengulas pendapat Sunaryo yang mengatakan
bahwa belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau
menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Menurut Saljo dalam Rossum dan Hammer (2004) belajar juga dapat
dilihat dari sudut pandang siswa. Saljo menyimpulkan lima konsep belajar,
yaitu :
1. Belajar sebagai peningkatan pengetahuan
Belajar sebagai peningkatan pengetahuan artinya belajar adalah
mendapatkan hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Sehingga
semakin lama kita belajar maka pengetahuan kita semakin bertambah.
2. Belajar adalah mengingat
Belajar adalah mengingat artinya belajar sama dengan menghafal dan
kemampuan untuk mereproduksi apa yang dihafal. Dalam hal ini apa
yang dihafal adalah produknya sementara menghafal adalah bentuk
prosesnya.
3. Belajar sebagai kemahiran memperoleh fakta, prosedur dan lain-lain
yang dapat dimanfaatkan di masa depan
Belajar dalam hal ini artinya memilih dan menghafal fakta-fakta,
(26)
10
atas apa yang dipelajari untuk memutuskan kegunaannya di masa depan.
Sehingga dalam belajar hal yang dilakukan tidak hanya menghafal tetapi
juga berlatih sampai sempurna tanpa mengubah pengetahuan atau
prosedur.
4. Belajar sebagai pemisahan makna
Belajar sebagai pemisahan makna artinya belajar adalah suatu proses
pemahaman yang dicapai melalui ide-ide yang berkaitan dalam subyek,
menemukan hal-hal apapun, melihat materi pelajaran lebih mendalam,
mengumpulkan berbagai sudut pandang pada materi yang dipelajari dan
mendapatkan gambaran besar. Jadi belajar adalah berpikir lebih jelas,
melihat sesuatu yang baru dengan cara yang jauh lebih logis, dan melihat
langkah-langkah untuk sampai pada kesimpulan.
5. Belajar sebagai proses menafsirkan yang bertujuan pada pemahaman
realita
Dalam hal ini belajar adalah mengubah cara melihat sesuatu dengan
mengubah perspektif untuk menuju ke pemahaman yang lebih baik.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses perubahan perilaku yang ada pada diri seseorang dalam
menambah ilmu pengetahuan dengan mengingat dan memahaminya, sehingga
cara berpikir menjadi lebih logis dan dapat menafsirkan ilmu pengetahuan itu
dalam proses menuju ke pemahaman yang lebih baik untuk kemudian
(27)
11
B. Gaya Belajar
Untuk memahami apa itu gaya belajar, maka pada bagian ini penulis
akan mengulas tentang pengertian gaya belajar, klasifikasi gaya belajar,
ciri-ciri dari masing-masing tipe gaya belajar dan manfaat pemahaman gaya
belajar bagi guru dan siswa.
1. Pengertian Gaya Belajar
Prashing (2007: 29)menjelaskan bahwasemua orang dalam segala usia dapat benar-benar mempelajari apapun apabila dibiarkan
melakukannya dengan gaya unik yang sesuai dengan kekuatan pribadi
mereka sendiri. Gaya unik yang sesuai dengan kekuatan pribadi siswa
adalah gaya belajar yang siswa terapkan, yang akan membuat siswa
merasa terbantu dalam menyerap dan mengolah infomasi sehingga belajar
dan berkomunikasi akan lebih mudah.
Menurut DePorter dan Hernacki (2006: 110-112), gaya belajar
merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi. Nasution (1984: 93) gaya
belajar merupakan cara siswa bereaksi dan menggunakan
perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar adalah cara belajar dalam belajar yang sering digunakan oleh siswa
untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap
(28)
12
2. Klasifikasi Gaya Belajar
Menurut Gunawan (2007: 139) mengatakan bahwa telah banyak upaya
yang dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar,
cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh
pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan
dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya
masing-masing. Gunawan (2007: 139-140) merangkum ketujuh cara belajar tersebut,
yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan cara
yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford
Gregorc, Butler, dan McCharty.
b. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter
yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs,
Lawrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis,
Grey-Wheelright, Holland dan Geering.
c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat
ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan
oleh Bandler & Grinder dan Messick.
d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang
berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.
(29)
13
e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang
berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs,
dan Merill.
f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang
berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.
g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif dari
berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Hermann.
Dari ketujuh pendekatan tersebut, menurut Gunawan (2007: 142) ada
tiga pendekatan belajar yang paling populer dan sering digunakan saat ini,
yaitu:
1. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori: visual, auditori dan
kinestetik. Dari hasil survei diketahui bahwa terdapat 29% orang visual,
34% auditori dan 37% kinestetik.
2. Profil Kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut
gardner, manusia mempunyai delapan kecerdasan yaitu: linguistik,
logika/matematika interpersonal, intrapersonal, musik, naturalis, spasial,
dan kinestetik.
3. Preferensi kognitif, dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc. Gregorc
membagi kemampuan mental menjadi empat kategori yaitu
(30)
14
Sedangkan menurut Suyono dan Haryanto (2011: 148-160) ada
beberapa gaya belajar. Gaya belajar tersebut meliputi:
a. Gaya belajar VAK
Gaya belajar ini ada tiga macam yaitu visual atau belajar dengan cara
melihat, auditorial atau belajar dengan cara mendengar dan kinestetik
atau belajar melalui gerakan-gerakan fisik.
b. The Myers-Briggs Type Indikator (TMBTI)
Gaya belajar ini sesuai dengan tipe kepribadian seseorang yang
meliputi ekstrovert (berfokus pada dunia luar diri seseorang),
pengindera (berfokus pada fakta dan prosedur), pemikir, dan pembuat
pertimbangan.
c. Gaya belajar menurut Kolb
Gaya belajar David Kolb berlandaskan teori belajar pengalaman. Dan
menggunakan empat pendekatan yaitu pengalaman konkret,
konseptualisasi abstrak, pengalaman reflektif dan pengalaman aktif.
Sehingga gaya belajar ini merupakan hasil dari kombinasi keempat
pendekatan yang disukai oleh setiap orang yang meliputi converger
(terampil dalam melaksanakan aplikasi praktis dari gagasannya dan
menggunakan logika deduktif untuk memecahkan masalah), diverger
(merespon informasi yang diberikan dengan baik jika mereka diberi
waktu untuk melakukan refleksi), asimilator (cakap dalam membangun
(31)
15
menerapkan materi pembelajaran dalam situasi nyata untuk
memecahkan masalah keseharian).
d. Gaya belajar menurut model Honey and Mumford
Gaya belajar ini dikaitkan dengan siklus pengalaman Kolb yang
meliputi gaya belajar aktivis, reflektor, teoritis dan pragmatis.
e. Gaya belajar menurut model Anthony Gregorc
Gaya belajar ini berlandaskan persepsi eksisting atau evaluasi kita
terhadap dunia dengan cara pendekatan yang masuk akal. Ada empat
kombinasi gaya belajar yang dominan yaitu: konkret, sekuensial,
abstrak acak, abstrak sekuensial dan konkret acak
f. Gaya belajar Sudbury
Gaya belajar ini mengembangkan gaya belajar diri sendiri. Hal ini
dikarenakan banyak cara bagi siswa untuk studi dan belajar. Dalam
model demokratis ini suasana dibangun tanpa ada paksaan, tekanan,
desakan, bujukan atau suapan.
g. Gaya belajar model Herrmann Brain Dominance Instrument
Gaya belajar ini dilandasi oleh fungsi spesialisasi tugas dari
bagian-bagian otak. Berdasarkan adanya empat kuadran dalam otak maka
gaya belajar dibagi menjadi kuadran A (otak kiri, serebral), kuadran B
(otak kiri, limbik), kuadran C (otak kanan, limbik), kuadran D (otak
(32)
16 h. Gaya belajar Felder-silvermen
Gaya belajar inimenggolongkan pembelajar dalam klasifikasi
pembelajar indrawi atau pembelajar intuitif, pembelajar visual atau
pembelajar verbal, pembelajar induktif atau pembelajar deduktif,
pembelajar aktif atau pembelajar reflektif, pembelajar sekuensial atau
pembelajar global.
Dari berbagai macam gaya belajar di atas, dalam penelitian ini akan
membahas gaya belajar VAK. Hal ini dikarenakan gaya belajar VAK ini
sudah sangat populer di Indonesia (Gunawan, 2007: 142). Selain itu indikator
gaya belajar VAK dapat dilihat dari kebiasaan belajar siswa. Berikut ini
adalah definisi dan ciri-ciri gaya belajar VAK menurut DePorter dan
Hernacki (2010: 116-120):
a. Gaya belajar Visual (Visual Learners)
Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih
dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih
sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat. Gaya
belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar, antara
lain:
- mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan di lihat
orang. Misalnya rapi dan teratur dalam berpakaian dan membuat
catatan;
- biasa berbicara dengan cepat, karena dia tidak merasa perlu
(33)
17
- memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka
panjang yang baik;
- teliti terhadap rincian dan hal-hal kecil yang harus dilakukan;
- mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun
presentasi;
- lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar;
- mudah mengingat dan menghafal sesuatu dengan asosiasi visual;
- memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik;
- biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
ketika sedang belajar,
- mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika
ditulis, dan seringkali meminta bantuan orang lain untuk
mengulanginya;
- merupakan pembaca yang cepat dan tekun;
- lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan;
- membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan
bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu
masalah atau proyek, dan terbiasa melakukan cek dan ricek
sebelum membuat kesimpulan;
- jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan
tanpa lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain;
- sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak,
(34)
18
- lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada
berpidato/berceramah;
- lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada
musik;
- sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak
pandai menuliskan dalam kata-kata.
b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)
Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa
memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan
cara mendengar. Gaya belajar auditorial dapat dideteksi dari kebiasaan
anak ketika belajar, antara lain:
- berbicara sendiri ketika sedang belajar dan bekerja;
- mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik, karena dia akan
sukar berkonsentrasi;
- menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca;
- belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di
diskusikan daripada apa yang dilihat;
- jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras;
- dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna
suara;
- mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat
(35)
19
- berbicara dalam irama yang terpola dengan baik;
- berbicara dengan sangat fasih;
- lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya;
- senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara
panjang lebar;
- mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang
berhubungan dengan visualisasi;
- lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras
daripada menuliskannya;
- lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku
humor/komik.
c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)
Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi
tertentu agar kita bisa mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar
dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik. Gaya
belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar,
antara lain:
- berbicara dengan perlahan;
- menanggapi perhatian fisik;
- menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka;
- berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain;
- selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;
(36)
20
- belajar melalui praktek langsung dan manipulasi (mengembangkan
data atau fakta);
- menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung;
- menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang
membaca;
- banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal);
- tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama;
- tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah datang
ke tempat tersebut;
- menggunakan kata-kata yang mengandung aksi;
- pada umumnya memiliki tulisan yang jelek;
- menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara
fisik);
- menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan
aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai bentuk
penghayatan terhadap apa yang di baca;
(37)
21
3. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar
Berdasarkan beberapa gaya belajar diatas, maka dapat dilihat
bahwa mengetahui gaya belajar itu sangat penting. Pemahaman gaya
belajar bagi siswa dapat berguna untuk mengetahui dengan sadar
strategi-strategi apa yang harus mereka gunakan dalam belajar sehingga menjadi
pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar
mereka (Prashing, 2007: 93). Maka dari itu siswa harus dapat
mengkatagorikan gaya belajar apa yang dimilikinya, karena jika siswa
memiliki salah satu karakteristik gaya belajar yang paling menonjol maka
ia dapat dengan mudah untuk menyerap pelajaran. Hal ini dikarenakan ia
mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar.
Sedangkan pemahaman gaya belajar bagi guru berguna untuk
mengetahui cara mengidentifikasi dan mengajar siswa yang memiliki
gaya belajar yang unik (DePorter dan Hernacki, 2010: 213). Selain itu
menurut Prashing (2007: 93), pemahaman akan gaya belajar dapat
membuat guru menjadi lebih kreatif dalam mengajar di dalam suatu kelas
sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang bersifat multi
indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap
siswa. Dengan memahami gaya belajar, maka metode mengajar guru bisa
menggunakan berbagai kombinasi dari empat hal dalam pembelajaran
yaitu pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimentasi. Dengan
memakai beragam metode mengajar, guru juga dapat memperkenalkan
(38)
bunyi-22
bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan, pengalaman, dan
bahkan percakapan (Suyono dan Haryanto, 2011: 164). Bahkan guru juga
dapat menerapkan berbagai teknik penilaian yang berfokus pada gaya
belajar yang berbeda-beda. Misalnya menggunakan tes lisan untuk siswa
dengan gaya belajar auditorial, karena siswa dengan gaya belajar
auditorial lebih pandai dalam bercerita, namun merasa kesulitan dalam
menulis. Menggunakan tes tertulis untuk siswa dengan gaya belajar
visual dan menggunakan ujian praktek untuk siswa dengan gaya belajar
kinestetik. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran guru dapat
memberikan porsi penilaian secara adil bagi setiap siswa.
C. Gaya Mengajar Guru 1. Pengertian Mengajar
Pengertian mengajar menurut Muhibbin (1995: 182) mengulas
pendapat Tardif yang menyatakan bahwa mengajar itu pada prinsipnya
adalah perbuatan yang dilakukan seseorang (dalam hal ini guru) dengan
tujuan membantu atau memudahkan orang lain (dalam hal ini siswa)
melakukan kegiatan belajar.
Dalam penelitian Rossum dan Hammer (2010) disimpulkan enam
konsep mengajar, yaitu:
1. Mengajar adalah menanamkan dengan jelas informasi yang
(39)
23
Artinya mengajar adalah menyajikan materi pelajaran yang harus
dipelajari sedemikian rupa sehingga tidak terlalu kering (disajikan
dengan humor jika mungkin). Materi pelajaran perlu dijelaskan
dengan baik dan disajikan dalam cara yang terorganisir dengan baik,
sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika harus belajar sendiri.
2. Mengajar adalah mengirimkan pengetahuan terstruktur, mengakui
keberadan siswa
Dalam konsep ini, mengajar adalah proses yang harus dilakukan
dengan jelas, teratur, efisien, menghibur dan termasuk memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini
menunjukkan adanya interaksi antara siswa dan guru, sehingga siswa
merasa keberadaannya di dalam kelas diakui.
3. Mengajar adalah berinteraksi dan pembentukan
Dalam hal ini, mengajar ditandai dengan diskusi yang didominasi
oleh guru, dimana didalamnya ada seorang guru yang antusias
membentuk dan memotivasi para siswa menggunakan umpan balik
positif dan negatif. Yang paling penting dalam hal ini adalah bahwa
seorang guru dan siswanya memiliki kontak yang baik. Guru tidak
boleh otoriter dan tidak harus menunjukkan bahwa dirinya sendiri
lebih unggul dari pada siswanya. Dalam hal ini guru harus
mendengarkan pendapat siswa, sehingga segala permasalahan yang
(40)
24
4. Mengajar adalah tantangan dan pengembangan jalan pikir bagi diri
sendiri
Dalam hal ini mengajar adalah menantang siswa untuk berpikir
dalam mencapai tujuan. Guru tidak mengarahkan siswa terlalu
banyak, atau membiarkan siswa mencari tau sendiri apakah sesuatu
itu tidak meungkin atau benar. Sehingga penilaian yang diberikan
oleh guru harus fokus pada proses dan tidak bergantung pada hasil
akhir. Dalam proses ini siswa menjadi peserta aktif, sedangkan peran
guru terletak lebih dalam pembinaan proses pembelajaran.
5. Mengajar adalah pengajaran dialog
Dalam hal ini, mengajar adalah melibatkan siswa sebanyak mungkin
kedalam subyek. Dalam hal ini, guru dan siswa bersama-sama
mengerjakan suatu masalah dan membahasnya, sehingga semua
pihak dapat mengajar.
6. Mengajar adalah saling percaya dan saling peduli
Mengajar adalah saling percaya dan peduli berarti mengajar yang
berkembang dalam situasi pemahaman total antara siswa dan guru
sehingga metode pengajaran tidak lagi penting.
Dari beberapa pendapat tentang definisi gaya dan mengajar diatas,
dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah proses interaksi antara guru
dan siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi secara terstruktur
agar informasi tersebut dapat tertanam jelas dalam pikiran siswa dan
(41)
25
2. Gaya Mengajar
Kara (2009) membahas pendapat Masse dan Popovich bahwa
selain siswa, guru memainkan peran penting dalam proses pembelajaran.
Perilaku guru di dalam kelas akan berdampak pada berbagai bidang
dalam proses persiapan, presentasi kelas, kegiatan, dan pendekatan. Ia
juga membahas pendapat Kaplan dan Kies bahwa istilah gaya mengajar
guru mengacu pada perilaku pribadi guru dan media yang digunakan
untuk mengirimkan data ke pelajar atau menerima dari pelajar.
Kemudian ia mengulas pendapat Peacock yang mengungkapkan bahwa
gaya mengajar guru merupakan cara alami, kebiasaan dan pilihan cara
mengajarkan informasi baru dan ketrampilan dalam kelas.
Sedangkan Neher dkk mengungkapkan bahwa gaya mengajar
merupakan sesuatu yang menyangkut dengan proses pengajaran bukan
dari isi pengajaran (dalam Maizam, ND). Dan Irby mengungkapkan
bahwa gaya mengajar mengacu pada cara, metode, dimana guru mencoba
untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi pemahaman dan
perilaku pelajar mereka (dalam Maizam, ND).
Dengan berbagai macam pengertian diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang
menggambarkan perilaku guru dalam proses pengajaran dengan mengacu
pada cara, metode, dan juga media yang digunakan untuk menyampaikan
informasi. Selain itu gaya mengajar juga melibatkan urutan dalam proses
(42)
26
D. IPA atau Sains
Dalam mengkaji hakikat IPA Sumaji (1998: 31) mengulas pendapat
James yang mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema
konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil
eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut.
Selanjutnya Sumaji (1998: 31) menganalisis pendapat Whitehead yang
menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman.
Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta (orde
observasi), dan orde kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam
semesta (orde konsepsional).
Dengan demikian, IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia
agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam
seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya.
Sementara itu menurut Samatowa (2010: 2) mengulas pendapat Hendro
Darmojo yang menyatakan bahwa secara singkat IPA adalah pengetahuan
yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.
Selain itu, Samatowa (2010: 3) mengulas pendapat Nash (dalam The
Nature Of Science) yang menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau
metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA
mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta
(43)
27
keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang
diamatinya.
Sedangkan Samatowa (2010: 3) juga membahas pendapat Powler yang
mengungkapkan bahwa IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan gejala
alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku
umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen sistematis
(teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri
sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh, sedangkan berlaku umum
artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku oleh seseorang atau beberapa
orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang
sama atau konsisten.
Samatowa (2010: 3) mengulas pendapat Winaputra yang
mengemukakan bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan
tentang benda atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berfikir,
dan cara memecahkan masalah.
Dari berbagai pengertian mengenai IPA diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam
dan isinya yang tumbuh berdasarkan hasil observasi dan eksperimen,
(44)
28
E. Gaya Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA
Dari pengertian gaya belajar dan sains maka dapat disimpulkan bahwa
gaya belajar siswa dalam pelajaran IPA atau sains adalah cara belajar yang
sering digunakan siswa untuk meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya
tentang alam seisinya dengan menggunakan perangsang-perangsang dalam
menyerap serta mengolah informasi yang disusun secara sistematis
berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan sendiri
(45)
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, subyek penelitian, waktu
dan tempat penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, validitas nstrumen,
dan metode analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif dengan
tujuan memperoleh gambaran mengenai gaya belajar siswa dan gaya mengajar
guru. Untuk data kuantitatif, data diperoleh melalui penyebaran kuesioner ke
semua siswa kelas IV dan V SDS Subsidi Pusat Damai. Sedangkan untuk data
kualitatif, diperoleh melalui dua cara yaitu wawancara terhadap guru yang
mengampu mata pelajaran IPA di kelas tersebut dan terhadap 5 siswa dari kelas
IV dan V SDS Subsidi serta rekaman video pada salah satu kelas sebanyak 5 kali
pertemuan.
B. Subyek Penelitian
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IV dan
kelas V SDS Subsidi Pusat Damai yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah total
(46)
30
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April yaitu pertengahan semester
genap tahun ajaran 2012/2013.
2. Tempat Penelitian
Tempat dilakukannya penelitian ini adalah di SDS Subsidi Pusat Damai
Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gaya belajar siwa dan gaya mengajar guru dan dilakukan dalam empat tahap.
Tahap pertama adalah memberikan kuesioner kepada siswa kelas IV dan V
SDS Subsidi Pusat Damai. Pengisian kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui
gaya belajar siswa. Tahap kedua adalah melakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran IPA untuk mengetahui gaya mengajar guru tersebut. Kemudian pada
tahap ketiga adalah melakukan wawancara dengan 5 siswa yang bertujuan utnuk
mengetahui gaya belajarnya. Dan pada tahap keempat adalah melakukan
observasi dengan cara merekam kegiatan belajar mengajar sebanyak 5 kali
(47)
31
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan 3 Instrumen, yaitu berupa kuesioner,
wawancara, observasi dan fieldnotes.
1. Kuesioner
Kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuisioner
tertutup. Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang menggambarkan
gaya belajar siswa yang terdiri dari 30 item pernyataan yang terbagi menjadi
dua jenis kuesioner tertutup, yaitu 15 item untuk kuesioner chek list dan 15
item untuk kuesioner pilihan ganda.
a. Kuesioner Chek List
Pada kuesioner chek list ini berisi pernyataan-pernyataan sebanyak 15
item yang mencakup ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik. Butir-butir soal dari kuisioner ini dibuat berdasarkan
indikator-indikator gaya belajar tersebut. Secara lebih lengkap kuesioner
chek list dapat dilihat pada lampiran 3. Penyebaran butir soal berdasarkan
indikator gaya belajar dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Daftar Aspek Kuesioner Chek List Aspek Gaya
Belajar Indikator No butir
Visual Memahami sesuatu dengan asosiasi visual
1, 2, 3, 4, 5
Auditorial Belajar dengan cara mendengar Baik dalam aktivitas lisan
6, 7, 8, 9, 10 Kinestetik Belajar melalui aktivitas fisik 12, 14
(48)
32
Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
13, 15
Menyukai kegiatan coba-coba 11
b. Kuesioner Pilihan Ganda
Kuisioner pilihan ganda juga terdiri dari 15 item peryataan yang
mencakup ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Kuesioner pilihan ganda ini mengacu pada Skripsi Purnahuti (2006) yang
berjudul GAYA BELAJAR SISWA KELAS XB DAN GAYA
MENGAJAR GURU MATEMATIKA SMA SEDES SAPIENTIAE
BEDONO AMBARAWA dengan beberapa perubahan pada
pernyataan-pernyataan gaya belajar VAK sesuai dengan topik yang dibahas dalam
penelitian ini.
Pilihan jawaban yang tersedia pada masing-masing soal dalam
kuisioner pilihan ganda ini berjumlah tiga pilihan, dan sudah dalam
bentuk pernyataan-pernyataan yang mencakup aspek gaya belajar visual,
auditorial, dan kinestetik. Kuesioner pilihan ganda secara lengkap dapat
dilihat pada lampiran 3.
2. Wawancara
Dalam pelaksanaan wawancara terhadap siswa dan guru digunakan
wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin adalah wawancara
yang menggunkan daftar pertanyaan tetap dan sewaktu-waktu pertanyaannya
(49)
33
Daftar pertanyaan yang digunakan dalam pelaksanaan wawancara adalah
sebagai berikut:
a. Daftar Pertanyaan Wawancara Guru
- Apa cara yang dipilih guru dalam menyampaikan materi bercerita atau
menjelaskan, menampilkan gambar atau grafik dan menyuruh siswa
melakukan praktikum atau melakukan peragaan konsep IPA.
- Seberapa sering ketiga hal itu dilakukan?
- Perhatian guru terhadap tanggapan anak dalam cara mengajar guru
tersebut?
- Untuk guru sendiri sebenarnya gaya belajarnya seperti apa?
b. Kisi-kisi Pertanyaan Wawancara Siswa
- Menanyakan tanggapan siswa terhadap pelajaran IPA?
- Menanyakan bagaimana prestasinya dalam pelajaran IPA?
- Bagaimana cara dia belajar?
- Bagaimana cara gurumu mengajar?gambar, ceramah, praktikum
- Kamu bisa duduk berapa lama kalau sedang belajar IPA
- Kamu suka belajar di kondisi yang bagaimna? Sepi atau ramai.
3. Observasi
Observasi dalam penelitian ini termasuk dalam observasi non sistematis.
Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaannya tidak menggunakan instrumen
pengamatan. Observasi ini bertujuan untuk melihat gaya mengajar guru IPA.
(50)
34
berfungsi merekam seluruh kegiatan guru dalam proses pembelajaran IPA di
kelas. Observasi ini dilakukan sebanyak 5 kali.
4. Fieldnotes
Selain observasi, dalam penelitian ini juga dibuat fieldnotes atau catatan
lapangan. Fieldnotes yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
fieldnotes deskriptif, yang mana peneliti secara obyektif mencatat dengan
detail kegiatan yang dilakukan oleh guru di kelas selama proses pembelajaran
IPA. Tujuan dari fieldnotes adalah untuk berjaga-jaga jika ada peristiwa atau
kegiatan yang tidak teramati oleh handycam dalam proses pembelajaran.
F. Validitas Instrumen
Validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh
mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas
menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat
peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai
dengan tujuan penelitian (Suparno, 2007: 68). Pada penelitian ini terdapat dua
bagian kuesioner. Kuesioner bagian pertama yaitu kuesioner chek list yang sudah
diuji 2 kali di SD dan SMP kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing
sehingga mendapatkan persetujuan dari Dosen pembimbing. Begitu juga dengan
kuesioner bagian kedua yaitu kuesioner pilihan ganda telah mendapat persetujuan
(51)
35
G. Metode Analisis Data
1. Data Hasil Kuesioner Gaya Belajar Siswa a. Kuesioner Cheklist
Kuesioner chek list terdiri dari 15 item pernyataan dan jawaban
yang diisi oleh siswa yang telah dikategorikan kedalam pernyataan positif
dianalisis dengan skor sebagai berikut:
Skor 4 untuk jawaban sangat setuju
Skor 3 untuk jawaban setuju
Skor 2 untuk jawaban tidak setuju
Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju
Skor yang diperoleh siswa dalam kuesioner tersebut diolah dengan
cara menjumlahkan skor masing-masing variabel gaya belajar siswa. Dari
hasil pentabulasian data tersebut, selanjutnya digunakan analisis statistik
Non Parametrik K related Samples test. Statistik Non Parametrik K
related Samples test digunakan untuk mengetes distribusi bebas (Suparno,
2006: 106).
Untuk melihat gaya belajar siswa yang dominan adalah dengan
melihat nilai mean terbesar dari ketiga aspek gaya belajar VAK. Maka
dapat ditentukan signifikan apabila nilai p < α, dengan besar α = 0,05 (Suparno, 2006: 96).
(52)
36
b. Kuesioner Pilihan Ganda
Kuesioner pilihan ganda terdiri dari 15 pertanyaan yang
masing-masing memiliki 3 pilihan jawaban yang mewakili 3 variabel gaya belajar
VAK, dengan kriteria pilihan jawaban sebagai berikut:
Variabel V untuk jawaban a
Variabel A untuk jawaban b
Variabel K untuk jawaban c
Kuesioner pilihan ganda yang telah diisi oleh siswa diberikan skor satu
berdasarkan jawaban yang disilang oleh siswa.
Dari hasil analisis kuesioner pilihan ganda, data yang dipeoleh
akan dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu data yang signifikan dan
data yang tidak signifikan. Signifikan berarti gaya belajar siswa dapat
dibedakan, sedangkan apabila tidak signifikan berarti gaya belajar siswa
tidak dapat dibedakan. Untuk menentukan signifikan maupun tidak
signifikan maka digunakan statistik deskriptif dengan menggunakan nilai
tengah atau median dari skala yang digunakan. Skala tersebut ditentukan
dari 0 sampai 15, karena skor terendah dari setiap aspek adalah 0 dan
skor tertinggi dari setiap aspek bernilai 15, maka median dari skala
tersebut adalah sebesar 7,5. Namun, karena skor yang diberikan pada tiap
soal bernilai minimal 1, dan kemudian memiliki kelipatan 1, maka nilai
median yang ditentukan sebesar 8, dan dari skala antara 8-15 diambil
kembali nilai median sebesar 4. Sehingga didapatkan syarat bahwa ketiga
(53)
37
bernilai minimal 8 dan selisih antara skor tertinggi dengan kedua skor
yang lain minimal bernilai 4.
2. Wawancara
Setelah menganalisis kuesioner gaya belajar siswa, selanjutnya dicari
5 siswa sebagai sampel wawancara gaya belajar siswa. Pemilihan 5 sampel
ini dilakukan secara acak dengan terlebih dahulu melihat variabel-variabel
gaya belajarnya yang terdapat dalam tabulasi hasil kuesioner. Selain 5 sampel
siswa, dalam penelitian ini juga dilakukan wawancara terhadap 1 guru untuk
mengetahui gaya mengajar guru. Pemilihan guru untuk diwawancarai adalah
dengan cara menanyakan terlebih dahulu apakah guru yang hendak dijadikan
sampel berkenaan untuk diwawancarai.
Setelah dilakukan wawancara baik terhadap 5 siswa maupun terhadap
guru, selanjutnya peneliti menganalisis dengan cara membuat transkrip hasil
wawancara guna memudahkan peneliti untuk dapat mengcoding berdasarkan
kategori masing-masing variabel yang diteliti.
3. Fieldnotes
Fieldnotes atau catatan lapangan dibuat pada saat peneliti melakukan
pengamatan di kelas yang tujuannya untuk berjaga-jaga jika ada suatu
peristiwa atau kegiatan yang tidak teramati oleh handycam dalam proses
(54)
38
secara rapi (membuat transkrip) agar selanjutnya dapat dicoding sesuai
dengan kategori variabel yang diteliti.
4. Observasi
Pengambilan rekaman video proses pembelajaran dilakukan oleh satu
orang teman, yang dikarenakan peneliti harus membuat fieldnotes proses
pembelajaran. Selama pembelajaran peneliti tidak terlibat dalam kegiatan
yang diteliti, tetapi hanya mengamati kegiatan belajar mengajar di kelas.
Peneliti tidak secara aktif melibatkan diri dalam situasinya dan
sungguh-sungguh hanya menjadi pengamat yang mengumpulkan data (Paul Suparno,
2010: 121-123).
Hasil dari pengamatan dengan video ini dianalisis dengan
menggunakan 2 tahap yaitu:
a. Membuat traskrip data
Semua data yang masih belum berwujud gambar video perlu
diubah ke dalam bentuk tulisan yang berupa traskrip data agar
memudahkan peneliti dalam membuat coding.
b. Kategorisasi coding
Setelah data-data video diubah ke dalam bentuk transkrip,
kemudian dibaca dengan teliti dan selanjutnya adalah memberi tanda
(coding). Coding diwujudkan dalam suatu kata yang menunjukkan isi
dari bagian data tertentu. Data-data yang sama coding-nya, disatukan,
(55)
39
Setelah itu kategori yang dekat disatukan dalam satu konsep yang sama.
Konsep-konsep tersebut kemudian diurutkan dan dituliskan secara
(56)
40
BAB IV
DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Penelitian
Penelitian dilaksanakan disalah satu sekolah dasar swasta di Pusat
Damai Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, yaitu SD Swasta Subsidi yang
termasuk ke dalam sekolah dasar swasta favorit di daerah ini. Di sekolah
dasar ini sistem mengajar gurunya adalah sistem guru kelas yaitu satu guru
mengajar seluruh mata pelajaran di kelas sekaligus sebagai wali kelas.
Dalam penelitian ini sampel data untuk kuesioner gaya belajar siswa
diambil dari kelas IV yang terdiri dari 2 kelas dan kelas V yang terdiri dari 3
kelas dengan jumlah keseluruhan 122 siswa. Berikut ini adalah data sebaran
sampel siswa kelas IV dan V SDS Subsidi Pusat Damai:
Tabel 2. Data Sebaran Sampel Siswa Kelas IV dan V SDS Pusat Damai
Kelas Jumlah Siswa
IV A 28 IV B 28
VA 20
VB 23
VC 23
Total 122
Penelitian di SDS Subsidi Pusat Damai dilaksanakan pada tanggal
4 sampai 6 April 2013, kemudian dilanjutkan pada tanggal 15 dan 16 April
(57)
41
ini akan mengadakan ujian sekolah selama 1 minggu, sehingga sekolah
diliburkan dari tanggal 8 – 14 April 2013.
Penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu pembagian kuisioner,
wawancara kepada guru, wawancara kepada siswa dan observasi proses
belajar mengajar. Pada tanggal 4 April 2013, peneliti menyebarkan kuesioner
di seluruh kelas IV dan di kelas V SD Pusat Damai. Kemudian pada tanggal
5, 6, 15 dan 16 April 2013 peneliti melakukan pengamatan di kelas VB
dengan peneliti sebagai pengamat yang memperhatikan dan membuat catatan
lapangan (fieldnotes) dari seluruh kegiatan guru dan siswa selama pelajaran
IPA berlangsung dan satu orang teman yang bertugas merekam proses
pembelajaran (dengan alat bantu handycam). Peneliti hanya berhasil
melakukan pengamatan di kelas sebanyak 4 kali yang dikarenakan gurunya
hanya mengijinkan dilakukannya pengamatan sebanyak 4 kali.
Pada tanggal 6 April 2013, peneliti juga mewawancarai guru A yaitu
guru IPA kelas VB sebagai data pendukung gaya mengajar guru di kelas.
Pertimbangan peneliti memilih guru kelas VB dikarenakan hanya guru kelas
ini yang mengijinkan untuk diamati dan diwawancarai. Selanjutnya pada
tanggal 15 dan 16 April 2013 juga dilakukan wawancara kepada 4 siswa yang
sebelumnya dalam rencana penelitian sampel wawancara sebanyak 5 siswa.
Akan tetapi dikarenakan keterbatasan waktu penelitian, jadi peneliti hanya
berhasil mendapatkan 4 siswa sebagai sampel wawancara. Wawancara
kepada guru dan siswa juga dilakukan pada tanggal 15 Mei 2013 setelah masa
(58)
42
telephon tersebut direkam. Wawancara ini dilakukan kepada guru IPA kelas
VB dan guru IPA kelas VC serta 3 siswa yang telah mengisi kuisioner dan
setelah dianalisis hasilnya menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
ketiga aspek gaya belajar. Wawancara kepada guru IPA kelas VB dan VC
adalah sebagai pendukung hasil kuesioner dan wawancara ketiga siswa yang
diambil sebagai sampel.
B. Data Penlitian
1. Kuesioner Gaya Belajar Siswa
Gaya belajar siswa diukur dengan instrumen berupa kuesioner
gaya belajar siswa. Kuesioner gaya belajar siswa terbagi menjadi 2
bagian yaitu kuesioner chek list dan kuesioner pilihan ganda yang
bertujuan agar hasilnya saling mendukung. Kuesioner chek list akan
dianalisis menggunakan statistik Non Parametrik K related Samples test
dan data mentah dari kuesioner chek list dapat dilihat dalam lampiran 4.
Untuk kuesioner pilihan ganda, data dihitung dengan cara memberikan
skor satu berdasarkan jawaban yang disilang oleh siswa. Selanjutnya
dilakukan pentabulasian data untuk keperluan penganalisaan. Secara
lengkap data mentah untuk kuesioner pillihan ganda dapat dilihat pada
(59)
43
2. Wawancara
a. Wawancara Gaya Belajar Siswa
Wawancara terhadap siswa dilakukan untuk melihat adanya
kesesuaian gaya belajar siswa yang didapatkan dari hasil analisis
kuesioner pilihan ganda dan hasil wawancara dengan sampel
wawancara.
Untuk melihat kesesuaian tersebut peneliti mengambil 4
siswa secara acak dari data kuesioner chek list dan kuesioner pilihan
ganda untuk dijadikan sampel wawancara. Setelah peneliti
mendapatkan hasil wawancara 4 siswa, selanjutnya peneliti
berkonsultasi kepada dosen pembimbing guna mengetahui apakah
hasil wawancara ini bisa digunakan untuk langkah penganalisisan
data. Ternyata hasil wawancara tersebut tidak dapat digunakan
karena terdapat ketidaksesuaian antara hasil kuesioner yang telah
diolah dan hasil wawancara 4 siswa tersebut. Kemudian peneliti
disarankan untuk mengganti 4 sampel tersebut dengan sampel acak
yang baru sebanyak 3 siswa. Alasan pemilihan 3 siswa tersebut
dikarenakan hasil dari analisis kuesioner pilihan ganda untuk ketiga
siswa ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga
aspek gaya belajarnya. Hasil wawancara dengan ketiga siswa
tersebut dapat dilihat pada lampiran 6.
Selain wawancara kepada ketiga siswa, peneliti juga
(60)
44
mendukung hasil kuesioner dan wawancara ketiga siswa tersebut.
Hasil wawancara dengan guru tersebut dibuat dalam bentuk transkrip
yang dapat dilihat pada lampiran 7.
b. Wawancara Gaya Mengajar Guru
Untuk mengetahui gaya mengajar guru, peneliti mewawancarai
salah satu guru yang sebelumnya sudah menyetujui untuk
diwawancarai. Hasil wawancara gaya mengajar guru dibuat dalam
bentuk transkrip yang ditunjukkan dalam lampiran 8.
3. Fieldnotes
Catatan lapangan (fieldnotes) dibuat pada saat peneliti melakukan
pengamatan di kelas yang tujuannya untuk berjaga-jaga jika ada suatu
peristiwa dalam proses pembelajaran tidak teramati oleh handycam.
Fieldnotes secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 9.
4. Rekaman Video Hasil Observasi
Pengambilan data dilakukan dengan merekam kegiatan
pembelajaran dengan handycam. Dari data yang diperoleh, ternyata
sebagian besar dari apa yang teramati oleh handycam juga telah dicatat
oleh peneliti pada saat pengamatan di dalam kelas.
Data rekaman video proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru
(61)
45
pertemuan II terdiri dari 2 JP, pertemuan III terdiri dari 3 JP dan
pertemuan IV terdiri dari 4 JP dilakukan di kelas. Pertemuan tersebut
yaitu:
1. Pertemuan I (5 April 2013), membahas materi tentang cahaya dan
sifat-sifatnya.
2. Pertemuan II (6 April 2013), membahas materi tentang bumi dan alam
semesta serta latihan soal.
3. Pertemuan III (15 April 2013), membahas materi tentang
pembentukan tanah dan latihan soal.
4. Pertemuan IV (16 April 2013), membahas materi tentang jenis batuan
dan mengerjakan latihan soal.
Hasil rekaman video diolah kedalam bentuk transkrip dengan cara
memutar video secara berulang kali sampai peneliti yakin bahwa data-data
yang diperlukan telah ditranskrip semua. Hasil transkrip data video dapat
(62)
46
C. Analisis Data
Data dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
deskriptif kuantitatif. Pada bagian ini akan dibahas gaya belajar siswa dan
gaya mengajar guru yang akan tampak pada deskripsi hasil kuesioner,
wawancara guru dan siswa, fieldnotes serta rekaman video hasil observasi.
1. Gaya Belajar Siswa
a. Analisis Data Kuesioner Gaya Belajar Siswa Kuesioner Chek List
Pada kuesioner chek list, dari data mentah yang diperoleh
kemudian diolah dengan cara menjumlahkan skor masing-masing
aspek gaya belajar setiap siswa yang dapat dilihat pada lampiran
11. Data penjumlahan skor dianalisis menggunakan statistik Non
Parametrik K related Samples test. Hasil dari analisis statistik
Non Parametrik K related Samples test pada kuesioner chek list
adalah sebagai berikut.
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Visual 122 12,3115 1,98791 6,00 17,00
Auditorial 122 15,1803 1,98347 11,00 19,00
(63)
47
Friedman Test Ranks
Mean Rank
Visual 1,36
Auditorial 2,44
Kinestetik 2,20
Test Statisticsa
N 122
Chi-square 85,500
Df 2
Asymp. Sig. ,000
Monte Carlo Sig. Sig. ,000
95% Confidence Interval Lower Bound ,000
Upper Bound ,024
a. Friedman Test
Dari hasil analisis statistik Non Parametrik K related
Samples test diatas terlihat bahwa nilai signifikan adalah 0,000
dan nilai mean tertinggi adalah nilai mean aspek gaya belajar
auditorial yaitu sebesar 15,1803. Dari hasil analisis tersebut dapat
diartikan bahwa gaya belajar siswa di SDS Subsidi Pusat Damai
adalah dominan gaya belajar Auditorial. Sedangkan hasil analisis
statistik Non Parametrik yang dilakukan oleh 2 rekan peneliti
yang melakukan penelitian di SMP Charitas OKU Timur
Palembang adalah auditorial dan di SMA Bhakti Karya
(64)
48
Kuesioner Pilihan Ganda
Berdasarkan hasil analisis kuesioner gaya belajar siswa
pilihan ganda, maka data kuesioner pilihan ganda dikelompokkan
menjadi 2 kelompok yaitu data yang signifikan dan data yang
tidak signifikan. Signifikan berarti gaya belajar siswa dapat
dibedakan, sedangkan apabila tidak signifikan berarti gaya belajar
siswa tidak dapat dibedakan. Data gaya belajar siswa dikatakan
signifikan apabila memenuhi syarat statistik deskriptif yaitu skor
tertinggi dari ketiga aspek gaya belajar memiliki besar minimal 8
dan selisih antara skor tertinggi dan kedua skor lain minimal 4.
Hasil analisis data gaya belajar siswa pilihan ganda disajikan
dalam tabel 6 berikut:
Tabel 3. Daftar Hasil Analisis Kuesioner Pilihan Ganda
No Nama Skor per Aspek Gaya
Belajar Visual Auditorial Kinestetik
1 Siswa 1 9 2 4 V 2 Siswa 2 6 4 5 TBD 3 Siswa 3 8 2 5 TBD 4 Siswa 4 8 3 4 V 5 Siswa 5 5 8 2 TBD 6 Siswa 6 4 6 5 TBD 7 Siswa 7 5 7 3 TBD 8 Siswa 8 7 6 2 TBD 9 Siswa 9 9 4 2 V 10 Siswa 10 9 3 3 V 11 Siswa 11 6 5 4 TBD 12 Siswa 12 6 2 7 TBD 13 Siswa 13 4 5 6 TBD 14 Siswa 14 6 5 4 TBD 15 Siswa 15 5 5 5 TBD 16 Siswa 16 7 4 4 TBD 17 Siswa 17 6 6 3 TBD
(65)
49
18 Siswa 18 10 2 3 V 19 Siswa 19 8 4 3 V 20 Siswa 20 9 3 3 V 21 Siswa 21 5 4 6 TBD 22 Siswa 22 7 7 1 TBD 23 Siswa 23 8 4 3 V 24 Siswa 24 6 7 2 TBD 25 Siswa 25 8 4 3 V 26 Siswa 26 8 3 4 V 27 Siswa 27 10 2 3 V 28 Siswa 28 5 6 4 TBD 29 Siswa 29 8 4 3 V 30 Siswa 30 6 5 4 TBD 31 Siswa 31 6 5 4 TBD 32 Siswa 32 7 6 2 TBD 33 Siswa 33 11 3 1 V 34 Siswa 34 7 4 4 TBD 35 Siswa 35 4 7 4 TBD 36 Siswa 36 2 8 5 TBD 37 Siswa 37 7 5 3 TBD 38 Siswa 38 6 3 6 TBD 39 Siswa 39 5 7 3 TBD 40 Siswa 40 9 3 3 V 41 Siswa 41 7 4 4 TBD 42 Siswa 42 9 4 2 V 43 Siswa 43 6 7 2 TBD 44 Siswa 44 7 7 1 TBD 45 Siswa 45 8 3 4 V 46 Siswa 46 7 7 1 TBD 47 Siswa 47 7 3 4 TBD 48 Siswa 48 4 6 5 TBD 49 Siswa 49 7 6 2 TBD 50 Siswa 50 7 7 1 TBD 51 Siswa 51 5 1 9 K 52 Siswa 52 8 4 3 V 53 Siswa 53 8 3 4 V 54 Siswa 54 8 5 2 TBD 55 Siswa 55 5 5 5 TBD 56 Siswa 56 7 6 2 TBD 57 Siswa 57 5 4 6 TBD 58 Siswa 58 7 4 4 TBD 59 Siswa 59 7 4 4 TBD 60 Siswa 60 6 4 5 TBD 61 Siswa 61 6 5 4 TBD
(66)
50
62 Siswa 62 6 5 4 TBD 63 Siswa 63 10 3 2 V 64 Siswa 64 7 4 4 TBD 65 Siswa 65 4 6 5 TBD 66 Siswa 66 9 3 3 V 67 Siswa 67 8 5 2 TBD 68 Siswa 68 5 6 4 TBD 69 Siswa 69 5 4 6 TBD 70 Siswa 70 5 4 6 TBD 71 Siswa 71 6 4 5 TBD 72 Siswa 72 7 5 3 TBD 73 Siswa 73 6 4 5 TBD 74 Siswa 74 10 3 2 V 75 Siswa 75 8 4 3 V 76 Siswa 76 5 6 4 TBD 77 Siswa 77 9 3 3 V 78 Siswa 78 9 3 3 V 79 Siswa 79 6 3 6 TBD 80 Siswa 80 7 5 3 TBD 81 Siswa 81 7 5 3 TBD 82 Siswa 82 9 4 2 V 83 Siswa 83 8 4 3 V 84 Siswa 84 6 5 4 TBD 85 Siswa 85 8 3 4 V 86 Siswa 86 8 5 2 TBD 87 Siswa 87 8 4 3 V 88 Siswa 88 7 5 3 TBD 89 Siswa 89 9 1 5 V 90 Siswa 90 5 7 3 TBD 91 Siswa 91 5 3 7 TBD 92 Siswa 92 10 4 1 V 93 Siswa 93 5 6 4 TBD 94 Siswa 94 5 6 4 TBD 95 Siswa 95 8 4 3 V 96 Siswa 96 3 6 6 TBD 97 Siswa 97 6 6 3 TBD 98 Siswa 98 5 6 4 TBD 99 Siswa 99 8 2 5 TBD 100 Siswa 100 3 4 8 K 101 Siswa 101 5 8 2 TBD 102 Siswa 102 6 4 5 TBD 103 Siswa 103 6 6 3 TBD 104 Siswa 104 8 4 3 V 105 Siswa 105 11 2 2 V
(67)
51
106 Siswa 106 8 1 6 V 107 Siswa 107 8 3 4 V 108 Siswa 108 8 3 4 V 109 Siswa 109 1 9 5 A 110 Siswa 110 5 5 5 TBD 111 Siswa 111 6 4 5 TBD 112 Siswa 112 5 7 3 TBD 113 Siswa 113 7 3 5 TBD 114 Siswa 114 9 3 3 V 115 Siswa 115 7 2 6 TBD 116 Siswa 116 8 3 4 V 117 Siswa 117 7 3 5 TBD 118 Siswa 118 5 3 7 TBD 119 Siswa 119 6 2 7 TBD 120 Siswa 120 5 5 5 TBD 121 Siswa 121 6 4 5 TBD 122 Siswa 122 6 3 6 TBD
Keterangan : V = Visual; A = Auditorial; K = Kinestetik
Keterangan: TBD = Tidak Bisa Dibedakan
Dari hasil pentabulasian data di atas diperoleh hasil gaya belajar siswa
SDS Pusat Damai sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda Siswa SDS Subsidi Pusat Damai
No Gaya belajar Jumlah Siswa
1 Visual 38 2 Auditorial 1 3 Kinestetik 2 4 Tidak bisa Dibedakan 81
Hasil analisis data kuesioner pilihan ganda juga sama
dengan 2 rekan peneliti yang melakukan penelitian tentang gaya
belajar siswa yaitu Prasetyanti (2013) di SMP Charitas 02
Mojosari OKU Timur Palembang dan Kurniawati (2013) SMA
(68)
52
adalah gaya belajar visual. Dan hasil analisis data kuesioner gaya
belajar pilihan ganda pada SMP Charitas 02 Mojosari Oku Timur
Palembang dan SMA Karya Bhakti Temanggung ditunjukkan
oleh tabel 5 dan tabel 6 berikut ini.
Tabel 5. Hasil Frekuensi Kuesioner Pilihan Ganda di SMP Charitas 02 Mojosari OKU Timur Palembang
No Gaya belajar Jumlah Siswa
1 Visual 46 2 Auditorial 1 3 Kinestetik 1 4 Tidak bisa Dibedakan 42
Tabel 6. Hasil Frekuensi Gaya Belajar Siswa SMA Bhakti Karya Temanggung
No Gaya belajar Jumlah Siswa
1 Visual 39 2 Auditorial 2 3 Kinestetik 1 4 Tidak bisa Dibedakan 31
Berdasarkan hasil analisis data kuesioner gaya belajar siswa pilihan
ganda di SDS Pusat Damai dapat disimpulkan bahwa dari jumlah
keseluruhan sampel yaitu sebanyak 122 siswa diperoleh 41 siswa atau
33,61% yang hasil analisis datanya signifikan. Dengan kata lain gaya
belajar siswa dapat dibedakan yang mayoritas gaya belajarnya
termasuk dalam gaya belajar visual. Sedangkan 81 siswa atau 66,39%
menunjukkan hasil yang tidak signifikan dengan kata lain gaya belajar
(69)
53
b. Analisis Data Hasil Wawancara Gaya Belajar Siswa
Dalam penelitian ini juga digunakan instrumen wawancara
dengan siswa untuk melihat apakah ada kesesuaian antara hasil dari
kuesioner pilihan ganda dengan hasil wawancara. Wawancara
dilakukan setelah mengetahui hasil analisis kuesioner gaya belajar
siswa pilihan ganda di SDS Pusat damai yang signifikan, maka
diambil 3 siswa sebagai sampel untuk diwawancarai mengenai gaya
belajarnya. Berikut ini merupakan hasil analisis wawancara dengan ke
3 siswa tersebut.
- Siswa 77:
Untuk memahami suatu materi dalam pelajaran IPA di
kelas, siswa 77 ini dengan sering bertanya pada guru dan
kadang-kadang mencatat. Jika belajar IPA di rumah lebih sering membaca
buku. Siswa kurang mengerti belajar menggunakan gambar.
Dalam pelajaran IPA, siswa lebih sering mencatat agar catatan
tersebut dapat dibaca ulang dan diingat.
- Siswa 78:
Siswa 78 ini suka belajar IPA dengan cara bermain sambil
belajar. Dia lebih menyukai pelajaran IPA yang menggunakan
media gambar. Dengan media gambar dalam pelajaran IPA, ia
menganggap bahwa dengan cara demikian merupakan cara belajar
(70)
54
di rumah ia hanya membaca yang penting-penting saja yang
gurunya suruh.
- Siswa 109
Siswa ini senang belajar IPA, karena jika guru mengajar tidak
tegang dan masih bisa praktek. Siswa ini belajar IPA nya dengan
cara menyimak. Ketika guru menjelaskan di depan kelas, siswa
ini kadang-kadang saja mencatatnya. Ia lebih mengingat
penjelasan gurunya dibandingkan catatan miliknya. Walapun
hanya sedikit yang ia ingat dari penjelasan gurunya, yang penting
masih bisa mengingat. Siswa ini juga tidak bisa belajar jika
suasana kelasnya ribut. Tidak suka belajar sambil mendengarkan
musik.
Berdasarkan deskripsi wawancara di atas, pada siswa 77
terdapat ciri gaya belajar visual yaitu belajar dengan cara membaca
catatan yang ia miliki dan sering mencatat. Begitu juga dengan siswa
78 yang juga terdapat ciri gaya belajar visual atau belajar dengan
banyak mengandalkan penglihatan, yaitu belajar IPA dengan cara
banyak melihat gambar-gambar. Kemudian untuk siswa 109
menunjukkan ciri-ciri gaya belajar auditorial, yaitu belajar melalui
pendengaran dengan cara menyimak penjelasan guru, merasa
terganggu jika ada keributan. Dan tidak bisa belajar sambil
(1)
131
131
85 Siswa 85 12 18 17
86 Siswa 86 12 14 11
87 Siswa 87 10 14 13
88 Siswa 88 9 16 16
89 Siswa 89 13 17 16
90 Siswa 90 13 17 16
91 Siswa 91 13 15 16
92 Siswa 92 13 15 19
93 Siswa 93 12 17 10
94 Siswa 94 10 14 16
95 Siswa 95 12 11 12
96 Siswa 96 11 11 12
97 Siswa 97 12 15 13
98 Siswa 98 14 17 16
99 Siswa 99 16 16 12
100 Siswa 100 17 17 18
101 Siswa 101 11 12 14
102 Siswa 102 13 15 15
103 Siswa 103 14 14 14
104 Siswa 104 10 14 15
105 Siswa 105 17 18 18
106 Siswa 106 14 15 12
107 Siswa 107 10 18 12
108 Siswa 108 12 16 13
109 Siswa 109 10 18 14
110 Siswa 110 15 19 18
111 Siswa 111 12 14 17
112 Siswa 112 11 12 16
113 Siswa 113 14 17 18
114 Siswa 114 11 16 19
115 Siswa 115 14 16 15
116 Siswa 116 12 15 15
117 Siswa 117 12 13 14
118 Siswa 118 13 16 16
119 Siswa 119 11 14 16
120 Siswa 120 12 12 19
121 Siswa 121 11 17 15
122 Siswa 122 16 15 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(2)
(3)
133
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(4)
(5)
vi
vi
ABSTRAK
GAYA BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN
IPA DI SDS SUBSIDI PUSAT DAMAI KALIMANTAN BARAT Margareta Pamela
Universitas Sanata Dharma 2013
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dan kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui (1) gaya belajar IPA siswa kelas IV dan V Students of SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat; (2) gaya mengajar guru IPA kelas tersebut di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.
Penelitian dilaksanakan di SDS Pusat Damai Kalimantan Barat pada awal April 2013 dengan sampel sebanyak 122 siswa dan 2 guru mata pelajaran IPA kelas VB dan kelas VC. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner gaya belajar siswa, wawancara siswa dan guru, pengamatan (observasi), dan fieldnotes. Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif menggunakan Non Parametrik K related Samples test dan analisis statistik deskriptif, sedangkan kualitatif menggunakan teknik Coding.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) gaya belajar siswa SDS Subsidi Pusat Damai berdasarkan kuesioner chek list menunjukkan dominan gaya belajar auditorial. Dan hasil dari kuesioner pilihan ganda diperoleh dominan gaya belajar visual. (2) Gaya mengajar guru dilihat dari 4 aspek yaitu metode pembelajaran, media pembelajaran, urutan pembelajaran dan alokasi waktu pembelajaran adalah gaya mengajar yang cenderung keaktivitas-aktivitas auditorial. Dari hasil pnelitian menunjukkan kesesuaian antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa yang auditorial.
Kata kunci: gaya belajar, gaya mengajar, VAK
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(6)
vii
ABSTRACT
STUDENTS’ LEARNING STYLE IN ELEMENTARY SCHOOL FOR FOURTH AND FIFTH GRADER AND TEACHER’S TEACHING STYLE
IN THOSE CLASSES IN LEARNING OF NATURAL SCIENCES IN SD SUBSIDI PUSAT DAMAI KALIMANTAN BARAT
Margareta Pamela Sanata Dharma University
2013
This research was descriptive quantitative and qualitative descriptive which was aimed to find out (1) learning styles of Natural Sciences’ fourth and fifth grader SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat, (2) the teaching styles of Natural Sciences’ teacher in those classes in SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.
The research was conducted in SDS Subsidi Pusat Damai in early April 2013 with a sample of 122 students and 1 science teacher of VB and VC grade. Instruments that used in data collection are science learning style questionnaire, interview students and teachers, observations, and fieldnotes. Data were analyzed quantitatively using statistic Non Parametrik K related Samples test and statistic deskptive analysis, while qualitative data were analyzed using Coding technique.
The results show that: (1) students' learning styles SDS Subsidi Pusat Damai based on questionnaire chek list showed dominant auditory learning style. And multiple-choice questionnaires showed dominan visual learning style (2) teachers' teaching styles are observed using 4 aspects; teaching methods, instructional media, learning sequence and allocation of instructional time is a teaching style that tends to auditory activities. The results of the research showed the correspondence between teachers’ teaching style and students' learning styles auditory.