Gaya belajar siswa-siswi kelas VII dan VIII serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SMP Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur.

(1)

GAYA BELAJAR SISWA-SISWI KELAS VII DAN VIII SERTA

GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN IPA DI SMP CHARITAS 02 MOJOSARI

KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

BENIDICTA RETVINA PRASETIANTI NIM : 091424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(2)

i

GAYA BELAJAR SISWA-SISWI KELAS VII DAN VIII SERTA

GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN IPA DI SMP CHARITAS 02 MOJOSARI

KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

BENIDICTA RETVINA PRASETIANTI NIM : 091424029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus Sumber Kekuatanku dan Bunda Maria

Bapakku Yosef Suryono, Ibuku Rosalia Endang, Kakak-kakakku Henrika Meylina, Ch. Noviliana dan F.X. Hanantri

“Kupersembahkan skripsi ini sebagai bentuk ucapan syukur, tanda terima kasih, bukti, dan cintaku untuk keluargaku yang selalu mendoakan ku, mendukungku, memotivasiku untuk terus belajar, tidak mudah putus asa dan selalu berusaha agar

mendapatkan yang terbaik”

Almamaterku Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma


(6)

v

MOTTO

“Di dalam hidup ini, semua ada waktunya, Ada waktunya kita menabur ....

Ada juga waktu kita menuai”

“Tuhan takkan terlambat! Juga tak akan lebih cepat

Semuanya ....


(7)

(8)

(9)

viii

ABSTRAK

GAYA BELAJAR SISWA-SISWI KELAS VII DAN VIII SERTA GAYA MENGAJAR GURU DIKELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

IPA DI SMP CHARITAS 02 MOJOSARI KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN

Benidicta Retvina Prasetianti Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Charitas 02 Mojosari pada bulan April 2013. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Charitas 02 Mojosari sejumlah 90 orang.

Penelitian ini menggunakan instrumen berikut: (1) angket dan wawancara untuk meneliti gaya belajar siswa; dan (2) pengamatan dan wawancara untuk meneliti gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar siswa yang ditemukan adalah dominan pada gaya belajar visual untuk pembelajaran secara umum dan dominan pada aspek gaya belajar auditorial untuk pembelajaran IPA. Selain itu, gaya mengajar guru yang ditemukan adalah memberikan materi dengan cara menjelaskan dimana metode mengajarnya adalah ceramah.


(10)

ix

ABSTRACT

STUDENTS’ LEARNING STYLES OF CLASS VII AND VIII AND TEACHING STYLE OF TEACHER IN THAT CLASS IN LEARNING OF

SCIENCE OF THE MOJOSARI CHARITY YUNIOR HIGH SCHOOL 02 REGENCY OF EAST OKU IN SOUTH SUMATRA

Benidicta Retvina Prasetianti Sanata Dharma University

2013

This research was aimed to understand students' learning styles and teaching styles of teacher in learning of science.

This research was done in Mojosari Charity Yunior High School 02 on April 2013. The subjects of this study were students of class VII and VIII Mojosari Charity Yunior High School 02 some 90 people.

The instruments used in this research were: (1) questionnaires and interviews for collecting data on students' learning styles, and (2) observation and interviews for collecting data on teaching style of teachers in learning of science. The data was analyzed qualitatively and quantitatively.

The result of the study shows that students’ learning styles were found is dominant aspect of visual to learning of general and dominant aspect of auditory to learning of science. In addition, teaching style of teacher were found is to provide materials in a way to explain where the method of teaching is lecture.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

melimpahkan berkat dan karuniaNya yang luar biasa, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul Gaya Belajar Siswa-Siswi Kelas VII dan VIII

Serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut Dalam Pembelajaran IPA di SMP Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan dengan baik.

Skripsi tersebut ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Fisika.

Selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis

mendapatkan dukungan dan bantuan oleh banyak pihak, untuk itu dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada:

1. Bpk. T. Sarkim, Ph.D., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dengan baik dan

pengarahan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian tugas

akhir ini.

2. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang dengan penuh

kedisiplinan mendidik dan mendampingi penulis selama menempuh

perkuliahan di Pendidikan Fisika.

3. Bpk. A. Tukatno, BA., selaku Kepala Sekolah SMP Charitas 02

Mojosari yang telah memberikan ijin sewaktu penulis melakukan


(12)

xi

4. Bpk. A. Romlan, selaku guru IPA SMP Charitas 02 Mojosari yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian, serta memberi masukan-masukan yang berguna bagi

penulis dalam penyusunan tugas akhir.

5. Keluargaku tercinta, Y. Suryono (bapak), Rosalia Endang (ibu),

Silvester Sriwibowo, Henrika Meylina, Ch. Noviliana, Hanantri

(kakak), Viando, Wika, Wina (adik) yang menjadi penyemangat

hidupku. Terimakasih atas doa dan dukungan yang sudah kalian

berikan kepadaku dalam menyelesaikan studi.

6. Keluargaku di Pakem, terimakasih atas doa dan dukungannya selama

ini.

7. Bapak-Ibu guru dan karyawan SMP Charitas 02 yang terus

mendukung dan menyemangati penulis selama melakukan penelitian.

8. Siswa-siswi kelas VII dan VII SMP Charitas 02 Mojosari tahun ajaran

2012/2013 atas bantuan dan keterlibatannya dalam penelitian tugas

akhir ini.

9. Teman-temanku di Pendidikan Fisika, khususnya angkatan 2009, juga

tim futsal velocity. Terimakasih atas kebersamaan dan dukungan yang

kalian berikan.

10.Sahabat-sahabatku, Ika dan Mela, terimakasih atas kerjasamanya


(13)

11. Sahabat-sahabatku bulek Chatrin, Monik, dan Veni, terimakasih atas

doa, bantuan dan dukungannya selama ini.

12. Untuk Bpk Sugeng, Ibu Heni dan Mas Arif, terimakasih atas

bantuannya dalam keperluan surat menyurat untuk ijin penelitian.

13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan

pihak-pihak lain yang membutuhkan. Penulis juga menyadari skripsi ini masih

jauh dari sempurna oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca yang

membangun sangat diharapkan dan akan dipertimbangkan dengan senang

hati demi kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 19 Agustus 2013

Penulis


(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Permasalahan ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2


(15)

xiv

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Pengertian ... 4

F. Keterangan Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI ... 7

A. Definisi Belajar ... 7

B. Gaya Belajar ... 11

1. Pengertian Gaya Belajar ... 11

2. Klasifikasi Gaya Belajar ... 12

3. Gaya Belajar menurut Preferensi Sensori ... 18

4. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar ... 23

C. Gaya Mengajar Guru ... 24

1. Pengertian Mengajar ... 24

2. Pengertian Gaya Mengajar ... 28

D. IPA atau Sains ... 29

E. Gaya Belajar IPA ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Subyek Penelitian ... 33

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

D. Metode Penelitian ... 33


(16)

xv

1. Kuesioner/Angket ... 34

2. Wawancara ... 36

3. Observasi/Pengamatan ... 37

F. Validitas Data ... 38

G. Metode Analisis Data ... 38

1. Analisis data kuesioner/angket ... 38

2. Analisis hasil wawancara ... 40

3. Analisis pengamatan dengan video ... 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Pelaksanaan Penelitian ... 42

B. Data dan Analisis Data ... 45

1. Data ... 45

2. Analisis Data ... 45

C. Pembahasan ... 66

1. Gaya Belajar Siswa ... 66

2. Gaya Mengajar Guru ... 73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 84


(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Angket gaya belajar siswa ... 35

Tabel 2. Jadwal Penelitian untuk Proses Pengamatan ... 44

Tabel 3. Jumlah Skor Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Check-list SMP Charitas 02 Mojosari ... 46

Tabel 4. Descriptives Statistics Angket Check-List Melalui Uji F Dependent 49 Tabel 5. Hasil Signifikansi Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Check-list ... 49

Tabel 6. Hasil Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Pilihan Ganda SMP Charitas 02 Mojosari ... 50

Tabel 7. Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda.. 54

Tabel 8. Rangkuman Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda ... 56

Tabel 9. Rangkuman hasil coding aktivitas ... 65

Tabel 10. Data Angket Gaya Belajar Dalam Bentuk Check-List ... 96


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Panjang Kurva Normal ... 39

Gambar 2. Kurva Normal dengan 4 Standar Deviasi ... 40

Gambar 3. Guru menjelaskan tentang jaringan meristim... 74

Gambar 4. Siswa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru ... 74


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 89

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian ... 90

Lampiran 3. Angket Gaya Belajar ... 91

Lampiran 4. Data Angket Check-list ... 96

Lampiran 5. Data Angket Pilihan Ganda ... 99

Lampiran 6. Data Wawancara Siswa ... 102

Lampiran 7. Data Wawancara Guru... 110

Lampiran 8. Data Hasil Pengamatan ... 113


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Belajar adalah sebuah proses berpikir. Karena itu belajar tidak cukup

hanya sekedar tahu, menguasai ilmu, dan menghafalkan semua teori yang

tercantum di dalam buku-buku. Belajar perlu dilakukan oleh semua orang,

terutama siswa sebagai peserta didik di dalam lingkungan pendidikan.

Berdasarkan pengalaman peneliti ketika melakukan Program Pengalaman

Lapangan (PPL), sudah tidak asing lagi jika banyak ditemukan siswa yang

tidak suka belajar. Mereka tidak suka belajar karena menurut mereka situasi

belajar yang mereka jalani sangat tidak menyenangkan, sehingga dalam

belajar mereka merasa tertekan, frustasi dan bosan. Hal ini mungkin terjadi

karena proses belajar yang mereka alami tidak sesuai dengan gaya belajar

mereka. Padahal mereka dapat belajar dengan maksimal apabila gaya belajar

yang digunakan dalam belajar sesuai dengan kekuatan pribadi mereka.

Karena diantara mereka ada yang lebih mudah belajar dengan melihat, belajar

dengan mendengar dan belajar dengan mencoba-coba sendiri. Sehingga

apapun cara yang ditempuh siswa, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan

cara terbaik untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.

Informasi yang diterima siswa tersebut banyak diperoleh dari pendidik

(guru). Jika informasi tersebut disampaikan oleh guru sesuai dengan gaya


(21)

Guru yang memahami perbedaan gaya belajar masing-masing siswa di dalam

satu kelas, akan menggunakan metode yang bervariasi agar semua siswa

dapat menyerap informasi dengan maksimal. Namun yang ada di dalam

proses pendidikan kita adalah sebuah kenyataan bahwa kebanyakan guru

menyampaikan informasi dengan cara mereka sendiri tanpa peduli dengan

gaya belajar siswa. Cara mengajar seperti ini juga sering dijumpai siswa pada

guru mata pelajaran IPA. Hal ini semakin mempersulit mereka dalam belajar

IPA, yang menurut mereka materinya saja sudah sulit untuk dipelajari.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang gaya belajar seperti apa yang sering

digunakan oleh siswa-siswi di SMP Charitas 02 Mojosari dalam memahami

materi IPA dan mengetahui gaya mengajar seperti apa yang dilakukan oleh

guru IPA mereka. Sehingga dalam skripsi ini diambil judul Gaya Belajar Siswa-Siswi Kelas VII dan VIII serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut Dalam Pembelajaran IPA di SMP Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur Sumatera Selatan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa gaya belajar siswa-siswi di SMP Charitas 02 Mojosari dalam

pembelajaran IPA?


(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gaya belajar siswa-siswi di SMP Charitas 02 Mojosari.

2. Mengetahui gaya mengajar guru IPA di SMP Charitas 02 Mojosari.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Dapat memberikan informasi bagi siswa untuk mengenali gaya

belajarnya sendiri, sehingga dalam belajar IPA siswa tidak merasa

terbebani.

2. Bagi Sekolah

Dapat menjadi upaya bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa

dalam pembelajaran IPA.

3. Bagi Peneliti

Mempunyai pengalaman melakukan penelitian dan dapat

mengembangkan lebih lanjut untuk penelitian lainnya demi kemajuan

pendidikan terkhusus dalam pembelajaran IPA dan dapat menambah

wawasan dalam upaya memberikan pengetahuan mengenai gaya belajar

kepada siswa.

4. Bagi Guru

Mendapat gambaran mengenai gaya belajar siswanya dan dapat

mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan gaya belajar


(23)

E. Batasan Pengertian

1. Gaya Belajar

Gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa

untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam

menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada

proses belajar.

2. Gaya Belajar Visual (Visual Learners)

Gaya belajar visual yaitu belajar yang harus melihat terlebih dahulu

buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih

sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat

(Hamzah Uno, 2006: 181).

3. Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar auditorial adalah belajar dengan cara mendengar. Gaya

belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan

mengingatnya (Hamzah Uno, 2006: 181).

4. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Gaya belajar kinestetik adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja

dan melibatkan aktivitas fisik. Gaya belajar ini harus menyentuh

sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa


(24)

5. Gaya Mengajar

Gaya mengajar adalah metode mengajar dan media yang digunakan

oleh guru yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk mencapai

tujuan dalam materi pelajaran.

F. Keterangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersama yang dilakukan oleh

Margareta Pamela, Benidicta Retvina Prasetianti, dan Agnes Ika. Sehingga

dalam penelitian ini, hal yang diteliti pun sama yaitu tentang gaya belajar

siswa-siswi dan gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA.

Penelitian tentang gaya belajar dalam studi skripsi ini adalah hal yang

baru di Prodi Pendidikan Fisika, sehingga akan lebih mudah kalau

penelitian ini dilakukan bersama. Selain itu, kami ingin melakukan

penelitian tentang gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru di situasi

yang berbeda, maka akan terlalu besar cakupannya jika penelitian ini

dilakukan sendiri. Perbedaan kami dalam penelitian ini adalah

penelitiannya dilakukan di tiga tempat yang berbeda dengan jenjang yang

berbeda pula yaitu di SDS Subsidi Pusat Damai Kabupaten Sanggau, SMP

Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur dan SMA Bhakti Karya

Kabupaten Temanggung. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah

untuk mengeksplorasi teori gaya belajar dan untuk melihat apakah ada


(25)

Sebagai penelitian awal, jika ada penelitian lanjut dapat menggunakan

skripsi ini sebagai pedoman. Oleh karena itu, kami bertiga juga

menggunakan teori bersama. Sehingga jika ada kata-kata atau kalimat

yang sama, itu karena kami melakukan diskusi bersama dan kami

menyetujuinya. Selain itu, analisis data dan pembahasan kami akan saling


(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Belajar

Dalam mengkaji definisi konsep pendidikan, Hamdani (2011: 17)

mengulas pendapat Zuhairini yang mengatakan bahwa pendidikan adalah

aktivitas dan usaha manusia dalam meningkatkan kepribadiannya dengan

jalan membina potensi rohaninya (pikir, rasa, karsa, cipta dan budi nurani)

dan jasmani (pancaindra dan keterampilan).

Menurut Driyarkara (1980: 128), pendidikan sebagai suatu bentuk

hidup bersama, pemasukkan manusia muda ke dalam alam nilai-nilai dan

kesatuan antar pribadi yang mempribadikan.

Sedangkan Tatang (2012: 14) mengulas pendapat Basri yang

mengutarakan pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja

dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing

seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga ia mencapai

kualitas diri yang lebih baik.

Sementara itu Tatang (2012: 15) juga mengulas pendapat Teddy yang

menyampaikan bahwa pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas

diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang

disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor

yang saling berkaitan antara satu dan lainnya, sehingga membentuk satu


(27)

Dari pengertian-pengertian pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa

pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia yang dilakukan dengan

sengaja untuk mengembangkan kualitas dirinya dalam segala aspek untuk

menjadi lebih baik.

Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang terdiri dari

belajar dan mengajar. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis

dan jenjang pendidikan. Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah

ada pendidikan, karena belajar adalah kunci utama dalam setiap usaha

pendidikan (Muhibbin, 2008: 59).

Dalam mengkaji hakikat belajar Muhibbin (1995: 90) mengulas

pendapat Hintzman mengatakan bahwa “Learning is a change in organism

due to experience which can affect the organism’s behavior”. Selanjutnya Muhibbin (1995: 90) mengartikan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi

dalam diri organisme (manusia atau hewan) yang disebabkan oleh

pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Muhibbin (1995: 90) juga mengulas pendapat dari Wittig untuk

mengkaji hakikat belajar yang didefinisikan sebagai: any relatively permanent change in an organism’s behavioral rappertoire that occrus as a result of experience. Artinya belajar adalah perubahan yang relatif menetap

yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme


(28)

Menurut Muhibbin (1995: 92), dari beberapa definisi diatas, maka

Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh

tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Selain itu Eveline dan Hartini (2011: 3) menyatakan bahwa belajar

merupakan sebuah proses yang komplek yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan)

hingga liang lahat.

Eveline dan Hartini (2011: 4) mengulas pendapat Burton yang

mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri

individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan

individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi

dengan lingkungannya.

Van Rossum dan Hamer (2010: 2) mengulas pendapat Roger Saljo yang

menyatakan bahwa belajar juga dapat dilihat dari sudut pandang siswa. Saljo

menyimpulkan lima konsep belajar, yaitu :

1. Belajar sebagai peningkatan pengetahuan

Belajar sebagai peningkatan pengetahuan artinya belajar adalah

mendapatkan hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Sehingga

semakin lama kita belajar maka pengetahuan kita semakin bertambah.

2. Belajar adalah mengingat

Belajar adalah mengingat artinya belajar sama dengan menghafal dan


(29)

yang dihafal adalah produknya sementara menghafal adalah bentuk

prosesnya.

3. Belajar sebagai kemahiran memperoleh fakta, prosedur dan lain-lain

yang dapat dimanfaatkan di masa depan

Belajar dalam hal ini artinya memilih dan menghafal fakta-fakta,

prosedur, gagasan dan sebagainya kemudian mencerminkan lebih lanjut

atas apa yang dipelajari untuk memutuskan kegunaannya di masa depan.

Sehingga dalam belajar hal yang dilakukan tidak hanya menghafal tetapi

juga berlatih sampai sempurna tanpa mengubah pengetahuan atau

prosedur.

4. Belajar sebagai pemisahan makna

Belajar sebagai pemisahan makna artinya belajar adalah suatu proses

pemahaman yang dicapai melalui ide-ide yang berkaitan dalam subyek,

menemukan hal-hal apapun, melihat materi pelajaran lebih mendalam,

mengumpulkan berbagai sudut pandang pada materi yang dipelajari dan

mendapatkan gambaran besar. Jadi belajar adalah berpikir lebih jelas,

melihat sesuatu yang baru dengan cara yang jauh lebih logis, dan melihat

langkah-langkah untuk sampai pada kesimpulan.

5. Belajar sebagai proses menafsirkan yang bertujuan pada pemahaman

realita

Dalam hal ini belajar adalah mengubah cara melihat sesuatu dengan


(30)

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan tingkah laku manusia yang relatif menetap

dalam menambah ilmu pengetahuan dengan mengingat dan memahaminya,

sehingga cara berpikir menjadi lebih logis dan dapat menafsirkan ilmu

pengetahuan itu dalam proses menuju ke pemahaman yang lebih baik untuk

kemudian mempraktekkannya sampai sempurna.

B. Gaya Belajar

Untuk memahami apa itu gaya belajar, maka pada bagian ini penulis akan

mengulas tentang pengertian gaya belajar, klasifikasi gaya belajar, ciri-ciri

dari masing-masing tipe gaya belajar dan manfaat pemahaman gaya belajar

bagi guru dan siswa.

1. Pengertian Gaya Belajar

Semua orang dalam segala usia dapat benar-benar mempelajari

apapun apabila dibiarkan melakukannya dengan gaya unik yang sesuai

dengan kekuatan pribadi mereka sendiri (Barbara, 2007: 29). Gaya unik

yang sesuai dengan kekuatan pribadi mereka adalah gaya belajar yang

mereka terapkan, yang akan membuat mereka merasa terbantu dalam

menyerap dan mengolah infomasi sehingga belajar dan berkomunikasi

akan lebih mudah.

Menurut Winkel (2004: 90), gaya belajar merupakan cara belajar yang


(31)

Menurut Nasution (1984: 93) gaya belajar merupakan cara siswa

bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya

dalam proses belajar.

Menurut DePorter dan Mike Hernacki (2006: 110-112), gaya belajar

merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diketahui bahwa gaya belajar

adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk bereaksi dan

menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian

mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk

mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara memasukkan

informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh pendekatan yang

umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan

dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya

masing-masing. Adi W. Gunawan adalah seorang pakar mind technology dan

transformasi diri yang dalam bukunya “Genius Learning Strategy” merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan cara


(32)

Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford

Gregorc, Butler, dan McCharty.

b. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter

yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs,

Lawrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis,

Grey-Wheelright, Holland dan Geering.

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat

ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini

dikembangkan oleh Bandler & Grinder dan Messick.

d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang

berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.

e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang

berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini

dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs,

dan Merill.

f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang

berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.

g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif

dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan


(33)

Banyaknya pendekatan dalam mengklasifikasikan atau membedakan

gaya belajar disebabkan karena setiap pendekatan yang digunakan

mengakses aspek yang berbeda secara kognitif. Menurut Adi W.

Gunawan (2007: 142) ada tiga pendekatan gaya belajar yang populer,

yaitu pendekatan berdasarkan preferensi sensori, preferensi kognitif, dan

profil kecerdasan.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi sensori

(ketergantungan terhadap indera tertentu) terdiri dari tiga gaya belajar

yaitu gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat), gaya belajar

auditorial (belajar dengan cara mendengar), dan gaya belajar kinestetik

(belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas fisik).

Pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi kognitif (kemampuan

berpikir) dikembangkan oleh Anthony Gregorc. Gregorc membagi gaya

belajar menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori, yaitu:

1. Gaya belajar konkret-sekuensial. Merupakan gaya belajar yang

membuat siswa menjadi terorganisir, dapat diandalkan, pekerja

keras. Mereka mengikuti petunjuk guru dan mengajukan

pertanyaan untuk klarifikasi. Pekerjaan mereka biasanya akurat,

faktual, dan konsisten. Mereka lebih memilih kegiatan

pembelajaran konvensional.

2. Gaya belajar abstrak-sekuensial. Merupakan gaya belajar yang


(34)

belajar terbaik dalam lingkungan yang terstruktur. Mereka

memiliki pengetahuan, pemikir analitik dengan pengertian yang

jelas tentang objektivitas. Mereka lebih memilih proses yang

sistematis dan menyeluruh dalam pekerjaan mereka.

3. Gaya belajar konkret acak. Merupakan gaya belajar yang membuat

siswa menjadi kreatif, petualang, dan tentu ingin tahu tentang

dunia di sekitar mereka. Mereka adalah pemikir inovatif. Mereka

menggunakan naluri dan intuisi mereka ketika membuat

keputusan.

4. Gaya belajar abstrak acak. Merupakan gaya belajar yang membuat

siswa menjadi imajinatif dan idealis. Mereka sensitif dan

merupakan siswa yang cenderung sentimental. Mereka lebih suka

fleksibilitas dan cenderung spontan. Mereka adalah siswa yang

sangat perseptif.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan profil kecerdasan dikembangkan

oleh Howard Gardner. Gardner (dikutip oleh Adi W. Gunawan) awalnya

mengusulkan tujuh jenis kecerdasan yaitu:

1. Linguistik. Merupakan kemampuan untuk menggunakan kata-kata

secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan.

2. Logika-matematika. Merupakan kemampuan seseorang dalam


(35)

3. Interpersonal. Merupakan kemampuan untuk mengamati dan

mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain.

4. Intrapersonal. Merupakan kemampuan yang berhubungan dengan

kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri.

5. Musikal. Merupakan kemampuan untuk menikmati, mengamati,

membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan

bentuk-bentuk musik.

6. Visual-spasial. Merupakan kemampuan untuk melihat dan

mengamati dunia visual dan spasial secara akurat.

7. Kinestetik. Merupakan kemampuan dalam menggunakan tubuh

kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan

perasaan.

Namun sesuai dengan perkembangan penelitian yang dilakukannya,

Gardner lalu memasukkan kecerdasan kedelapan yaitu kecerdasan

naturalis. Merupakan kemampuan untuk mengenali, membedakan,

mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di

alam maupun lingkungan.

Konsep kecerdasan ganda dapat dilihat sebagai pengembangan model

gaya belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik yang biasanya disingkat

menjadi VAK dan membuat hubungan yang jelas antara kepribadian dan


(36)

metode VAK pertama kali dikembangkan pada tahun 1920 oleh psikolog

dan spesialis mengajar seperti Fernald, Keller, Orton, Gillingham,

Stillman dan Montessori (Nick Rushby, 2008: 93). Spesialis VAK

mengakui bahwa seseorang belajar dengan menggunakan berbagai cara,

misalnya ketika seseorang belajar untuk mengoperasikan peralatan baru

dia akan memilih untuk membaca instruksi jika dia lebih dominan ke

gaya belajar visual. Namun jika dia lebih dominan ke gaya belajar

auditorial, maka dia akan lebih memilih untuk mendengarkan penjelasan.

Model gaya belajar Visual, Auditorial, dan Kinestetik ini tidak menutup

kecerdasan ganda Gardner, tetapi dengan adanya model VAK akan

memberikan perspektif yang berbeda untuk memahami dan menjelaskan

pilihan seseorang untuk mengetahui gaya belajar dan kekuatannya.

Karena gaya belajar seseorang merupakan cerminan dari campuran

kecerdasan mereka dan juga merupakan jenis refleksi otak.

Dari ketiga pendekatan diatas, yang dikenal luas di Indonesia adalah

pendekatan berdasarkan preferensi sensori (Adi W. Gunawan, 2007:142).

Selain itu, De Porter & Hernacki (2006) menyatakan bahwa pada tahap

awal untuk mengenali gaya belajar siswa, salah satu langkah diantara

langkah pertama yang sebaiknya dilakukan oleh guru adalah mengenali

modalitas belajar siswa sebagai modalitas visual, auditorial, atau

kinestetik. Oleh karena ketenarannya di Indonesia dan penelitian ini

merupakan penelitian awal untuk mengenali gaya belajar siswa, maka


(37)

menurut preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar

auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Selain itu, gaya belajar

berdasarkan preferensi sensori menurut Flemming (dikutip oleh Suyono

dan Hariyanto) juga terdiri dari tiga modalitas belajar, yaitu visual,

auditorial, dan kinestetik.

3. Gaya Belajar menurut Preferensi Sensori

Berdasarkan prefensi sensori atau kemampuan yang dimiliki otak

dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka gaya

belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori

tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai

dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa

setiap individu hanya memiliki salah satu karakteristik gaya belajar

tertentu. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa setiap

individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga

jika dia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan

memudahkannya untuk menyerap pelajaran walaupun tidak dapat

dipungkiri bahwa setiap individu juga akan memanfaatkan kombinasi

karakteristik gaya belajar tertentu.

Menurut Hamzah Uno (2006: 181) pada preferensi sensori terdapat

tiga tipe gaya belajar, yang terdiri dari:


(38)

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih

dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih

sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat.

b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara mendengar. Gaya belajar

ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan

mengingatnya.

c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan

melibatkan aktivitas fisik. Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu

yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya.

Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar

seperti disebutkan diatas, Suyono dan Hariyanto (2011: 151)

mengadaptasi dari Bobbi de Porter dan Mike Hernacki menyatakan

sebagai berikut:

a. Gaya belajar Visual ( Visual Learners)

Gaya belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan individu ketika

belajar, antara lain:

- lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar;

- mudah mengingat dengan asosiasi visual;

- pembaca yang cepat dan tekun, memiliki hobi membaca;


(39)

- biasa berbicara dengan cepat, karena dia tidak merasa perlu

mendengarkan esensi pembicaraannya;

- mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika

dituliskan, dan seringkali meminta bantuan orang lain untuk

mengulangi instruksi verbal tersebut;

- sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain;

- pengeja yang baik, kata demi kata;

- sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya atau tidak,

sudah atau belum;

- mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan di lihat

orang. Misalnya rapi dan teratur dalam berpakaian dan membuat

catatan;

- mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi;

- memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka

panjang yang baik;

- teliti terhadap rincian dan hal-hal kecil yang harus dilakukan;

- biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

ketika sedang belajar,

- lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada

berpidato/berceramah;

- membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan


(40)

masalah atau proyek, dan terbiasa melakukan check dan recheck

sebelum membuat kesimpulan;

- lebih menyukai seni visual daripada seni musik;

- suka mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau

pada saat melakukan rapat.

b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar auditorial dapat dideteksi dari kebiasaan individu ketika

belajar, antara lain:

- belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di

diskusikan daripada apa yang dilihat;

- berbicara kepada diri sendiri ketika sedang belajar dan bekerja;

- senang membaca dengan suara keras dan mendengarkannya;

- berbicara dengan irama yang terpola dengan baik;

- biasanya jadi pembicara yang fasih;

- menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika

membaca;

- senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara

panjang lebar;

- lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras

daripada menuliskannya;

- mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat


(41)

- dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna

suara;

- mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik, karena dia akan

sukar berkonsentrasi;

- mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang

berhubungan dengan visualisasi;

- lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku

humor/komik.

- lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya;

c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan individu ketika

belajar, antara lain:

- selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;

- banyak menggunakan isyarat tubuh;

- menggunakan jari sebagai penunjuk tatkala membaca;

- menghafal dengan cara berjalan atau melihat langsung;

- memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar;

- menanggapi perhatian fisik;

- tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama;

- menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka;

- menggunakan kata-kata yang mengandung aksi;


(42)

- berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain;

- berbicara dengan perlahan;

- belajar melalui praktek langsung dan manipulasi (mengembangkan

data atau fakta);

- tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah datang

ke tempat tersebut;

- menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan

aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai bentuk

penghayatan terhadap apa yang di baca;

- kemungkinan memiliki tulisan yang jelek;

- menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara

fisik);

4. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar

Berdasarkan beberapa gaya belajar diatas, maka dapat dilihat bahwa

mengetahui gaya belajar itu sangat penting. Pemahaman gaya belajar bagi

siswa dapat berguna untuk mengetahui dengan sadar strategi-strategi apa

yang harus mereka gunakan dalam belajar sehingga menjadi pelajar yang

lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka

(Barbara, 2007: 93).

Sedangkan pemahaman gaya belajar bagi guru berguna untuk

mengetahui cara mengidentifikasi dan mengajar siswa yang memiliki


(43)

pemahaman akan gaya belajar dapat membuat guru menjadi lebih kreatif

dalam mengajar di dalam suatu kelas sehingga dapat menciptakan

lingkungan belajar yang bersifat multi indrawi, yang melayani sebaik

mungkin kebutuhan individual setiap murid (Barbara, 2007: 93). Karena

dengan itu metode mengajar guru bisa menggunakan berbagai kombinasi

seperti pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimentasi. Guru

juga dapat memperkenalkan berbagai unsur pengalaman ke dalam kelas

misalnya dengan bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan,

pengalaman, dan bahkan percakapan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 164).

Bahkan guru juga dapat menerapkan berbagai teknik penilaian yang

berfokus pada gaya belajar yang berbeda-beda. Misalnya menggunakan

tes lisan untuk siswa dengan gaya belajar auditorial, karena siswa dengan

gaya belajar auditorial lebih pandai dalam bercerita, namun merasa

kesulitan dalam menulis. Menggunakan tes tertulis untuk siswa dengan

gaya belajar visual dan menggunakan ujian praktek untuk siswa dengan

gaya belajar kinestetik. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran

guru dapat memberikan porsi penilaian secara adil bagi setiap siswa.

C. Gaya Mengajar Guru 1. Pengertian Mengajar

Istilah mengajar sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak disadari

pentingnya pendidikan dan persekolahan. Konsep mengajar sering


(44)

tertentu, sedangkan tafsiran tentang belajar juga banyak macam

ragamnya.

Dalam mengkaji pengertian mengajar, Muhibbin (1995: 182)

membahas pendapat Nasution yang mendefinisikan mengajar adalah

suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya

dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.

Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang kelas (ruang belajar),

tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan

sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa.

Slameto (2010: 30) mengulas pendapat DeQueliy dan Gazali yang

menyatakan bahwa definisi mengajar adalah menanamkan pengetahuan

pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam hal ini

pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang

memperhatikan bahwa di antara siswa ada perbedaan individual,

sehingga memerlukan pelayanan yang berbeda-beda. Bila semua siswa

dianggap sama kemampuannya, maka bahan pelajaran yang diberikan

pun akan sama pula. Hal ini bertentangan dengan kenyataan yang ada.

Dalam penelitian Van Rossum dan Hammer (2010: 10) disimpulkan

enam konsep mengajar, yaitu:

1. Mengajar adalah menanamkan dengan jelas/informasi yang

diberikan terstruktur dengan baik

Artinya mengajar adalah menyajikan materi pelajaran yang harus


(45)

dengan humor jika mungkin). Materi pelajaran perlu dijelaskan

dengan baik dan disajikan dalam cara yang terorganisir dengan baik,

sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika harus belajar sendiri.

2. Mengajar adalah mengirimkan pengetahuan terstruktur, mengakui

keberadan siswa

Dalam konsep ini, mengajar adalah proses yang harus dilakukan

dengan jelas, teratur, efisien, menghibur dan termasuk memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini

menunjukkan adanya interaksi antara siswa dan guru, sehingga siswa

merasa keberadaannya di dalam kelas diakui.

3. Mengajar adalah berinteraksi dan pembentukan

Dalam hal ini, mengajar ditandai dengan diskusi yang didominasi

oleh guru, dimana di dalamnya ada seorang guru yang antusias

membentuk dan memotivasi para siswa menggunakan umpan balik

positif dan negatif. Yang paling penting dalam hal ini adalah bahwa

seorang guru dan siswanya memiliki kontak yang baik. Guru tidak

boleh otoriter dan tidak harus menunjukkan bahwa dirinya sendiri

lebih unggul dari pada siswanya. Dalam hal ini guru harus

mendengarkan pendapat siswa, sehingga segala permasalahan yang

ada dapat diselesaikan dengan diskusi.

4. Mengajar adalah tantangan dan pengembangan jalan pikir bagi diri


(46)

Dalam hal ini mengajar adalah menantang siswa untuk berpikir

dalam mencapai tujuan. Guru tidak mengarahkan siswa terlalu

banyak, atau membiarkan siswa mencari tahu sendiri apakah sesuatu

itu tidak mungkin atau benar. Sehingga penilaian yang diberikan

oleh guru harus fokus pada proses dan tidak bergantung pada hasil

akhir. Dalam proses ini siswa menjadi peserta aktif, sedangkan peran

guru terletak lebih dalam pembinaan proses pembelajaran.

5. Mengajar adalah pengajaran dialog

Dalam hal ini, mengajar adalah melibatkan siswa sebanyak mungkin

ke dalam subyek. Dalam hal ini, guru dan siswa bersama-sama

mengerjakan suatu masalah dan membahasnya, sehingga semua

pihak dapat mengajar.

6. Mengajar adalah saling percaya dan saling peduli

Mengajar saling percaya dan peduli berarti mengajar yang

berkembang dalam situasi pemahaman total antara siswa dan guru

sehingga metode pengajaran tidak lagi penting.

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa mengajar

adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan untuk

memberikan informasi secara terstruktur dengan singkat dan tepat, agar

informasi tersebut dapat tertanam jelas dalam pikiran siswa dan


(47)

2. Pengertian Gaya Mengajar

Dalam mengkaji definisi gaya mengajar, Ika Marisa (2013: 3)

mengulas pendapat Suparman yang menyatakan bahwa gaya mengajar

adalah cara atau metode yang dipakai oleh guru ketika sedang melakukan

pengajaran. Gaya mengajar guru biasanya sangat erat hubungannya

dengan gaya belajar anak didik.

Sedangkan menurut Sara Ashworth (1998), gaya mengajar adalah

metode, model, strategi yang digunakan sebagai rencana dalam sebuah

kegiatan dimana di dalamnya didefinisikan perilaku guru dan siswa untuk

mencapai tujuan dalam materi pelajaran.

Menurut Felder (1988) gaya mengajar adalah metode mengajar yang

sesuai dengan kemampuan siswa dalam mengatasi komponen belajar

yang diusulkan.

Selain itu, Mehrak Rahimi (2012) mengulas pendapat Kaplan dan

Kies menyatakan bahwa gaya mengajar itu terdiri dari perilaku pribadi

guru dan media yang digunakan untuk mengirimkan informasi kepada

siswa.

Dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

gaya mengajar adalah metode dan media yang digunakan oleh guru

dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa untuk

mencapai tujuan dalam materi pelajaran. Sehingga dalam hal ini gaya

mengajar guru melibatkan metode dan media, juga urutan kegiatan dan


(48)

D. IPA atau Sains

Dalam mengkaji hakikat IPA Sumaji (1998: 31) mengulas pendapat James

yang mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema

konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil

eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan

dieksperimentasikan lebih lanjut.

Selanjutnya Sumaji (1998: 31) menganalisis pendapat Whitehead yang

menyatakan bahwa sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman.

Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta (orde

observasi), dan orde kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam

semesta (orde konsepsional).

Dengan demikian, IPA (sains) berupaya membangkitkan minat manusia

agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam

seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak ada habis-habisnya.

Sementara itu menurut Usman (2010: 2) mengulas pendapat Hendro

Darmojo yang menyatakan bahwa secara singkat IPA adalah pengetahuan

yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

Selain itu, Usman (2010: 3) mengulas pendapat Nash (dalam The Nature

Of Science) yang menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode

untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA mengamati

dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara

suatu fenomena dengan fenomena lain sehingga keseluruhannya membentuk


(49)

Sedangkan Usman (2010: 3) juga membahas pendapat Powler (dalam

Winaputra) yang mengungkapkan bahwa IPA adalah ilmu yang berhubungan

dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara

teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan

eksperimen/sistematis (teratur) artinya pengetahuan itu tersusun dalam suatu

sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan lainnya saling berkaitan, saling

menjelaskan sehingga seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh,

sedangkan berlaku umum artinya pengetahuan itu tidak hanya berlaku bagi

seseorang atau beberapa orang dengan cara eksperimentasi yang sama akan

memperoleh hasil yang sama atau konsisten.

Usman (2010: 3) mengulas pendapat Winaputra yang mengemukakan

bahwa IPA tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda

atau makhluk hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berfikir, dan cara

memecahkan masalah.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

IPA adalah suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan

satu sama lain berupa kumpulan dari hasil observasi yang bersifat rasional

dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

E. Gaya Belajar IPA

Dari pengertian gaya belajar dan sains maka dapat disimpulkan bahwa

gaya belajar IPA atau sains adalah cara siswa untuk bereaksi dan


(50)

mengolah informasi secara kritis akan fenomena-fenomena alam yang ada

dengan suatu metode ilmiah yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan,

sehingga sains dapat dipelajari melalui percobaan-percobaan yang dilakukan

sendiri oleh siswa, maka sains tidaklah mata pelajaran yang bersifat hafalan


(51)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai jenis penelitian, subyek penelitian, waktu

dan tempat penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, validitas

instrumen dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif deskriptif dengan tujuan

memperoleh gambaran mengenai gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru.

Penelitian kuantitatif adalah desain riset yang menggunakan data berupa skor

atau angka yang kemudian akan dianalisis dengan statistik (Suparno, 2010:

135). Untuk data kuantitatif, data diperoleh melalui penyebaran

kuesioner/angket ke semua siswa kelas VII dan VIII. Sedangkan penelitian

kualitatif deskriptif, data dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar,

keadaan, daripada bilangan (Suparno, 2010: 154). Untuk data kualitatif

deskriptif, diperoleh melalui dua cara yaitu wawancara dan pengamatan.

Wawancara dilakukan terhadap guru yang mengampu mata pelajaran IPA dan

terhadap 3 orang siswa dari kelas VII dan VIII dengan menggunakan bahan

wawancara yang telah disusun sebagai instrumen dalam penelitian ini.

Sedangkan untuk data kualitatif pengamatan, diperoleh dari salah satu kelas


(52)

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek penelitian di ambil dari seluruh siswa kelas

VII dan VIII di SMP Charitas 02 Mojosari, yang terdiri dari 4 kelas dengan

jumlah total 90siswa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Charitas 02 Mojosari

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester II, yaitu pada bulan

April 2013.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan

kualitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar

siswa dan gaya mengajar guru.

Penelitian ini terdiri dari empat tahap. Tahap pertama adalah memberikan

kuesioner/angket kepada siswa kelas VII dan VIII. Tahap kedua adalah

melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA, tahap ketiga adalah

melakukan wawancara dengan 3 orang siswa dan tahap keempat adalah

melakukan pengamatan di dalam kelas saat proses pembelajaran IPA


(53)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam

penelitian (Suparno, 2010: 56). Untuk memperoleh data dan informasi,

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 macam, yaitu

kuesioner/angket, wawancara dan pengamatan

1. Kuesioner/Angket

Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh

infomasi dari responden yang ingin diketahui (Suparno, 2010: 61). Penulis

menggunakan cara ini untuk mendapatkan data atau informasi yang

berkaitan dengan gaya belajar siswa.

Dalam penelitian ini ada dua angket yang digunakan, yaitu:

a. Angket gaya belajar dalam bentuk chek-list

Angket gaya belajar ini terdiri dari 15 butir pernyataan. Dari 15

butir pernyataan tersebut, terdapat 5 butir pernyataan tentang aspek

visual, 5 butir pernyataan tentang aspek auditorial, dan 5 butir

pernyataan tentang aspek kinestetik. Dalam angket gaya belajar ini,

nomor 1 sampai dengan 5 adalah pernyataan untuk aspek visual,

nomor 6-10 adalah pernyataan untuk aspek auditorial, dan 11-15

adalah pernyataan aspek kinestetik. Kisi-kisi pernyataan dalam angket


(54)

Tabel 1. Kisi-kisi Angket gaya belajar siswa

Aspek Gaya Belajar Indikator No butir

Visual - Memahami sesuatu dengan

asosiasi visual

- 1, 2, 3, 4, 5 Auditorial - Belajar dengan cara mendengar

- Baik dalam aktivitas lisan

- 6, 7 - 8, 9,

10 Kinestetik - Belajar melalui aktivitas fisik

- Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

- Menyukai kegiatan coba-coba

- 12, 14 - 13, 15

- 11

Pilihan jawaban dalam angket gaya belajar siswa terdiri atas 4

alternatif yang berupa pernyataan positif dan masing-masing diberi

skor yaitu:

- Skor 4 untuk jawaban sangat setuju

- Skor 3 untuk jawaban setuju

- Skor 2 untuk jawaban tidak setuju

- Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

b. Angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda

Angket gaya belajar ini diadopsi dari skripsi yang berjudul Gaya

Belajar Siswa Kelas XB dan Gaya Mengajar Guru Matematika SMA

Sedes Sapientiae Bedono Ambarawa. Angket ini beberapa sudah

dimodifikasi sesuai dengan topik yang dibahas pada penelitian ini.

Angket gaya belajar ini terdiri dari 15 butir pernyataan. Setiap butir


(55)

terdiri dari aspek visual, aspek auditorial dan aspek kinestetik. Jumlah

skor maksimal yang dapat dimiliki oleh salah satu aspek gaya belajar

adalah 15 dan jumlah skor minimal yang dapat dimiliki oleh salah satu

aspek gaya belajar adalah 0.

2. Wawancara

Wawancara adalah semacam kuesioner lisan, suatu dialog yang

dilakukan peneliti dan narasumber untuk memperoleh informasi yang

diperlukan (Suparno, 2010: 62). Pada penelitian ini wawancara digunakan

pada tahap kedua dan ketiga, yaitu untuk memperoleh informasi yang

berkaitan dengan pola mengajar guru dan gaya belajar siswa dalam

pembelajaran IPA. Wawancara tahap kedua merupakan wawancara

dengan guru mata pelajaran IPA dan wawancara tahap ketiga merupakan

wawancara dengan 3 orang siswa. Untuk tahap ketiga ini wawancara

dilakukan pada siswa yang mempunyai kecenderungan belajar dengan

menggunakan salah satu aspek gaya belajar saja, sesuai dengan hasil

analisis data pada tahap pertama. Teknik wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara

dengan beberapa daftar pertanyaan lengkap ditambah dengan

pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya perlu untuk ditanyakan.

Berikut adalah daftar rencana pertanyaan yang akan ditanyakan

kepada subjek yang diwawancarai.


(56)

- Apa cara yang dipilih guru dalam menyampaikan sebuah materi? Bercerita atau menjelaskan, menampilkan gambar atau

grafik, menyuruh siswa melakukan praktikum atau melakukan

peragaan konsep IPA?

- Seberapa sering ketiga hal itu dilakukan?

- Perhatian guru terhadap tanggapan anak dengan cara mengajar guru tersebut?

- Untuk guru sendiri sebenarnya gaya belajarnya itu seperti apa?

b. Rencana pertanyaan wawancara siswa

- Bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran IPA?

- Bagaimana prestasi siswa dalam pelajaran IPA?

- Bagaimana cara siswa belajar?

- Bagaimana cara guru mengajar? Dengan memberikan gambar, ceramah, atau melakukan praktikum?

- Siswa bisa duduk berapa lama kalau sedang belajar IPA?

3. Observasi/Pengamatan

Menurut Suparno (2010: 63) pengamatan meliputi pemusatan

perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera

(penciuman, pendengaran, peraba, pengecap, rekaman gambar, rekaman

suara, dll). Pengamatan dalam penelitian ini meliputi pemusatan perhatian


(57)

yang dilakukan bertujuan untuk meneliti proses pembelajaran IPA di kelas

dan digunakan untuk melihat pola mengajar guru dalam pembelajaran

IPA.

F. Validitas Data

Validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh

mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas

menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat

peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai

dengan tujuan penelitian (Suparno, 2010: 67-68). Pada penelitian ini

instrumen penelitian (kuesioner/angket) diuji validitasnya di sekolah sebanyak

2 kali. Setelah itu, instrumen dibenahi kembali dengan bantuan dosen agar

kalimat yang ada dalam instrumen mudah dipahami oleh siswa hingga

kemudian sudah dinyatakan valid oleh dosen pembimbing.

G. Metode Analisis Data

1. Analisis data kuesioner/angket

a. Analisis data angket gaya belajar dalam bentuk check-list

Data yang diperoleh dari angket gaya belajar dalam bentuk

check-list akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik, yaitu

dengan menggunakan tehnik Uji F dependent. Uji F dependent ini

digunakan untuk mengetes beberapa variabel pada subjek yang sama


(58)

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Uji F

dependent tersebut, maka dapat diketahui tingkat signifikansi dari gaya

belajar visual, auditorial dan kinestetik. Kemudian dapat dilihat gaya

belajar mana yang mempunyai perbedaan yang paling dominan.

b. Analisis data angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda

Data yang diperoleh dari angket gaya belajar dalam bentuk pilihan

ganda akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan sederhana.

Analisis ini digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan yang

signifikan atau tidak dalam setiap aspek gaya belajar. Cara

menganalisisnya adalah dengan melihat kurva normal. Ketika nilai

maksimal masing-masing aspek adalah 15 dan nilai minimalnya adalah

0, maka dapat diketahui bahwa panjang kurva normal adalah 0 sampai

dengan 15.


(59)

Kemudian panjang kurva normal tersebut dibagi menjadi empat (4)

standar deviasi seperti pada gambar berikut:

Gambar 2. Kurva Normal dengan 4 Standar Deviasi

Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa nilai tengah dari kurva

tersebut adalah 7,5. Kemudian nilai tengah tersebut digunakan sebagai

acuan untuk melihat signifikansi setiap aspek gaya belajar, yaitu

dengan cara ketika salah satu aspek gaya belajar memiliki jumlah skor

7,5 dan perbedaan skor dengan aspek lainnya 3,75, maka aspek

tersebut mempunyai perbedaan yang signifikan dengan aspek lainnya.

Sedangkan jika jumlah skor salah satu aspek 7,5 dan perbedaan skor

dengan aspek lain 3,75, maka aspek tersebut tidak mempunyai

perbedaan yang signifikan dengan aspek yang lain. Nilai 3,75 diatas

merupakan nilai tengah dari 7,5.

2. Analisis hasil wawancara

Data yang diperoleh melalui wawancara adalah berupa rekaman


(60)

transkip data. Transkip data dilakukan pada hasil rekaman wawancara.

Transkip data dari rekaman wawancara nantinya akan diolah kembali.

3. Analisis pengamatan dengan video

Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

pengamatan dimana peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti.

Peneliti tidak secara aktif melibatkan diri dalam situasinya dan

sungguh-sungguh hanya menjadi pengamat yang mengumpulkan data.

Hasil dari pengamatan dengan video ini dianalisis dengan

menggunakan 2 tahap yaitu:

a. Membuat transkip data

Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis perlu

ditranskip ke dalam bentuk tulisan terlebih dahulu.

b. Kategorisasi coding

Setelah data-data di transkip, kemudian dibaca dengan teliti,

selanjutnya adalah memberi tanda (coding). Coding diwujudkan dalam

suatu kata yang menunjukkan isi dari bagian data tertentu. Data-data

yang sama coding-nya, disatukan, kemudian diberi nama dengan suatu

kategori yang menyatukan isinya. Setelah itu kategori yang dekat

disatukan dalam satu konsep yang sama. Konsep-konsep yang tersebut


(61)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di sekolah menengah pertama swasta di daerah

OKU Timur yaitu di SMP Charitas 02 Mojosari. Sekolah ini merupakan

sekolah heterogen yang jumlah seluruh siswanya adalah 137 siswa. Tetapi

dalam penelitian ini, sampel yang diambil oleh peneliti berjumlah 90 siswa

yang terdiri dari siswa kelas VII dan VIII.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan 4 tahap penelitian. Tahap

pertama adalah melakukan pengamatan di dalam kelas ketika proses

pembelajaran IPA berlangsung. Pada tahap pengamatan, peneliti melakukan

pengamatan di tiga kelas yaitu di kelas VIIA, VIIB dan VIIIA dimana guru

yang melakukan proses pembelajaran adalah satu orang guru yang sama.

Tahap pengamatan ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data

tentang gaya mengajar guru. Tahap kedua adalah membagikan angket kepada

siswa kelas VII dan VIII. Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk

memperoleh data tentang gaya belajar siswa. Tahap ketiga adalah melakukan

wawancara dengan guru mata pelajaran IPA. Pada tahap ini, data yang

diperoleh digunakan untuk mengkonfirmasi apakah gaya mengajar guru dari

hasil pengamatan sama dengan gaya mengajar guru dari hasil wawancara.


(62)

kelas VII. Pada tahap ini, data yang diperoleh digunakan untuk

mengkonfirmasi apakah gaya belajar siswa dari hasil angket sama dengan

gaya belajar siswa dari hasil wawancara.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 4, 10, dan 11 April 2013.

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mempunyai kesempatan untuk

mengamati proses pembelajaran IPA sebanyak 6 kali pertemuan. Sebenarnya

peneliti masuk ke kelas untuk proses pengamatan lebih dari 6 kali pertemuan,

tetapi karena banyak kendala yang dihadapi yang menyebabkan banyak data

menjadi tidak lengkap, maka peneliti hanya mengambil data selama 6 kali

pertemuan saja. Karena data selama 6 kali pertemuan tersebut merupakan

data yang paling lengkap daripada data lainnya.

Kendala yang dihadapi dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan

penelitian sendirian sehingga peneliti merasa agak kesulitan dalam memvideo

dan mengamati proses pembelajaran. Untuk mengatasinya, dalam proses

pengamatan peneliti membuat data dalam dua bentuk yaitu field note dan

video. Jadi saat melakukan pengamatan, dalam satu kelas peneliti hanya

membuat field note dan dalam satu kelas yang lain peneliti hanya memvideo

saja. Kendala lain yang dihadapi oleh peneliti adalah padatnya jadwal

pelajaran IPA dalam satu hari. Dalam satu hari terdapat minimal 4-5 jam

pelajaran IPA untuk kelas VII dan VIII. Hal ini dikarenakan guru yang

mengajar IPA, dalam 1 minggu hanya mengajar selama 3 hari dan guru

tersebut mengajar di kelas VII sampai dengan kelas IX. Selain itu karena


(63)

pembelajaran berlangsung kamera yang digunakan mati karena habis baterai.

Sehingga peneliti melanjutkan pengamatan dengan membuat field note. Dari

6 kali pertemuan, peneliti memiliki 3 field note dan 3 video pengamatan.

Setelah mempunyai data dalam bentuk field note dan video, kemudian

peneliti mentranskip kedua data tersebut. Field note ditulis ulang dan video

diputar berulang-ulang untuk dideskripsikan dan dibuat transkipnya. Berikut

ini adalah jadwal untuk memperoleh data hasil pengamatan proses

pembelajaran IPA dari enam kali pertemuan.

Tabel 2. Jadwal Penelitian untuk Proses Pengamatan

No Tanggal JP Materi Hasil Pengamatan

1. 4 April 2013 2 Pemuaian Field note

2. 4 April 2013 2 Pemuaian Field note

3. 4 April 2013 1 Pemuaian Field note

4. 10 April 2013 2 Ekosistem Video

5. 10 April 2013 2 Organisasi kehidupan Video + Field note

6. 11 April 2013 2 Pemuaian Video

Setelah memperoleh hasil pengamatan, peneliti melakukan wawancara

dengan guru. Wawancara guru dilakukan pada tanggal 11 April 2013. Selain

melakukan wawancara dengan guru, peneliti juga menyebar angket ke kelas

VII dan VIII untuk mengetahui gaya belajar siswa. Penyebaran angket

dilakukan pada tanggal 10-11 April 2013 di jam mata pelajaran lain selain

IPA. Setelah memperoleh data dari angket, kemudian peneliti memilih 3

orang siswa untuk diwawancarai tentang gaya belajarnya. Siswa yang

diwawancarai adalah siswa yang masuk dalam kelompok gaya belajar yang

signifikan. Sehingga sebelum melakukan wawancara dengan siswa, peneliti


(64)

yang masuk dalam kelompok gaya belajar yang signifikan. Wawancara

dengan siswa ini dilakukan pada tanggal 11 April 2013.

B. DATA DAN ANALISIS DATA 1. DATA

a. Data hasil kuesioner/angket: lampiran 4 dan lampiran 5

Data mentah hasil kuesioner kami buat pada tabel 10 dan tabel 11

(halaman 96 dan halaman 99 )

b. Data hasil wawancara: lampiran 6 dan lampiran 7

Data hasil wawancara siswa dan guru kami buat dalam bentuk transkip

(halaman 102 dan halaman 110 )

c. Data hasil pengamatan di kelas: lampiran 8

Data hasil pengamatan kami buat dalam bentuk transkip (halaman 113)

2. ANALISIS DATA a. Gaya Belajar Siswa

Gaya belajar siswa diketahui melalui hasil pengisian angket

check-list dan angket pilihan ganda serta wawancara. Maka dari itu, hasil

analisis akan dibahas masing-masing seperti berikut ini:

1) Analisis data angket gaya belajar

Dari hasil angket gaya belajar didapatkan hasil sebaran

responden yaitu sebanyak 90 siswa, yang berasal dari empat


(65)

dari kedua angket tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam

dua kelompok yaitu signifikan dan tidak signifikan. Dalam

penelitian ini, kelompok data signifikan adalah kelompok data

yang dapat dilihat perbedaannya secara signifikan, sedangkan

kelompok data yang tidak signifikan (TS) adalah kelompok data

yang tidak dapat dibedakan secara signifikan.

Angket gaya belajar dalam bentuk check-list

Setelah dilakukan penskoran pada hasil angket yang

telah diisi oleh siswa, kemudian dilakukan penjumlahan

skor untuk setiap aspeknya. Hasil penjumlahan skor ini

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Jumlah Skor Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Check-list SMP Charitas 02 Mojosari

No Kelas Jumlah Skor

Visual Auditorial Kinestetik 1

VIIA

12 13 12

2 12 12 16

3 14 12 12

4 15 13 14

5 11 12 12

6 16 15 14

7 13 12 14

8 14 11 19

9 11 14 12

10 14 12 14

11 15 11 17

12 12 15 13

13 14 13 13


(66)

15 14 14 15

16 12 17 11

17 13 15 19

18 14 13 13

19 10 12 11

20 12 9 14

21 14 13 15

22 13 15 13

23 11 13 11

24 15 16 17

25

VIIB

15 14 18

26 13 12 15

27 15 13 14

28 12 13 16

29 10 15 14

30 13 15 14

31 14 17 15

32 13 17 16

33 13 15 15

34 13 14 14

35 14 16 15

36 17 17 15

37 13 15 12

38 12 12 14

39 13 14 13

40 13 14 16

41 11 18 13

42 17 17 16

43 12 13 19

44 16 14 13

45 13 13 19

46 13 17 13

47 14 14 12

48 14 14 17

49

VIIIA 10 15 13


(67)

51 14 18 14

52 15 14 10

53 13 16 12

54 14 14 13

55 12 13 11

56 14 15 11

57 14 16 14

58 14 15 12

59 12 14 13

60 11 16 12

61 17 13 7

62 12 15 13

63 15 14 12

64 12 15 11

65 15 15 15

66 12 14 12

67 14 13 13

68 12 13 13

69 9 15 17

70 12 18 11

71

VIIIB

10 14 13

72 11 15 11

73 13 12 16

74 13 14 13

75 15 12 9

76 11 17 11

77 10 14 11

78 12 14 13

79 12 18 13

80 14 16 14

81 14 14 11

82 14 14 15

83 16 15 11

84 11 18 11

85 14 16 14


(68)

87 13 17 13

88 15 12 10

89 14 16 15

90 13 12 15

Dari tabel diatas, kemudian dilakukan uji F dependent

untuk mengetahui signifikansi dari aspek gaya belajar

visual, auditorial dan kinestetik. Berikut ini adalah hasil

analisis data angket gaya belajar dalam bentuk check-list

melalui uji F dependent.

Tabel 4. Descriptives Statistics Angket Check-List Melalui Uji F Dependent

Tabel 5. Hasil Signifikansi Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Check-list

Descriptive Statistics

N Mean

Std.

Deviation Minimum Maximum

Visual 90 13.13 1.664 9 17

Auditorial 90 14.32 1.853 9 18

Kinestetik 90 13.53 2.299 7 19

Test Statisticsa

N 90

Chi-square 16.994

Df 2

Asymp. Sig. .000

Monte Carlo Sig. Sig. .000

95% Confidence Interval Lower Bound .000 Upper Bound .033 a. Friedman Test


(69)

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa aspek gaya belajar

visual, auditorial dan kinestetik mempunyai perbedaan

secara signifikan. Kemudian dari tabel 4, dapat dilihat

bahwa aspek gaya belajar yang paling dominan adalah

aspek gaya belajar auditorial. Hal ini dapat dilihat dari

perbandingan hasil rata-rata jumlah skor masing-masing

aspek gaya belajar.

Angket gaya belajar dalam bentuk pilihan ganda

Setelah memperoleh data, maka skor masing-masing

aspek dijumlahkan. Jumlah skor yang dimiliki oleh

masing-masing aspek kemudian dibandingkan dan di analisis.

Kemudian dilihat apakah jumlah skor masing-masing aspek

tersebut memiliki perbedaan secara signifikan atau tidak.

Berikut ini adalah hasil analisis data angket gaya belajar

dalam bentuk pilihan ganda.

Tabel 6. Hasil Analisis Angket Gaya Belajar dalam Bentuk Pilihan Ganda SMP Charitas 02 Mojosari

No Kelas Jumlah Skor Signifikan/Tidak signifikan V A K

1

VIIA

4 7 4 Tidak Signifikan

2 9 4 2 Signifikan

3 7 4 4 Tidak Signifikan

4 4 7 4 Tidak Signifikan

5 7 5 3 Tidak Signifikan

6 10 4 1 Signifikan

7 6 7 2 Tidak Signifikan


(70)

9 9 5 1 Signifikan

10 9 2 4 Signifikan

11 12 3 0 Signifikan

12 5 4 6 Tidak Signifikan

13 7 3 5 Tidak Signifikan

14 7 3 5 Tidak Signifikan

15 3 5 7 Tidak Signifikan

16 6 5 4 Tidak Signifikan

17 8 3 4 Signifikan

18 4 6 5 Tidak Signifikan

19 5 6 4 Tidak Signifikan

20 7 6 2 Tidak Signifikan

21 8 3 4 Signifikan

22 6 6 3 Tidak Signifikan

23 9 4 2 Signifikan

24 10 4 1 Signifikan

25

VIIB

6 5 4 Tidak Signifikan

26 10 2 3 Signifikan

27 9 5 1 Signifikan

28 5 5 5 Tidak Signifikan

29 8 4 3 Signifikan

30 8 7 0 Tidak Signifikan

31 6 4 5 Tidak Signifikan

32 6 5 4 Tidak Signifikan

33 8 3 4 Signifikan

34 5 3 7 Tidak Signifikan

35 8 3 4 Signifikan

36 8 5 2 Tidak Signifikan

37 8 2 5 Tidak Signifikan

38 9 5 1 Signifikan

39 9 4 2 Signifikan

40 8 5 2 Tidak Signifikan

41 8 7 0 Tidak Signifikan

42 5 5 5 Tidak Signifikan

43 8 4 3 Signifikan

44 4 3 8 Signifikan


(71)

46 6 5 4 Tidak Signifikan

47 9 3 3 Signifikan

48 5 4 6 Tidak Signifikan

49

VIIIA

6 5 4 Tidak Signifikan

50 8 2 5 Tidak Signifikan

51 7 0 8 Tidak Signifikan

52 7 6 2 Tidak Signifikan

53 7 4 4 Tidak Signifikan

54 8 4 3 Signifikan

55 9 5 1 Signifikan

56 8 3 4 Signifikan

57 11 2 2 Signifikan

58 9 4 2 Signifikan

59 4 7 4 Tidak Signifikan

60 8 3 4 Signifikan

61 10 2 3 Signifikan

62 10 2 3 Signifikan

63 9 4 2 Signifikan

64 10 3 2 Signifikan

65 7 6 2 Tidak Signifikan

66 9 1 5 Signifikan

67 8 3 4 Signifikan

68 8 6 1 Tidak Signifikan

69 9 3 3 Signifikan

70 4 9 2 Signifikan

71

VIIIB

9 5 1 Signifikan

72 10 4 1 Signifikan

73 8 3 4 Signifikan

74 11 2 2 Signifikan

75 6 6 3 Tidak Signifikan

76 8 3 4 Signifikan

77 10 5 0 Signifikan

78 10 3 2 Signifikan

79 9 4 2 Signifikan

80 7 4 4 Tidak Signifikan

81 7 4 4 Tidak Signifikan


(72)

83 9 4 2 Signifikan

84 13 1 1 Signifikan

85 7 5 3 Tidak Signifikan

86 3 6 6 Tidak Signifikan

87 8 6 1 Tidak Signifikan

88 9 4 2 Signifikan

89 12 2 1 Signifikan

90 8 4 3 Signifikan

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa data yang masuk

dalam kelompok data signifikan sebanyak 48 data,

sedangkan data yang masuk ke dalam kelompok data tidak

signifikan sebanyak 42 data. Data yang masuk dalam

kelompok data signifikan kemudian dibagi lagi untuk

mengetahui apakah gaya siswa memiliki aspek gaya belajar

visual, auditorial, atau kinestetik. Cara menentukan aspek

gaya belajar yang dimiliki oleh siswa tersebut adalah

dengan melihat jumlah skor tertinggi dari masing-masing

aspek. Sedangkan untuk data yang masuk ke dalam

kelompok data yang tidak signifikan, merupakan data yang

tidak bisa dibedakan. Sehingga keseluruhan aspeknya

dibedakan menjadi empat, yaitu visual, auditorial, kinestetik

dan tidak bisa dibedakan. Hasil tersebut disajikan dalam


(73)

Tabel 7. Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda

No Aspek Gaya Belajar

1 Tidak Bisa Dibedakan

2 Visual

3 Tidak Bisa Dibedakan 4 Tidak Bisa Dibedakan 5 Tidak Bisa Dibedakan

6 Visual

7 Tidak Bisa Dibedakan

8 Visual

9 Visual

10 Visual 11 Visual

12 Tidak Bisa Dibedakan 13 Tidak Bisa Dibedakan 14 Tidak Bisa Dibedakan 15 Tidak Bisa Dibedakan 16 Tidak Bisa Dibedakan 17 Visual

18 Tidak Bisa Dibedakan 19 Tidak Bisa Dibedakan 20 Tidak Bisa Dibedakan 21 Visual

22 Tidak Bisa Dibedakan 23 Visual

24 Visual

25 Tidak Bisa Dibedakan 26 Visual

27 Visual

28 Tidak Bisa Dibedakan 29 Visual

30 Tidak Bisa Dibedakan 31 Tidak Bisa Dibedakan 32 Tidak Bisa Dibedakan 33 Visual

34 Tidak Bisa Dibedakan 35 Visual


(74)

36 Tidak Bisa Dibedakan 37 Tidak Bisa Dibedakan 38 Visual

39 Visual

40 Tidak Bisa Dibedakan 41 Tidak Bisa Dibedakan 42 Tidak Bisa Dibedakan 43 Visual

44 Kinestetik

45 Tidak Bisa Dibedakan 46 Tidak Bisa Dibedakan 47 Visual

48 Tidak Bisa Dibedakan 49 Tidak Bisa Dibedakan 50 Tidak Bisa Dibedakan 51 Tidak Bisa Dibedakan 52 Tidak Bisa Dibedakan 53 Tidak Bisa Dibedakan 54 Visual

55 Visual 56 Visual 57 Visual 58 Visual

59 Tidak Bisa Dibedakan 60 Visual

61 Visual 62 Visual 63 Visual 64 Visual

65 Tidak Bisa Dibedakan 66 Visual

67 Visual

68 Tidak Bisa Dibedakan 69 Visual

70 Auditorial 71 Visual 72 Visual 73 Visual 74 Visual


(75)

Hasil pengelompokkan aspek gaya belajar diatas

kemudian dirangkum dalam sebuah tabel dengan hasil

sebagai berikut:

Tabel 8. Rangkuman Pengelompokkan Aspek Gaya Belajar pada Angket Pilihan Ganda

No Aspek Gaya Belajar Jumlah siswa

1. Visual 46

2. Auditorial 1

3. Kinestetik 1

4. Tidak Bisa Dibedakan 42 75 Tidak Bisa Dibedakan 76 Visual

77 Visual 78 Visual 79 Visual

80 Tidak Bisa Dibedakan 81 Tidak Bisa Dibedakan 82 Visual

83 Visual 84 Visual

85 Tidak Bisa Dibedakan 86 Tidak Bisa Dibedakan 87 Tidak Bisa Dibedakan 88 Visual

89 Visual 90 Visual


(1)

123

Lampiran 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

124

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

125

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

viii

ABSTRAK

GAYA BELAJAR SISWA-SISWI KELAS VII DAN VIII SERTA GAYA MENGAJAR GURU DIKELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

IPA DI SMP CHARITAS 02 MOJOSARI KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN

Benidicta Retvina Prasetianti Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Charitas 02 Mojosari pada bulan April 2013. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VII dan VIII SMP Charitas 02 Mojosari sejumlah 90 orang.

Penelitian ini menggunakan instrumen berikut: (1) angket dan wawancara untuk meneliti gaya belajar siswa; dan (2) pengamatan dan wawancara untuk meneliti gaya mengajar guru dalam pembelajaran IPA. Data dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya belajar siswa yang ditemukan adalah dominan pada gaya belajar visual untuk pembelajaran secara umum dan dominan pada aspek gaya belajar auditorial untuk pembelajaran IPA. Selain itu, gaya mengajar guru yang ditemukan adalah memberikan materi dengan cara menjelaskan dimana metode mengajarnya adalah ceramah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix

ABSTRACT

STUDENTS’ LEARNING STYLES OF CLASS VII AND VIII AND TEACHING STYLE OF TEACHER IN THAT CLASS IN LEARNING OF

SCIENCE OF THE MOJOSARI CHARITY YUNIOR HIGH SCHOOL 02 REGENCY OF EAST OKU IN SOUTH SUMATRA

Benidicta Retvina Prasetianti Sanata Dharma University

2013

This research was aimed to understand students' learning styles and teaching styles of teacher in learning of science.

This research was done in Mojosari Charity Yunior High School 02 on April 2013. The subjects of this study were students of class VII and VIII Mojosari Charity Yunior High School 02 some 90 people.

The instruments used in this research were: (1) questionnaires and interviews for collecting data on students' learning styles, and (2) observation and interviews for collecting data on teaching style of teachers in learning of science. The data was analyzed qualitatively and quantitatively.

The result of the study shows that students’ learning styles were found is dominant aspect of visual to learning of general and dominant aspect of auditory to learning of science. In addition, teaching style of teacher were found is to provide materials in a way to explain where the method of teaching is lecture.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI