Gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah.

(1)

GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA

GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA BAKTI KARYA

KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Agnes Ika Kurniawati NIM : 091424057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA

GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA BAKTI KARYA

KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Agnes Ika Kurniawati NIM : 091424057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO

“Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik”

( Evelyn Underhill)

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiapkali kita jatuh”

( Confusius)

Kupersembahkan karya ini untuk yang tercinta

Ayahandaku dan Alm. Ibundaku

Adikku


(6)

(7)

(8)

vii

ABSTRAK

GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

FISIKA DI SMA BHAKTI KARYA KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH

Agnes Ika Kurniawati Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apa gaya belajar siswa; (2) apa gaya mengajar guru dalam pembelajaran fisika.

Penelitian ini dilakukan di SMA Bhakti Karya Temanggung dengan mengambil sampel pada kelas XA, XB, dan XI IPA dengan jumlah total 72 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-12 April 2013. Pengumpulan data untuk mengetahui gaya belajar siswa dilakukan melalui kuisioner dan wawancara kepada siswa dan guru, sedangkan pengumpulan data untuk gaya mengajar guru dilakukan melalui pengamatan serta wawancara terhadap siswa dan guru. Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk data yang didapatkan dari pengisian kuisioner dan menggunakan analisis deskriptif pada video dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 siswa, sebanyak 41 siswa memiliki gaya belajar visual, dan 31 siswa memiliki gaya belajar yang tidak dapat dibedakan. Hasil ini menunjukkan bahwa gaya belajar siswa yang paling dominan adalah gaya belajar visual. Gaya mengajar yang diterapkan guru didalam pembelajaran fisika adalah gaya mengajar auditorial. Sehingga dapat dilihat bahwa gaya mengajar yang diterapkan guru tidak sesuai dengan gaya belajar visual yang dimiliki oleh kebanyakan siswa.


(9)

viii

ABSTRACT

LEARNING STYLE OF STUDENTS CLASS X AND XI IPA AND TEACHING STYLE OF TEACHER IN THAT CLASS IN LEARNING OF

PHYSICS IN BHAKTI KARYA KALORAN HIGH SCHOOL TEMANGGUNG, CENTRAL JAVA

Agnes Ika Kurniawati Sanata Dharma University

2013

This research aimed to find out: (1) what students learning styles; (2) what the teacher teaching style in learning physics.

This research was conducted in Bhakti Karya Temanggung High School with take sampel on class XA, XB, and XI IPA with a total of 72 students. The research was conducted on April, 2-12, 2013. Collecting data to find out the students learning style was conducted trough quisioner and interviews with students and teacher, while the collection of data for teacher teaching style is done through observation and interviews with student and teacher. Data analysis method in this research using descriptif statistics for data obtained from quisioner, and using deskriptif analysis on video and interviews.

The result showed that from 72 students, 41 students have a visual learning style, and 31 have a learning style that cannot be distinguished. This result indicates that learning style students dominant is visual learning style. And the teaching style that are applied the teacher in the learning physics is auditorial theaching style. So it can be seen that the teacher teaching style that is applied does not appropriate with the visual learning style owned by most students.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas karunia, bimbingan dan

penyertaanNya dari awal hingga akhir penyusunan skripsi yang berjudul “Gaya

Belajar Siswa Kelas X dan XI IPA serta Gaya Mengajar Guru di Kelas Tersebut Dalam Pembelajaran Fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten

Temanggung Jawa Tengah”

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari kerjasama, bantuan, gagasa, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih pada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dengan kesabaran dan pengetahuan kepada peneliti selama penyusunan skripsi.

2. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada peneliti selama menempuh studi di Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs.Kabul Waluyo, selaku kepala sekolah SMA Bhakti Karya Kabupaten Temanggung yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

4. Ibu Katri, S.Pd, selaku guru fisika SMA Bhakti Karya Kabupaten Temanggung yang telah memberikan waktu dan membantu terlaksananya penelitian.

5. Siswa-siswa SMA Bhakti Karya Temanggung yang telah bersedia menyempatkan waku untuk membantu terlaksananya penelitian ini

6. Sekretariat JPMIPA FKIP atas bantuan administrasi

7. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan fasilitas dalam mendukung terselesaikannya penulisan dan penyusunan skripsi ini.


(11)

x

8. Bapak Suyatno tercinta yang selalu mendukung dengan doa, semangat, nasihat dan kasih sayang yang tidak pernah berkurang

9. Adikku Nadia atas segala dukungan dan doa yang diberikan

10. Rekanku seperjuangan Margareta Pamela dan Benedicta Retvina atas kerja sama, semangat, dan dukungan yang diberikan dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini

11. Sahabatku dan temanku yang spesial, Evi Mardiana dan Yohanes Egidius, atas segala dukungan, semangat, dan waktu kebersamaan yang selalu diberikan

12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuan doa dan dukungannya

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak lepas dari keterbatasan, untuk itu penulis sangat menharapkan kritik dan saran yang dapat membantu sertamenyempurnakan tulisan ini.

Penulis


(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan masalah... 2

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat penelitian... 3

E. Batasan Pengertian ... 4


(13)

xii

BAB 2. LANDASAN TEORI... 6

A. Definisi belajar ... 6

B. Gaya belajar ... 10

1. Pengertian gaya belajar ... 10

2. Klasifikasi gaya belajar ... 11

3. Manfaat pemahaman gaya belajar... 23

C. Gaya mengajar guru ... 24

1. Pengertian Mengajar ... 24

2. Gaya Mengajar ... 27

D. Fisika atau sains ... 28

E. Gaya belajar fisika atau IPA ... 30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A. Jenis penelitian ... 31

B. Partisipan penelitian ... 31

C. Waktu dan tempat penelitian... 32

D. Metode penelitian... 32

1. Pemberian Kuisioner ... 32

2. Observasi... 32

3. Wawancara... 33

E. Instrument penelitian... 33

1. Kuisioner ... 33

2. Wawancara... 35


(14)

xiii

F. Validitas ... 36

G. Metode analisis data ... 37

1. Gaya belajar siswa... 37

a. Kuisioner chek list... 37

b. Kuisioner pilihan ganda ... 38

c. Wawancara... 40

2. Gaya Mengajar Guru Fisika ... 40

a. Video ... 40

b. Wawancara... 41

BAB IV. DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN... 42

A. Deskripsi penelitian... 42

B. Data ... 44

C. Analisa data... 45

1. Gaya belajar siswa di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 45

a. Kuisioner chek list... 46

b. Kuisioner pilihan ganda ... 48

c. Wawancara... 53

1. Wawancara Siswa ... 53

2. Wawancara Guru... 58

2. Gaya mengajar guru fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 60

a. Melalui Video... 60

b. Melalui Wawancara ... 68


(15)

xiv

1. Gaya belajar siswa SMA Bhakti Karya Kaloran ... 70

2. Gaya mengajar guru fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran ... 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran... 81

C. Keterbatasan Penelitian ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar aspek kuisioner gaya belajar siswa ... 34

Tabel 2. Rancangan pertanyaan wawancara kepada guru... 35

Tabel 3. Rancangan pertanyaan wawancara kepada siswa ... 36

Tabel 4. Skor KuisionerChek List ... 37

Tabel 5. Pelaksanaan Observasi Penelitian ... 43

Tabel 6. Jumlah Skor KuisionerCheck List... 46

Tabel 7. Deskriptif Analisis KuesionerChek Listdengan Program SPSS .. 48

Tabel 8. Tabel Ranks... 48

Tabel 9. Tabel Test Statistik... 48

Tabel 10. Hasil Analisis Kuesioner Pilihan Ganda ... 49

Tabel 11. Gaya Belajar Siswa dari Kuesioner Pilihan Ganda... 49

Tabel 12. Rangkuman Data Gaya Belajar Siswa ... 51


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Normal... 39

Gambar 2. Aktivitas Guru Menjelaskan... 77

Gambar 3. Aktivitas Guru Menulis dan Menggambar... 78


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 85

Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian ... 86

Lampiran 3 Kuisioner Gaya Belajar ... 87

Lampiran 4 Data KuisionerChek List... 91

Lampiran 5 Data Kuisioner Pilihan Ganda ... 93

Lampiran 6.a Transkrip Wawancara Siswa 1 ... 97

Lampiran 6.b Transkrip Wawancara Siswa 2 ... 99

Lampiran 6.c Transkrip Wawancara Siswa 3 ... 100

Lampiran 6.d Transkrip Wawancara Siswa 4 ... 102

Lampiran 6.e Transkrip Wawancara Siswa 5 ... 103

Lampiran 6.f Transkrip Wawancara Siswa 6 ... 105

Lampiran 6.f Transkrip Wawancara Siswa 6 ... 107

Lampiran 6.h Transkrip Wawancara Siswa 8 ... 109

Lampiran 6.i Transkrip Wawancara Siswa 9 ... 111

Lampiran 6.j Transkrip Wawancara Siswa 10 ... 113

Lampiran 7.a Transkrip Wawancara Guru yang Pertama ... 114

Lampiran 7.b Transkrip Wawancara Guru yang Kedua ... 117

Lampiran 7.c Transkrip Wawancara Guru yang Ketiga ... 119

Lampiran 8.a Transkrip Tulisan Video Pertemuan Pertama ... 122

Lampiran 8.b Transkrip Tulisan Video Pertemuan Kedua ... 124


(19)

xviii

Lampiran 8.d Transkrip Tulisan Video Pertemuan Keempat ... 127 Lampiran 8.e Transkrip Tulisan Video Pertemuan Kelima ... 129 Lampiran 9 Sampel Kuesioner yang sudah diisi siswa ... 131


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Proses ini selalu terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Belajar dilakukan oleh semua orang, terutama siswa sebagai peserta didik di dalam lingkungan pendidikan. Berdasarkan pengalaman peneliti ketika melakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dapat dilihat bahwa sedikit siswa yang senang belajar. Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa itu mengalami kesulitan belajar, memiliki ingatan yang buruk, bermasalah dengan konsentrasi sehingga penyerapan informasi menjadi tidak maksimal. Hal tersebut mungkin ada kaitannya dengan gaya belajar yang diterapkan oleh siswa. Gaya belajar itu perlu diketahui karena kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran berbeda-beda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Sebagian siswa lebih suka belajar dengan cara membaca kemudian memahaminya, sebagian siswa lain lebih suka belajar dengan cara mendengarkan untuk bisa memahaminya, dan ada juga siswa yang lebih suka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pelajaran. Apapun cara yang ditempuh siswa, perbedaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaik untuk bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya.


(21)

Informasi yang diterima siswa tersebut, banyak diperoleh dari pendidik (guru). Informasi tersebut dapat diterima dengan baik, apabila guru menyampaikan informasi sesuai dengan gaya belajar siswa. Guru yang memahami perbedaan gaya belajar masing-masing siswanya di dalam satu kelas, akan menggunakan metode yang bervariasi agar semua siswa dapat menyerap informasi dengan maksimal. Namun yang ada di dalam proses pendidikan kita adalah sebuah kenyataan bahwa kebanyakan guru menyampaikan informasi dengan cara mereka sendiri tanpa peduli dengan gaya belajar siswanya. Cara mengajar seperti ini juga sering dijumpai siswa, pada guru mata pelajaran fisika. Hal ini semakin mempersulit mereka dalam belajar fisika, yang menurut mereka materinya saja sudah sulit untuk dipelajari.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian, dengan judul“Gaya Belajar Siswa Kelas X dan XI IPA serta Gaya Mengajar Guru Di Kelas Tersebut Dalam

Pembelajaran Fisika di SMA Bakti Karya Kaloran Kabupaten

Temanggung Jawa Tengah”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA di SMA Bakti Karya Kaloran Temanggung di dalam pembelajaran fisika?

2. Apa gaya mengajar guru fisika di SMA Bakti Karya Kaloran Temanggung?


(22)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA di SMA Bakti Karya Kaloran Temanggung di dalam pembelajaran fisika.

2. Mengetahui gaya mengajar guru fisika di SMA Bakti Karya Kaloran Temanggung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi siswa

Dapat memberikan pengetahuan bagi siswa untuk mengenali gaya belajarnya sendiri, sehingga dalam belajar fisika siswa tidak merasa terbebani.

2. Bagi Sekolah

Dapat menjadi upaya bagi sekolah untuk meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran fisika.

3. Bagi Peneliti

Mempunyai pengalaman melakukan penelitian dan dapat mengembangkan lebih lanjut untuk penelitian lainnya demi kemajuan pendidikan terkhusus dalam pembelajaran fisika dan dapat menambah wawasan dalam upaya memberikan pengetahuan mengenai gaya belajar kepada siswa.

4. Bagi Guru

Mendapat gambaran mengenai gaya belajar siswanya dan dapat mengembangkan metode mengajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa.


(23)

E. Batasan Pengertian

1. Gaya Belajar

Gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat (Gunawan, 2007: 142).

3. Gaya Belajar Auditorial

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara mendengar (Gunawan, 2007: 142).

4. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik (Gunawan, 2007: 142).

5. Gaya Mengajar

Gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang menggambarkan perilaku guru dalam proses pengajaran dengan mengacu pada cara,


(24)

metode, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi serta alokasi waktu dalam proses pembelajaran.

F. Deskripsi Penelitian

Penelitian mengenai gaya belajar merupakan penelitian baru dalam studi skripsi. Banyak hal yang bisa diteliti dari gaya belajar siswa, dan peneliti mengambil cakupan gaya belajar siswa pada situasi yang berbeda, dan pada jenjang yang berbeda. Hal ini membuat penelitian tidak dapat dikerjakan sendiri, sehingga penelitian ini dilakukan secara bersama-sama dengan anggota tim sebanyak tiga orang. Penelitian yang dilakukan pada jenjang SMA di Kabupaten Temanggung ini merupakan bagian kecil dari penelitian bersama. Penelitian yang lain dilakukan oleh Benidicta Retvina P pada jenjang SMP yang dilakukan di SMP Charitas 02 Kabupaten Oku Timur Palembang, dan dilakukan oleh Margareta Pamela pada jenjang SD di SDS Subsidi Pusat Damai Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat.

Karena penelitian ini merupakan penelitian bersama, maka teori mengenai gaya belajar yang dipakai juga memiliki sedikit kesamaan, namun dengan rumusan kalimat yang berbeda-beda pada masing-masing peneliti. Apabila terdapat teori dengan rumusan kalimat yang sama, itu merupakan hasil diskusi dan persetujuan, bukanlah hasil dari saling menjiplak. Karena penelitian ini merupakan penelitian bersama, maka hasil analisis data dan pembahasan juga akan merujuk data yang diperoleh dari anggota tim yang lain.


(25)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Belajar

Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Driyarkara (1980: 128), pendidikan sebagai suatu bentuk hidup bersama, pemasukkan manusia muda ke dalam alam nilai-nilai dan kesatuan antar pribadi yang mempribadikan.

Sedangkan pendidikan menurut Poerwadarminta (Anas: 2011) adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, dan membimbing seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik.

Dari pengertian-pengertian pendidikan diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar seorang manusia memiliki nilai-nilai kehidupan sehingga mereka mampu mencapai kualitas diri yang lebih baik.

Di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran yang terdiri dari belajar dan mengajar. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan


(26)

merupakan unsur yang sangat mendasar dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan, karena belajar adalah kunci utama dalam setiap usaha pendidikan (Muhibbin, 2008: 59).

Dalam mengkaji hakikat belajar, Muhibbin (1995: 90) mengulas pendapat Hintzman yang mengatakan bahwa “Learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior”. Artinya belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Muhibbin (1995: 90) juga mengulas pendapat dari Wittig untuk mengkaji hakikat belajar yang didefinisikan sebagai “any relatively permanent change in an organism’s behavioral rappertoire that occrus as a result of experience.” Artinya belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/ keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

Menurut Muhibbin (1995: 92), dari beberapa definisi diatas, maka belajar secara umum dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Selain itu menurut Linda-Darling Hammond, dkk (2001:11) belajar adalah sebuah proses menggambarkan hubungan antara apa yang diketahui atau dimengerti dan informasi baru.


(27)

Kokom (2010: 2) mengulas pendapat Gagne yang mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis performance (kinerja).

Van dan Hammer (2010) mengulas pendapat Saljo belajar juga dapat dilihat dari sudut pandang siswa dan menyimpulkan lima konsep belajar, yaitu :

1. Belajar sebagai peningkatan pengetahuan

Belajar sebagai peningkatan pengetahuan artinya belajar adalah mendapatkan hal-hal baru yang tidak diketahui sebelumnya. Sehingga semakin lama kita belajar maka pengetahuan kita semakin bertambah. 2. Belajar adalah mengingat

Belajar adalah mengingat artinya belajar sama dengan menghafal dan kemampuan untuk mereproduksi apa yang dihafal. Dalam hal ini apa yang dihafal adalah produknya sementara menghafal adalah bentuk prosesnya.

3. Belajar sebagai kemahiran memperoleh fakta, prosedur dan lain-lain yang dapat dimanfaatkan di masa depan

Belajar dalam hal ini artinya memilih dan menghafal fakta-fakta, prosedur, gagasan dan sebagainya kemudian mencerminkan lebih lanjut atas apa yang dipelajari untuk memutuskan kegunaannya di masa depan. Sehingga dalam belajar hal yang dilakukan tidak hanya menghafal tetapi


(28)

juga berlatih sampai sempurna tanpa mengubah pengetahuan atau prosedur.

4. Belajar sebagai pemisahan makna

Belajar sebagai pemisahan makna artinya belajar adalah suatu proses pemahaman yang dicapai melalui ide-ide yang berkaitan dalam subyek, menemukan hal-hal apapun, melihat materi pelajaran lebih mendalam, mengumpulkan berbagai sudut pandang pada materi yang dipelajari dan mendapatkan gambaran besar. Jadi belajar adalah berpikir lebih jelas, melihat sesuatu yang baru dengan cara yang jauh lebih logis, dan melihat langkah-langkah untuk sampai pada kesimpulan.

5. Belajar sebagai proses menafsirkan yang bertujuan pada pemahaman realita

Dalam hal ini belajar adalah mengubah cara melihat sesuatu dengan mengubah perspektif untuk menuju ke pemahaman yang lebih baik.

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan sikap, minat, atau nilai dan kemampuan dengan cara menambah ilmu pengetahuan melalui mengingat dan memahaminya, sehingga cara berpikir menjadi lebih logis dan dapat menafsirkan ilmu pengetahuan itu dalam proses menuju ke pemahaman yang lebih baik untuk kemudian mempraktekkannya sampai sempurna.


(29)

B. Gaya Belajar

Untuk memahami apa itu gaya belajar, maka pada bagian ini penulis akan mengulas tentang pengertian gaya belajar, klasifikasi gaya belajar, ciri-ciri dari masing-masing tipe gaya belajar dan manfaat pemahaman gaya belajar bagi guru dan siswa.

1. Pengertian Gaya Belajar

Semua orang dalam segala usia dapat benar-benar mempelajari apapun apabila dibiarkan melakukannya dengan gaya unik yang sesuai dengan kekuatan pribadi mereka sendiri (Barbara, 2007: 29). Gaya unik yang sesuai dengan kekuatan pribadi mereka adalah gaya belajar yang mereka terapkan, yang akan membuat mereka merasa terbantu dalam menyerap dan mengolah infomasi sehingga belajar dan berkomunikasi akan lebih mudah.

Menurut Rita dan Dunn (Barbara: 2007) mendefinisikan bahwa gaya belajar adalah cara manusia memulai berkonsentrasi, menyerap, memproses, dan menampung informasi yang baru dan sulit.

Sementara itu, menurut Winkel (2004: 164), gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa.

Menurut Nasution (1984: 93) gaya belajar merupakan cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.


(30)

Menurut DePorter dan Hernacki (2006: 110-112), gaya belajar merupakan suatu kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara belajar yang sering digunakan oleh siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, dan cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada tujuh pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasinya masing-masing. Gunawan (2007: 139-140) merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi; menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru. Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan McCharty.

b. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis, Grey-Wheelright, Holland dan Geering.


(31)

c. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder dan Messick.

d. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.

e. Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.

f. Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy. g. Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif

dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Hermann.

Menurut Gunawan (2007: 142) ada tiga pendekatan gaya belajar yang populer yaitu pendekatan berdasarkan preferensi sensori, preferensi kognitif, dan profil kecerdasan. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori (ketergantungan terhadap indera tertentu) yang meliputi visual (penglihatan), auditory (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan gerakan). Ini yang kita kenal dengan nama gaya belajar V-A-K. Pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi kognitif


(32)

dikembangkan oleh Anthony Gregorc yang membagi gaya belajar menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori, yaitu: gaya belajar konkret-sekuensial, gaya belajar abstrak-sekuensial, gaya belajar konkret acak, dan gaya belajar abstrak acak. Gaya belajar konkret-sekuensial adalah gaya belajar yang membuat siswa menjadi terorganisir, dapat diandalkan, dan pekerja keras. Gaya belajar abstrak-sekuensial adalah gaya belajar yang membuat siswa menjadi berpikir logis dan disengaja. Gaya belajar konkret acak adalah gaya belajar yang membuat siswa menjadi kreatif, petualang, dan tentu ingin tahu tentang dunia di sekitar mereka. Gaya belajar abstrak acak adalah gaya belajar yang membuat siswa menjadi imajinatif dan idealis.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan profil kecerdasan dikembangkan oleh Howard Gardner. Gardner awalnya mengusulkan tujuh jenis kecerdasan yaitu linguistik, logika-matematika, interpersonal, intrapersonal, musical, visual-spasial, dan kinestetik. Namun sesuai perkembangan penelitian yang dilakukannya, Gardner lalu memasukkan kecerdasan kedelapan yaitu kecerdasan naturalis. Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan logik matematik ialah kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat).


(33)

Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre dari musik yang didengar. Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri. Dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Mampu memotivasi dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Kecerdasan kinestetik ialah kemampuan dalam menggunakan tubuh kita secara terampil untuk mengungkapkan ide, pemikiran dan perasaan. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam maupun lingkungan.

Sedangkan menurut Suyono dan Haryanto (2011: 148-160) ada beberapa gaya belajar. Gaya belajar tersebut meliputi:

a. Gaya belajar VAK

Gaya belajar ini ada tiga macam yaitu visual atau belajar dengan cara melihat, auditorial atau belajar dengan cara mendengar dan kinestetik atau belajar melalui gerakan-gerakan fisik.

b. The Myers-Briggs Type Indicator (TMBTI)

Gaya belajar ini sesuai dengan tipe kepribadian seseorang yang meliputi ekstrovert (berfokus pada dunia luar diri seseorang),


(34)

pengindera (berfokus pada fakta dan prosedur), pemikir, dan pembuat pertimbangan.

c. Gaya belajar menurut Kolb

Gaya belajar David Kolb berlandaskan teori belajar pengalaman. Dan menggunakan empat pendekatan yaitu pengalaman konkret, konseptualisasi abstrak, pengalaman reflektif dan pengalaman aktif. Melalui pengalaman konkret artinya siswa belajar melalui perasaan (feeling), dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Siswa melibatkan diri sepenuhnya melalui pengalaman baru, siswa cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya. Melalui konseptualisasi abstrak artinya siswa belajar melalui pemikiran (thinking) dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Siswa menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat, dengan mengandalkan pada perencanaan yang sistematis. Melalui pengalaman reflektif artinya siswa belajar melalui pengamatan (watching), penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Siswa akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk


(35)

opini/pendapat. Melalui pengalaman aktif artinya siswa belajar melalui tindakan (doing), cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Siswa akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya. Siswa menggunakan teori untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

Sehingga gaya belajar ini merupakan hasil dari kombinasi keempat pendekatan yang disukai oleh setiap orang yang meliputi converger (terampil dalam melaksanakan aplikasi praktis dari gagasannya dan menggunakan logika deduktif untuk memecahkan masalah), diverger (merespon informasi yang diberikan dengan baik jika mereka diberi waktu untuk melakukan refleksi), assmilator (cakap dalam membangun model teoritis dengan cara penalaran induktif), accommodator (mampu menerapkan materi pembelajaran dalam situasi nyata untuk memecahkan masalah keseharian).

d. Gaya belajar menurut model Honey and Mumford

Gaya belajar ini dikaitkan dengan siklus pengalaman Kolb yang meliputi gaya belajar aktivis, reflektor, teoritis dan pragmatis.

e. Gaya belajar menurut model Anthony Gregorc

Gaya belajar ini berlandaskan persepsi eksisting atau evaluasi kita terhadap dunia dengan cara pendekatan yang masuk akal. Ada empat


(36)

kombinasi gaya belajar yang dominan yaitu: konkret, sekuensial, abstrak acak, abstrak sekuensial dan konkret acak

f. Gaya belajar Sudbury

Gaya belajar ini mengembangkan gaya belajar diri sendiri. Hal ini dikarenakan banyak cara bagi siswa untuk studi dan belajar. Dalam model demokratis ini suasana dibangun tanpa ada paksaan, tekanan, desakan, bujukan atau suapan.

g. Gaya belajar model Herrmann Brain Dominance Instrument

Gaya belajar ini dilandasi oleh fungsi spesialisasi tugas dari bagian-bagian otak. Berdasarkan adanya empat kuadran dalam otak maka gaya belajar dibagi menjadi kuadran A (otak kiri, serebral), kuadran B (otak kiri, limbik), kuadran C (otak kanan, limbik), kuadran D (otak kanan, serebral). Menurut Ned Herman (Al Arif: 2004) setiap kuadran memiliki pilihan berpikir yang berbeda-beda. Kuadran A memiliki cara berpikir logis, factual, kritis, teknis, analitis, dan kuantitatif. Kuadran B memiliki cara berpikir konservatif, terstruktur, runtut, terorganisir, terperinci, dan terencana. Kuadran C meliputi pemikiran antar manusia, kinestetik, emosional, spiritual, berdasarkan penginderaan, dan perasa. Sedangkan kuadran D memiliki pilihan berpikir visual, menyeluruh, intuisi, inovatif, konseptual, dan imajinatif.


(37)

h. Gaya belajar Felder-silvermen

Gaya belajar ini menggolongkan pembelajar dalam klasifikasi pembelajar indrawi atau pembelajar intuitif, pembelajar visual atau pembelajar verbal, pembelajar induktif atau pembelajar deduktif, pembelajar aktif atau pembelajar reflektif, pembelajar sekuensial atau pembelajar global.

Dari ketiga pendekatan gaya belajar yang populer (Gunawan: 2007: 142), yang paling dikenal luas di Indonesia adalah pendekatan berdasarkan preferensi sensori. Selain itu, De Porter dan Hernacki (2006) menyatakan bahwa pada tahap awal untuk mengenali gaya belajar siswa, salah satu langkah diantara langkah pertama yang sebaiknya dilakukan oleh guru adalah mengenali modalitas belajar siswa sebagai modalitas visual, auditorial, atau kinestetik. Oleh karena ketenarannya di Indonesia dan penelitian ini merupakan penelitian awal untuk mengenali gaya belajar siswa, maka penelitian ini hanya menitikberatkan pada gaya belajar VAK. Selain itu indikator gaya belajar VAK dapat dilihat dari kebiasaan belajar siswa. Berikut ini adalah definisi dan ciri-ciri gaya belajar VAK:

a. Gaya belajar Visual ( Visual Learners)

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang harus melihat terlebih dahulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Untuk lebih sederhananya, gaya belajar ini adalah belajar dengan cara melihat.


(38)

Gaya belajar visual dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar, antara lain:

- mempunyai kebiasaan rapi dan teratur, karena itu yang akan di lihat orang. Misalnya rapi dan teratur dalam berpakaian dan membuat catatan;

- biasa berbicara dengan cepat, karena dia tidak merasa perlu mendengarkan esensi pembicaraannya;

- memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan jangka panjang yang baik;

- teliti terhadap rincian dan hal-hal kecil yang harus dilakukan; - mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi;

- lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar;

- mudah mengingat dan menghafal sesuatu dengan asosiasi visual;

- memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik; - biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara

berisik ketika sedang belajar,

- mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali meminta bantuan orang lain untuk mengulanginya;


(39)

- lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan;

- membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek, dan terbiasa melakukan cek dan ricek sebelum membuat kesimpulan;

- jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain;

- sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau tidak, sudah atau belum;

- lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah;

- lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik;

- sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata.

b. Gaya belajar Auditorial (Auditory Learners)

Gaya belajar ini mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara mendengar. Gaya belajar auditorial dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar, antara lain:


(40)

- mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik, karena dia akan sukar berkonsentrasi;

- menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca;

- belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang di diskusikan daripada apa yang dilihat;

- jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras; - dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan

warna suara;

- mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita;

- berbicara dalam irama yang terpola dengan baik; - berbicara dengan sangat fasih;

- lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya; - senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara

panjang lebar;

- mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi;

- lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya;

- lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.


(41)

c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Gaya belajar ini harus menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Gaya belajar ini adalah belajar dengan cara bergerak, bekerja dan melibatkan aktivitas fisik. Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar, antara lain:

- berbicara dengan perlahan; - menanggapi perhatian fisik;

- menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka; - berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain; - selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak; - memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar;

- belajar melalui praktek langsung dan manipulasi (mengembangkan data atau fakta);

- menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung;

- menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca;

- banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal);

- tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama;

- tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia pernah datang ke tempat tersebut;


(42)

- menggunakan kata-kata yang mengandung aksi; - pada umumnya memiliki tulisan yang jelek;

- menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik);

- menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai bentuk penghayatan terhadap apa yang di baca;

- ingin melakukan segala sesuatu.

3. Manfaat Pemahaman Gaya Belajar

Berdasarkan beberapa gaya belajar diatas, maka dapat dilihat bahwa mengetahui gaya belajar itu sangat penting. Pemahaman gaya belajar bagi siswa dapat berguna untuk mengetahui dengan sadar strategi-strategi apa yang harus mereka gunakan dalam belajar sehingga menjadi pelajar yang lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka (Barbara, 2007: 93).

Sedangkan pemahaman gaya belajar bagi guru berguna untuk mengetahui cara mengidentifikasi dan mengajar siswa yang memiliki gaya belajar yang unik (De Porter, 2010: 213). Selain itu, pemahaman akan gaya belajar dapat membuat guru menjadi lebih kreatif dalam mengajar di dalam suatu kelas sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang bersifat multi indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap murid (Barbara, 2007: 93). Karena dengan itu metode mengajar guru bisa menggunakan berbagai kombinasi seperti


(43)

pengalaman, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimentasi. Guru juga dapat memperkenalkan berbagai unsur pengalaman ke dalam kelas misalnya dengan bunyi-bunyian, musik, gambar visual, gerakan-gerakan, pengalaman, dan bahkan percakapan (Suyono dan Haryanto, 2011: 164). Bahkan guru juga dapat menerapkan berbagai teknik penilaian yang berfokus pada gaya belajar yang berbeda-beda. Misalnya menggunakan tes lisan untuk siswa dengan gaya belajar auditorial, karena siswa dengan gaya belajar auditorial lebih pandai dalam bercerita, namun merasa kesulitan dalam menulis. Menggunakan tes tertulis untuk siswa dengan gaya belajar visual dan menggunakan ujian praktek untuk siswa dengan gaya belajar kinestetik. Sehingga diharapkan selama proses pembelajaran guru dapat memberikan porsi penilaian secara adil bagi setiap siswa.

C. Gaya Mengajar Guru

1. Pengertian Mengajar

Istilah mengajar sudah dikenal sejak lama, bahkan sejak disadari pentingnya pendidikan dan persekolahan. Konsep mengajar sering ditafsirkan berbeda-beda karena senantiasa dilandasi oleh teori belajar tertentu, sedangkan tafsiran tentang belajar juga banyak macam ragamnya.

Membahas mengenai pengertian mengajar, Muhibbin (1995: 182) mengulas pendapat Tyson and Caroll yang menyatakan bahwa mengajar


(44)

adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.

Dalam penelitian Rossum dan Hammer (2004) disimpulkan enam konsep mengajar, yaitu:

a. Mengajar adalah menanamkan dengan jelas/ informasi yang terstruktur dengan baik

Artinya mengajar adalah menyajikan materi pelajaran yang harus dipelajari sedemikian rupa sehingga tidak terlalu kering ( disajikan dengan humor jika mungkin). Materi pelajaran perlu dijelaskan dengan baik dan disajikan dalam cara yang terorganisir dengan baik, sehingga siswa tidak merasa kesulitan ketika harus belajar sendiri. b. Mengajar adalah mengirimkan pengetahuan terstruktur, mengakui

keberadan siswa

Dalam konsep ini, mengajar adalah proses yang harus dilakukan dengan jelas, teratur, efisien, menghibur dan termasuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara siswa dan guru, sehingga siswa merasa keberadaannya di dalam kelas diakui.

c. Mengajar adalah berinteraksi dan pembentukan

Dalam hal ini, mengajar ditandai dengan diskusi yang didominasi oleh guru, dimana didalamnya ada seorang guru yang antusias membentuk dan memotivasi para siswa menggunakan umpan balik positif dan negatif. Yang paling penting dalam hal ini adalah bahwa


(45)

seorang guru dan siswanya memiliki kontak yang baik. Guru tidak boleh otoriter dan tidak harus menunjukkan bahwa dirinya sendiri lebih unggul dari pada siswanya. Dalam hal ini guru harus mendengarkan pendapat siswa, sehingga segala permasalahan yang ada dapat diselesaikan dengan diskusi.

d. Mengajar adalah tantangan dan pengembangan jalan pikir bagi diri sendiri

Dalam hal ini mengajar adalah menantang siswa untuk berpikir dalam mencapai tujuan. Guru tidak mengarahkan siswa terlalu banyak, atau membiarkan siswa mencari tau sendiri apakah sesuatu itu tidak mungkin atau benar. Sehingga penilaian yang diberikan oleh guru harus fokus pada proses dan tidak bergantung pada hasil akhir. Dalam proses ini siswa menjadi peserta aktif, sedangkan peran guru terletak lebih dalam pembinaan proses pembelajaran.

e. Mengajar adalah pengajaran dialog

Dalam hal ini, mengajar adalah melibatkan siswa sebanyak mungkin kedalam subyek. Dalam hal ini, guru dan siswa bersama-sama mengerjakan suatu masalah dan membahasnya, sehingga semua pihak dapat mengajar.

f. Mengajar adalah saling percaya dan saling peduli

Mengajar saling percaya dan peduli berarti mengajar yang berkembang dalam situasi pemahaman total antara siswa dan guru sehingga metode pengajaran tidak lagi penting.


(46)

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan informasi secara terstruktur agar informasi tersebut dapat tertanam jelas dalam pikiran siswa dan membentuk pengembangan jalan pikir siswa.

2. Gaya Mengajar

Menurut Masse dan Popovich (Kara: 2009) selain siswa, guru memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Perilaku guru didalam kelas akan berdampak pada berbagai bidang dalam proses persiapan, presentasi kelas, kegiatan, dan pendekatan. Kara juga membahas pendapat Kaplan dan Kies bahwa istilah gaya mengajar guru mengacu pada perilaku pribadi guru dan media yang digunakan untuk mengirimkan data ke pelajar atau menerima dari pelajar. Kemudian ia mengulas pendapat Peacock yang mengungkapkan bahwa “teaching styles as natural, habitual and preferred ways of teaching new information and skills in the classroom". Hal ini dapat diartikan bahwa gaya mengajar guru sebagai natural, kebiasaan dan pilihan cara mengajarkan informasi baru dan ketrampilan dalam kelas.

Sedangkan Neher dkk mengungkapkan bahwa “teaching style is something that concerns the process of teaching rather than the content of teaching.” yang artinya gaya mengajar merupakan sesuatu yang menyangkut dengan proses pengajaran bukan dari isi pengajaran


(47)

(Maizam, ND). Sedangkan Irby mengungkapkan bahwa“teaching style is

the manner, method, or means by which teachers attempt to convey information and influence the understanding and behaviour of their learners.” Dengan kata lain bahwa gaya mengajar mengacu pada cara, metode, dimana guru mencoba untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi pemahaman dan perilaku pelajar mereka (dalam Maizam, ND).

Dengan berbagai macam pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya mengajar merupakan suatu kebiasaan yang menggambarkan perilaku guru dalam proses pengajaran dengan mengacu pada cara, metode, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi serta alokasi waktu dalam proses pembelajaran.

D. Fisika atau Sains

Fisika adalah cabang ilmu dari Ilmu pengetahuan Alam (sains). Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1991), FISIKA adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang zat dan energi.

Sementara itu Kartika Budi (Sumaji: 1998), menyimpulkan beberapa apek penting tentang hakikat fisika oleh beberapa tokoh antara lain:

1. Conant, sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conceptual schemes) yang saling berhubungan sebagai hasil dari eksperimentasi dan observasi, yang berguna dan bernilai untuk eksperimentasi serta observasi selanjtnya.


(48)

2. Fisher, sains adalah bangunan pengetahuan yang diperoleh menggunakan metode berdasarkan observasi.

3. Campbel, sains adalah pengetahuan (knoeledge) yang bermanfaat dan praktis, dan cara atau metode untuk memperolehnya.

4. Bube, sains adalah pengetahuan tentang alam yang diperoleh melalui interaksi dengannya.

5. Kemany seorang filsuf, sains adalah semua pengetahuan yang dibangun (diperoleh) melalui metode keilmuan.

6. Zen, sains adalah suatu eksplorasi ke alam materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan alami yang teratur mengenai fenomena yang dialami serta bersifat mampu menguji diri sendiri.

7. Carin dan Saund, sains adalah suatu sistem untuk memahami semesta melalui data yang dikumpulkan melalui observasi atau eksperimen yang dikontrol.

8. Dawson, sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam disekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi kebutuhan.

Jadi fisika atau sains secara keseluruhan adalah salah satu ilmu pengetahuan mengenai alam yang diperoleh melalui data hasil observasi dan eksperimen yang didukung dengan keinginan memahami, dan menguasainya untuk mengembangkan kemampuan berpikir analitis.


(49)

E. Gaya Belajar Fisika atau IPA

Dari pengertian gaya belajar dan sains maka dapat disimpulkan bahwa gaya belajar IPA atau sains adalah cara yang cenderung sering dilakukan siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam menyerap, mengatur serta mengolah informasi secara kritis akan fenomena-fenomena alam yang ada dengan suatu metode ilmiah yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga sains dapat dipelajari melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh siswa, maka sains tidaklah mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka.


(50)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini secara garis besar akan diuraikan mengenai beberapa hal yang berkenaan dengan pelaksanaan penelitian dalam usaha mengumpulkan data hingga sampai pada tahap analisis. Bagian ini meliputi jenis penelitian, partisipan penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, validitas dan metode analisis data.

A. Jenis Penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai gaya belajar siswa dan gaya mengajar guru. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan maksud untuk memperoleh pemahaman terhadap suatu peristiwa secara mendalam tanpa menggunakan analisis statistik. Sedangkan penelititan kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data skor dan analisisnya menggunakan statistik.

B. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas XA yang berjumlah 24 siswa dan kelas XB yang berjumlah 20 siswa, dan kelas XI IPA yang terdiri dari satu kelas saja


(51)

sebanyak 28 siswa. Jadi keseluruhan partisipan penelitian berjumlah 72 siswa.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester genap tahun ajaran 2012/2013 tepatnya dilaksanakan pada bulan April 2013.

2. Tempat penelitian

SMA BHAKTI KARYA KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Data penelitian ini diperoleh melalui beberapa tahap yaitu :

1. Pemberian Kuesioner

Pada tahap ini, peneliti membuat suatu instrument yang diberikan kepada siswa dengan tujuan mengetahui bagaimana gaya belajar setiap siswa. Instrument ini diberikan kepada siswa untuk diisi sebelum peneliti melakukan pengamatan proses pembelajaran dikelas.

2. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan untuk melihat aktivitas mengajar guru dan aktivitas siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


(52)

pengamatan dimana peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang diteliti, tetapi melihat dari luar. Peneliti tidak secara aktif melibatkan diri dalam situasinya dan sungguh-sungguh hanya menjadi pengamat yang mengumpulkan data (Suparno, 2010: 155). Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dengan merekam pembelajaran dari awal pertemuan sampai selesai selama 5 kali tatap muka. Pengamatan ini hanya dilakukan pada satu kelas saja yaitu kelas XI IPA.

3. Wawancara

Pada tahap ini, peneliti melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika dan terhadap siswa. Tahap wawancara kepada guru ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas apa saja yang guru libatkan saat melaksanakan pengajaran. Sedangkan tahap wawancara kepada siswa bertujuan untuk mengetahui gaya belajar siswa itu sendiri dan juga mengetahui bagaimana guru memberikan materi pelajaran namun dilihat dari sudut pandang siswa.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan 3 bentuk instrument yaitu kuesioner, wawancara, dan pengamatan.

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner tertutup dimana siswa memilih jawaban dari jawaban-jawaban


(53)

yang sudah disediakan. Pada penelitian ini digunakan 2 kuesioner tertutup yaitu kuesioner chek list, dan kuesioner pilihan ganda.

a. Kuesioner Chek List

Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang mencakup ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Kuesioner ini diisi langsung oleh siswa dengan memberikan tanda (√) pada kolom yang sudah disediakan. Pilihan jawaban yang digunakan dalam kuesioner ini terdiri dari 4 pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Butir soal dari kuesioner ini dibuat berdasarkan indikator-indikator gaya belajar. Penyebaran butir soal berdasarkan indikator-indikator gaya belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Daftar aspek kuesioner gaya belajar siswa

Aspek Gaya

belajar Indikator No butir

Visual - Memahami sesuatu dengan asosiasi visual 1,2,3,4,5 Auditorial - Belajar dengan cara mendengar

- Baik dalam aktivitas lisan

6,7 8,9,10 Kinestetik - Belajar melalui aktivitas fisik

- Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

- Menyukai kegiatan coba-coba

12,14 13,15 11

b. Kuesioner Pilihan Ganda

Kuesioner pilihan ganda ini berisi pertanyaan-pertanyaan dimana pilihan jawaban sudah disediakan oleh peneliti. Kuesioner ini diadopsi dari skripsi yang berjudul Gaya Belajar Siswa Kelas XB dan


(54)

Gaya Mengajar Guru Matematika SMA Sedes Sapientiae Bedono Ambarawa dengan beberapa modifikasi sesuai dengan topik yang dibahas pada penelitian ini. Terdapat 15 butir soal pada kuesioner ini. Pilihan jawaban yang disediakan pada masing-masing soal dalam kuesioner ini berjumlah tiga (3), dan sudah dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang menandai aspek visual, auditorial, dan kinestetik. Kuesioner ini diisi langsung oleh siswa dengan memberikan tanda (x) pada jawaban yang dipilih.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan oleh peneliti baik terhadap guru maupun siswa adalah wawancara bebas terpimpin. Dalam wawancara bebas terpimpin ini peneliti membawa kerangka pertanyaan-pertanyaan untuk disajikan, dan dari pertanyaan-pertanyaan itu masih dapat berkembang lagi pada pertanyaan-pertanyaan lain.

Rancangan pertanyaan yang digunakan dalam melakukan wawancara ini disajikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2. Rancangan pertanyaan wawancara kepada guru

No Daftar Pertanyaan

1 Apa cara yang dipilih guru dalam menyampaikan materi, bercerita atau menjelaskan, menampilkan gambar atau grafik dan menyuruh siswa melakukan praktikum atau melakukan peragaan konsep IPA?

2 Seberapa sering ketiga hal itu dilakukan?

3 Perhatian guru terhadap tanggapan anak dalam cara mengajar guru tersebut? 4 Untuk guru sendiri sebenarnya gaya belajarnya seperti apa?


(55)

Tabel 3. Rancangan pertanyaan wawancara kepada siswa

No Daftar Pertanyaan

1 Bagaimana tanggapan kamu terhadap pelajaran IPA? 2 Bagaimana prestasi kamu dalam pelajaran IPA? 3 Bagaimana cara kamu belajar?

4 Bagaimana cara gurumu mengajar? gambar, ceramah, praktikum 5 Kamu bisa duduk berapa lama kalau sedang belajar IPA

6 Kamu suka belajar di kondisi yang bagaimna? Sepi atau ramai

3. Video

Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan kamera video untuk merekam proses pembelajaran yang sedang berlangsung saat melakukan tahap observasi. Video ini adalah hasil dari proses pengamatan yang dilakukan dalam 5 kali pertemuan. Data pengamatan yang didapatkan juga dalam bentuk fieldnotes. Fieldnotes digunakan ketika memory kamera video tidak mencukupi, dan ketika baterai kamera habis sebelum pelajaran selesai.

F. Validitas

Validitas dapat mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulannya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno, 2010: 67-68). Pada kuesioner chek list

validitas dilakukan sebanyak dua kali hingga diputuskan dapat digunakan oleh dosen pembimbing. Sedangkan pada kuesioner kedua, peneliti melakukan


(56)

konsultasi kuesioner yang telah disusun kepada orang lain yang memiliki keahlian dalam hal menyusun kuesioner, dalam hal ini adalah persetujuan dari dosen pembimbing.

G. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, digunakan analisis statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif. Tiap masalah dianalisis dalam bagian-bagian tersendiri. Analsis data dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Gaya Belajar Siswa

Untuk mengetahui gaya belajar siswa dalam pembelajaran fisika, penulis menggunakan 2 instrumen yaitu kuesioner dan wawancara. Ada dua (2) jenis kuesioner yang digunakan peneliti seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Masing-masing kuesioner memiliki cara analisis yang berbeda.

a. KuesionerChek List

Kuesioner ini terdiri dari 15 butir soal dan memuat 4 butir pilihan jawaban : sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap item soal memiliki skor yang berbeda-beda sesuai dengan jawaban yang dipilih seperti pada tabel berikut:

Tabel 4. Skor Kuesioner Chek List

No Jawaban Skor

1 Sangat setuju 4

2 Setuju 3

3 Tidak setuju 2


(57)

Dengan penyebaran indikator gaya belajar siswa pada soal, maka kuesioner ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

• Nomor 1-5 menunjukkan aspek visual • Nomor 6-10 menunjukkan aspek auditorial • Nomor 11-15 menunjukkan aspek kinestetik

Setelah memberi skor, maka skor untuk masing-masing aspek dijumlahkan. Untuk menentukan gaya belajar mana yang lebih dominan, maka digunakan analisis statistik yaitu Uji F dependent. Uji F digunakan untuk membandingkan dua atau lebih means secara simultan (Suparno, 2010: 74). Untuk menganalisa data ini, dilakukan dengan menggunakan program SPSS dengan memasukkan data kasar, kemudian membuka analisis dan memilih statistik yang akan digunakan (Suparno, 2006: 100).

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji F dependent maka dapat diketahui tingkat signifikansi dari ketiga gaya belajar, yang kemudian dapat menunjukkan gaya belajar mana yang lebih dominan.

b. Kuesioner Pilihan Ganda

Kuesioner pilihan ganda memiliki jumlah soal 15 butir dimana masing-masing soal memiliki ketiga aspek gaya belajar yaitu visual, auditorial, dan kinestetik, maka skor tertinggi dari masing-masing gaya belajar adalah 15. Skor yang didapatkan dari hasil pengisian siswa kemudian dikelompokkan kedalam aspek visual, auditorial, dan


(58)

kinestetik. Skor yang masuk dalam aspek yang sama kemudian dijumlahkan dan dilihat perbandingannya.

Setelah mendapatkan perbandingan hasil dari masing-masing aspek, maka ditentukan apakah perbandingan tersebut benar-benar berbeda secara signifikan atau tidak. Untuk menentukan signifikan maupun tidak signifikan maka digunakan pendekatan sederhana dengan kurva normal seperti pada gambar berikut:

Gambar 1. Kurva Normal

Didalam kurva normal, skala tersebut ditentukan dari 0 sampai 15, karena skor terendah dari setiap aspek adalah 0 dan skor tertinggi dari setiap aspek bernilai 15. Dapat dilihat bahwa nilai median dari kurva adalah 7,5 dan antara nilai 7,5 sampai 11,25 memiliki rentang sebesar 3,75. Nilai median dan besar rentang ini kemudian dibulatkan keatas, sehingga didapatkan syarat bahwa ketiga hasil tersebut dapat dikatakan berbeda apabila salah satu skor tertinggi bernilai minimal 8 dan selisih antara skor tertinggi dengan kedua skor yang lain bernilai minimal 4. Setelah dilakukan proses statistik ini, maka hasilnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu signifikan dan tidak signifikan. Signifikan berarti gaya belajar siswa tersebut dapat dibedakan secara


(59)

tegas, sedangkan tidak signifikan berarti tidak dapat dibedakan secara tegas. Dari data yang signifikan, maka gaya belajar siswa dapat ditentukan dengan melihat skor tertinggi antara ketiga aspek tersebut.

Setelah itu data dikelompokkan kembali untuk melihat berapa siswa yang memiliki gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik c. Wawancara

Untuk menentukan gaya belajar siswa, peneliti juga menggunakan instrument wawancara. Data wawancara yang berupa daftar pertanyaan dari peneliti dan jawaban dari responden ini dianalisis secara deskripsi.

2. Gaya Mengajar Guru Fisika

Untuk melihat bagaimana gaya mengajar guru fisika, maka analisa data dilakukan melalui beberapa tahap dibawah ini :

a. Video

Peneliti membuat intsrumen berupa pengamatan dengan menggunakan video yang merekam aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir. Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis didalam video ini kemudian ditranskip kedalam bentuk tulisan terlebih dahulu dan disambungkan dengan data yang diperoleh dari fieldnotes. Setelah data diubah menjadi transkip tulisan, data ini kemudian dikelompokkan menjadi tiga (3) bagian yaitu aktivitas pembuka, aktivitas inti, dan aktivitas penutup. Isi dari ketiga bagian ini


(60)

merupakan urutan aktivitas dalam proses pembelajaran dari awal sampai akhir.

Rincian aktivitas pada masing-masing video kemudian dikelompokkan lagi menjadi aktivitas yang lebih umum. Masing-masing aktivitas ini kemudian diberikan keterangan waktu yang menunjukkan berapa lama aktivitas ini dilakukan. Selanjutnya, aktivitas guru dan siswa yang sama dari video pertama sampai akhir dikelompokkan menjadi satu dengan disertai keterangan waktu yang juga sudah dijumlahkan dari video pertama sampai akhir.

b. Wawancara

Tahap dalam menganalisis data wawancara untuk menentukan gaya mengajar guru sama dengan cara menganalisis data hasil wawancara yang digunakan untuk menentukan gaya belajar siswa.


(61)

42

BAB IV

DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di satu sekolah swasta yaitu di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Sekolah ini merupakan sekolah yang terletak di Kecamatan Kaloran yang memiliki 6 kelas terdiri dari 2 kelas untuk kelas X, 2 kelas untuk kelas XI, dan 2 kelas untuk kelas XII. Sekolah ini memiliki dua kelas jurusan IPA dan dua kelas jurusan IPS. Partisipan penelitian ini hanya pada kelas XA, XB, dan XI IPA, namun tidak dilakukan pada kelas XII karena saat itu sedang ada persiapan pelaksanaan UN. Pemberian kuesioner dilakukan terhadap ketiga kelas, namun pengamatan hanya dilakukan pada kelas XI IPA saja sebanyak 5 kali pengamatan.

Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada hari Selasa, 2 April 2013 dan selesai pada hari Jumat, 12 April 2013. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu pembagian kuesioner, observasi proses belajar mengajar, dan wawancara kepada guru dan siswa. Dalam melakukan observasi, peneliti merekam dari belakang dengan menggunakan kamera video selama proses pembelajaran berlangsung. Peneliti tidak merekam dengan berkeliling, karena hal itu dapat mengganggu konsentrasi siswa saat mengikuti pelajaran. Awal proses observasi, peneliti menemukan kendala, yaitu tidak


(62)

diperbolehkan untuk membawa teman yang dapat membantu proses merekam, sehingga peneliti tidak dapat menuliskan catatan lapangan.

Kendala lain yang dihadapi selama proses observasi adalah memory card yang digunakan tidak mencukupi untuk merekam proses pembelajaran selama 2 x 45 menit, dan baterai kamera tidak dapat bertahan selama 2 x 45 menit. Oleh karena itu ketika baterai dan memory habis, maka peneliti menuliskan sisa proses pembelajaran pada catatan lapangan (fieldnotes). Sehingga dalam lima kali tatap muka peneliti memperoleh hasil yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 5 . Pelaksanaan Observasi Penelitian

No Tanggal Observasi Waktu Pelajaran Hasil Observasi 1 Selasa, 2 April 2013 2 x 45 menit Fieldnotes+ Video 2 Kamis, 4 April 2013 2 x 45 menit Fieldnotes+ Video 3 Jumat, 5 April 2013 1 x 45 menit Video 4 Selasa, 9 April 2013 2 x 45 menit Video 5 Jumat, 12 April 2013 1 x 45 menit Video

Selain melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara yang dilaksanakan pada tanggal 1,2,4,11,dan 13 April 2013. Peneliti melakukan wawancara kepada guru juga melakukan wawancara kepada siswa. Proses wawancara juga direkam dengan menggunakan handphone

sehingga peneliti dapat mencatat hasil wawancara secara lengkap. Wawancara juga dilakukan tidak hanya pada bulan April saat waktu penelitian saja, namun juga ada wawancara yang dilakukan pada saat tanggal 13 Mei 2013 setelah masa penelitian disekolah selesai. Wawancara yang dilaksanakan pada bulan Mei ini dilakukan untuk mendapatkan data wawancara sebagai penguatan setelah analisis kuesioner pilihan ganda


(63)

dilakukan. Wawancara ini tetap dilakukan kepada guru yang sama dan juga siswa, namun siswa yang ditunjuk adalah siswa yang mengisi kuesioner dan setelah dianalisis hasilnya ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga aspek. Data yang signifikan berarti dapat menunjukkan bahwa siswa tersebut condong memiliki satu gaya belajar tertentu.

Sedangkan pembagian kuesioner dilaksanakan pada tanggal 1, dan 2 April 2013. Pengisian kuesioner dilakukan dalam waktu kurang lebih 10 menit, dengan memberikan petunjuk pengisian terlebih dahulu kepada para siswa.

B. Data

1. Data kuesioner

Data kuesioner yang diperoleh berupa:

a. Data kuesioner chek list : lampiran 4 halaman 91 b. Data kuesioner pilihan ganda : lampiran 6 halaman 93 2. Data wawancara

Data wawancara yang diperoleh berupa:

a. Transkrip wawancara siswa 1 : lampiran 7.a hal 97 b. Transkrip wawancara siswa 2 : lampiran 7.b hal 99 c. Transkrip wawancara siswa 3 : lampiran 7.c hal 100 d. Transkrip wawancara siswa 4 : lampiran 7.d hal 102 e. Transkrip wawancara siswa 5 : lampiran 7.e hal 103


(64)

f. Transkrip wawancara siswa 6 : lampiran 7.f hal 105 g. Transkrip wawancara siswa 7 : lampiran 7.g hal 107 h. Transkrip wawancara siswa 8 : lampiran 7.h hal 109 i. Transkrip wawancara siswa 9 : lampiran 7.i hal 111 j. Transkrip wawancara siswa 10 : lampiran 7.j hal 113 k. Transkrip wawancara guru yang pertama: lampiran 8.a hal 114 l. Transkrip wawancara guru yang kedua : lampiran 8.b hal 117 m. Transkrip wawancara guru yang ketiga : lampiran 8.c hal 119 3. Data pengamatan

Data pengamatan proses pembelajaran berupa : a. Transkrip data video 1 : lampiran 9.a hal 122 b. Transkrip data video 2 : lampiran 9.b hal 124 c. Transkrip data video 3 : lampiran 9.c hal 126 d. Transkrip data video 4 : lampiran 9.d hal 127 e. Transkrip data video 5 : lampiran 9.e hal 129

C. Analisa Data

1. Gaya Belajar Siswa di SMA Bhakti Karya Temanggung

Gaya belajar siswa-siswi SMA Bhakti Karya Temanggung diketahui melalui hasil pengisian kuesioner chek listdan pilihan ganda yang keduanya diisi langsung oleh siswa sendiri. Hasil analisis akan dibahas masing-masing seperti berikut:


(65)

a. Kuesioner Chek List

Setelah memberikan skor pada hasil kuesioner yang sudah diisi siswa, skor kemudian dijumlahkan menurut aspeknya. Hasil penjumlahan skor ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 6 . Jumlah Skor Kuesioner Check List

No Nama Jumlah Skor

Visual Auditorial Kinestetik

1 A 16 16 12

2 B 15 13 13

3 C 13 16 18

4 D 17 14 13

5 E 15 14 15

6 F 12 11 11

7 G 14 12 13

8 H 13 12 14

9 I 15 13 11

10 J 12 13 14

11 K 15 14 13

12 L 14 8 11

13 M 14 13 13

14 N 13 14 11

15 O 11 17 12

16 P 12 12 12

17 Q 12 12 13

18 R 11 15 14

19 S 14 16 11

20 T 16 18 15

21 U 16 18 15

22 V 14 8 9

23 W 15 12 11

24 X 15 15 14

25 Y 14 12 11

26 Z 10 15 14

27 AA 14 15 12

28 AB 12 15 13

29 AC 14 19 13

30 AD 14 13 13

31 AE 15 12 13

32 AF 13 11 15

33 AG 14 11 10

34 AH 14 11 10

35 AI 12 13 12

36 AJ 12 16 15

37 AK 11 16 13

38 AL 12 14 14


(66)

40 AN 14 13 11

41 AO 15 12 11

42 AP 14 11 10

43 AQ 14 15 15

44 AR 13 14 13

45 AS 13 14 14

46 AT 14 13 13

47 AV 15 14 14

48 AW 15 14 12

49 AX 14 14 12

50 AY 15 14 15

51 AZ 14 13 13

52 AAA 14 14 11

53 AAB 14 13 13

54 AAC 14 13 11

55 AAD 12 15 12

56 AAE 13 15 13

57 AAF 14 15 13

58 AAG 13 12 15

59 AAH 13 14 11

60 AAI 15 15 15

61 AAJ 14 15 13

62 AAK 14 12 12

63 AAL 13 13 13

64 AAM 14 13 14

65 AAN 15 14 14

66 AAO 11 11 13

67 AAP 15 13 11

68 AAQ 14 14 12

69 AAR 16 12 12

70 AAS 14 14 14

71 AAT 14 12 11

72 AAU 11 14 15

Dari tabel diatas, untuk menentukan gaya belajar yang dimiliki siswa, maka digunakan analisis statistik uji F dependent. Sehingga diperoleh hasil analisis seperti berikut :


(67)

Tabel 7. Deskriptif Analisis Kuesioner Chek List dengan

Program SPSS

Descriptive Statistics

N Mean

Std.

Deviation Minimum Maximum

VISUAL 72 13,69 1,401 10 17

AUDITORIAL 72 13,53 1,979 8 19

KINESTETIK 72 12,74 1,636 9 18

Tabel 8. Tabel Ranks

Ranks

Mean Rank

VISUAL 2,26

AUDITORIAL 2,09

KINESTETIK 1,65

Tabel 9. Tabel Test Statistik

Test Statisticsa

N 72

Chi-square 17,270

df 2

Asymp. Sig. ,000

a. Friedman Test

Kesimpulan:

Chi-square 17,270, p = 0,000 <α = 0,05, maka signifikan.

b. Kuesioner Pilihan Ganda

Setelah mendapatkan data, maka skor pada masing-masing siswa dijumlahkan untuk melihat berapa jumlah skor yang didapatkan pada aspek visual, auditorial, dan kinestetik. Jumlah skor yang didapatkan kemudian dibandingkan dan dianalisis


(68)

apakah ketiga aspek tersebut dapat dibedakan secara signifikan atau tidak. Hasil analisis tersebut disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 10. Hasil Analisis Kuesioner Pilihan Ganda

No Nama Skor Signifikan/

Tidak Signifikan Visual Auditorial Kinestetik

1 A 7 1 7 TS

2 B 4 6 5 TS

3 C 7 6 2 TS

4 D 7 2 6 TS

5 E 11 2 2 Signifikan

6 F 10 2 3 Signifikan

7 G 9 2 4 Signifikan

8 H 7 5 3 TS

9 I 11 1 3 Signifikan

10 J 9 2 4 Signifikan

11 K 7 2 6 TS

12 L 13 0 2 Signifikan

13 M 11 1 3 Signifikan

14 N 14 0 1 Signifikan

15 O 8 3 4 Signifikan

16 P 11 1 3 Signifikan

17 Q 7 2 6 TS

18 R 9 2 4 Signifikan

19 S 8 3 4 Signifikan

20 T 7 4 4 TS

21 U 7 4 4 TS

22 V 13 0 2 Signifikan

23 W 8 3 4 Signifikan

24 X 11 2 2 Signifikan

25 Y 8 3 4 Signifikan

26 Z 12 2 1 Signifikan

27 AA 10 1 4 Signifikan

28 AB 10 1 4 Signifikan

29 AC 9 0 6 TS

30 AD 8 2 5 TS

31 AE 8 4 3 Signifikan

32 AF 5 3 6 TS

33 AG 9 4 2 Signifikan

34 AH 8 5 2 TS

35 AI 8 3 4 Signifikan

36 AJ 9 5 1 Signifikan

37 AK 9 1 5 Signifikan

38 AL 6 5 3 TS

39 AM 11 2 2 Signifikan

40 AN 8 3 3 Signifikan

41 AO 5 2 8 TS

42 AP 4 7 4 TS

43 AQ 11 2 2 Signifikan


(69)

Setelah data tersebut diproses, diperoleh data yang signifikan sebanyak 41 data dari 72 data, sedangkan sebanyak 31 data menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan secara signifikan. Data signifikan ini, kemudian dibagi lagi untuk dilihat apakah siswa memiliki gaya belajar visual, auditorial, atau kinestetik dengan melihat jumlah skor tertinggi. Sehingga keseluruhan data dapat dibedakan menjadi 4 yaitu visual, auditorial, kinestetik, dan tidak bisa dibedakan. Hasil analisis gaya belajar siswa ini disajikan dalam tabel berikut :

45 AS 6 4 5 TS

46 AT 7 1 7 TS

47 AV 7 2 6 TS

48 AW 8 2 5 TS

49 AX 10 3 2 Signifikan

50 AY 11 2 2 Signifikan

51 AZ 7 2 6 TS

52 AAA 10 1 4 Signifikan

53 AAB 7 2 6 TS

54 AAC 6 3 6 TS

55 AAD 5 2 8 TS

56 AAE 9 4 2 Signifikan

57 AAF 8 4 3 Signifikan

58 AAG 9 3 3 Signifikan

59 AAH 13 1 1 Signifikan

60 AAI 10 2 3 Signifikan

61 AAJ 11 3 1 Signifikan

62 AAK 10 4 1 Signifikan

63 AAL 9 0 6 TS

64 AAM 6 3 6 TS

65 AAN 8 4 3 Signifikan

66 AAO 7 3 5 TS

67 AAP 9 3 3 Signifikan

68 AAQ 6 7 2 TS

69 AAR 11 1 3 Signifikan

70 AAS 8 2 5 TS

71 AAT 5 4 6 TS


(70)

Tabel 11 .Gaya Belajar Siswa dari Kuesioner Pilihan Ganda

No Nama Gaya Belajar Siswa

1. A Tidak Bisa Dibedakan 2. B Tidak Bisa Dibedakan 3. C Tidak Bisa Dibedakan 4. D Tidak Bisa Dibedakan

5. E Visual

6. F Visual

7. G Visual

8. H Tidak Bisa Dibedakan

9. I Visual

10. J Visual

11. K Tidak Bisa Dibedakan

12 L Visual

13 M Visual

14 N Visual

15 O Visual

16 P Visual

17 Q Tidak Bisa Dibedakan

18 R Visual

19 S Visual

20 T Tidak Bisa Dibedakan 21 U Tidak Bisa Dibedakan

22 V Visual

23 W Visual

24 X Visual

1. Y Visual

2. Z Visual

3. AA Visual

4. AB Visual

5. AC Tidak Bisa Dibedakan 6. AD Tidak Bisa Dibedakan

7. AE Visual

8. AF Tidak Bisa Dibedakan

9. AG Visual

10. AH Tidak Bisa Dibedakan

11. AI Visual

12 AJ Visual

13 AK Visual

14 AL Tidak Bisa Dibedakan

15 AM Visual

16 AN Visual

17 AO Tidak Bisa Dibedakan 18 AP Tidak Bisa Dibedakan

19 AQ Visual

20 AR Visual

1. AS Tidak Bisa Dibedakan 2. AT Tidak Bisa Dibedakan 3. AV Tidak Bisa Dibedakan


(71)

4. AW Tidak Bisa Dibedakan

5. AX Visual

6. AY Visual

7. AZ Tidak Bisa Dibedakan

8. AAA Visual

9. AAB Tidak Bisa Dibedakan 10. AAC Tidak Bisa Dibedakan 11. AAD Tidak Bisa Dibedakan

12 AAE Visual

13 AAF Visual

14 AAG Visual

15 AAH Visual

16 AAI Visual

17 AAJ Visual

18 AAK Visual

19 AAL Tidak Bisa Dibedakan 20 AAM Tidak Bisa Dibedakan

21 AAN Visual

22 AAO Tidak Bisa Dibedakan

23 AAP Visual

24 AAQ Tidak Bisa Dibedakan

25 AAR Visual

26 AAS Tidak Bisa Dibedakan 27 AAT Tidak Bisa Dibedakan 28 AAU Tidak Bisa Dibedakan

Dari hasil analisis data tersebut, maka dapat dibuat tabel rangkuman seperti berikut:

Tabel 12. Rangkuman Data Gaya Belajar Siswa

No Gaya Belajar Jumlah Anak

1 Visual 41

2 Auditorial 0

3 Kinestetik 0

4 Tidak Bisa Dibedakan 31

Sehingga dapat disimpulkan dari hasil pengisian kuesioner pilihan ganda ini, bahwa sebanyak 56,94 % siswa-siswi di SMA Bhakti Karya memiliki gaya belajar visual, dan 43,05 % memiliki gaya belajar yang tidak bisa dibedakan.


(72)

c. Wawancara

Selain menentukan dari hasil kuesioner, gaya belajar juga ditentukan dengan wawancara. Wawancara ini terdiri dari wawancara siswa dan wawancara guru.

1. Wawancara Siswa

Beberapa siswa yang diwawancarai adalah siswa yang hasil skor pengisian kuesioner pilihan ganda menunjukkan hasil signifikan. Peneliti melakukan wawancara terhadap 6 siswa yaitu pada siswa 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Peneliti hanya mengambil 6 siswa sebagai sampel karena dirasa cukup untuk mengkonfirmasi apakah hasil gaya belajar siswa melalui wawancara memiliki hasil yang sama dengan gaya belajar siswa dari kuesioner. Untuk mengetahui bagaimana gaya belajar ke-6 siswa tersebut, setelah membaca hasil transkrip data, maka analisis deskriptif dilakukan dengan menceritakan gambaran umum dari isi interview mengenai kegiatan belajar seperti apa yang paling membantu mereka untuk memudahkan mereka memahami pelajaran fisika. Maka didapatkan hasil analisis sebagai berikut:

a. Siswa 5

Melalui wawancara dengan siswa 5, peneliti mendapatkan hasil bahwa siswa ini merasa terbantu dalam memahami fisika dengan cara mendengarkan penjelasan


(73)

dari guru. Ia tidak merasa terbantu apabila hanya dengan melihat gambar yang diberi keterangan tanpa guru memberikan penjelasan lagi. Siswa ini juga tidak merasa senang dengan metode praktikum karena ia merasa kesulitan.

Karena guru fisika memakai metode menjelaskan dalam pembelajaran, siswa ini merasa nyaman dengan metode yang dipakai oleh guru. Dari hasil yang diperoleh diatas, dapat disimpulkan bahwa siswa 5 lebih cenderung belajar dengan menggunakan gaya belajar auditorial. Namun, saat dirumah, ia belajar dengan membaca catatan lagi dirumah, yang menunjukkan bahwa ia juga menggunakan gaya belajar visual.

b. Siswa 6

Dalam wawancara dengan siswa 6, peneliti mendapatkan hasil bahwa siswa ini lebih mudah memahami apabila dengan cara praktikum. Ia mengungkapkan bahwa kalau bisa praktikum saja, karena menurutnya, mempelajari teori sulit, apalagi disuruh membaca sendiri. Ia menyatakan bahwa ia merasa mengantuk apabila harus mendengarkan penjelasan guru.

Dari hasil yang didapatkan, maka siswa ini dapat disimpulkan lebih cenderung memahami pelajaran dengan


(74)

menggunakan cara praktikum. Jadi sebenarnya ia memiliki gaya belajar kinestetik. Namun, menurutnya penjelasan dari guru juga tetap penting. Apabila ia tidak mendengarkan penjelasan dari guru, ia meminta temannya untuk menjelaskan lagi. Hal ini menunjukkan bahwa ia juga menggunakan cara belajar dengan gaya belajar auditorial. Walaupun ia merasa lebih mudah belajar dengan cara praktikum, pada saat membaca, siswa ini lebih menyukai membaca sendiri daripada dibacakan oleh orang lain. Ia juga merasa terbantu apabila guru menampilkan gambar dan kemudian diberi penjelasan. Hal ini menunjukkan ciri gaya belajar visual.

c. Siswa 7

Hasil yang didapatkan dari hasil wawancara dengan siswa 7 menunjukkan bahwa siswa ini sangat terbantu dengan adanya penjelasan dari guru. Hal ini karena ketika ada yang tidak jelas, ia bisa langsung bertanya. Siswa ini tidak menyukai praktikum, tetapi sedikit merasa terbantu dengan adanya penampilan gambar. Namun, menurutnya penampilan gambar tidak cukup tanpa guru menjelaskan lagi. Ia mengatakan bahwa ia lebih condong terbantu dengan penjelasan dari guru. Sehingga dari keterangan-keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa siswa ini


(75)

menggunakan gaya belajar auditorial. Karena ia juga merasa terbantu dengan adanya penampilan gambar, dan siswa ini juga lebih mengerti membaca materi sendiri daripada dibacakan, maka ia juga menggunakan gaya belajar visual dalam belajar.

d. Siswa 8

Hasil wawancara dengan siswa ini menggambarkan bahwa didalam belajar ia merasa terbantu dengan penjelasan guru dan praktikum. Menurutnya penjelasan guru sangat penting, karena kalau tidak dijelaskan ia merasa tidak bisa. Ia merasa penjelasan guru paling membantunya dalam mengerti fisika, walaupun ia juga menyukai praktikum. Keterangan ini memberi kesimpulan bahwa siswa ini lebih cenderung menggunakan gaya belajar auditorial. Walaupun begitu, ia juga mencatat hal-hal penting yang dijelaskan oleh guru, dan berusaha menyalin catatan temannya ketika ia tidak masuk sekolah. Dalam membaca materi, ia lebih memilih membaca sendiri daripada mendengar orang lain membacakan. Keterangan-keterangan ini menunjukkan bahwa ia juga menggunakan gaya belajar visual.


(76)

e. Siswa 9

Dari wawancara yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa siswa ini mengatasi kesulitan dalam belajar fisika dengan membaca catatan berulang-ulang dirumah. Ia merasa kesulitan apabila hanya melihat gambar tanpa guru menjelaskan. Hal ini karena didalam membaca pasti ada bagian-bagian yang tidak diketahui. Sehingga ia merasa mendengarkan penjelasan guru merupakan cara yang paling penting. Ia juga mengatakan bahwa didalam praktikum juga harus ada penjelasan dari guru. Dari hasil ini, maka dapat disimpulkan bahwa siswa ini lebih cenderung menggunakan gaya belajar auditorial, walaupun ia juga bisa menggunakan ketiga-tiganya.

Namun apabila guru melakukan demonstrasi, siswa ini lebih suka jika tidak dilibatkan melakukan demonstrasi, ia lebih menyukai mengamati guru melakukan demonstrasi. Hal ini menunjukkan salah satu cirri gaya belajar visual.

f. Siswa 10

Wawancara dengan siswa 10 memberikan hasil bahwa siswa ini belajar dengan cara mendengarkan penjelasan dari guru dan membaca sendiri. Tapi dari kedua hal itu, yang paling membantunya adalah dengan dijelaskan oleh guru. Didalam membaca, siswa ini lebih senang untuk membaca


(1)

yangcukup tenang, hingga seorang siswa laki-laki yang terlambat masuk ke kelas, kemudian kondisi siswa dikelas sedikit gaduh. Pada menit ke 16. Guru memberikan contoh soal dengan membacakan soal. Semua siswa mencatat dan kondisi kelas sangat tenang. Guru memberikan soal tersebut untuk dijadikan pekerjaan rumah bagi siswa.


(2)

(3)

(4)

(5)

vii

ABSTRAK

GAYA BELAJAR SISWA KELAS X DAN XI IPA SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN

FISIKA DI SMA BHAKTI KARYA KALORAN KABUPATEN TEMANGGUNG JAWA TENGAH

Agnes Ika Kurniawati Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apa gaya belajar siswa; (2) apa gaya mengajar guru dalam pembelajaran fisika.

Penelitian ini dilakukan di SMA Bhakti Karya Temanggung dengan mengambil sampel pada kelas XA, XB, dan XI IPA dengan jumlah total 72 siswa. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-12 April 2013. Pengumpulan data untuk mengetahui gaya belajar siswa dilakukan melalui kuisioner dan wawancara kepada siswa dan guru, sedangkan pengumpulan data untuk gaya mengajar guru dilakukan melalui pengamatan serta wawancara terhadap siswa dan guru. Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif untuk data yang didapatkan dari pengisian kuisioner dan menggunakan analisis deskriptif pada video dan wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 72 siswa, sebanyak 41 siswa memiliki gaya belajar visual, dan 31 siswa memiliki gaya belajar yang tidak dapat dibedakan. Hasil ini menunjukkan bahwa gaya belajar siswa yang paling dominan adalah gaya belajar visual. Gaya mengajar yang diterapkan guru didalam pembelajaran fisika adalah gaya mengajar auditorial. Sehingga dapat dilihat bahwa gaya mengajar yang diterapkan guru tidak sesuai dengan gaya belajar visual yang dimiliki oleh kebanyakan siswa.


(6)

viii

ABSTRACT

LEARNING STYLE OF STUDENTS CLASS X AND XI IPA AND TEACHING STYLE OF TEACHER IN THAT CLASS IN LEARNING OF

PHYSICS IN BHAKTI KARYA KALORAN HIGH SCHOOL TEMANGGUNG, CENTRAL JAVA

Agnes Ika Kurniawati Sanata Dharma University

2013

This research aimed to find out: (1) what students learning styles; (2) what the teacher teaching style in learning physics.

This research was conducted in Bhakti Karya Temanggung High School with take sampel on class XA, XB, and XI IPA with a total of 72 students. The research was conducted on April, 2-12, 2013. Collecting data to find out the students learning style was conducted trough quisioner and interviews with students and teacher, while the collection of data for teacher teaching style is done through observation and interviews with student and teacher. Data analysis method in this research using descriptif statistics for data obtained from quisioner, and using deskriptif analysis on video and interviews.

The result showed that from 72 students, 41 students have a visual learning style, and 31 have a learning style that cannot be distinguished. This result indicates that learning style students dominant is visual learning style. And the teaching style that are applied the teacher in the learning physics is auditorial theaching style. So it can be seen that the teacher teaching style that is applied does not appropriate with the visual learning style owned by most students.


Dokumen yang terkait

PENGARUH GAYA BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG GAYA MENGAJAR GURU TERHADAP MINAT BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IS SMA NEGERI 1 BABALAN T.P 2015/2016.

0 2 32

Perencanaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar fisika dan implementasi pendekatan saintifik dalam perencanaan dan pembelajaran fisika kelas XI IPA SMA (studi kasus di SMA X Yogyakarta).

1 1 86

Gaya belajar siswa kelas IV dan V SD serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SDS Subsidi Pusat Damai Kalimantan Barat.

0 3 152

Gaya belajar siswa-siswi kelas VII dan VIII serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran IPA di SMP Charitas 02 Mojosari Kabupaten OKU Timur.

0 1 147

Gaya belajar siswa kelas X dan XI IPA serta gaya mengajar guru di kelas tersebut dalam pembelajaran fisika di SMA Bhakti Karya Kaloran Kabupaten Temanggung Jawa Tengah

2 2 152

Kemampuan siswa SMA kelas XI IPA dalam bidang fisika di tujuh SMA Kabupaten Sleman

0 0 141

ANALISIS GAYA BELAJAR SISWA DAN GAYA MENGAJAR GURU BAHASA INGGRIS DI SMA SE- KABUPATEN TULAIIG BAWANG

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN GURU FISIKA DALAM MENGAJAR DI KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

0 0 143

GAYA BELAJAR SISWA-SISWI KELAS VII DAN VIII SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP CHARITAS 02 MOJOSARI KABUPATEN OKU TIMUR SUMATERA SELATAN SKRIPSI

0 1 145

GAYA BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V SD SERTA GAYA MENGAJAR GURU DI KELAS TERSEBUT DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDS SUBSIDI PUSAT DAMAI KALIMANTAN BARAT

0 3 150